Anda di halaman 1dari 138
Oleh : DRS. IDA BAGUS PUTU SUDARSANA. MBA, MM) percetakan LPS Bali Yayasan Dharma ie es . EDISI il KATA PENGANTAR Om, Awignamastu nama Sidiem Om, Swastyastu, Penulisan buku Edisi Il terbaru tahun 2010 ini merupakan penyempurnaan dan tambahan penjelasan dan jenis tetandingan dari buku scbelumnya dimaksudkan adalah sebagai bahan informasi dan penuntun umat Hindu Kbususnya di Bali tentang pengertian dan pemahaman mengenai “Tetandingan Upakara Yadnya”,dimana pada saat ini pengertian serta pemahaman tentang ‘TTetandingan Upakara Yadnya masih sebagian besar menonjolkan akan bentuknya yang tentunya adalah berdasarkan ; uno dresta (purwa dresta}, desa dresta, loka dresta, namun isinya belum sepenuhnya mengacu kepada sastra dresta, yang justru sastra dresta merupakan inti pokok dari filsafat upakara agama, bentuk boleh berbeda namun isinya secara agama harus sesuai dengan ajaran weda yang tertuang dalam sastra dresta. Upakara adalah bagian dari yadnya yang secara nyata dapat disaksikan oleh mata terbuka dan merupakan manifestasi dari perbuatan kebajikan (subhakarma). Di dalam lontar “Tutur Tapeni” menyebutkan bahwa upakara itu merupakan simbul-simbul yang mengandung magis dan memiliki bagian-bagian seperti adanya “Tri Angga Sarira”, dan dalam petikan lontar tersebut disebutkan antara lain sebagai berikut: “Iki paribasa Widhining yadnya luir ipun, yadnya adruwe prabu, tangan, dada muah suku manut manista, madya motama, daksina pinaka hulunia, jerimpen karopinaka asta karo sehananing banten ring areping Widhine pinaka angga sahananing palelabanan pinaka suku’, Melihat dari isi lontar tersebut diatas, maka dapat diambil maknanya bahwa adanya upakara sangat penting, karena sangat membantu kehidupan spiritual sehari hari manusia khususnya umat Hindu yang berbudaya Bali agar mampu mencapai keseimbangan antara dirinya dengan Sang Hyang Widhi, disamping sebagai media pendidikan khususnya dalam hal membangkitkan budhi agar ber-etika yang baik untuk mendorong spiritual kearah keyakinan dan kepercayaan kebesaran Sang Hyang Widhi, ‘Terkait dengan aturan pembagian upakara tersebut diatas seperti Tri ‘Angga sarira upakara, maka para umat Hindu khususnya para serathi banten yang menekuni dalam pembuatan dan penyusunan / menata upakaranya, akan ierhindar dari ‘pemikiran hanya formalitas, melainkan sesungguhnya upakara tersebut adalah merupakan cerminan dari perbuatan (karma). Dengan demikian akan memiliki pola pikir yang benar dengan bertitik tolak tentang “kualitas”, walaupun secara kuantitas kurang, karena ada ketentuan seperti ; nista, madya dan utama, dengan slogan “Genep tanding surudan kuwang", dimana diumpamakan bahwa upakara tersebut seperti surat, memiliki pendahuluan sebagai simbul kepala, memiliki isi surat sebagai simbul badan, dan memiliki kata penutup sebagai simbul kaki. Semoga diterbitkannya buku Edisi Il terbaru ini di tahun 2010 dapat menuntun umat melaksanakan srada bhakti kepada Tuhan Yang Maha Kuasa / Ida Sang Hyang Widhi Wasa, dalam kehidupan sehari-hari. Om, Shantih,Shantih,Shantih, Om | Denpasar, 28 Januari 2910 Penulis Se PARISADA DHARMA HINDU BALI 0 Sekretariat : Jalan Mataram, No. 3, Lumintang - Denpasar pe Telp. (0361) 248 533, 792 8347 KATA SAMBUTAN Om, Awignamastu nama Sidiem Om, Swastyastu, Dengan memanjatkan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa, karena atas tuntunan dan petunjuk-Nya, bul “Himpunan Tetandingan Upakara Yadnya” Edisi Il terbaru yang merupakan penyempurnaan dan tambahan dari buku terbitan sebelumnya, yang isinya memuat secara simple, sistematis dan praktis, dengan penuh makna, disamping itu dapat memberikan pengertian secara jelas tentang kualitas dan kwantitas upakaranya, yaitu nista, madya, dan utama. Penulis juga telah memberikan tuntunan secara tidak langsung mengenai kompenen kompenen upakaranya kepada setiap umat Hindu yang memerlukan pembuatan upakara, khususnya bagi umat Hindu yang berbudaya Bali Bahwa diera pembangunan saat ini agama menjadi sangat penting tatkala ajaran agama diharapkan berfungsi sebagai motivator dalam kehidupan sehari-hari, dengan kata lain bahwa agama hendaknya dijadikan landasan moral dan etik dalam pembangunan Nasional Oleh Karena itu Parisada Dharma Hindu Bali Propinsi Bali mengucapkan banyak terima kasih kepada penulis dan penerbit buku ini, dengan harapan agar dapat disebarluaskan terutama bagi umat Hindu yang berbudaya Bali baik untuk di Bali maupun diluar Bali, semoga atas terbitnya “Buku Himpunan Tetandingan Upakara Yadnya‘, ini umat Hindu makin memahami tiga kerangka agama yaitu, Tattwa, Btika, dan Upakara, sebagai landasan dasar dari pelaksanaan ajaran agama Hindu khususnya di Bali dan diseluruh Nusantara umumnya yang berbudaya Bali, dengan kata akhir Parisada Dharma Hindu Bali Propinsi Bali, mengucapkan selamat “berkarya kepada penulis“ Om, Shantih, Shantih,Shantih,Om Denpasar, 28 Januari 2010 RHARMA HINDU BALI PROPINSI BALI Y, PTCA tangle | PEDANDA GEDE WAYAHAN TIANYAR KETUA UMUM DAFTAR ISI Kata Pengantar . . eee Kata Sambutan eet Daftar Isi .. . aa cas Bab I Bab II Bab IT Bab IV Bab V Bab VI Bab VIT Bab VIL Bab IX Upakara Saling Ketergantungan Dengan Puja, Weda, Mantra dan Sehe 000.0000... eft er ea pece ree eeae Bermacam-Macam Canang Base Tubungan, Base Tulak........ , Porosan Silih Asih, Porosan Tampelan Tata Cara Merangkai Banten Ayaban . Teknik Menghitung Jvinlah Tumpeng Dalam Banten Ayaban. oe, eect eee Daksina . eesti . Cara Penataan Banten ere Sesana (Ethika) Membuat Upakara. Cara Membuat Banten Tetukon ........ Sarana Upakara eee ee Penggolongan Dalam Upakara............... cares Tata Cara Menata Banten Ayaban Gambar Bagan Cara Penataan Upakara Sesuai dengan ‘Tri Angga Dan Astha Karananing Yadnya .. . Simbul Upakara Sesuai Karananing Yadnya Di Bhuwana Agung & Bhuwana Alit : Banten Suci eaetn Cara Membuat Banten Suci (Suci Sari) Makna Banten Suci ....... a Contoh-Contoh Bentuk Cecacalan Gambar Tetandingan Banten Suci Sari Upakara Caru Dan Segehan Cara Merangkai Banten Caru ., . Tetandingan Caru Eka Sato Brumbun . | Segehan fee arte ii iti vi 16 q7 18 36 37 39 41 42 43 44 45 47 49 51 56 62 66 BabX Beberapa Iustrasi Gambar Tetandingan Banten......... 67 1, Dapetan Pokok ... sae A i 67 2. Jerimpen Punggul. oe eee 68 3. Jerimpen Agung .... Ree ee ae 69 4. Banten Sesayut Pebersihan, Heart : 69 5. Banten Sesayut Amertha Wija/Jiwa ri . . 69 6. Banten Sesayut Amertha Dewa... . . i 70 7, Banten Sesayut Sidapurna..... nee iH 70 8. Banten Sesayut PuspaDewa...0 000.0 sss ssseeeee 70 9. Banten Sesayut Siwa Sampurna : va 10. Banten Sesayut Cakra Geni i eH 71 11. Banten Sesayut Prayascita ..... : 7 12. Banten Bayekawonan . bees F 72 13. Banten Sesayut Pageh Urip. os... 0. .sssssss ss) 72 14. Banten Sesayut Atma Rawuh i Ieper bt eee et 72 15, Banten Sesayut Pasupati .............000.000.00 73 16, Banten Tebasan Sapuh Lara eee 73 17, Banten Tebasan Pemiak “ala ..... Soe 73 18, Banten Tebasan Lara Mavaradan ......... Bt 73 19. Banten Tebasan Rare Angon . i 74 20. Banten Tebasan Ingon-Ingon. . . i Pee 74 21, Banten Sesayut Yoga Sidhi....... 74 22, Banten Prayascita Luwih. Soar 75 23, Banten Sesayut Durmengala... 2.0.0.0... 75 24. Banten Bayckala.... 0.0... 00.00. c cesses sess 76 25. Banten Tebasan Durmenggala .. . Reet 76 26. Banten Tebasan Penampahan ; 76 27, Banten Pengulapan Agung ........ : 7 28. Banten Pengulapan Alit........ cee : 7 29. Banten Penyambutan een 78 30, Tetandingan Jerimpen Penyambutan ||. _ eet 78 31, Banten Sesayut Sidi Ngucap.. . . 79 32. Banten Sesayut Jayeng Prang..... i 79 33, Banten Sesayut Penuntun Tawuh. ss... 0.0.0... 79 34. Banten Tebasan Siwa eee pene eeee see 80 35, Banten Pasupati Sea Hee aS 80 36, Banten Sesayut Semayapati . : - 80 37. Banten Sesayut Panca Mebaya .... El 81 38. Banten Sesayut Purna Jiwa . ween . 81 39. Banten Sesayut Galungan........ 2. 7 82 40, Banten Sesayut Ngeliwar. Pa 82 41. Banten Sambut Urip......... " 83 42, Banten Sesayut Sida Ayu...... 0... 83 43, Banten Guru Piduka, . ae tata eet B4 44, Banten Bendu Piduka...... Penne eens 84 45. Banten Pedengen-Dengen ... ee cHeet ee 46. Banten Pemegat Sot ........ . 85 47. Banten Sesayut Dewa Bagia..... wee iH 86 48. Banten Sesayut Prabu Wismn/Nizbaya | 86 49. Banten Sesayut Kala Boga | 87 50. Banten Pengerapuhan. 87 51. Banten Pepranian . 88 52. Banten Tebog . 88 53. Banten Selanggi 88 54. Banten Sesayut Pemegat Sesangi/Pemiak Semaya 89 55. Banten Sesayut Pemarisudha Cor/Sumpah 89 | iv | | | | 56. Banten Sesayut Pengelidan Dedari 57. Banten Sesayut Tulus Dadi. . 58. Banten Sesayut Pengenteg Bayu 59. Banten Pengandeg Semaya 60. Banten Pemerelina . 61, Merangkai Banten Soroan Alit eee 62. Banten Sesayut Jaga Satru.. pe 63. Banten Penyepuhan ............, 64. Tetandingan Banten Pewintenan....... 65. Tetandingan Tetukon ..........0. 00, 66. Sesayut Tanem Tuwuh 67. Sesayut Teteg Urip 68. Banten Pemali.... .. 69. Banten Pemakuhan. . 70. Banten Pemelaspas. . . 71. Catur Sanak / Adi-Adian 72. Banten Kemara..... 