Anda di halaman 1dari 12

Eksistensi Nilai-Nilai Pendidikan Keagamaan

dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)


(Analisis Pendidikan Agama pada Sumber Daya Manusia)

Oleh : Ibnu Haldun,S.Ag,MA

ABSTRAK

Peranan masyarakat ekonomi Asean (MEA) dalam era globalisasi saat ini, diharapkan
dapat melahirkan nilai-nilai peradaban pendidikan ekonomi syari’ah yang
komprehensip.Terpaan gelombang modernisasi ekonomi dan bisnis ternyata membawa
implikasi yang cukup serius bagi dunia pendidikan.Pendidikan menjadi kian bergeser dari
status dan fungsi awalnya yang cukup idealis,sebagai human development, kini dipaksa
tereduksi hanya sebagai komoditas dan harus terbingkai dalam logika pasar.Disatu sisi
menjadi eksklusif dan tak terjangkau oleh kalangan bawah.Sedang disisi lain visi dan misinya
tidak keluar dari koridor ekonomi (menyiapkan tenaga kerja sebagai homo economicus)
semata.Menjawab tantangan masyarakat ekonomi Asean serta arus globalisasi ekonomi
bisnis,perlu adanya wadah pendidikan yang memusatkan kepada pembentukan calon tenaga
kerja yang berjiwa wirausaha dan ekonomi kreatif yang memiliki karakter budi pekerti yang
baik serta kuat.Dalam menghadapi MEA saat ini, pendidikan dan pengajaran agama berbasis
ekonomi syari’ah merupakan salah satu jawaban tentang pentingnya peran pendidikan
keagamaan yang akan membawa anak bangsa menuju kepada peradaban ekonomi bisnis yang
lebih baik dan humanis pada masa mendatang.Beberapa lembaga pendidikan agama dan
keagamaan di dalam menghadapi era MEA saat ini menjadi pilihan masyarakat untuk
mempersiapkan tenaga kerja sebagai calon-calon pemimipin dan tenaga kerja terampil siap
pakai yang berkarakter (berakhlak mulia) dan berpengetahuan luas serta beriman kepada
Tuhannya.Oleh karena itu, kualitas pendidikan keagamaan pada materi pendidikan okonomi
dan bisnis syari’ah akan ditingkatkan kualitasnya dan menjadi yang terbaik dan unggul atau
setidaknnya sama dengan pendidikan ekonomi dan bisnis umum lainnya.Program
peningkatan kualitas yang dimaksud adalah peningkatan akses masyarakat terhadap
pendidikan dan pengajaran ekonomi syari’ah berbasis keagamaman yang baik dan bermutu
dapat dilakukan dalam beberapa bentuk;(a)perintisan pendidikan berbasis ekonomi syari’ah
bertaraf internasional,(b)peningkatan mutu dan daya saing pendidikan tinggi agama berbasis
ekonomi,(c)peningkatan mutu materi ekonomi pada ma’had ‘aly, pondok pesantren dan
perpendidikan tinggi Islam,(d)peningkatan mutu pendidikan keagamaan berbasis ekonomi
syari’ah di sekolah-sekolah umum,dan (d)meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan ekonomi berbasis nilai-nilai keagamaan.

