Anda di halaman 1dari 7

#ANGKLUNG 1.

Angklung (Aksara Keliling Kampung),


Sinergi Bersama Membangun Budaya Literasi

Oleh
Wahyu Abdillah

‘Angklung’ Aksara Keliling Kampung merupakan kegiatan yang digagas oleh


komunitas Griya Aksara. Komunitas rumah baca yang telah lahir sejak tahun
2016, empat tahun sudah komunitas ini lahir, bertumbuh dan berproses dengan
semangat literasi. Berbagai macam kegiatan telah banyak dilakukan, pasang-surut
semangat bergiat hingga datang-pergi relawan yang berpastisipasi. Tahun 2020
yang menjadi tahun dengan segala keterbatasan akibat pandemi juga menjadi
titik balik Komunitas Griya Aksara untuk sekali-lagi merefleksi perjalanannya
selama ini. Setelah mempertimbangkan kondisi kebutuhan baik untuk komunitas
atau kakak-kakak (relawan Griya Aksara) maka tercetuslah komitmen untuk
memperkuat kegiatan Angklung. Kami, kakak-kakak Griya Aksara akan
berkomitmen untuk menjaga konsistensi kegiatan Angklung untuk berjalan
selama dua minggu sekali. Selain itu, konsep Angklung kakak Griya Aksara tidak
hanya berkegiatan sendiri tetapi juga mengajak warga sekitar atau pemuda dari
lingkungan yang menjadi target lokasi berkegiatan. Sementara itu, kami juga
mendatangi dan mengajak pemuda dari sekitar lingkungan untuk merancang dan
berdiskusi mengenai konsep Angklung yang akan dilaksanakan.
Selain dalam berkegiatan bersama, merancang program Angklung kami
lakukan secara terbuka. Hal itu bertujuan agar kakak Griya Aksara maupun dan
pemuda dari lingkungan sekitar leluasa menyampaikan ide nantinya akan
dipraktekan bersama. Seperti Angklung yang dilaksanakan di Balai Desa Tambak
Sumur pada tanggal 30 Agustus 2020. Kegiatan Angklung yang biasanya diisi
dengan senam bersama,lapak baca buku gratis untuk siapa saja, mewarnai gambar
dan ice breaking. Pada kesempatan itu ditambah dengan kegiatan belajar dan
praktik sains terapan. Bersama pemuda-pemudi desa tersebut, kami mempelajari
tujuan dan manfaat sains terapan, menyiapkan bahan-bahannya hingga uji coba
berkali-kali untuk bisa menyajikan kegiatan yang menarik untuk Angklung. Tentu
saja kami bukan ahlinya, meskipun belajar secara otodidak akan tetapi ketika
dilaksanakan bersama-sama menjadi sangat menyenangkan.

Dengan diadakannya kegiatan Angklung kami belajar untuk bersinergi


bersama membangun semangat belajar untuk menghadirkan kegiatan positif di
tengah masyarakat. Meskipun tampaknya kegiatan tersebut sasarannya hanya
anak-anak akan tetapi harapan kami remaja hingga orang dewasa juga turut
aktifberpartisipasi. Hingga akhirnya kami bersama akan saling membantu dan
mengembangkan kegiatan membaca dan meningkatkan budaya literasi di tengah
masayarakat .
#ANGKLUNG 2.0

CERIA BERSAMA MENTARI

Oleh
Adelia Miranti Sidiq

Di sebuah gang kecil di tepi desa, segerombolan anak sudah berkumpul


sambil bersenda gurau, tertawa terpingkal-pingkal begitu asyiknya. Mereka
sangat antusias menanti sekelompok pemuda-pemudi yang sudah dirindukan
kedatangannya.
Tujuh bulan bagi kami tidak sebentar karena banyak waktu yang hampir
terbuang sia-sia. Aktivitas yang dibatasi, protokol kesehatan yang harus
dipatuhi, serta bekerja dan sekolah dari rumah. Apalagi bagi anak-anak
merasakan kegiatan atau aktivitas di rumah dengan semua batasan pasti mereka
berada pada tingkat kebosanan yang sangat memuakkan. komunitas Griya Aksara
pun dengan membuat kegiatan yang lebih bermakna dengan tujuan untuk
mengurangi kebosanan yang terjadi pada anak-anak.