73. Sesayut Ketututan .. . Bab XI Banten Taman Pulogembal....... Bab XII Cara Merangkai Jajan Pulogembal Gambar Lustrasi Berbagai Bentuk Jajan Pada Pulogembal. . . Gambar lustrasi Banten Pulogembal eee Bab XII Banten Bebangkit....,..... ‘Tetandingan Siwa Bahu Bab XIV Banten Jejanganan : rent ee Bentuk Dan Macam Nasi Pada Banten Jejanganan Bab XV Banten Pesuwugan . Bab XVI Banten Among. . Penunjang Sastra........., 101 104 107 113 BABI UPAKARA SALING KETERGANTUNGAN DENGAN PUJA, WEDA,MANTRA DAN SEHE Upakara memiliki kekuatan saling ketergantungan dengan Puja, Weda, sehe dan atmanastuti, karena upakara memiliki kekuatan Prawrti Jnana, sedangkan Puja weda, mantra, sehe dan atmanstuti memiliki kekuatan Nirwrty Jnana dan kedua kekuatan itu adalah sebagai kekuatan Lingga (Puja weda, Mantra, Sche dan atmanastuti), dan kekuatan Yoni (upakara), atau kekuatan Bhakti dan Sradhanya umat Hindu kehadapan keberadaan Sang Hyang Widhi. Oleh Karena itu sesungguhnya Puja weda, mantra, sehe, dan atmanastuti memiliki keterkaitan dengan upakaranya seperti contoh; Pembuatan upakara pada suatu upacara agama, sudah jelas dilihat dulu tatwa agamanya, agar fungsi dan tufuan dari upacaranya tidak melenceng dari tujuan si pelaksananya, ken idian dalam tatwa itu akan diketemukan tentang pemujaannya berupa Puja weda, mantra, sehe,dan dari mantra pemujaan itu terlukis upakara yang harus dibuat sesuai dengan upacaranya,demikian sebaliknya upakara apa yang dibuat pada pelaksanaan suatu upacara agama, maka Puja weda, mantra,sehe atau atmanastutinya juga demikian, sebagai contoh kecil, adanya upacara Pewetonan, dimana didalam upakara ayabannya berisi satu kompenen banten sesayut Sidapurna, sesungguhnya sang pemuput / penganteb menyentuh banten tersebut disertay dengan ucapan mantranya sebagai berikut : “Ong atma paripurna tereptata Ong juwita paripurna tereptata Ong sarira paripurna tereptata” Namun kenyataan dilapangan hampir kebanyakan para pemuput / penganteb tidak pernah menyentuh kompenen-kompenan upakara tersebut dengan Puja weda, mantra, sehe, kebanyakan ucapan pujanya mengaburkan, sehingga sang pemuput / penganteb, tidak memahami upakara, sehingsa pemuput / penganteb sering bertanya kepada Tukang banten (serathi), dan tidak jarang juga tukang banten (scrathi), sering mengatur sang pemuput / penganteb, hal inilah yang sesungguhnya keliru, namun kekeliruan itu tidak nampak (terselubung), maka kejadian yang begini perlu diperbaiki dimasa yang akan datang. Sesungguhnya sang pemuput / penganteb harus memahami bentuk bentul upakara beserta namanya di masing-masing kompenen banten tersebut, walaupun tidak bisa membuat langsung (metanding), namun karena secara logika bahwa sang pemuput / penganteb mampu mentolerin bahwa apa upakaranya demikian juga tersirat, begitu pula sebaliknya, Namun kenyataannya dilapangan kebanyakan bem memenuhi pernahaman seperti diatas karena pemuput / penganteb belum memahami fungsi upakara tersebut, i Melihat sccara saksama dilapangan pada pelaksanaan upacara, kelihatan Puja weda, mantranya seolah-olah tidak ada kontak dengan upakaranya, " sehingga~ dirasakan belum nyambung antara puja dan upakaranya dan seolah-olah Puja, etika dan upakaranya berada di dalam jalur masing-masing, padahal tujuan dari tattwa agama tidak demikian adanya, melainkan antara puja, ctika dan upakara merupukan satu kesatuan yang sinergis serta komprehensip menuju kesatuan dari pelaksanaan suatu upacara keagamaan, Sesungguhnya 3(tiga) kerangka agama Hindu ini merupakan cerminan dari esensi ajaran weda yaitu: 1, Ajaran Mantra mencerminkan adanya Ucapan dan lagu-lagu pemujaan seperti adanya Puja weda, mantra dan sehe. 2. Ajaran Upanisad mencerminkan adanya Tattwa agama. 3. Ajaran Brahmana mencerminkan adanya Upakara / Upacara keagamaan. 4. Ajaran Aranyaka mencerminkan adanya Etika Oleh karena itu dalam pelaksanaanya suatu upacara agama tidak boleh terlaksana secara terpisah, semestinya dilaksanaian secara utuh berintegrasi. Upakara menurut kuantitas memiliki aturan tingkatannya sesuai dengan kemampuan umat yaitu adanya Tingkat Utama, Madya, dan Nista (inti), dari ketiga tingkat ini dapat dipilah menjadi tiga ditiap tingkatan sehingga ada sembilan tingkatan dari upakara tersebut. Melihat dari penjelasan tersebut bahwa umat Hindu yang berbudaya Bali sudah diberikan kelonggaran oleh sastra agama dalam hal melakukan suatu upacara agama harus berdasarkan keikhlasan serta disesuaikan’ dengan kemampuannya dan sama sckali jangan / tidak boleh bersifat pamer / Nasmita, Jika hal ini dicamkan secara saksama oleh masing-masing individu, maka dari sana akan melahirkan keikhlasannya beryadnya serta pelaksanaan agamanya dimasa mendatang, generasi tidak akan merasa terbebani, maka pelaksanaan upacara agamanya di Bali atau dimanapun berada bagi umat Hindu yang berbudaya Bali dapat berlangsung secara berkesinambungan walaupun dalam jaman globalisasi. Dalam penulisan Himpunan Tetandingan Upakara Yadnya ini penulis ungkapkan beberapa sarana dan upakara dalam kuantitas kanista (inti) yang dipersembahkan sehari-hari (nimita karma) , secara berkala (nimitika karma), sampai yang tingkat utama. Adapun untuk keperluan upacara sehari-hari dan mudah dipahami dan mudah dalam pembuatannya antara lain ; A. Bentuk sarana pemuspan seperti Bunga yang mempunyai fungsi seperti; 1. Sebagai simbul kekuatan merutha (angin), dengan prabhawa dari Sang Hyang Iswara adalah sebagai pengampuhing letuhing sarira, bertujuan untuk penyucian diri. 2. Sebagai simbul Dewa di buwana alit untuk merangsang keheningan umat pada saat itu, dengan munculnya keheningan pada gaat itu sesungguhnya sebagai simbul kekuatan Dewa dalam diri, maka canang itu berisi bunga. { 3. Sebagai kekuatan intitusi, dengan memasang bunga pada dikepala / ditelinga setelah memohon tirtha, mengandung maksud betelah memohon kekuatan penyucian dan amertha kahuripan, umat juga memohon kekuatan kepagehan jiwa yang suci selama hidupnya. B. Airdalam kegiatan upacara keagamaan menurut keyakinan umat Hindu di Bali keberadaan air adalah sebagai srana untuk memohon penyucian, dimana pada saat persembahyangan cara membilas tangan debagai vii Pertanda memohon kekuatan pengleburan letuhing sarira kebadapan Sang Hyang Widhi dengan prabhawanya Hyang Wisnu C. Api dalam pelaksanan upacara menurut keyakinan umat Hindu juga dimana api selalu menjadi pokok landasan dasar pelaksanaan upacara agama karena api sebagai simbul Sang Hyang Agni atau Brahman yang merupakan sumber dari Widya atau sumber kehidupan di semua makhluk dialam semesta ini, juga sebagai kekuatan agni homa (linting, Pedarmar), dan sebagai kelcuatan agni hotra (penimpug,api takep, asep). Berdasarkan penjelasan diatas bahwa pembuatan upakara dari yang Sehari-hari sampai yang berkala sangat tergantung ketiga unsur dimaksud, maka didalam pelaksanaan upacara kwantitas yang terkecil sarana yang dibutuhkan adalah berupa sarana yang merupakan inti atau karista, disebut dengan “Canang” talu Apakah Canang tersebut, mudah dibuat, gampang ngaturang, namun makna, bentuk dan fungsinya... PPP viii i BAB II BERMACAM-MACAM CANANG Upakara dengan kwantitas terkecil yang dikenal dengan istilah kanista atau inti dari Upakara disebut “ Canang”, untuk dapat mengambil semerti dari canang dapat diambil dari kata canang, yang berasal dari suku kata “Ca” yang artinya indah, sedangkan suku kata “Nang”, artinya, tujuan yang dimaksud (kamus Kawi-Bali). Dengan demikian maksud dan tujuan canang adalah, sebagai sarana bahasa Weda untuk memohon keindahan (Sundharam) kehadapan Sang Hyang Widhi. Mengenai bentuk dan fungsi canang menurut pandangan ajaran Agama Hindu di Bali memiliki beberapa bentuk dan fungsi sesuai dengan kegiatan upacara yang dilaksanakan. Canang dapat dikatakan sebagai penjabaran dari bahasa Weda melalui simbul-simbulnya yaitu : a. Canang yang dialas dengan sebuah ceper, adalah sebagai simbul “Ardha Candra”, sedangkan canang yang dialasi dengan sebuah tamas kecil adalah sebagai simbul “Windhu”. Didalam ceper berisi sebuah porosan adalah sebagai simbul “Silth Asih”, dalam arti umat Hindu harus didasari oleh hati yang welas asih kehadapan Sang Hyang Widhi, demikian sebaliknya sebagai anugrah Beliau. . Didalam ceper juga berisi jajan, tebu dan pisang, adalah sebagai simbul “Tedong Ongkara”, menjadi perwujudan dari kekuatan, Utpeti, Stiti, Dan Pralina Dalam Kehidupan Di Alam Semesta Ini. . Diatas raka-raka tadi disusunkan sebuah sampian Urasari, adalah sebagai simbul kekuatan “Windhu” serta ujung-ujung sampian tersebut adalah sebagai simbul “Nadha”. - Diatas sampain urasari disusunkan bunga-biinga dengan susunan sebagai berikut : * Bunga putih disusunkan pada arah Timur sebagai simbul kekuatan Sang Hyang Iswara. : * Bunga berwarna merah disusunkan pada arah Selatan adalah sebagai simbul kekuatan Sang Hyang Brahma Bunga berwarna kuning disusunkan pada arah Barat, adalah sebagai simbul kekuatan Sang Hyang Mahadewa. Bunga berwarna biru atau hijau disusunkan pada arah Utara, adalah sebagai simbul kekuatan Sang Hyang Wisnu. * Kembang Rampai disusunkan tepat ditengahnya adalah sebagai simbul kekuatan “Sang Hyang Panca Dewata”. Ss ° a ° Dengan demikian Canang adalah mengandung makna sebagai permohonan umat Hindu kehadapan Sang Hyang Widhi (berwujud Ongkara) bahwa umatnya memohon kekuatan, untuk itu agar Beliau bermanifestasi menjadi kekuatan Ista Dewata. Bentuk dan Fungsi Canang Bentuk dan fungsi canahg yang ada di Bali memiliki beberapa bentuk 7 | | | | fungsi, antara lain : 1, Canang Sari Pade man Grasarinya tetapi memiliki prinsip dan kwalitas yang sama Pada cepernya berisi raka-raka dan porosan, diatasnya dipasangkan sampian 2. Canang Genten Pada prinsipnya canang Genten sama dengan canang sari, hanya ditambahkan dengan jajan kekiping, pisang mas deg bubur sesuruh merah dan putih, dan dimasing-masing bubur tersebut dibungkus dengan janur digiling menyerupai sebatang rokok, serta diletaklen dibawah sampian 8. Canang Payasan / Canang Pesucian Canang pesucian dialasi dengan sebuah Ceper pada bagian pangkalnya, fan diatas taledan ini dijaritkan 5 buah celemik denges posisi