Keywords : Eksistensi,Nilai,Pendidikan Keagamaan

1
A.Pendahuluan
Pendidikan di Indonesia mengenal adanya terminologi pendidikan agama dan
pendidikan keagaman,dimana kedua istilah tersebut mempunyai pengertian dan peran
masing-masing.Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan
membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik/tenaga kerja dalam
mengamalkan ajaran agamanya yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata
pelajaran/pelatihan pada semua jalur,jenjang dan jenis pendidikan.sebaliknya pendidikan
keagamaan adalah pendidikan yang mempersiapkan calon tenaga kerja untuk dapat
menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan tentang ajaran agama atau
menjadi ahli ilmu agama dan mengamalkan ajaran agamanya.Sebagaimana dipahami
bersama,bahwa masyarakat ekonomi Asean adalah keterpaduan kawasan Asean dalam bidang
perekonomian.Sebaimana dipahami bersama,bahwa pembentukan MEA dilandaskan pada
empat pilar, yaitu;(1)menjadikan Asean sebagai pasar tunggal dan pusat produksi,
(2)menjadikan kawasan ekonomi yang kompetitif,(3)menciptakan pertumbuhan ekonomi
yang seimbang,dan(4)mengintegrasikan ekonomi secara global.
Penyatuan ini ditujukan untuk meningkatkan daya saing di kawasan Asean dan di
Asia Tenggara khususnya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, menekan angka
kemiskinan dan untuk meningkatkan standar hidup masyarakat Asean.Keterpaduan ini
diharapkan akan membangun perekonomian Asean serta mengarahkan Asean sebagai tulang
punggung perekonomian Asia.Ada beberapa sisi peluang dan tantangan Indonesia dalam
menghadapi kegiatan masyarakat ekonomi Asean yang dihadapi kedepan,diantaranya
adalah:sisi perdaganagan,sisi investasi dan sisi ketenagakerjaan.
Pendidikan keagamaan mengemban peran penting dalam membangun sumber daya
manusia di bidang ketenagakerjaan yang kompetitif dan mampu bersaing dengan negara
lain.Oleh karena itu untuk menghadapi MEA,pendidikan keagamaan harus mampu
mempersiapkan sumber daya manusia yang terampil, peka dan kritis dalam menghadapi
tantangan maupun perubahan-perubahan yang akan terjadi di dunia pendidikan indonesia
mendatang.
Tantangan pendidikan Indonesia dalam menghadapi MEA kedepan dapat
digambarkan, berupa menjamurnya lembaga pendidikan asing,orientasi pendidikan mengarah
pada bisnis,liberalisme pendidikan ekonomi serta ketenagakerjaan yang dibanjiri oleh tenaga
kerja asing yang kurang memahami nilai-nilai keagamaan sebagai pondasi dasar pendidikan
di Indonesia yang yang berazaskan pada ketuhanan serta adat istiadat ketimuran.
Pada bagian lainnya dunia pendidikan di Indonesia masih mempunyai sekian banyak
permasalahan yang berkaitan dengan kualitas pendidikan dan pelatihan diantaranya,
keterbatasan akses pendidikan keagamaan,jumlah lembaga pendidikan agama yang belum
merata dibandingankan sekolah-sekolah umum, juga mutu pendidikan agama itu sendiri yang
dinilai masih kurang.Disamping itu kasus putus sekolah anak-anak umur sekolah di Indonesia
masih terbilang tinggi.Hal tersebut disebabkan oleh banyak sebab,diantaranya adalah,faktor
ekonomi dan lain-lainnya.
Menyiapkan sumber daya tenaga kerja/peserta didik yang kompetitif memang bukan
pekerjaan mudah yang dapat dilakukan secara instan.Bilamana pendidikan di Indonesia
mampu membekali tenaga kerja dengan pengetahuan agama serta keterampilan yang

2
memadai,maka lulusan lembaga pendidikan Indonesia akan memiliki rasa percaya diri serta
motivasi yang tinggi untuk mengembangkan diri secara optimal,sehingga mampu bersaing
secara global dengan negara-negara Asean lainnya.
B.Pembahasan
I.Konsep Pendidikan dan Pelatihan
Pendidikan dan dan pada dasarnya adalah usaha untuk mengembangkan potensi
sumber daya manusia dengan adanya proses pembelajaran.Pendidikan juga merupakan sarana
yang paling efektif dalam menghadapi globalisasi dewasa ini, baik pendidikan dan pelatihan
di rumah, sekolah,dan lingkungan masayarakat dengan berbagai metode, pendekatan serta
strategi guna mencegah pengaruh negatif yang bakal terjadi pada anak bangsa.
Pendidikan dalam istilah bahasa Arab sering diterjemahkan dengan kata tarbiyah
yang berarti pendidikan1.Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan
kata Education yang berarti pengembangan atau bimbingan.Adapun makna pendidikan dalam
bahasa Indonesia itu sendiri berasal dari kata didik dengan memberi awalan pe dan akhiran an
yang mengandung arti perbuatan2.Pendidikan dalam pengertian secara umum dapat dipahami
sebagai penyebaran dan internalisasi nilai-nilai dari berbagai pengalaman empirik baik
berupa keyakinan, sikap, pengetahuan maupun penerapannya dalam nilai positif dan
bermanfaat oleh satu generasi ke generasi selanjutnya3.
Andrew E. Sikula dalam Martoyo(2000:63) mengemukakan bahwa pelatihan adalah
suatu proses pendidikan jangka pendek yang mempergunakan prosedur sistematis dan
terorganisasi, pegawai non manajerial yang mempelajari pengetahuan dan keterampilan
teknis dalam tujuan yang terbatas(training is short-terms aducational process utilizing a
systematic and organized procedure by which non managerial personnel learn technical
knowledge and skills for a definite purpose)4.
Payaman Simanjuntak (2005) mendefinisikan pelatihan merupakan bagian dari
investasi sumber daya manusia (human investment) untuk meningkatkan kemampuan dan
keterampilan kerja sehingga meningkatkan kinerja pegawai.Pelatihan biasanya dilakukan
dengan kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan jabatan, diberikan dalam waktu yang
relatif pendek, untuk membekali seseorang dengan keterampilan kerja5.Jadi dapat
disimpulkan bahwa pelatihan merupakan suatu kegiatan dalam maksud untuk memperbaiki
dan mengembangkan sikap, tingkah laku, keterampilan, dan pengetahuan dari para pegawai
sesuai dengan keinginan dari suatu lembaga atau organisasi.
Dari beberapa pendapat diatas,maka dapat dinyatakan,bahwa pendidikan dan
pelatihan adalah merupakan upaya untuk mengembangkan sumber daya seseorang, terutama
untuk peningkatan profesionalime yang berkaitan dengan, keterampilan administrasi dan
keterampilan manajemen kepemimpinan untuk meningkatkan kualitas kemampuan yang
menyangkut kemampuan kerja,berpikir dan keterampilan.
II.Pendidikan Keagamaan

