Anda di halaman 1dari 2

PEMBERIAN HAK AMNESTI BAGI PELAKU TINDAK PIDANA UMUM

 Konstitusi secara tegas mengatur amnesti sebagai hak prerogatif presiden dengan
memperhatikan pertimbangan DPR RI, sebagaimana ditentukan Pasal 14 ayat (2) UUD NRI
Tahun 1945. Amnesti merupakan kewenangan presiden selaku pemegang kekuasaan negara
untuk membebaskan tanggung jawab pidana seseorang yang telah melakukan pelanggaran
hukum.
 Menurut ahli hukum pidana, Abdul Fickar Hadjar, pemberian amnesti akan berdampak pada
perubahan status hukum seseorang. Misalnya seseorang yang semula dinyatakan bersalah,
setelah mendapatkan amnesti statusnya akan menjadi tidak bersalah.
 Dalam hal ini, amnesti diartikan kebijakan presiden untuk merespons kebutuhan hukum
masyarakat dan menjaga kepentingan negara. Amnesti mempunyai titik tekan pada
kepentingan negara terkait dengan pengakuan, penghargaan, dan pelindungan hak asasi
manusia dan hak konstitusional warga negara. Sehubungan dengan hal ini, amnesti bersifat
konstitusional karena mandat konstitusi kepada penyelenggara negara untuk menjamin hak
asasi manusia dan hak konstitusional setiap warga negaranya.
 Kajian tentang hukum-hukum amnesti dan peranannya dalam pemajuan HAM, secara tegas,
menjelaskan, amnesti adalah privilese politik pimpinan pemerintahan berupa suatu ekspresi
yudisial dari keputusan politik yang diterbitkan kepala eksekutif dan/atau badan legislatif
berupa imunitas bagi seseorang untuk tak dituntut, bila belum diadili, atau dibebaskan dari
hukuman yang sedang dijalani (Joinet 1985: 3).
 Amnesti merupakan sebuah ekspresi kemanusiaan dari pihak penguasa di mana pilihan
penyelesaian masalah hukum yang nuansa politiknya tinggi adalah keadilan yang bersifat
restoratif (pemulihan) dibanding rasa keadilan berbasis penghukuman.
 Ahli politik internasional Hans J. Morgenthau menyatakan kepentingan negara adalah
sebagai bentuk kemampuan untuk melindungi dan mempertahankan identitas fisik, politik,
dan kultural suatu negara. Dalam UUD 1945, kepentingan negara termasuk melindungi hak
warga negara Indonesia.
 Ahli hukum tata negara UGM Oce Madril menilai dalam negara yang demokratis, amnesti
tidak ditujukan kepada terpidana politik semata. Pada zaman Orde Lama dan Orde Baru,
rezim otoriter memang menonjol sehingga amnesti ditujukan ke hal demikian. Tapi dalam
negara yang demokratis, amnesti bisa saja ditujukan untuk penguatan hak asasi manusia,
 Jadi, amnesti adalah privilese politik pemerintah yang boleh diterapkan untuk kejahatan
ringan yang dimotivasi alasan politik. Amnesti juga perlu dipertimbangkan bagi mereka yang
dipidana lewat rekayasa politik, peradilan yang tak adil, dan mengalami penyiksaan.
 Pemberian amnesti secara yuridis formil dalam landasan konstitusional tersebut tidak
memiliki limitasi dan kriteria perkara pidana tertentu. Selama ini, adanya limitasi untuk
pemberian amnesti dikarenakan peraturan perundang-undangan yang ada masih menentukan
demikian. Namun, hal ini sudah tidak relevan lagi dengan kondisi saat ini.

Anda mungkin juga menyukai