tempatnya, atas, bawah, kanan, kiri, serta ditengahnya, masing-masing celemik berisi sarana sebagai berikut : & Pada celemik diatas berisi tepung tawar, adalah sebagai kekuatan Sang Ayang Iswara untuk memohon penyucian mengenai seb kandel, letuhing jagat dan sarira, ». Pada celemik dibagian kanan berisi lenga wangi (kapas berisi minyak wangi), d. Pada celemik dibagian kiri berisi sisig, adaidh sebagai simbul keluatan Sang Hyang Wisnu, untuk memohon penyucian mengenai gering sasab merana. a Sang Hyang Siwa, untuk memohon penytician kehadapan Beliau, mengenai segala kekotoran bathiniah. Canang pesucian in dipergunakan hampir pada setiap Upakara. i 4. Canang Gantal Pada perinsipnya canang gantal ini sama dengan canang pesucian hanya pat colemik ditengah diisi base tubungan metungicas, mengenai makna yang Kata Cantal berasal dari kata “Gana”, yang mengandung arti “pertemuan* atau pupulan, sedangkan suku kata “Tal”, dapat diartikan “bersatu” atau terikat menjadi satu, Dengan demikian canang Gantal memiliki makna sebagai permohonan umat kehadapan Sang Hyang Widhi agar dianugrahkan kedamaian. Canang Gantal terdiri dari dua taledan, taledan pertama berisi seperti yang telah dijelaskan diatas, kemudian diatas taledan pertama disusun lagi dengan taledan kedua yang berisi, raka-raka lengkap, sampian plaus, dan porosan. Diatas taledan dijaritkan dua buah celemik dengan posisi di kanan dan kiri, dan celemik disebelah kanan berisi,burat wangi, serta celemik yang disebelah Kiri berisi lenga wangi, sedangkan dibagian tengahnya berisi pisang mas, jajan kekiping, 2buah bantal kecil. Kemudian paling atas disusunkan sebuah canang sari diikat dijadikan satu. Cahang gantal dipergunakan pada upakara Panca Yadnya. 5, Canang Pengerawos Pembuatan canang pengerawos, pada prinsipnya sama seperti canang Gantal hanya ditengahnya mempergunakan sebuah takir berisi 5 buah lekesan, serta maknanya hampir sama dengan canang Gantal, hanya disini menekankan permohonan kehadapan Sang Hyang Widhi, khususnya dalam hal memohon kebulatan pendapat berdasarkan ketenangan hati untuk mencapai kedamaian. Lekesan sebanyak 5 buah adalah sebagai simbul dari, Sabda, Bayu, Idep, Rasa dan Cita. Canang pengerawos dipergunakan pada Upakara peparuman, Upakara Pamelastian Bethara, Upakara-Piodalan, Upakara Pengajuman. 6. Canang Tubungan. Pada prinsipnya canang Tubungan sama dengan canang pengerawos hanya Lekesannya satu buah saja, dan mengandung makna sebagai simbul permohonan umat kehadapan Sang Hyang Widhi agar Beliau bermanifestasi sebagai Ista Dewata, dan berstana sesuai dengan fungsinya untuk menganugrahkan suatu kekuatan. Canang Tubungan dipergunakan pada Upakara penuntunan, pemendakan, dan pada upakara pasupati. 7. Canang Raka Canang Raka pada prinsipnya sama dengan membuat Canang Sari hanya berisi buah-buahan sebanyak 5 macam buah, dan berisi eteh-eteh pesucian Canang Raka memiliki makna sebagai simbul memohon pengeleburan Panca Mala baik terhadap Bhuwana Agung maupun terhadap Bhuwana Alit, serta dianugrahkan Panca Amertha yaitu : * Amertha Sanjlwani yang disimbulkan dengan pisang kayu (kebiuhdayan) agar umat memiliki sifat bijaksana. | * Amertha Kamandalu yang disimbulkan dengan buah salak agar selalt dianugrahkan kesehatan phisik, mental, akal dan budhi. ‘i “ Amertha Kundalini yang disimbulkan dengan buah yang berwama kuning seperti mangga, pepaya, dsb, agar dianugrahkan kemakmuran, 3 kesejahteraan dan nutug tuwuh, He * Amertha Pawitra, yang disimbulkan dengan buah manggis, agar senantiasa memiliki hati yang iklas dan jujur, untuk menuju ketingleat kesucian, * Amertha Maha Mertha, yang disimbulkan dengan buah jeruk dengan macamnya (Samagama), agar senantiasa memiliki bathin yang suci untuk menyatu kehadapan Sang Hyang Widhi melalui sembah Bhaktinya. Canang Raka dipergunakan untuk Upakara Panca Yadnya, khususnya pada upakara peperanian, upakara pesimpenan pedagingan, upakara penyejer disaat ada piodalan 8. Canang Tadah Sulla Canang Tadah Sukla pada prinsipnya sama dengan membuat canang Payasan, hanya isi celemiknya yang berbeda, sedangkan pada canang ini isi celemik masing-masing seperti : 8. Celemik pada bagian kiri atas berisi kacang ijo (kkacang putih) b.Celemik pada bagian kanan atas berisi kacang komak atau kacang merah. ©. Celemik pada bagian kiri bawah berisi ubi 5 iris (pala bungkah) d.Celemik pada bagian kanan bawah berisi keladi 5 iris (pala bungkah) ¢-Celemik dibagian tengah berisi kacang botor dan pisang kayu yang mentah sebanyak 5 iris. Kemudian diatas tetandingan ini disusunkan pesucian dan canang sari diikat dijadikan satu. Mengenai maknanya canang Tadah Sukla memiliki makna sebagai simbul permohonan kehadapan Sang Hyang Widhi agar, dianugrahkan kekuatan Iman (Satyam), Kesucian (Siwam), dan kesejahteraan terhadap Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit (Sundharam). Canang ini dipergunakan pada Upakara semua bentuk suci, upakara di Surya, Upakara pebersihan pada pengabenan dan penyekaban. 9. Canang Pengengkab Pada prinsipnya pembuatan canang pengengkab sama dengan pembuatan canang payasan, hanya ditengah-ditengahnya berisi dua buah takir dengan posisi tempat kanan dan kiri, yang dikanannya berisi beras kuning dengan satu buah basé Tubungan, sedangkan takir yang disebelah kiri berisi air cendana. Canang pengengkab memiliki makna sebagai permohonan kehadapan Sang Hyang Widhi agar, dianugrahkan kekuatan magis, kawibawaan, (Taksu). Canang ini dipergunakan pada upakara piodalan Gong, Gambang, Gender, Angklung, Wayang, Barong, Topeng, dan tarian sakral lainnya. 10. Canang Saraswati Canang Saraswati mempergunakan sebagai alasnya sebuah tamas kecil atau sebuah cepér yang didalamnya berisi, jajan, pisang, tebu, porosan sampian plaus, diletakkan pada bagian hulunya. Kemudian dipasangkan 5 buah celemik, dengan posisi tempatnya, atas, bawah, kanan, kiri dan di tengah, dan pada setiap celemik berisi jajan suci berwarna putih kuning, yang dialas dengan daun beringin dengan jajan sucinyal sebagai 4 berikut : Pada celemik dibagian atas berisi jajan suci Bungan temu putih kuning, Pada celemik dibagian kanan berisi jajan suci kerang putih kuning Pada celemik dibagian bawah berisi jajan suci Kekuluban putih kuning, . Pada celemik dibagian kiri berisi jajan suci Karna putih kuning. Pada celemik dibagian tengah berisi jajan suci Candigara putih kuning, saocep Diatas tetandingan jajan suci tadi disusunkan lagi sebuah ceper sebagai ceper ke dua yang didalamnya berisi 5 buah celemik dengan posisi tempat atas, bawah, kanan, kiri dan ditengah, serta masing-masing celemik berisi pala bungkah pala gantung (panca) kecuali yang ditengah berisi bubur warna merah dikanan, dan yang putih dikirinya kemudian diatas panca-panca ini disusunkan sebuah ituk-ituk yang berisi eteh-eteh Tetukon (Beras, benang, porosan, wang kepeng bolong satu kepeng). Selanjutnya diatas ituk-ituk ini, diisi jajan Saraswati yang dialas dengan sehelai daun beringin, kemudian diatas jajan Saraswati ini ditutupkan dengan sebatang ranting beringin sebagai penjornya, dan diatas jajan saraswati disusunkan pesucian serta canang diikat dijadikan satu. Mengenai makna dari canang Saraswati ini, adalah mengandung makna sebagai sarana permohonan kehadapan Sang Hyang Widhi, agar dianugrahkan kepradnyanan dan kesidhian. CARA TETANDINGAN CANANG RAKA SEBAGAI PERMOHONAN PENGELEBUR PANCA MALA, 1, Paling atas berupa Canang Sari 2. Tumpukan kedua adalah berupa Canang Pasucian 3. Tumpukan ketiga berupa Canang berisi Raka dengan tetandingan sebagaiberikut ; Cara membuatnya sama dengan Canang Pasucian dan Canang Sari,hanya tambahan setiap celemik berisi a. Celemik dibagian atas berisi pisang kayu sebagai simbul nunas Amertha Sanjiwani, kebiyuhdayan, nunas sifat kebijaksanaan, b. Celemik dibagian kanan berisi buah salak, sebagai simbul nunas Amertha Kamansalu, agar diberikan kekuatan phisik, akal dan budhi ©. Celemik dibagian bawah berisi buah yang berwarna kuning (mangga, papaya dsb), nunas Amertha Kundalini, sebagai bentuke permohonan agar dianugrahkan kemakmuran, kesejahteraan dan nugtug tuwuh d. Celemik dibagian kiri berisi buah manggis, nunas Amertha Pawitra, sebagai bentuk permohonan agar selalu memiliki hati yang tulus ikhlas dan jujur, untuk menuju ketingkat kesucian ©. Celemik di tengah berisi jeruk dengan macamnya seperti semaga (samagama), nunas Amertha Maha Mertha, sebagai permdhonan agar senantiasa diberikan dan memiliki Bathin yang suci| untuk menyatu dengan Sang hyang Widhi melalui sembah bhaktinya £ Diatasnya berisi Canang Urasari, kemudian ketiga tetantlingan tersebutdiikat jadi satu ikatan , maka jadilah “Canang Raka” | CANANG SARI | 1% 2 Keterangan 1). Ceper 2), Tebu seiris 3). Porosan Silih Asif 4). Jajauli begina hancur 8). Pisang seiris 6). Sampian Ruras Sari : 7). Bunga putih diTimur : 8}. Bunga Merah di Selatan 9). Bunga Kuning di Barat 10), Bunga Hijau /Biru di Utara 11), Koma Rampe di Tengah CANANG GENTEN 3 a ost i Keterangan 12). Bunga Kuningdi Barat 13). Bunga Hijau /Biru di Utara 1). Ceper 14). Kembang Rampedi Tengah 2), Tebu seiris 3). Porosan Silih Asih 4), Jajauli begina sedikit 5). Pisang seiris 6), Kiping : 7), BiuMas 8). Bubuh Sesuru mekaput busung seperti rokok. 9), Sampian Ruras Sari | ~ | 10), Bunga putih di Timur” | 11), Bunga Merah di Selatan | | | CANANG PESUCIAN (7 Oe] —__. L WT ditumpuk P Keterangan 1). Ceper 2), Tetuwasan Petat 3). Tetuwasan Suwah 4}, Bunga 5], Porosan Silih Asih 6). Celemik berisi tepung beras / tawar 7), Celemik berisi kapas + minyak wangi 8). Celemik berisi daun dadap mecacak 9), Celemik berisi jaja metunu (sigsie) 10), Celemik berisi serbuk cendana 11), Sebuah takir berisi air 12), Canangsari CANANG GANTAL Keterangan (Bawah) 1). ° Taledan mepelekir 2). Raka-raka jangkep sampian plaus 3). Celemik berisi tepung tawar 4). Celemik berisi kapas + minyak wangi 5). Celemik berisi daun dadap mecacak. 