1
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2011), h. 13
2
Poerwadaminta, WJS, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), h. 250
3
Haidar Daulay, Mendidik Mencerdaskan Bangsa (Bandung: Cita Pustaka Media Perintis, 2009),h. 142
4
http://globallavebookx.blogspot.co.id/2015/02/pengertian-pendidikan-dan-pelatihan.html,diakses 3 Pebruari
2017
5
http://izzaucon.blogspot.co.id/2014/06/konsep-pendidikan-dan-pelatihan.html,diakses 3 Pebruari 2017

3
Sebagaimana diketahui,bahwa dalam peraturan pemerintah RI telah dijelaskan
mengenai pengertian tentang pendidikan keagamaan yaitu; “pendidikan keagamaan adalah
pendidikan yang mempersiapkan tenaga kerjauntuk dapat menjalankan peranan yang
menuntut penguasaan pengetahuan tentang ajaran agama dan/atau menjadi ahli ilmu agama
dan mengamalkan ajaran agamanya”6.Kata keagamaan itu sendiri berasal dari kata agama,
yaitu suatu ajaran kepercayaan kepada Tuhan.Keagamaan berawalan ke dan berakhiran an
yang bermakna sesuatu yang berhubungan dengan agama 7.Dengan demikian dapatlah
dijelaskan,bahwa yang dimaksud dengan pendidikan keagamaan adalah memberikan
bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum agama untuk menuju kepada terbentuknya
kepribadian yang paripurna menurut ukuran agama dan kepribadian yang memiliki nilai-nilai
agama,memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai agama,dan
bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai agama itu sendiri.
Pendidikan keagamaan yang dimaksudkan disini adalah,konsep pendidikan Islam
mengarah pada pendidikan manusia seutuhnya,baik akal,hati,rohani,jasmani,akhlak dan
keterampilannya.Karena itu,pendidikan keagamaan menyiapkan manusia untuk hidup baik
dalam keadaan damai maupun perang,serta menyiapkannya untuk menghadapi masyarakat
dengan segala kebaikan dan keburukannya.Pendidikan keagamaan pada anak bangsa
Indonesia lebih bersifat keteladanan atau peragaan hidup secara riil dalam proses
pembelajaran dengan cara meniru,menyesuaikan dan mengintegrasikan diri dalam suatu
suasana. Karena itu, latihan-latihan keagamaan dan pembiasaan itulah yang harus lebih
ditonjolkan8.Pendidikan keagamaan pada akhirnya adalah sebuah proses pencapaian yang
membentuk kepribadian seseorang setelah melalui tahap mengetahui, meyakini dan
mengamalkannya.Kepribadian keagamaan yang dimaksudkan adalah kepribadian yang sesuai
dengan ajaran agama Islam secara sempurna.
III.Pemahaman Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)
Masyarakat Ekonomi Asean merupakan realisasi tujuan akhir dari integrasi ekonomi
yang tertuang dalam visi 2020, dan didasarkan pada konvergensi kepentingan negara anggota
Asean untuk memperluas integrasi ekonomi melalui inisiatif yang ada.Komunitas ini akan
membentuk Asean sebagai pasar global dan basis produksi tunggal membuat kawasan Asean
lebih dinamis dengan mekanisme dan upaya untuk memperkuat pelaksanaan baru yang ada
inisiatif ekonomi,memfasilitasi kegiatan bisnis,melakukan percepatan integrasi regional di
sektor-sektor prioritas,tenaga kerja yang terampil dan berbakat untuk memperkuat
kelembagaan mekanisme Asean.MEA akan menyatukan pasar setiap negara dalam kawasan
menjadi pasar tunggal. Sebagai pasar tunggal, arus barang dan jasa yang bebas merupakan
sebuah kemestian.Selain itu negara dalam kawasan juga diharuskan membebaskan arus
investasi, modal dan tenaga terampil. 
MEA memang sebuah kesepakatan yang mempunyai tujuan yang luar biasa namun
beberapa pihak juga mengkhawatirkan kesepakatan ini.Arus bebas barang, jasa, investasi,
modal dan tenaga kerja tersebut tak pelak menghadirkan kekhawatiran tersendiri bagi
beberapa pihak.Dalam hal ini pasar potensial domestik dan lapangan pekerjaan menjadi
taruhan.Sebuah pasar yang besar tapi tak didukung daya saing yang maksimal. Jangan sampai
6
Lihat Undang-Undang No 55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan, Pasal 1
ayat 2
7
Daryanto s.s, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap (Surabaya: Apollo, 1997), h. 454
8
Muhaimin,et.al, Strategi Belajar-Mengajar Penerapannya Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama,
(Jakarta:Razawali Press,2008) h. 294
4
Indonesia mengulang dampak perdagangan bebas Asean China.Berharap peningkatan
perekonomian malah kebanjiran produk China.
Pembentukan Masyarakat Ekonomi Asean berawal dari kesepakatan para pemimpin
Asean dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pada bulan Desember 1997 di Kuala
Lumpur-Malaysia.Pada KTT selanjutnya yang berlangsung di Bali pada bulan Oktober 2003,
para petinggi Asean mendeklarasikan bahwa pembentukan MEA dilaksanakan pada tahun
2015.Kesepakatan ini tak hanya berdampak pada sektor ekonomi,tapi juga sektor-sektor
lainnya,yang lebih kusus lagi di sektor pendidikan ketenagakerjaan9.
IV.Peran Pendidikan Keagamaan bagi Tenaga Kerja dalam Mengdapi MEA
Beberapa peran pendidikan keagamaan yang harus diperhatikan pendidik/instruktur
bagi pengembangan tenaga kerja dalam menghadapi MEA,diantaranya adalah :
a.Pengembangan Potensi Pendidik/Instruktur
Dalam menghadapi masyarakat ekonomi Asean,maka harus disiapkan sumber daya
tenaga kerja yang baik,terutama untuk menyiapkan kualitas calon tenaga kerja yang baik
maka potensi pendidik yang perlu dikembangkan.Dalam menghadapi MEA,banyak tantangan
yang nantinya dihadapi bagi dunia pendidikan,sehingga sejak awal sudah harus
mempersiapkan diri terutama para pendidik harus mempunyai kualitas dan mempunyai