Hari ini 13 september 2020 rutinitas setiap dua pekan sekali " Griya
aksara" kembali mengepakkan sayapnya lagi dari satu kampung ke kampung yang
lain. Kakak Griya Aksara pun bersamangat dan sibuk mempersiapkannya sejak
beberapa hari lalu demi menyajikan "Angklung" yang menarik di akhir pekan ini.
Kira-kira apa saja kegiatan kali ini yang sudah mereka siapkan untuk adek-adek?

Ya pada kesempatan ini kami berkolaborasi dengan Karang Taruna Mentari


salah satu organsasi pemuda di Desa Tambak Rejo. Ini adalah kali pertama kami
bermain dengan adik-adik dari perumahan Mentari. Kami pun datang dengan
semangat dan berbagai ekspektasi untuk jumpa pertama. Ekspektasi kami pun
terbayar dengan senyuman puas melihat mereka, adik-adik Mentari antusias,
bermain dan berliterasi bersama. Beragam kegiatan asyik kita lakukan bersama
seperti senam, ice breaking, bermain dan membaca. Selain itu, konsep khusus
untuk kegiatan Angklung kali ini adalah belajar mengenal cerita rakyat atau
legenda yang ada di Jawa Timur. Mereka pun senang untuk mengetahui cerita
trakyat asli daerahnya, beberapa judul cerita yang kami kenalkan seperti: Sarip
Tambak Oso, Sang Danding Anak Janda Miskin, Si Gendut Si kurus, dan masih
banyak lagi. Ternyata membaca cerita rakyat berkelompok sangat membuat adik-
adik tambah semangat, karena mereka dapat mengenal cerita rakyat yang ada di
wilayahnya dan tentunya mendapatkan pengalaman baru dari kegiatan tersebut.

Setelah hampir tiga jam bermain bersama, kegiatan pun selesai. Tidak
lupa kami membuat forum evaluasi kegiatan hari ini tentunya, dengan tujuan agar
Angklung selanjutnya dapat berjalan lebih baik lagi. Kegiatan itupun ditutup
manis dengan kesan yang menarik dari anggota Karang Taruna Mentari yang
antusias bahkan ingin berkolaborasi lagi bersama Griya Aksara untuk Angklung
selanjutnya. Tentu saja kami menyambutnya dengan hangat, karena satu dari
tujuan kegiatan Angklung adalah dapat bertemu dengan orang-orang baru dan
menjalin kerjasama dan networking lebih luas lagi. Satu hal yang menjadi prinsip
kami, menambah hubungan pertemanan dan pengalaman baru akan memperkuat
eksistensi Komunitas Rumah Baca Griya Aksara.
#ANGKLUNG 0.3

MUDAH SAJA MERANCANG KEGIATAN,


TAPI YANG SULIT ITU ...
Oleh
Nadya Rizqi Hasanah Devi

“Tempatku belum siap, kayaknya pindah dulu deh kita harus cari opsi lain,” grup
whatssap komunitas Griya Aksara tiba-tiba ramai dengan chat mengenai rencana
Angklung selanjutnya. Hari minggu, pekan jeda rutinitas kegiatan Angklung, sedangkan
tujuh hari lagi rutinitas tersebut harus dilaksanakan. Grup Whatsaap pun ramai dengan
saling memberi opsi untuk segera mencari tempat kegiatan selanjutnya. Beberapa orang
memberikan rekomendasi untuk bekerjasama dengan organisasi karangtaruna di
daerahnya atau memilih tempat yang sebelumnya sudah pernah didatangi. Esok harinya
belum juga ada kabar kepastian, satu dari karangtaruna yang diajak menyatakan belum
siap. Oke baiklah, coba menghubungi karangtaruna lain yang mungkin masih bisa diajak
bekerjasama. Waktupun berlalu dengan belum adanya kepastian, Rabu, empat hari
menjelang kegiatan pun kami masih belum menerima kesediaan organisasi karang taruna
lain untuk bisa diajak kerjasama.Kami pun menyadari waktu yang sangat mepet sulit
untuk mencari partner yang mau diajak bekerjasama.
Lalu, solusinya? Apakah kita tunda dulu kegiatan Angklung pekan ini? Kita ambil
jeda saja dulu dua pekan demi persiapan yang lebih matang. Sebuah opsi yang solutif
untuk lari dari masalah. Komitmen awal yang sepakat dengan mengadakan kegiatan setiap
dua minggu sekali sepertinya akan dilanggar. Jika sudah sekali saja melanggar komitmen
yang telah dibuat sendiri, akankah selajutnya juga dapat dipastikan tidak akan ada lagi?
Mudah memang untuk merancang sebuah kegiatan yang menarik, akan tetapi menjadi
sangat berat jalannya bahkan harus terseok-seok untuk mempertahankan sebuak
konsistensi. Setelah melalui perdebatan sengit virtual di grup chat, akhirnya kami
memutuskan untuk tetap mengadakan Angklung meskipun dengan konsep yang lebih
sederhana dari biasanya. Di sebuah lapangan Gg. Abdul Wahab Desa Tambak Sumur
menjadi tempat untuk kegiatan Angklung pekan itu.