6). Celemilc berisi jaja metunu 7). Celemik berisi serbuk cendana 8). Base tulak 1). Taledan mepelekir 2). Raka-raka jangkep sampian plaus 3). Celemik berisi lenge wangi (salep wangi) 4). Celemik berisi burat wangi (serbuk cendana) 5). Kiping ditumpuk 6). Biyumas 7). Bantal2 buah 1 1). Canang sari diatas (diikat) < (paling atas) Atas Atas CANANG PENGERAOS Keterangan Canang Sari (diikat jadi satu) 1). Taledan mepelekir 2), Raka-rakajangkep sampian plaus 3). Celemik berisi lenge wangi (salep wangi) 4). Celemik berisi burat wangi (serbuk cendana) 5). Kiping 6). Biyumas 7). Bantal 2 buah 1). Taledan mepelekir 2). Raka-rakajangkep 3). Celemik berisi tepung tawar 4). Celemik berisi kapas + minyak wangi 5). Celemik berisi daun dadap mecacak 6). Celemik berisijajametunu 7). Celemik berisi serbuk cendana 8). Base lekesan 5 buah diikat jadi satu alas takir. CANANG TUBUNGAN Keterangan 1), Canang Sari (diikat jadi satu) 1). Taledan mepelekir 2), Tetuwasan petat 3). Tetuwasan suwah 4). Porosan silih asih + bunga 5}. Celemik berisi tepung tawar 6). Celemik berisi kapas + minyak wangi 7). Celemik berisi datn dadap mecacak 8). Celemik berisi jaja metunu 9). Celemik berisi serbuk cendana 0). Taledan mepelekir 1). Raka-rkasampian laus i 2). Celemik berisi buah pinang | 3). Celemik berisi pamor 4). Celemik berisi gambir 5). Celemik berisi mako : 6). Celemik berisi beras kuning 7). Basetubungan 8 | | CANANG RAKA Keterangan 1). Canang Sari (diikat jadi satu) 1). Taledan mepelekir 2). Tetuwasan petat 3), Tetuwasan suwah 4), Porosan silih asih 5). Celemik berisi tepung tawar j 6). Celemik berisi kapas + Minyak wangi 7). Celemik berisi daun dadap mecacak Celemik berisijaja metunu 9). Celemik berisi serbuk cendana : ' oa 1). Taledan mepelekir 2). Raka-raka sampian plaus 3). Celemik berisi biyu kaya i 4). Celemik berisi salak 5). Celemik berisimangga 6). Celemik berisi manggis 7). Celemik berisi semaga CANANG TADAH SUKLA Keterangan 1). Canang Sari (diikat jadi satu) 2). CanangPesucian : 2 > 1). Ceper Lf7 ¢ 2). Raka-raka sampian plaus | — oe 3). Celemik berisi (kacang hijau / putih) \v W 4). Celemik berisi (kacang komak / mefah) W 5). Celemik berisi pala gantung Siris ' v 6). Celemik berisi pala bungkah S iris Ww - 7). Celemik berisi (kacang botor + biyu kayu Siris) 9 ( CANANG PENGENGKAB Tamas. Rake-raka sampi Bubuh sesuru putih, Bubuh sesuru keuning, Pala bungkah § itis. Pala Gantung 5 iris, Keterangan 1). Canang Sari (diikat menjadi satu) J). Taledan mepelekir Raka-raka sampian plaus 3). Celemik berisi lenga wangi (salep wangi) Cclemik berisi burat wangi (serbuk cendana) 1). Taledan mepelekir 2). Raka-raka jangkep sampian plaus 3). Celemik berisi tepung tawar Celemik berisi kapas + minyak wangi 5). Celemik berisi daun dadap mecacale 6). Celemikberisijajametunu 7). Celemik berisi serbuk cendana Takir berisi air cendana 9). Takirberisi beras kuning Base tubungan CANANG SARASWATI Keterangan i). Canang Sari (diikat menjadi satu) 2). Canangpesucian + Base tubungan 1). Ituk-ituk + tetukon Jaja Saraswati 3). Pisangmas2buah 4), Penjor daun beringin 9}. Celemik berisi daun plaus. beringin jaja kerang P. kuning. } 10). Celemik berisi daun beringin jaja kelkuluban P kuning, Gener 1), Celemik berisi daup Gelemik berisi deon beringin. jaja kana Beringin jaja Sugan tema woning -putih ning 12), Getemik beripi dawn Bering. jan eae gare pau 10 2. Bentuk Ceper Alit Keterangan 1). Canang Sari (diikat jadi satu) 2 2). Canang pesucian + Base tubungan 3). Ituk-ituk berisi tetukon, jaja Saraswati, 8 biyumas 2, penjor daun beringin 7 1). Ceper (berisi raka-raka sampian plaus) Vis 2). Celemik berisi bubuk kuning kanan atas 5 3). Celemik berisi bubuk putih kiri atas 7 v 4). Celemik berisi daun beringin, jaja WY bungan temu putih, kuning : 5). Celemik berisi daun beringin jaja kerang 8 putih kuning 6). Celemik berisi daun beringin jaja ——— kekuluban putih kuning 7). Celemik berisi daun beringin jaja karna putih kuning 8). Celemik berisi daun beringin jaja candi gara putih kuning, 1). Ceper 2). Celemik berisi pala bungkah gantung 1 a iris. 3). Celemik berisi pala bungkah gantung 1 t iris, dl i 4). Celemik berisi pala bungkah gantung 1 i i iris, i - 5). Celemik berisi pala bungkah gantung 1 ‘ iris. 6). Celemik berisi pala bungkah gantung 1 itis, | Pala Bungkah 5 Macam Pala Gantung 5 Macam 1 3. Bentuk Ceper Besar Keterangan 1). Canang Sari (diikat menjadi satu) a AVES, 2). Teak - ituk berisi tetukon, jaja saraswati, i pisangmas 2 penjor daun beringin q 1). Ceper besar 2). Raka-raka sampian plaus 3). Celemik berisi bubuk kuning 4). Celemik berisi bubuk putih 5). Celemik berisi pala gantung 5 iris 6). Celemik berisi pala bungkah 5 iris 7). Celemik berisi daun beringin jaja bunga temu putih kuning 8). Celemik berisi daun beringin jaja kerang putih kuning 9). Celemik berisi daun beringin jaja kekuluban putih kuning. 10). Celemil berisi daun beringin jaja karna putih kuning 11). Celemik berisi daun beringin jaja candi gara putih kuning, 12 CANANG SARASWATI 1, Beralas Tamas ——> 1). Canang Sari (diikat menjadi satu) Canang Pesucian + Base Tubungan 1), Ituk-ituk medaging tetukon 2). Jaja Saraswati 2 3). Pisangemas=2buah 4). Penjor daun beringgin 1). Tamas 2). Raka-raka sampian plaus 3). Celemik berisi bubuh sesuru putih 4). Celemiic berisi bubuh sesuru kuning 5). Celemik berisi pala bungkah (5 macam) 6). Celemik berisi pala gantung (5 macam) 7), Ceper 8). Celemik berisi daun beringin dan jaja bungan temu putih dan kuning 9). Celemik berisi daun beringin dan jaja kerang putih kuning j 10). Celemik berisi daun beringin dan jaja Kekuluban putih kuning 11). Celemil berisi daun beringin dan jaja warna putih kuning 12). Celemik berisi daun beringin dan jaja candi gora putih kuning, 2, Beralas Ceper Alit 1) 2). Canang Sari (diikat menjadi satu) Canang Pesucian + Base Tubungan Ituk-ituk medaging tetukon Jaja Saraswati Pisangemas=2 buah Penjor daun beringgin Ceper Raka-raka sampian plaus Celemik berisi daun beringin dan jaja Bunga temu putih kuning Celemik berisi daun beringin dan jaja kerang putih, kuning Celemik berisi daun beringin dan jaja kelculuban putih kuning Celemik berisi daun beringin dan jaja karna putih kuning Celemik berisi daun beringin dan jaja candi gara putih kuning Celemik berisi bubuh sesuru putih Celemik berisi bubuh sesuru kuning Ceper Celemik berisi pala bungkak dan pala gantung 1 iris, Celemik berisi gantung 1 iris, Celemik berisi pala bungkak dan, pala gantung | iris, Celemik berisi pala bungkak dan! pala gantung | iris | Celemik berisi pala bungkak dan! pala gantung L iris. | Pala Bungkah 5 macam | | pala bungkak dan pala Pala Gantung 5 macam 14 CANANG LENGE WANGI BURAT WANGI Keterangan 1). Canang Sari (diikat jadi satu) 1). Taledan mesibeh 1 2), Raka-raka sampian plaus 3). Celemik berisi lenge wangi (salep wangi) 4). Celemik berisi Burat Wangi (Serbuk cendana) 1). Taledan mesibeh 1 2). Raka-raka jangkep sampian plaus 3). Celemik berisi tepung tawar 4). Celemik berisi kapas + minyak wangi 5 5). Celemik berisi daun dadap mecacak 4 6). Celemik berisi jaja metunu 7). Celemik berisi serbuit cendana BASE TUBUNGAN A Dilipat | bagian a {| je _f tengah | S — Buat 3 buah \ \ ' \7 {7 Langkah ke 1 La Langkah ke 3 HastInya 1). Dua buah dari langkah ke 3 disatukan pertemukan bagian ujung dan ujung, pangkal dan pangkal lalu diikat dengan I buah langkah ke 3. Dilipat bagian tengah Buat 3 buah, 1). Ambil 2 buah base dari langkah ke 3, satukan ujung + pangkal lalu diambil lagi base dari langkah ke 3 dan ikat. 2 1). Busung | 2). Base diolesi pamor 3). Semat ' 2). Porosan Tampelan 1). Daun plawa / Bunga 2). Busung 3). Semat Didalam berisi base dan pamor (sedikit) 17 BAB It TATA CARA MERANGKAI BANTEN AYABAN gyaban baik bersifat Nista, Madya maupun Utama, sesuai dengen Kebutuhan upacaranya pada salah satu pelaksanaan upacara dain salah satu Yadnya pada Panea Yadnya. Dalam pelaksanaan merangkai suatu ay diperhatikan terlebih dahulu oleh para Serath dan kreterianya yaitu : 1 Barus memahami dan melaksanakan terlebih dahulu mengenai sesana (ethika) seorang pembuat upakara, po Fee ini kami menjelaskan tentang tatacara merangkai banten aban (Upakara ayaban) perlu # adalah, beberapa persyaratan ing Yadnya yang Magee i dalam Tri Angganing Yadnya yaitu, Utama Angga yang merjact fauuning Yadnya (Kepala), Madya Angga yang menjadi Angganing Yadnya (Badan), yang terakhir adalah Nista Angga, yang menjadi sukuning Yadnya (Kaki). ; Banten Soda dan Peras sebagai simbul Bayu Tengen (Dada Kanan) b. ©. 