kapabilitas yang bisa implementasinya bukan sebatas regional namun sampai pada tingkat
nasional.Disamping itu juga akan dihadapkan pada sumber tenaga pendidik dan kependidikan
yang berasal dari luar.
Pendidik/instruktur sebagai tenaga ahli memiliki posisi strategis dalam membangun
sebuah peradaban pendidikan.Pendidikan yang maju akan turut memajukan sebuah
negara.Begitu pula sebuah negara dengan pendidikan yang minim,dapat diprediksi bahwa
kekuatan negara tersebut tidak akan mampu dalam mengikuti persaingan global yang
kompetitif.Melihat kenyataan persaingan negara-negara Asean yang semakin maju,maka
Indonesia perlu berbenah dan bersiap untuk menghadapi MEA.Hal paling penting adalah
menyiapkan generasi tenaga kerja untuk menghadapi kenyataan itu.Pendidik juga memiliki
tanggung jawab besar dalam mempersiapkan generasi berdaya saing tinggi untuk
menyongsong gemerlap ekonomi di Asean.Dengan kata lain,pendidik mempunyai peran
penting dalam mempersiapkan generasi muda calon-calon tenaga kerja yang siap menghadapi
MEA. Setidaknya,ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pendidik dan peserta tenaga
kerja di Indonesia dalam turut serta menghadapi ekonomi global tingkat Asean
tersebut,dalam meimplementasikan pendidikan keagammaa di era MEA.
b.Penanaman Nilai keagamaan pada Materi Ekonomi Kreatif dan Jiwa
Wirausaha yang Diajarakan di Lembaga-Lembaga Pendidikan Formal dan Non
Formal
Para pakar pendidikan dan pelatihan harus sadar betul kebutuhan dasar Indonesia
dalam menyongsong masyarakat ekonomi Asean.Para pendidik/instruktur harus dapat
memberikan solusi konsep tentang menciptakan peluang kerja bagi masyarakat
Indonesia.Bangsa Indonesia tidak mungkin lagi terlalu mengharapkan lapangan pekerjaan
dari negara-negara Asean dalam percaturan ekonomi global dewasa in.Semakin besar
9
http://mygroupeducation.blogspot.co.id/2015/06/makalah-profesi-kependidikan-dalam.html(diakses (Diakses
pada29 November 2016)
5
harapan kita pada sebuah lapangan pekerjaan dari negara-negara lain,berarti semakin kerdil
pula mental kita sebagai sebuah bangsa yang besar dalam meraih kesempatan tersebut.Oleh
sebab itu,membekali tenaga kerja dengan jiwa mandiri dan mengenalkan mereka pada
ekonomi kreatif serta jiwa wirausaha menjadi sangat penting,dengan berbekalkan modal
tersebut,pendidik tidak sekadar mengantarkan mereka pada taraf turut memeriahkan tetapi
turut mempersiapkan calon pemimpin masyarakat ekonomi Asean kedepan.Pendidikan dan
pelatihan tidak sekadar mengarahkan tenaga kerjapada learning to do, tetapi juga learning to
live together terhadap penanaman nilai-nilai pendidikan keagamaan yang baik.
Nilai-nilai pendidikan keagamaan yang dimaksudkan dalam menghadapi MEA
adalah, lebih menekankan moral daripada pengetahuan dalam sebuah pendidikan ekonomi
bisnis, lebih memperhatikan moral dibandingkan dengan pengetahuan.Artinya,bahwa dengan
menata perilaku untuk saling menghormati antarbagian dalam masyarakat ekonomi, manusia
akan jadi lebih baik.Dalam situasi saling hormat menghormati, terciptalah harmoni, sehingga
teori pendidikan ekonomi syari’ah akan diterima secara mudah oleh negara-negara Asean
yang telah mulai menggunakan produk-produk syari’ahnya dalam dunia ekonomi bisnisnya
termasuk Indonesia di dalamnya.
Komunikasi pendidikan ekonomi sangat penting dalam sebuah hubungan bisnis.
Tanpa komunikasi yang terbangun dengan baik, hubungan akan dipenuhi dengan
permasalahan.Tenaga kerja Indonesia perlu dibekali retorika komunikasi bisnis syari’ah yang
baik.Cara berkomunikasi mereka akan menentukan arah keberhasilan bangsa ini.Komunikasi
pendidikan ekonomi bisnis syari’ah mereka tidak lagi berskala regional atau nasional,akan
tetapi berskala internasional.Oleh karena itu,tugas pendidik/instruktur adalah membekali
tenaga kerja dengan kompetensi berkomunikasi ekonomi syariah yang andal.Diharapkan
dengan retorika komunikasi yang baik, modal pertama telah dimiliki tenaga kerja Indonesia
dalam mengambil peran terpenting pada ekonomi global di tingkat Asia Tenggara ini. Selain
retorika dalam berkomunikasi,etika bisnis syar’i juga sangat penting dimiliki oleh tenaga
kerja Indonesia.Etika akan menentukan etos kerja generasi kita dalam ekonomi global
tersebut.Etos kerja sangat menentukan keberhasilan tenaga kerja di dalam masyarakat
ekonomi Asean.Oleh karena itu,etika hubungan internasional dan etos kerja perlu dipupuk
sejak dini melalui dunia pendidikan.
Seorang pendidik/instruktur dapat mengkondisikan calon peserta tenaga kerjanya
tentang pentingnya pendidikan ekonomin bisnis pada saat pelatihan dan pembelajaran di
kelas berlangsung.Hal ini tentu berhubungan dengan kompetensi sikap/karakter yang harus
dimiliki oleh tenaga kerja,dengan mengaitkan standar kompetensi sikap dan kebutuhan
bangsa saat ini, tentu praktik pendidikan dan fakta di lapangan akan selaras.Terdapat dua
kompetensi sikap penting yang menjadi keistimewaan pembelajaran dalam kurikulum.Kedua
sikap tersebut yaitu kompetensi sikap religius dan kompetensi sikap sosial. Apa yang dapat
dikaitan dengan masyarakat ekonomi Asean,tentunya seorang pendidik perlu menanamkan
suatu karakter yang kuat dan budi pekerti yang baik pada peserta calon tenaga kerja.
Karakter kuat harus dimiliki setiap tenaga kerja di Indonesia.Memupuk karakter yang
kuat dengan memupuk nilai-nilai keagamaan pada setiap tenaga kerja Indonesia akan
memberi warna,bahkan menjadi good player dalam percaturan ekonomi tingkat Asia
Tenggara.Tanpa karakter yang kuat, tenaga kerja Indonesia tidak akan memiliki motivasi

