Anda di halaman 1dari 2

NAMA : ELISABETH FELITA SILALAHI

NIM : E0017151
KELAS : HUKUM PEMBUKTIAN (E)

TUGAS INDIVIDU

1. Menurut saya, hukum pembuktian perdata lebih tepat jika diklasifikasikan kedalam hukum
acara atau formil dan hukum materiil secara bersamaan. Hal ini dikarenakan hukum acara
atau hukum acara atau formil bertujuan hendak memelihara dan mempertahankan hukum
materiil, begitu pula dengan hukum pembuktian secara formil yang melengkapi dan
berfungsi untuk memelihara hukum pembuktian secara materiil. Pengaturan mengenai
hukum pembuktian secara formil terdapat di dalam HIR (Herzien Inlandsch Reglement) atau
Reglemen Indonesia Yang Diperbaharui, yaitu hukum acara dalam persidangan perkara
perdata maupun pidana yang berlaku di pulau Jawa dan Madura serta di dalam RBG
(Rechtreglement voor de Buitengewesten) atau Reglemen Hukum Daerah Seberang, yaitu
hukum acara yang berlaku di persidangan perkara perdata maupun pidana di pengadilan di
luar Jawa dan Madura. Pengaturan hukum pembuktian perdata dalam RBG dan HIR ini
mengatur cara bagaimana mengadakan pembuktian. Sedangkan, pengaturan mengenai
hukum pembuktian secara materiil terdapat di dalam BW (Burgerlijk Wetboek) atau KUHPer
(Kitab Undang-Undang Hukum Perdata) buku IV.

2. Menurut saya, Indonesia perlu merubah sistem pembuktian menjadi terbuka. Upaya ini
dilakukan bertujuan untuk lebih memberikan keleluasaan kepada hakim dan para pihak
dalam melakukan pembuktian serta tercapainya kepastian hukum dan keadilan. Pengaturan
mengenai alat bukti dalam hukum acara perdata tidak perlu diatur secara limitatif disebutkan
dalam satu pasal seperti halnya dalam hukum acara perdata yang lama (dalam HIR/RBg),
karena sejatinya hukum selalu berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat.
Apabila alat-alat bukti diatur secara limitatif, maka hakim tidak memiliki kebebasan dalam
menemukan hukum sehingga hukum tidak dapat berkembang. Pasal yang mengatur alat bukti
hendaknya norma yang sifatnya umum, sehingga lebih lentur atau mudah disesuaikan
(flexible) sifatnya dan menjadikan peraturan tersebut panjang masa berlakunya. Alat bukti
apapun harus dapat diterima secara hukum kebenarannya selama tidak bertentangan dengan
kepentingan umum. Karena pada dasarnya dalam proses pembuktian yang harus dibuktikan
adalah peristiwanya, bukan hukumnya. Mengenai hukumnya tidak harus diajukan atau
dibuktikan oleh para pihak, tetapi dianggap harus diketahui dan diterapkan oleh hakim (ius
curia novit). Jadi hakim dalam perkara perdata, terutama harus menemukan dan menentukan
peristiwanya atau hubungan hukumnya dan kemudian menerapkan hukumnya terhadap
peristiwa yang telah ditetapkannya itu. Pengaturan sistem pembuktian secara terbuka, lebih
diperuntukkan guna mengakomodasi bentuk alat bukti yang akan muncul di kemudian hari
dalam lalu lintas hukum perdata.

Anda mungkin juga menyukai