4, ¢. Banten Jerimpen (2 buah) sebagai simbul Tangan Kalih (Kedua tangan) f£ 8 h. ; Banten Dapetan sebagai simbul Hradaning Yadnya (Ulu Ati) . Banten Sesayut dan Tebasan . Banten Caru atau Segehan set sebagai simbul Garbaning Yadnya (Perut) agai simbul Sukuning Yadnya (Kaki) Sebagai simbul Bhuwana Agung yaitu : Banten Pejati sebagai simbul Alam Kedewataan (Sang Hyang Widhi) Banten Gebogan sebagai simbul Prananya Bhuwana Agung Banten Pengambean sebagai simbul kekuatan Acetana atau Samudra Banten Soda dan Peras sebagai simbul kekuatan Cetana atau Gunung Banten Jerimpen {2 buah) sebagai simbui Surya-Candra (Bulan dan Matahari) pRoop Banten Dapetan sebagai simbul Uriping Jagat (Kekuatan Alam) §. Banten Sesayut dan Tebasan sebagai simbul hukum Rta di Alam Semesta A. Banten Caru atau Segehan sebagai simbul kekuatan Akasa dan Pertiwi Dengan adanya Tri Angga dan Asta Karana, maka terciptalah kekuatan Kedewataan yang disebut dengan “Eka Dasa Dewata”, kemudion terjadi proses Fenciptaan, Pemeliharaan serta Pameralina di Alam’ Semesta ini, hal eich dikenal dengan istilah pengideran “Sebelas Kedewataan” lontar Pelutaning Yadnya menyebutkan antara lain : “WIWEKA PWA SIRA MENGEREKA YADNYA, APAN TINGKAH IKA A JUGA SIRA MANGEREKA PENGERAGAN DEWA, AYUWA SIRA RapaNG 18 LURUNG, ANGING TEGEP SEKWASAN BHUWANANE MERAGA TRI ANGGA NING YADNYA MERAGA SANG HYANG RI PURUSA, MUANG ASURUPA SIRENG MERAGA SANG HYANG ASTA MURTI NGARANIA, MENGERAKSA JAGAT, MERAGA SANG HYANG MAHA YONI, MAKA URIPNIA MERAGA SANG HYANG TRI PURUSA MENADIA LINGGANING JAGAT ANGAWE JAGAT RAHAYU MUANG TAN RAHAYU MANUT RING BHAKTIN MANUSA MANUT SESANANNIA. PATEMONANIA IKA MENGARAN SANG HYANG EKA DASA DEWATA, IKA ‘TA MENGARAN SANG HYANG SIWA DHARMA, MAKA WIWITANIA SARWA MAURIP RING JAGATE, MUANG PEWALINIA INGKANA JUGA KEDADENIA, oe MANGKANA JUGA KANG YADNYA PAWAKAN MANUSA JUGA KETATUANIA, APAN ULUN’TA MERAGA KEDEWATAN. MAKA LINGGIH WIDHINE RING BHUWANA ALIT AWANAN PINGITAKANA KESUCIAN’TA, PAGEH SIRA ANUNGSUNG WIDHI, MELARAPAN SARIN KARMAN’TA JUGA, APAN SAKING JKA METU RAHAYU. KELAWAN TAN RAHAYUN MANUSIANE, APAN RAHAYU ‘TA, AJA KLEMAN, APAN TRI TETEBASAN NGARAN MUAH TINAWURAN DENIRA SEHANANING LAMAKSANA PENYUPATAN, .. a .. APAN MARING JAGAT SIRA SUPAT KESUPAT LUIRE, WATEK SATO, MINA, MANUK, TARU, MUANG BUKU, WENANG KESUPAT DENING MANUSA, MANUSA KESUPAT DENING WIKU, LAN SANG WIKU KESUPAT DENING SANG HYANG SIWA DHARMA, NGARAN, CECARON, NGARAN PENGELEBURAN SARWA PAPA MENGALIE SWARGA, .. Dari petunjuk sastra diatas dapat disimak, bahwa membuat suatu upakara tidak boleh asal membuat, karena upakara tersebut. memiliki tattwa serta ethika yang patut diikuti, kalau tidak demikian sama seperti membuat upakara tanpa memiliki makna (kadang lurung), oleh karena itu marilah umat Hindu mulai meningkatkan jnana, khususnya dalam bidang upakara, agar upakara yang akan dipersembahkan memiliki arti dan makna tersendiri sesuai dengan tujuan suatu upacara. Didalam merangkai suatu banten Ayaban, simbul suci dalam upakara antara lain : a Sampian pengambeannya memakai sampian metangga yang momakai singsing 17 buah singsing, dengan pujanya yaitu Sang Hyang Sapta Ptala (9, Sang Panea Kosika Gana (5), Sang Hyang Panca Rupa (5). Angka-angka tersebut adalah merupakan angka Tattwa Samkhya yang telah mengandung suatu kebenaran, schingga berjumlah 17. Demikian juga memakai Tulung Pengambean 2 buah tulung, dan pada masing-masing -tulung tersebut memiliki 3 buah juring tepat berada ditengah-tengah tulung tersebut, adalah sebagai simbul kekuatan Sang Hyang Tri Premana Pemakaian Sampian dalam Banten Pe: menurut fungsinya yaitu #, Sampian dengan jejaritan Sriyok, adalah dipakai pada banten ayaban dan pada banten pengulapan ke Dewa Yadnya, Resi Yadnya dan Pitra Yadnya, sedangkan singsingnva tetap berjumlah 17 buh. apian dengan jejaritan Sesapi, dipakai pada upakara Manusa Yadnya dan pada banten pengutapan ke Manusa Yadnya, conohnya pengulapan pada orang yang mengalami keeclakaan), dan | \ 19 i , dikenal juga mengenai simbul- ‘ngambean memiliki dua jenis orem | | | -pengulapan banten caru. Sampian pengambean yang memakai Jejaritan sesapi, mengandung makna sebagai simbul permohonan untuk menetralisir segaia bentuk Sesapa atau “Sapa” alau Pastu (baik kesapa dening manusa, maupun kesapa dening Bhuta, Kala dan Durga). BANTEN SEBAGAI KOMPONEN AYABAN “Tika membuat Banten Ayaban haruslah mengetahui terlebih dabulu tentang banten-banten scbagai runtutan komponennya, sehingga diantara bantes Komponen tersebut disatukan sesuai dengan kedudukan dan maknanya, maka akan tercipta satu Banten Ayaban baik berlwantitas Nista, Madya maupun Utama, vyaitu : Bere Banten pejati/Daksina gede sarwa 4, sesuai dengan proporsi Banten Ayaban Banten Gebogan, juga disesuaikan dengan proporsi Banten Ayaban Banten Pengambean, juga disesuaikan dengan proporsi Banten Ayaban Banten Soda dan banten Peras, juga disesuaikan dengan proporsi Banten Ayaban Banten Dapetan, juga disesuaikan dengan proporsi Banten Ayaban Banten Dapetan ini memilili dua bagian secara garis besar, yaitu : a. Banten Dapetan Pokok Yang dimaksudkan dapetan pokok (kepurusan) terdiri dari dua buah taledan yaitu, pada taledan pertama berisi 2 buah tumpeng, memakei kojong rangkat 3 buah, yang isinya paling kanan (kanan dari yang nanding| adalah garam dan sambal sebagai simbul kesidian, yang ditengah berisi ikanikan (telor) sebagai simbul kemandian, sedangkan yang paling kiri berisi saur, sebagai simbul memohon kedamaian, berisi kacang sebé simbul tapa (satyam) dan berisi terong, mentimun sebagai simbul memohon kesejahtraan (sundharam), dan memakai Sampian Tumpeng. Kedua tumpeng tersebut adalah sebagai simbul kekuatan Dewi Uma dan Dewi Tapeni yang merupakan saktinya Sang Hyang Siwa, kalau di Bhuwana Ait bersemayam kedalam Ati (Dewi Tapeni) dan kedalam Empedu/nyali (Dewi Uma) Satu Taledan lagi berisi tumpeng hanya satu, berisi sebuah penyeneng, dengan kojong rangkatnya sama, juga memakai sampian tumpeng, adalah sebagai simbul kekuatan Siwa Dharma, serta bersemayam di Bhuwana Alit, berstana di dalam Jantung (pepusuhan). b. Dapetan Pengiring Yang dimaksudkan dengan Banten Dapetan Pengiring atau kepredanan adalah terdiri dari empat taledan yang masing-masing taledan tersebut berisi satu tumpeng, dengan kojong rangkat sama hanya masing-masing taledan memakai sampian Windha (sampian Jit Guak) karena banten Gapetan pengiring ini sebagai simbul pariwarania Sang Hyang Siwa Dharma yang bernama, Dewi Kencak, Dewi Sidhi, Dewi Kédep dan Dewi Pradnyan (Lontar Tapeni Yadnya). Maka dari banten dapetan (dapetan pengiring dan Gapetan pokok) memiliki jumlah tumpeng 7 bungkul. Dari perhitangan angka 7 ini menjadi angka Tattwa Samkhya, dengan tattwanya sebagai simbul Sapta Sunita, sebagai simbu! alam Kedewataan. Dengan demilian membuat banten ayaban yang menjadi tolok ukurnys 20 adalah Banten Pengambean, Peras, soda dan banten daj dan banten dapetan Pokok, sedangkan banten petan pengiringnya menyesuaikan, schingga sesuai dengan besar keciinya suatu banten Pengambean, peras, soda, dan dapetan pokoknya dapat dibuat kelipatan, dan bila raasih kekurangan jumlah tumpeng yang dimaksudkan dapat ditambahkan dengan dapetan pengiringnya Demikian juga apabila Pada saat membuat kelipatan pada banten Pengambean, peras, soda dan dapetan pokoknya, mendapatkan jumlah tumpengnya lebih dari ketentuan maka bisa dikurangi dengan banten Perasnya, dan yang ditekankan adalah jumlah tumpeng bersilat ganyil, dalam arti tidals boleh berjumlah genap, karena jumlah ganjil adalah Perhitungan angka Tattwa Samkhya {bermakna Tattwa). 6. Banten Sesayut dan Banten Tebasan Kenapa banten Sesayut dan banten Tebasan sebagai simbul perut....? Karena, kwalitas dari persembahan adalah tergantung dari tattwa dan tase Serta rasa tersebut keluar dari pikiran, serta dari pikiran akan melahirken manab, dan dari manah akan melahirkan Cita. Apabila dalam keadaan marah maka citanya tidak akan muncul maka bersifat formalitas, serta kurang berkwali s kata Se dan Ayu, dalam pengertian Kerahayuan. Begitu pula banten Tebasan yang memiliki pengertian untuk memohi segala dosa-dosanya, Banten Tebasan ke yang sudah tanggal gigi (Meketus}. berasal dari kata tebas atau tebus, on pengeleburan (penetralisir) dari manusa hanya dibuatkan bagi anak Banten Jerimpen Penyertaan banten Jerimpen pada suatu banten Ayaban tidak mesti menyertainya, tergantung dari proporsi dari banten Ayaban terscbut karena dalam pemakaian banten Jerimpen ini memiliki sesana atau aturan - aturan yaitu : a. Apabila proporsi banten Ayaban tersebut. memakai ayaban tumpeng, 9 bungkul, 7 bungkul atau 5 bungkul maka banten ayabannya tidak bolch diisi jerimpen, karena ukuran banten yang demikian disebut berbentuk “Manik Gumawang”. >. Apabila proporsi banten ayabannya memakai tumpeng 11 bungkul, patut diisi banten jerimpen Punggul 2 buah yang letaknya, satu banten diletakkan disebalh kiri banten Pengambean, dan satu buah lagi diletakkan disebalah kanan banten perasnya. ¢. Apabila proporsi banten ayabannya memakai tumpeng, 15 bungkul, tumpeng 17 bungkul, atau lebih sudah bisa disertakan dengan banten Jerimpén Agung (erimpen memakai keranjang) dan sudah bisa juga disertakan dengan banten Suci. 4. Apabila banten Ayabannya memakai tumpeng 21 bungkul, sudah bisa disertakan dengan banten pulogembal, letaknya discbelah kiri banten pengambean, dalam arti banten ayaban dengan jumiah tumpeng| lebih sedikit dari tumpeng 21 bungkul belum boleh diisi banten pulogembal, agungan angga ngaran. [ €. Apabila banten ayabannya dengan proporsi memakai tumpeng 27 bungkul dan 33 bungkul, Sudah bisa disertakan dengan banten bebangkit sAmpai 21 karena banten jerimpen tersebut sebagai simbul kekutan Sang Hyang Surya Candra adalah sebagai sumber “Widya”, » sedangkan untuk di Bhuwana Alit adalah sebagai simbul kedua lengan/tangan 8. Banten Caru dan Segehan Banten Caru dan Segehan adalah s dengan terpadunya kedua kekuatan ebagai kekuatan Akasa Pertiwi, dan tersebut akan menimbulkan kekuatan in baru. Kalau di Bhuwana Alit adalah . Demikian juga penyertaan banten Caru rsi banten ayaban, yakni : a Apabila memakai banten ayaban tumpeng 5 bungkul, 7 bungkul, atau 9 Dungkul, tidak patut memakai caru, melainkan diganti dengan segehan Gung saia. Kalau dalam proporsi banten seperti ini disertakan dengan eipaka upakaranya disebut terlalu besar kaki dalam arti kurang seimbang antara sor dan luhur (kurang harmonis). > Apabila proporsi banten ayaban memakai tumpeng 11 bungkul, tumpeng 15 Dungkul, atau tumpeng 17 bungkul sudah bisa disertakana dengan banten caru Eka Sata. ¢. Apabila proporsi banten ayabannya memakai tumpeng 21 bungkul atau mepulogembal, atau memakai tumpeng 27 bungkul mepulogem bal mebebangkit sudah bisa disertakan dengan banten caru “Panca Sata, Panea Musika, Panca Kelud’. 