6
untuk mengembangkan diri.Hal semacam ini akan memicu disorientasi dan kemunduran
dalam dunia ekonomi,sebab tanpa memiliki karakter keagamaan yang kompetitif tidak akan
mampu menghadapi tantangan ekonomi yang begitu komplik.Pendidik harus peka dengan
kebutuhan bangsa saat ini,terlebih karakter apa yang harus dimiliki tenaga kerja dalam
mengahadapi ekonomi global tingkat Asia Tenggara.Pendidik perlu membekali mereka agar
siap dan fokus.Bukan sekadar siap sebagai peserta,akan tetapi siap sebagai pemimpin di
kancah MEA.Menanamkan nilai-nilai pendidikan keagamaan pada tenaga kerja agar menjadi
mental juara menjadi suatu keharusan dalam pembelajaran ekonomi dan bisnis.Tanpa
karakter dan mental yang kuat,bangsa Indonesia ini hanya mampu menjadi penonton di
rumah sendiri.Para pendidik/instruktur perlu memupuk karakter kuat dan mental juara pada
setiap jiwa peserta tenaga kerja.
c.Pelaksanaan Sistem Pola Pendidikan dan Pengajaran Keagamaan di dalam
Menghadapi MEA
Pada Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Pasal  1 ayat 1 dinyatakan,bahwa “Pendidikan adalah usaha dan rencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar tenaga kerjasecara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan,pengendalian diri, kepribadian
kecerdasan,akhlak mulia,serta keterampilan yang diperlukan dirinya,masyarakat,bangsa dan
negara”10.Sejalan dengan sistem pendidikan nasional tersebut,maka tenaga pendidik dan
kependidikan bertugas melaksanakan pengembangan dan pelayanan teknis untuk menunjang
proses pendidikan dan pengajaran pada satuan pendidikan secara profesional merencanakan
dan melaksanakan proses belajar dan mengajar dengan melakukan berbagai penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat,baik pada tinggkat dasar dan menengah,terutama lulusan pada
perpendidikan tinggi agar para alumni perpendidikan tinggi dapat memperolah pekerjaan di
berbagai sektor lapangan pekerjaan,apalagi dengan terbentuknya masyarakat ekonomi
Asean,dimana para pelaku usaha dan tenaga kerja dari berbagai negara Asean akan bersaing
dalam dunia usaha.
Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan keagamaan adalah bentuk proses pembelajaran
dan ketrampilan yang bermuara dalam hal ibadah yang harus diajarkan dan dibiasakan sejak
dini, sehingga akan menumbuhkan rasa senang dan ikhlas tanpa ada paksaan dalam
melakukan ibadah11.Hal tesebut berkaitan pendidikan akhlak/karakter dan hubungan sosial
masyarakat yang sesuai dengan ajaran agama,dalam hal ini perlu dilakukan latihan-latihan
dengan praktek langsung melalui contoh dari orang tua dan pendidik.Sedangkan pendidikan
keagamaan dalam Peraturan Pemerintah RI telah dijelaskan,bahwa pendidikan keagamaan
adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang
menuntut penguasaan pengetahuan tentang ajaran agama dan/atau menjadi ahli ilmu agama
dan mengamalkan ajaran agamanya.
Jadi dapat disimpulkan, bahwa pola sistem pendidikan dan pengajaran pada
pelaksanaan pendidikan keagamaan dalam menyongsong MEA adalah merupakan sebuah
proses pembelajaran pendidikan agama yang sesuai dengan ajaran agama Islam,dimana
didalammnya juga menyangkut masalah ekonomi syri’ah yang sedang dikembangkan di
Indonesia dan beberapa negara-negara Eropah yang kemudian ditindaklanjuti dalam bentuk
10
Lihat Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003
11
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama,(Jakarta,Bulan Bintang,2005) h. 75