Satu masalah teratasi ternyata muncul yang lain lagi. Ketika meminta menuliskan
anggota yang bersedia hadir untuk Angklung ini, ternyata hanya beberapa orang saja,
lebih sedikit dari biasanya. Muncullah keraguan lagi, beberapa gelintir orang yang
bersedia hadir pun meyakinkan diri untuk tetap menjalankan Angklung seperti biasanya.
Serba dadakan hingga pada malam rapat untuk merancang konsep acara yang biasanya
dilaksanakan hingga dua kali, tapi hanya dirancang pada hari Sabtu malam menjelang
esok har-H. Hasil dari rapat singkat itu menentukan konsep acara Angklung selanjutnya
adalah permainan tradisional.

Minggu pagi, satu per satu adik-adik datang. Terbesit kekhawatiran karena mereka
yang datang rata-rata anak-anak kecil usia TK. Padahal kami telah mengonsep permainan
tradisional untuk anak-anak kecil dan juga anak besar, akan tetapi lebih fokus pada
mereka yang berusia SD. Permainan benteng-bentengan, gobak sodor hingga boy-boyan
tentu saja akan sulit jika dimainkan oleh anak yang masih usia TK. Kami pun
menyiasatinya dengan memperpanjang durasi kegiatan senam bersama. Hingga tiba
waktunya bermain benteng-bentengan, tidak ada pilihan lagi meskipun sedikit anak-anak
yang agak besar maka kakak-kakaknya pun harus turut memeriahkan. Berlari mengejar
dan melindungi benteng itu ternyata sangat seru juga. Lari, teriak, dan tertawa
membuat permainan tersebut menjadi heboh hingga akhirnya beberapa anak lain pun
tertarik untuk bergabung. Permainan pun menjadi lebih seru lagi ketika dilanjutkan
dengan permainan boy-boyan dan lebih banyak lagi anak-anak yang senang
berpartisipasi. Angklung hari itupun berjalan lancar dan berlangsung sangat semangat
dan menarik seterik matahari dengan panasnya yang hot-hot potato.

Angklung hari itupun mengajarkan kami pentingnya menjaga konsistensi. Belajar


menjaga komitmen sedari awal telah disepakati bersama. Tidak ada yang menjanjikan
mudahnya merancang sebuah kegiatan rutin, masalah akan selalu hadir. Namun disaat
itulah kami belajar pentingnya saling mengingatkan untuk tidak lari dan menemukan
solusi atas apa yang terjadi. Niat yang dipupuk sedikit demi sedikit dan merawatnya
dengan konsisten akan menumbuhkan tujuan yang akan dicapai. Tolak ukur kegiatang
Angklung hanyalah sederhana, memberikan kegiatan yang lebih positif untuk anak-anak
bersenang-senang sembari belajar. Apalagi jika kami disambut dengan senang oleh
penduduk sekitar yang mendukung rutinitas kegiatan tersebut. Semakin bahagilah kami,
ketika mendengar kabar bahwa anak-anak disana lebih sering memainkan permainan
tradisional itu seusai mengikuti kegiatan Angklung. Semoga saja kegiatan Angklung yang
telah rutin berjalan selama empat kali berturut-turut dapat kita rayakan pada hari ke-
100-nya. Panjang umur, rutinitas baik!

Anda mungkin juga menyukai