4. Apabila proporsi banten ayabannya memakai tumpeng 33 bungkul keatas berisi banten pulogembal bebangkit dan banten catur sudah bisa disertalen dengan banten caru “Resi Gana”, Panca Rupa, Balik Sumpah" BAB Iv TEKNIK MENGHITUNG JUMLAH TUMPENG DALAM BANTEN AYABAN Untuk menghitung jumlah tumpeng sesuai dengan proporsi banten ayaban yang dikehendaki, digunakan istilah kelipatan 7, karena jumlah {umpeng pada banten dapetan tersebut adalah berjumlah 7 bungkul, dan tujuh tersebut adalah sebagai simbul “Sapta Sunia” kalau di Bhuvana Agung namun untuk di Bhuwana Alit disebut dengan “Sapta Atma’, yaitu @. Sapta Sunia ; + Bhur Loka | | + Bhuwah Loka * Swah Loka * Maha Loka | \ + Jana Loka ci * Tapa Loka * Satya Loka ’. Sapta Atma ; + Atma + Antaratma + Siwatma > Niratma + Antyatma * Niskalatma * Sunyatma Oleh karena itu memiliki perhitungan sebagai berikut 1. Banten Pengambean, tumpengnya 2 bungkul 2. Banten Soda dan Peras, tumpengnya 2 bungkul 3. Banten Dapetan pokok, satu teladan 2 tumpeng, satu taledan lagi 1 tumpeng. Banten Dapetan pengiring, terdiri dari 4 taledan, dan masing-masing taledan tumpengnya satu jumlahnya = 4 tumpeng. 1. Banten ayaban tumpeng 5 bungkul Banten pejati asoroh Banten gebogan kecil satu Banten pengambean satu soroh dengan tumpengnya= 2 tumpeng Banten soda satu, banten peras satu tumpengnya Banten dapetan yang berisi tumpeng satu dengan penyeneng 2 tumpeng gs pogp 1_tumpen; 5 bungkul ufo Jumlah kemudian ditambahkan dengan banten : Untuk Dewa Yadnya - Sesayut pebersihan - Sesayut siwa sampurna Sesayut sidapurna ~ Penyeneng teterag + segehan agung Untuk Manusa Yadnya : - Sesayut pebersihan - Sesayut atma rauh ~ Sesayut sidapurna ~ Penyeneng teterag + segehan Manca Wamna. 2, Banten ayaban tumpeng 7 bungkul a. Banten pejati asoroh b. Banten gebogan alit satu ¢. Banten pengambean satu soroh tumpengnya d. Banten soda satu soroh, peras satu soroh jumlah tumpengnya e Banten dapetan Dapetan pokok satu rangkai jumlah tumpengnya Dapetan_pengiringnva 2 buah 2 buat 3 buaht npn Jumlah Ditambah dengan banten sesayut, yaitu Untuk Dewa Yadnya * Banten sesayut pebersihan Banten sesayut siwa sampuma Banten sesayut sidasampurna Banten tebasan pemiak kala Banten prayascita, bayakawonan Segehan agung + penyeneng teterag Untuk Manusa Yadnya : * Banten sesayut pebersihan Banten Sesayut atma rauh Banten sesayut sidapurna Banten tebasan pemiak kala Banten prayascita, bayekawonan Segehan manca warna + penyeneng teterag. 3. Banten ayaban tumpeng 9 bungkul: Banten pejati asoroh Banten gebogan alit satu Banten pengambean asoroh tumpengnya = Banten soda satu soroh, perasnya satu tumpengnya = Banten dapetan : > Banten dapetan pokok satu rangkaian tumpengnya = 3 bungkul ~Banten dapetan pengiring 2 tanding tumpengnya __2 bungkul _ Sumlah 9 bungkul paogp Ditambah dengan banten sesayut dan banten Tebasan : Untuk Dewa Yadnya : * Banten’sesayut pebersihan Banten sesayut siwa sampuma Banten sesayut sidapurna Banten sesayut amertha dewa Banten tebasan pemiak kala Banten prayascita dan bayekawonan Berisi sebuah banten penyeneng teterag Sukuning yadnya memakai segehan agung Untuk Manusa Yadnya : * Banten sesayut pebersihan * Banten sesayut atma rauh * Banten sesayut sidapuma * Banten sesayut pageh urip | * Banten tebasan pemiak kala | (Kalau anak sudah tanggal gigi bila belum tidak boleh dibuatkan tebasan, dan diganti dengan banten penyambutan) Banten prayascita dan bayekawonan Disertakan dengan sebuah banten penyeneng teterag Sukuning yadnya memakai segehan Manca Warna. 24 4. Banten Ayaban tumpeng 11 bungkul : Banten pejati asoroh Banten gebogan alit satu Boop Banten pengambean asoroh tumpengnya = 2 bungkul Banten dapetan : > Papetan pokok satu rangkaian dengan tumpeng Dapetan pengiring 4 tanding dengan tumpeng Banten soda dan peras asoroh 3 bungkul 4 bungkul 2 bungkul 11 bungkui Jumiah Ditambah dengan banten sesayut/tebasan : Untu k Dewa Yadnya : Banten sesayut pebersihan Banten sesayut siwa sampuma Banten sesayut sidapurna Banten sesayut amertha dewa Tebasan pemiak kala Banten prayascita dan bayekawonan Banten penyeneng teterag Sukuning yadnya memakai banten Caru Eka sata. Banten jerimpen punggul (jerimpen wakul) Untuk Manusa Yadnya : Banten sesayut pebersihan Banten sesayut atma rauh Banten sesayut sidapuma Banten sesayut pageh urip Tebasan pemiak kala Prayascita dan bayekawonan Penyeneng teterag Sukuning yadnya memakai segehan Manca warna Banten jerimpen punggul. 5. Banten Ayaban tumpeng 15 bungkul : Banten pejati asoroh Banten gebogan satu 2 fe0gp Banten pengambean 2 soroh, tumpengnya Banten soda dan peras 2 soroh, tumpengnya 4 bungkul 4 bungkul Banten dapetan ; ~ Dapetan pokok 2 soroh, tumpengnya Dapetan pengiring 1 soroh, tumpengnya 6 bungkul He 1_bungkul Jumlah = 15 bungkul Ditambah dengan banten sesayut dan tebasan Untuk Dewa Yadnya : Banten sesayut siwa sampurna Banten sesayut sidapuma | Banten sesayut pebersihan | | Banten sesayut amertha dewa | i 25, Banten sesayut puspa dewa Tebasan pemiak kala Penyeneng teterag Sukuning yadnya memakai banten caru eka sata Banten prayascita, bayekawonan Banten pengulapan Banten jerimpen agung Untuk Manusa Yadnya : * Banten sesayut pebersihan Banten sesayut atma rauh Banten sesayut sidapurna Banten sesayut pageh urip ‘ Banten‘sesayut sambut urip : Tebasan pemiak kala a Penyeneng teterag Sukuning yadnya memakai segehan manca warna Prayascita, bayekawonan Banten pengulapan Banten jerimpen agung . Banten ayaban tumpeng 17 bungkul : a. Daksina gede sarwa 4 lengkap b. Banten suci asoroh (suci alit) c. Banten gebogan satu d. Banten soda dan peras 2 soroh, tumpengnya 4 bungkul e. Banten pengambean 2 soroh, tumpengnya 4 bungkul £ Banten dapetan : ~ Dapetan pokok 2 soroh, tumpengnya 6 bungkul -Dapetan pengiring 3 soroh, tumpengnya : _3 bungkul _ Jumiah 17 bungkul Ditambah dengan banten sesayut dan tebasan : Untuk Dewa Yadnya : * Banten sesayut pebersihan Banten sesayut siwa sampurna Banten sesayut sidapuma Banten sesayut amertha dewa Banten sesayut pemiak kala Tebasan lara meraradan Banten sesayut puspa dewa Prayascita, bayekawonan Banten pengulapan Penyeneng teterag | Sukuning yadnya memakai banten caru ayam Eka 7 Banten jerimpen agung Untuk Manusa.Yadnya : * Banten sesayut pebersihan 26 Banten sesayut atma rauh Banten sesayut sidapurna Banten sesayut pageh urip ‘Tebasan pemiak kala Tebasan lara meraradan Banten sesayut sambut urip Prayascita, bayekawonan Banten pengulapan Penyeneng Teterag Sukuning yadnya memakai segehan manca wama Banten jerimpen agung. 7. Banten ayaban tumpeng 19 bungkul : . Daksina gedé sarwa 4 lengkap Banten suci asoroh Banten gebogan satu Banten pengambean 3 soroh tumpengnya Banten soda dan peras 2 soroh, tumpengnya Banten dapetan : - Dapetan pokok 3 soroh i ~_Dapetan pengiring 6 bungkul 4 bungkul Pepe oe 9 bungkul Jumish 19 bungkul g. Banten sesayut dan tebasan : Untuk Dewa Yadnya : * Banten sesayut pebersihan Banten sesayut siwa sampurna Banten sesayut sida purna Banten sesayut amertha dewa Banten sesayut puspa dewa Tebasan pemiak kala Tebasan lara meraradan Banten sesayut amertha wija (jiwa) Banten prayascita, bayekawonan Banten pengulapan Penyeneng teterag Sukuning yadnya memakai banten caru Panca Sata Banten jerimpen agung Untuk Manusa Yadnya : * Banten sesayut pebersihan Banten sesayut atma rauh Banten sesayut sida purna Banten sesayut pageh urip | Banten sesayut sambut urip | | | Tebasan pemiak kala Tebasan lara meraradan Banten sesayut pengenteg bayu Prayascita, bayekawonan Banten pengulapan Penyeneng teterag Sukuning yadnya memakai segehan manca warna * Banten jerimpen agung 8. Banten ayaban tumpeng 21 bungkul : a. Daksina gede sarwa 4 lengkap b. Banten suci c. Banten gebogan d. Banten pengambean, 3 soroh tumpengnya 6 bungkul e. Banten soda dan peras 3 soroh, tumpengnya 6 bungku! f. Banten dapetan : a ~ Dapetan pokok 3 soroh, tumpengnya 9 bungkul q ~_Dapetan pengiring : anata i Jumiah = 21 bungkal Banten sesayut dan tebasan : Untuk Dewa Yadnya : * Banten sesayut pebersihan Banten sesayut siwa sampumna Banten sesayut sida pura Banten sesayut amertha dewa Banten sesayut puspa dewa Banten sesayut amertha wija (amertha jiwa) Jerimpen agung Tebasan pemiak kala Tebasan lara meraradan Banten sesayut cakra geni Banten prayascita, bayekawonan Banten pengulapan Penyeneng teterag Sukuning yadnya memakai banten caru Panca Sata, Panca Musika * Banten pulogembal Untuk Manusa Yadnya * Banten sesayut pebersihan Banten sesayut atma rauh Banten sesayut sida puma Banten sesayut pageh urip Banten sesayut sambut urip Banten sesayut pengenteg bayu Banten jerimpen agung Tebasan pemiak kala ‘Tebasan lara meraradan Tebasan sapuh lara Banten prayascita, bayekawonan | Banten pengulapan Penycneng teterag Sukuning Yadnya memakai segehan Manca warna Banten pulogembal 28 ( susiseisia 9. Banten ayaban tumpeng 27 bungkul a. Daksina gedé sarwa 4 lengkap b. Banten suci gedé asoroh c. Banten gebogan d. Banten pengambean, 4 soroh tumpengnya = 8 bungkul €. Banten soda dan peras 3 soroh, tumpengnya = 6 bungkul a f. Banten Dapetan * Dapetan pokok 4 soroh = 12 bungkul * Dapetan pengiring 1 soroh =__1 bungkul Jumiah =” 27 bungkal g. Banten sesayut dan tebasan : Untuk Dewa Yadnya : - Banten sesayut pebersihan - Banten sesayut siwa sampurna - Banten sesayut sida puna - Banten sesayut amertha dewa - Banten sesayut puspa dewa : - Banten sesayut amertha wija (amertha jiwa) a - Tebasan pemiak kala - Tebasan lara meraradan - Banten sesayut cakra geni - Banten prayascita, bayekawonan - Banten pengulapan - Penyenang teterag - Sukuning Yadnya memakai banten caru Panca Sata, Panca Musika, Panca Kelud . - Banten pulogembal dan banten bebangkit - Banten pedudusan alit (boleh diisi atau tidak) - Banten jerimpen agung Untuk Manusa Yadnya : - Banten sesayut pebersihan - Banten sesayut atma rauh - Banten sesayut sidapuma ~ Banten sesayut pageh urip - Banten sesayut sambut urip - Banten sesayut pengenteg bayu - ‘Tebasan pemiak kala - Tebasan lara meraradan : - Banten sesayut ngeliwar o - Banten prayascita, bayekawonan - Banten pengulapan - Penyeneng Teterag ~ Sukuning Yadnya memakai segehan Manca Warna - Banten pulogembal dan bebangkit - Banten pedudusan alit (boleh diisi dan boleh tidak} - Banten jerimpen agung. 