7
latihan dengan praktek langsung melalui contoh dari pendidik/instrktur kepada tenaga kerja
guna mewujudkan tenaga kerja agar mampu menjalankan peranan yang menuntut penguasaan
pengetahuan tentang ajaran agamanya dan menjadi ahli ilmu agama dan ahli ilmu ekonomi
sekaligus dengan mengamalkan ilmu pengetahuannya untuk dapat mewujudkan tenaga kerja
profesional yang mampu menjalankan peranannya dalam menguasai pengetahuan agama dan
ekonomi serta mengamalkannya dengan baik dan benar.
Ada beberapa langkah yang dapat dianalisa dalam mewujudkan tujuan tersebut.
Adapun untuk mewujudkan hal yang dimaksud,maka perlu adanya pendekatan,metode dan
strategi serta persiapan lainnya.Beberapa langkah guna mewujudkan tujuan dari pelaksanakan
penanaman nilai-nilai pendidikan keagamaan dalam menghadapi MEA;
1. Pembentukan Sikap Keagamaan
Sikap keagamaan mencakup semua aspek yang berhubungan dengan keagamaan
sepanjang yang bisa dirasakan dan dijangkau oleh tenaga kerja di lingkungan keluarga dan
sekolah, seperti sikap yang berhubungan dengan aspek keimanan, ibadah, akhlaq dan
mu’amalah. Sikap keagamaan adalah suatu keadaan yang ada dalam diri tenaga kerja yang
mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama.
Pendidikan agama yang bersifat menggugah pikiran serta perasaan sangat memegang peranan
penting dalam pembentukan sikap keagamaan.Pembentukkan dan perubahan sikap
keagamaan dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu,internal (berupa kemampuan menyeleksi
dan mengolah atau menganalisis pengaruh yang datang dari luar berupa minat dan
perhatian),dan eksternal (berupa faktor di luar diri individu yaitu pengaruh lingkungan yang
diterima).Dengan demikian walaupun sikap keagamaan bukan merupakan bawaan, akan
tetapi dalam pembentukkan dan perubahannya ditentukan oleh faktor internal dan faktor
eksternal individu.Pembentukan sikap keagamaan saat erat kaitannya dengan perkembangan
agama. Pentingnya pembentukkan sikap keagamaan dalam melaksanakan pendidikan
keagamaan merupakan hal yang penting yang harus diajarkan pendidik/instruktur kepada
tenaga kerja,sebab dengan menanamkan sikap keagamaan sedini mungkin, maka tenaga
kerjaakan terdorong dan termotivasi untuk bersikap sesuai dengan kadar ketaatannya
terhadap agama.
2.Pembentukan Tingkah Laku Keagamaan
Pembentukan tingkah laku keagamaan pada tenaga kerja adalah guna mewujudkan
sikap keagamaan secara kompleks yang terintegrasi antara pengetahuan agama, perasaan
agama dan tindak keagamaan dalam diri tenaga kerja sehingga lahirlah tingkah laku
keagamaan sesuai dengan kadar ketaatan terhadap nilai-nilai ajaran agama dengan baik.
Dalam perspektif Islam, nilai merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari
pendidikan,dan dalam pendidikan keagamaan, kualitas tenaga kerja tidak hanya diukur dari
penguasaan pengetahuan, tetapi juga nilai-nilai yang menyatu dari diri dan berkepribadian.
Nilai-nilai tersebut menjadi bagian dari keyakinan dan mendasari seluruh prilaku baik dalam
konteks personal maupun sosial tenaga kerja.Pembentukkan tingkah laku keagamaan pada
tenaga kerja ini juga diharapkan akan membentuk pribadi yang terdidik dalam lingkup
keagamaan.Ajaran Agama yang mereka peroleh melalui proses pendidikan juga diharapkan
agar tertanam dalam bentuk prilaku mereka sehari-hari.Tingkah laku keagamaan tenaga kerja
dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan non lingkungan.Pembentukan tingkah laku
keagamaan pada tenaga kerja merupakan hal yang penting untuk dilakukan oleh
pendidik/instruktur dalam pelaksanaan pendidikan keagamaan, hal ini bertujuan untuk
membentuk sikap dan tingkah laku tenaga kerja menjadi pribadi yang sesuai dengan nilai dan
ajaran agama Islam.
3. Pemberian Teladan
Peserta tenaga kerja memandang pendidik/instruktur sebagai teladan utama bagi
mereka,dimana mereka bercita-cita agar menjadi fotokopi dari pendidiknya. Sebagai contoh
8
teladan yang ideal,pendidik harus menyesuaikan dengan prinsip-prinsip yang diakui mereka
dengan nilai-nilai yang mereka jelaskan, keutamaan yang mereka lukiskan dan apa saja yang
mereka gambarkan tentang teladan yang bersumber pada akhlak.Dalam pandangan Islam,
mendidik pada dasarnya adalah tugas keagamaan,karena pendidikan dan pelatihan
berhubungan dengan proses membimbing dan mengarahkan tenaga kerja untuk mengenal
kembali, mengakui dan mengaktualisasikan perjanjian yang telah dibuat oleh Tuhannya.Oleh
karena itu,untuk menjadi pendidik/instruktur yang teladan maka seorang pendidik harus
menjadi seorang pendidik yang beradab,dengan adab tersebut ia mampu mendisiplinkan
jiwa,raga,hati dan pemikirannya. Kesadaran terhadap esensi mendidik sebagai panggilan
keagamaan yang disertai dengan pemahaman terhadap karakteristik personalia pendidik dan
proses kependidikan dan kepelatihan serta kepengajaran,pada gilirannya akan memunculkan
kepekaan normatif dan motivasi internal dari dalam diri seorang pendidik sehingga
memunculkan rasa tanggung jawab, kesungguhan, kesabaran dan keikhlasan dalam
melaksanakan tugas kependidikannya.
4. Mendidik Melalui Kebiasaan
Faktor ini perlu diterapkan pada tenaga kerja sejak dini. Contoh sederhana misalnya
membiasakan mengucapkan salam (greeting) pada waktu masuk dan keluar rumah ketika
ingin berangkat kerja, membaca basmallah setiap memulai sesuatu pekerjaan dan
mengucapkan hamdalah setelah menyelesaikan pekerjaan.Faktor pembiasaan ini hendaknya
dilakukan secara kontinyu dalam arti dilatih dengan tidak jemu-jemunya,dan faktor inipun
harus dilakukan dengan menghilangkan kebiasaan buruk.Ada dua jenis pembiasaan yang
perlu ditanamkan melalui proses pendidikan yaitu,kebiasaan yang bersifat otomatis dan
kebiasaan yang dilakukan atas dasar pengertian dan kesadaran akan manfaat dan
tujuannya.Berkenaan dengan hal ini, perlu adanya metode dalam membiasakan prakter nilai-
nilai pendidikan keagamaan di dalam kehidupan sehari-hari tenaga kerja untuk memperkuat
karakter yang diinginkan,tentunya tidak terlepas dari metode yang berkaitan dengan
pendidikan Islam.Adapun metode untuk dapat membiasakan pendidikan keagamaan serta
pelatihannya yang dimaksudkan dapat berupa metode ceramah,metode tanya jawab,metode
diskusi,metode demontrasi dan lain-lainnya12.
5.Praktek Langsung (Praktis)
Materi pendidikan dan pelatihan serta pengajaran agama meliputi beberapa cabang,
dalam hal ini pendidik/instruktur harus mengajarkannya dengan penggunaan strategi
praktis.Adapun strategi yang baik ketika mengajarkan materi keagamaan adalah langsung
membawa tenaga kerja terkait dengan materi yang diajarkan ke tempat-tempat ibadah
langsung, seperti praktek ibadah dengan tema bersuci, maka dalam hal ini pendidik/instruktur
ketika mengajarkannya langsung membawa mereka ke masjid atau mushalla guna untuk
melatih tenaga kerja untuk bagaimana cara bersuci dan sekaligus melaksanakan praktek
ibadahbersuci tersebut13.Bila seorang pendidik ingin melatih tenaga kerja bersuci untuk
beribadah,maka pendidik harus mempraktekkannya terlebih dahulu (mendemonstrasikan)
sebagai model kepada tenaga kerja.Setelah itu,tenaga kerja dianjurkan untuk memperagakan
kepada teman-teman lainnya,sebagai rasa solidaritas diantara mereka.

