legislatif (Pileg) pada tahun 2024 nanti, diprediksi akan terbentuknya 3 buah poros
koalisi partai politik (parpol). Poros koalisi pertama datang dari dua parpol besar saat
ini yaitu PDIP dan Partai Gerindra. Mengingat dengan mesranya hubungan dari
masing-masing elit politik dari kedua partai ini. Koalisi kedua diprediksi akan diisi
oleh Partai Golkar, Nasdem, dan PKB. Sedangkan koalisi ketiga merupakan koalisi
koalisi ini nantinya. Sejatinya yang menjadi pemenang adalah koalisi yang pasangan
calon yang diusungnya menang untuk menjadi presiden dan wakil presiden. Dapat
dikatakan nasib dari para partai ini dipegang oleh masing-masing paslon yang
diusungnya. Tentu saja kalau seperti ini terus kondisi esensial dari fungsi parpol itu
sendiri akan hilang. Sebut saja fungsi pluralistiknya yaitu memberikan pendidikan
politik ke masyarakat. Tentu tidak akan terlaksana karena sudah ada delegasi (paslon
demokrasi kita. Atas dasar itulah partai politik dituntut selalu untuk melaksanakan
fungsi esensinya dan tidak hanya saat momen pemilu baru akan bergerak. Pada
momentum koalisi ini seharusnya bisa dimanfaatkan oleh para parpol untuk
menghilangkan citra kata koalisi parpol yang identik haus akan kekuasaan. Partai-
partai yang berkoalisi itu harus meyakinkan masyarakat dengan memberikan
Jika hal ini dilakukan secara tidak disadari para parpol telah turut serta
menjaga atmosfir demokrasi yang menjadi sistem pemerintahan yang diterapkan oleh
negara kita ini. Jangan janji politik dulu yang dilemparkan tanpa ada continuitas
accountable setelahnya. Karena selama ini yang terjadi tujuan utama terbentuknya
koalisi parpol itu hanya kekuasaan. Minim sekali penepatan janji politik itu
dilaksanakan setelahnya. Baik itu bagi koalisi yang menang dan kalah. Daruratnya
lagi teruntuk koalusi yang menang, yang tidak menepati janji politiknya ketika sudah
menang.