29 10, Banten ayaban tumpeng 33 hungkul a. Daksina gedé sarwa 4 lengkap b. Banten suci gedé ¢. Banten gebogan d. Banten pengambean 5 soroh, tumpengnya 10 bunglcul ¢. Banten soda dan peras 4 soroh, tumpengnya 8 bungkul f Banten dapetan : * Dapetan pokok, 5 soroh, tumpengnya 15 bungkul *_Dapetan penj tum ra Het Jumlah 33 bungicul Banten sesayut dan tebasan : Untuk Dewa Yadnya : - Banten sesayut pebersihan - Banten sesayut siwa sampurna - Banten sesayut sidapurna - Banten sesayut amertha dewa - Banten sesayut puspa dewa - Banten sesayut amertha wiija - Banten sesayut dewa bagia - Tebasan pemiak kala - Tebasan lara meraradan - Tebasan sapuh lara - Banten prayascita luwih - Prayascita alit, bayekawonan - Banten pengulapan - Banten pedudusan alit - Banten pulogembal, bebangkit - Banten catur sari ~ Sukuning Yadnya memakai banten Caru Panca Musika, Panca Kelud, Caru Resi Gana, Caru Balik Sumpah - Banten jerimpen agung Untuk Manusa Yadnya : - Banten sesayut pebersihan - Banten sesayut atma rauh - Banten sidapurna - Banten sesayut pageh urip - Banten sesayut sambut urip : - Banten sesayut pengenteg bayu ie - Banten sesayut peneteg urip \ - Tebasan pemiak kala ~ Tebasan lara meraradan : - Tebasan sapuh lara a - Prayascita, bayekawonan ; - Banten pengulapan - Banten pedudusan alit - - Banten’pulogembal, bebangkit ‘ - Banten catur sari 30 Sukuning Yadnya memakai segehan Manca Warn, sasah 13 tanding ~ Banten jerimpen agung Petunjuk Tambahan : Sesuai dengan petunjuk Lontar Pelutaning Yadnya ada beberapa Petunjuk yang dapat meringankan Umat Hindu dalam rangkaian pembuatan upakara, yaitu : 3). Apabila pada saat menyelenggarakan upacara Dewa Yadnya (piodalan) dan upacara Manusa Yadnya (pawetonan) jatuhnya bertepatan dengan hari purnama, maka piodalan pawetonan tersebut disebut “Nad”, karena pada saat itu semua para Déwa di Sorga turun ke bumi untuk menerime Persembahan umatnya, oleh sebab itu upakaranya meningkat dengan Pemuput upacaranya adalah seorang Sulinggih. Namun dalam petunjuk jontar itu, upakaranya scharusnya disertakan dengan Banten Pulogembal Bebangkit, memakai guling babi. Demikian juga dalam lontar tersebut memberikan kebijaksanaan bagi umat yang tidak mampu, dibolehican membuat upakaranya sesuai dengan kemampuan umat, tetapi banten bebangkitnya diganti dengan segehan sasah putih sebanyak 33 tanding berisi bawang, jahé dan garam, ditujukan kehadapan Sang Kala Grohe dan Sang Kala Amangkurat. »). Khususnya pada pelaksanaan Upacara piodalan di Pemerajan, di Pura- Pura, Upakara Ayaban hanya membuat satu rangkaian saja namun upakara yang munggah di pelinggih-pelinggih hanya seperti dibawah ini: * Banten pejati asoroh * Banten Danan * Canang Raka * Canang pesucian Kecuali pada pelinggih pengerurahnya, memakai ayaban tersendiri karena yang bermanifestasi disana adalah bersifat “Bhuta Dewa”. Oleh karena itu wastra pelinggihnya memakai warna poleng (warna hitam dan putih). ‘). Setiap Piodalan di Pemerajan atau di Pura boleh memakai sanggah Surya apabila memakai upakara ayaban tumpeng 11 bungkul, dibawah itu tidak Perlu.memakai Sanggah Surya, karena penyawangan ke Surya sudah ada pada Banten Pejati sebagai Huluning Yadnya. 4). Setiap Piodalan di Pemerajan atau di Pura boleh memakai Sanggah Panggungan (Pengubengan), apabila banten ayaban piodalannya setidaknya memakai ayaban “Meseker Taman” atau betisi banten Pulagembal. Kalau banten ayabannya lebih kecil dari pulagembal maka tidak diperkenankan memakai Sanggah Panggungan, apabila dipaksakan memakai panggungan agar kelihatan upacaranya lebih ramai maka yadnya yang demikian dikatakan bersifat “Rajasika Yadnya”. Karena Panggungan tersebut sebagai simbul para Dewa di Sorga turun ke Bumi untuk ikut menyaksikan dan menerima persembahan umat, dengan prabhawaNya sebagai Sang Hyang “Catur Loka Pala” 31 ill DAKSINA | (Unsur-unsur terdiri dari 13, kekuatan pesaksi yang disebut Trio Dasa Saksi} | 1}, Bebedog (scpembeng) > Sang Hyang Ibu Pee eee Pertiwi, sebagai simbul bumi | | / 2). Tampak Dara (Sang Hyang Rua Bhineda) Simbul Utara, pengatur seisi alam ised | 3). Beras Amusti (Agemel) > Sang Hyang Bayu. 4), Porosan Silih Asih Alas Kojong > Sang Hyang Samara Jaya, Semara Ratih. 5}. Gegantusan > Alas Kojong > Sang Hyang | Indra, alam semesta, cerminan adanya 6). Pepeselan > Alas Kojong Perangkad > Sang Hyang Sangkara, simbul tumbuh-tumbuhan 7). Pangi > Alas Kojong Perangkad > Sang Hyang Siwa Barana, Boma simbul sarwa pala bungkah 8). Kelapa > Sang Hyang Surya, windu cerminan Sang Hyang Sadha Siwa 9). Telor Bebek > Alas Kojong > Sang Hyang Candra, cerminan Sang Hyang Siwa. } 10]. Tingkih > Alas Kojong > Sang Hyang ‘Tranggana (bintang), roda, cerminan Sang Hyang Parama Siwa jiwatma Lee | | | i | 11), Benang Tebus Putih > Sang Hyang Aji | Angkasa, Simbul awan | 12). Uang Bolong > Windu sunia, cerminan | Sangkan Paran | i 13). Canang Sari > Simbul Asta Aigwarya (Dewata Nawa Sanga) Sundharam, memohon keindahan kehadapan | Sang | Hyang Widhi. | 32 | 4 PENATAAN [TEN ETE] C1) fey Ss Keterangan 1). Pejati A) Daksina + Canangpesucian a B) eras C) Sodan + Tipat kelanan sari | D) Penyeneng 2). Gebogan 3). Sodan 4). Peras 5). Pengambean 6). Jerimpen punggul 7). Penyeneng teterag 8). Dapetan pokok dan pengiring 9). Tebasan dan sesayut 10). Segehan dan caru PEJATI Keterangan ‘ 1). Daksina+ Pesucian 2). Peras 3). Sodan 3 4). Penyeneng 2 5). TipatKelananSari | 33 SODAN sctten Keterangan 1). Taledan eae 2), Raka-raka (Tebu, Bantal, Tape, Porosan } = Silih Asih, Pelas, Buah Jaja Uli Begina) [fn 3). Sampian Sodan 4). Ceper berisi kacang, saur, gerang, tuwung, timun, telor dan celemik berisi [nena sambel garam, PERAS hove tatpzan Keterangan anand Ic nnn 1). Taledan 2). Raka-raka jangkep 3). Sampian Peras 4). KulitPeras 5). Tumpeng Putih = 2 6). Kojong Perangkad PENGAMBEAN Keterangan 1). Taledan 2). Raka-rakaJangkep 3). Sampian Pengambean 4). Tumpeng Putih=2 5). Tipat Pengambean 6). Kojong Perangkad | 7). Tulung Pengambean berisi (Nasi Kacang Saur} 34 BAB V SESANA (ETHIKA) MEMBUAT UPAKARA keagamaan Agama Hindu di Bali, tidak akan pernah lepas dari pembuatan Upakara baik yang berukurah nista,; madia, maupun berukuran utama, namun demilian masih banyak umat Hindu khususnya tukang banten, kurang memperhatikan tentang ethikanya. Kemungkinan hal itu disebabkan karena umat belum mengetahui secara benar tentang nilai-nilai yang terkandung kedalam upakara, baru pikirannya sampai ketingkat bisa mengerjakan atau asal pembuatan upakaranya sclesai. Sesungguhnya tidaklah demikian, karena upakara tersebut adalah sebagai penjabaran dari nilai-nilai ajaran Weda serta merupakan simbul dari karma yang Subhakarma, oleh karena itu, belajar membuat Upakara adalah perbuatan yang maha mulia namun harus didasarkan oleh keiklasan hati, serta menepati sesananya (ethika) sesuai dengan tiga kerangka ajaran Agama. yaitu, Tattwa, mengerti dengan semerti dari Upakara tersebut, adanya Ethike, dalam arti mengerti dengan aturan-aturannya, Upacara, memiliki maksud mengetahui dari tujuan dan fungsi upakara tersebut. Oleh karena itu dibawah ini dicantumkan sesana (Ethika) seseorang umat Hindu kalau berkehendak membuat Upakara, yaitu: a. Membersihkan diri terlebin dahulu atau mesuci laksana, agar tingkat kesucian serta kwalitas Upakaranya selalu dapat dipertahankan, karena Upakara tersebut adalah sebagai simbul bahasa Weda dengan aksara suci berupa reringgitannya. Kalau suatu rangkaian Upakara selesai, perlu diperciki tirtha sebagai pengelukatannya, sehingga kekuatan Sang Hyang Widhi telah bersemayam kedalam Upakara tersebut sehingga dikatakan “Widhi Wedana”, maka dari itu berbusanalah pada saat itu dengan busana adat ringan, dan telah pernah diwinten Pada saat mulai membuat Upakara, umat Hindu harus sudah rapi, terutama penataan rambut harus disisir rapi dan diikat, bila perlu kepala terbungkus untuk menghindarkan agar untaian rambut tidak jatuh pada Upakara karena dapat mengakibatkan Upakara tersebut kecuntakan. Apabila seorang perempuan membuat Upakara, jangan sekali mengerjakan bila saat itu datang bulan, dapat mengakibatkan kecuntakan terhadap Upakaranya. Seseorang yang membuat Upakara, sangat diharapkan oleh ajaran Agama untuk membangkitkan rasa ikhlas dan rasa bhakti kehadapan Sang Hyang Widhi yang tinggi, terutama disaat matetuasan atau mereringgitan, dengan jalan sambil megagitan atau makekidungan. Demikian