12
Al Rasyidin,Percikan Pemikiran Pendidikan (Bandung: Cita pustaka Media Perintis, 2009), h. 138
13
Al Rasyidin,Demokrasi Pendidikan Islam: Nilai-Nilai Intrinsik dan Instrumental (Bandung: Cita pustaka
Media Perintis, 2011), h. 158
9
C.Penutup
Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim,memegang peranan penting dalam
merealisasikan penanaman nilai-nilai pendidikan keagamaan, sesuai dengan amanah undang-
undang tentang kegiatan pendidikan keagamaan formal dan non formal dalam rangka
menghadapi masyarakat ekonomi Asean ke depan.Pendidikan dan pengajaran materi agama
berbasis ekonomi merupakan salah satu jawaban tentang pentingnya peran pendidikan
keagamaan yang akan membawa anak bangsa menuju kepada peradaban ekonomi bisnis
syari’ah yang lebih baik dan bermartabat.
Analisis eksistensi penanaman nilai-nilai pendidikan keagamaan dalam menghadapi
MEA bagi tenaga kerja di Indonesia,dapat dilakukan dalam bentuk pendikan dan pelatihan
serta pengajaran materi ekonomi bisnis syari’ah yang baik dan bermutu dapat dilakukan
dalam beberapa bentuk,yaitu: perintisan pendidikan berbasis ekonomi syari’ah bertaraf
internasional,peningkatan mutu dan daya saing pendidikan tinggi agama berbasis
ekonomi,peningkatan mutu materi ekonomi pada ma’had ‘aly, pondok pesantren dan
perpendidikan tinggi Islam,peningkatan mutu pendidikan keagamaan berbasis ekonomi
syari’ah di sekolah-sekolah umum,dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan ekonomi berbasis nilai-nilai keagamaan.
Analisis pendekatan,metode dan strategi guna mewujudkan tujuan dari eksistensi
penanaman nilai-nilai pendidikan keagamaan dalam menghadapi MEA dapat dilakukan
dalam beberapa langkah;1.pembentukan sikap keagamaan,berupaya suatu keadaan yang ada
dalam diri tenaga kerja yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar
ketaatannya terhadap agama,seperti ibadah,akhlak dan mu’amalah.2.pembentukan tingkah
laku keagamaan,berupa sikap keagamaan secara kompleks yang terintegrasi antara
pengetahuan agama, perasaan agama dan tindak keagamaan dalam diri tenaga kerja sehingga
lahirlah tingkah laku keagamaan sesuai dengan kadar ketaatan terhadap nilai-nilai ajaran
agama dengan baik dan benar.3.pemberian teladan,berupa pemberian contoh teladan yang
ideal yang disesuaikan dengan prinsif-prinsif yang diakui terhadap nilai-nilai keagamaan
yang membentuk karakter (budi pekerti) dari seorang pendidik/instruktur kepada para tenaga
kerja.4.mendidik melalui kebiasaan, berupa aktifitas yang dilakukan secara terus-
menerus,yaitu pembiasan yang bersifat otomatis dan pembiasaan yang dilakukan atas dasar
pengertian dan kesadaran akan manfaat dan tujuannya.5.praktek langsung,berupa kegiatan
langsung mengajarkan materi agama langsung mempraktekkannya dengan cara membawa
para tenaga kerja ke lokasi untuk mendomenstrasikannya secara langsung.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2011)

WJS,Poerwadaminta.Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1976)

Daulay,Haidar.Mendidik Mencerdaskan Bangsa (Bandung: Cita Pustaka Media Perintis,

2009)

Lihat Undang-Undang No 55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan

Keagamaan, Pasal 1 ayat 2

Daryanto s.s, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap (Surabaya: Apollo,1997)

et.Al,Muhaimin.(Strategi Belajar-Mengajar Penerapannya Dalam Pembelajaran Pendidikan

Agama,(Jakarta:Razawali Press,2008)

http://mygroupeducation.blogspot.co.id/2015/06/makalah-profesi-kependidikan dalam.html

(Diakses pada 29 November 2016)

Dokumen Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003

Daradjat,Zakiah .Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta:Bulan Bintang,2005)

Rasyidin,Al.Percikan Pemikiran Pendidikan (Bandung: Cita pustaka Media Perintis, 2009)

...............,.Demokrasi Pendidikan Islam: Nilai-Nilai Intrinsik dan Instrumental (Bandung:

Cita pustaka Media Perintis, 2011)

http://globallavebookx.blogspot.co.id/2015/02/pengertian-pendidikan-dan-

pelatihan.html,diakses (Diakses pada 3 Pebruari 2017)

http://izzaucon.blogspot.co.id/2014/06/konsep-pendidikan-dan-pelatihan.html,diakses

(Diakses pada 3 Pebruari 2017)

11
12

Anda mungkin juga menyukai