sebaliknya pada saat mulai matetandingan sama sekali tidak boleh berbicara, hanya seperlunya karena pada saat itu umat harus melaksanakan Raja Yoga yaitu menjalankan Tapa (satyam) disamping itu menghindarkan jangan sampai Upakaranya kena percikan Judah, dapat mengakibatkan kecuntakaan pada Upakaranya, Pada waktu sesecrang umat sedang metanding (merangkai) hindarkan / jauhkan dari anak-anak, jangan sampai Upakaranya dapat dirusak as alam kehidupan beragama sehari-hari khususnya kegiatan 35 karena tampak raré tersebut dikatakan Upakaranya telah ditampak oleh Sang Bhuta Angraré, mengakibatkan kecuntakan terhadap Upakaranya. Seseorang Umat atau tukang banten disaat metetuasan tidak boleh posisi duduknya metajuh masuku tunggal karena sikap yang demikian disebut sikap Drati Krama mengakibatkan kecuntakan Upakaranya Apabila umat akan membuat Upakara, harus ngadegang dewan tukang dengan sebutan Sang Hyang Tapeni senistanya berupa banten Tetukon, madianya mempergunakan sebuah pejati, dan utamanya mempergunakan Daksina Gedé Sarwa 4, suci lengkap dan sege pangkonan 4 tanding. CARA MEMBUAT BANTEN TETUKON Alasnya sebuah bokoran, berisi : + Tampak dara - Beras 3 musti (gembel) - Wang bolong 5 képéng - Seuntai benang putih - Kojong berisi gegantusan - Kojong berisi sebuah tingkih - Kojong berisi sebuah pangi ~ Kojong berisi porosan - Canang sari dan periuk péré berisi air bersih dipergunakan untuk ngajum tirtha - Segehan putih kuning satu tanding CARA NGANTEBANG BANTEN TETUKON Banten Tetukon tersebut dialas dengan sebuah dulang dan diletakkan ditermpat kegiatan metanding diisi dupa, banten ini nyejer selama membuat Upakara. Sesontengnya : Om, pukulun Bethari Dewi Tapent, maka Dewaning Tukang, saksinan hulun angaturaken saprekaraning banten Tetukon, angadeg bethari, hulun aminta nugeraha pacang mekarya Yadnya,.........(uningang tujuannya) mangda lédang Bethari @nampak yadnyan hulun, turmaning mangda dados hulun ngayah ring sekala tan kekenening cakrabhawa, hulun aminta tirtha pengelukatan mangda ngemangguhin sida karya. NGANTEBANG SEGEHAN PUTIH KUNING : Sesudah itu tabuhin segehannya dengan arak berem. Ih kita maka Pariwaran Bethart Tapeni, titiang ngaturang segehan putih kuning, saksinan titiang, aja sira ngawé kegeringan, aja sira amutung urip, titlang pacang angawé Upakara, urukang titiang mangda sepuput yadnyané wus puput mantuk sira ring dangkahyangan suang-suang,...... 36 Sesudah pengaci itu selesai dilaksanakan, barulah sang pcmbuay Upakire metirtha yang ada pada banten Tetukon, berasnya dipakai bija, dan selesai metirtha barulah mulai mengambil dan mengerjakan Upakara. Demikianlah aturan-aturannya kalau membuat Upakara, supaya jangan kena karman Widhi, karena Upakara itu adalah penjelmaan Hyang Maha Suci, sangat penting mendapat perhatian bagi umat yang senang membuat Upakara. Mengenai ethika membuat Upakara ini sangat ditekankan didalam Lontar “Tapent Yadnya”, dengan pengungkapannya sebagai berikut : “Th: Sira Sang Umara Yadnya, Rengenan Rumuhun Pewarah Nira Dewt Tapent, Yan Sira Mahyun Anangun Yadnya, Elingakna Rumuhun Den Apened, Apan yadnya Adruwé Tattwa, Yan Yadnyanta Tan Manut Ring Tattwania, Tan Bina Kadi Wang Wuta, Mangkana Juga Kang Yadnya Adruwé Sesana, Yan Tan Manut Ring Sesanania Sama Juga Kadi Wang Wisu Tull, Etingakna Yadnya Ika Adruwé Dudonan, Yan Tan Manggeh Ring Anggania Ika Ingaranan Rumpuh, Kadang Lurung Yadnyanta, Tan Bina Kadi Yadnya Kutang Ring Margi” SARANA UPAKARA Pada pelaksanaan pembuatan Upakara memeriukan sarana-sarana yang ada dialam semesta ini dan merupakan hasil dari ciptaan Sang Hyang Widhi Demikian juga disaat merangkai Upakara, disarankan oleh ajaran Agama Hindu kepada para Serati (Tukang banten) agar memiliki kemampuan Khususnya dalam hal memilih sarana-sarana upakara tersebut sesuai dengan fungsi upakaranya, untuk dilaksanakan menjadi suatu Upacara yang memilild tujuan tertentu. Didalam Lontar “Pelutaning Yadnya”,1,15, diungkapkan sebagai berikut “Pwa Kiteng Sang Umara Yadnya, Yan Sira Angidep Ameretaki Kang Yadnya, Wruhia Rumuhun Sedagingin Yadnya, Apan Yadnya Adruwe Smrti, Nyata Mekabehan Daging Jagat, Maka Praweetinia Menadia Sumurup Maring Jagat Menadi Daging Jagat Manut Rikarmania Nguni, Ika Wiwitania hana Pawakan Dewa, Bhuta, Muang Petra. Aja Sira Salah Ulih, Apan Yadnya Ika Pinaka Karma Ayu, Maka Pangelebur Papa Nerakania, Sangkan Ika Pekerti Ayu fuga Seranan Ta, Aja tan Pipeka Stra Angereka Yadnya, Yan Kadang Lurung Tingkah Ta Anangun Yadnya, Sang Kala Sungsang Pawakaing Yadnya, Dudu Sira Anangun Yadnya, Tan Ngemolihang Palania, Kagawe Walik Ngemangguhin lara Roga Kegeringan Tan Pegatan, Apan Kasureksa Dening Sang Hyang Tapeni Maka Hyanging Dalem Dari petunjuk loritar diatas, sangatlah penting bagi tukang banten untuk mengetahui mutu dari sarana upakara, sebelum merangkai updkaranya, 37 karena sarana-sarana tersebut ada yang mengandung mutu Kedewataan dan ada juga yang mengandung mutu Keraksastan. Contoh: Janur muda (busung) mengandung mutu kedewataan Daun rontal mengandung mutu kedewataan Janur tua (selepan} mengandung mutu keraksasaan Dengan demikian, secara garis besarnya semua sampian yang dipergunakan untuk Upakara yang bersifat kedewataan mempergunakan sarana daun janur muda sedangkan untuk upakara yang ditujukan bersifat keraksasaan, mempergunakan sarana daun janur tua seperti, prayascita (kedewataan), payekawonan (bersifat keraksasaan). Demildan juga selain daun janur ada lagi sarana buah yang patut di ketahui, diantaranya : Bunga Mengenai bunga yang boleh dipergunakan untuk upakara adalah semua bunga, kecuali : * Bunga mitir bangkai Bunga sedap malam Bunga Nusa indah Bunga Tulud nyuh Bunga Srikonta Bunga jenis bakung dil see ee Buah Buah yang dipergunakan untuk upakara Dewa Yadnya, adalah semua buah, kecuali : * Buah pisang udang sabha * Buah pisang udang Raja * Buah pisang Gancan * Buah pisang Swala «ai 38 BAB VI PENGGOLONGAN DALAM UPAKARA Didalam pembuatan upakara khususnya di Bali, sesngguhnya dalam upakara tersebut memiliki penggolongan atau pengelompokan sesuai dengan fungsinya, yaitu : 1. AJIT KALPA Didalam pembuatan upakara di Bali, bahwa upakara tersebut memiliki nilai-nilai seni dan budaya, berupa bentuk tetuasan atau reringgitan sebagai nilai sastra-sastra yang dibentuk menjadi rangkuman sastra-sastra yang di wujudkan didalam suatu upakara menjadi bahasa tertentu dan memilild makna serta tujuan sebagai bahasa permohonan kehadapan Sang Hyang Widhi. Maka Gari itu upakara terscbut dikatakan sebagai bahasa tulisan kehadapan Sang Hyang Widhi sehingga pada saat mempersembahkan upakara tersebut boleh tidak disertai dengan ucapan/uncaran Weda atau Mantra, cukup disertakan dengan bahasa “Atmanastuti” karena upakara tersebut telah berbahasa sendiri, Namun yang diharapkan oleh Agama terhadap Umatnya adalah agar umat mengetahui makna serta tujuan dari upakara tersebut supaya Atmanastutinya dapat selaras dengan upakaranya. Disamping itu upakara tersebut sesungguhnya telah mengandung nilai-nilai Tattwa Agama sebagai sumber Wedanya, dan upakara memiliki kekuatan Religiomagis, sebagai sarana untuk mencapai kesejahtraan dunia dan akherat. Di dalam Lontar Tapeni Yadnya diungkapkan antara lain : “ ONG ANG KARO BEGAWAN BRAHMA, TATTWANJANAM MAHOTAMAM, ANDERWAM PARAMA GUHYAM, SWASTI-SWASTI MAHOTAMAM, ONG UNG KARO BEGAWAN WISNU, DEWANING SARWA BUSANAM, TANURE WAGARAWATE, ARY DEWA MAHATMANAM. ONG MANG KARO BEGAWAN ISA, ISURA PARAMESWARA, DADAMI AWERTHATMAKEM, RANI SWAYA NAMAH SUAHA”. Maksudnya : Om Sang Hyang Widhi yang telah bermanifestasi sebagai Brahma yang merupakan sumber Tattwa yang utama, telah memberikan jiwa kedalam Yadnya untuk menciptakan kesejahtraan yang utama. Demikian juga kehadapan Hyang Wisnu sebagai manifestasi Widhi, telah mewujudkan saktinya berupa aksara-aksara sucinya yang tidak: pernah lepas dari kebenaran, menyampaikan Bhakti umatnya kehadapan para Dewa begitu mengalir bagaikan air. | Om Sang Hyang Widhi yang berunjud sebagai kekuatan Siwa, sebagai Dewanya dari pada para Dewa dengan sebutan Prameswarz, yang telah menganugerahkan amertha yang tak putus-putusnya di Alam Semesta ini. 39 Melihat dari petunjuk Lontar “Tapeni Yadnya” diatas, telah dapat disimak fungsinya bahwa, upakara tersebut memiliki makna yang sangat tinggi sebagai bahasa pengantar umat kehadapan Sang Hyang Widbi, oleh karena ity membuat upakara tidak boleh asal dibuat tanpa mengetahui makna dan tujuannya. 2. SUKLA KALPA Yang dimaksud dengan Sukla Kalpa dalam upakara adalah sarana yang bersifat suci seperti, banten suci, banten catur, banten Tadah Sukla, semua sarana yang berjenis nasi, semua macam bunga-bungaan, sarana berjenis jajan, daun janur, semua jenis bungkak (kelapa muda) daun lalang. 3. KRESNA KALPA Yang dimaksud dengan Kresna Kalpa dalam upakera adalah semua jenis buah-buahan yang dipakai tetandingan, umbi-umbian, tebu, buah lelapa, buah pinang, Kemi, buah pang), dawn selepan (daun jamur tua), daun enau (daun ron), telor. 4. BODA KALPA Yang dimaksudkan dengan Boda Kalpa dalam upakara adalah semua sarana berbentuk rerasmen dalam tetandingan, semua jenis olah-olahan, bawang, jahé, semua jenis bebakaran, salaran, semua jenis ulam daging dalam upakara. 5. SIWA KALPA ‘Yang dimaksud denan Siwa Kalpa dalam upakara adalah semua bentuk tetuasan seperti, tetuasan yang berbentuk segi empat, adalah sebagai simbul “Arda Candra” dengan kekuatan “Siwa”. dan ada yang berbentuk bundar adalah sebagai simbul “Windhu” dengan kekuatan “Sadha Stwa”, dan berbentuk segi tiga sebagai simbul “Nadha”, dengan kekuatan “Parama Siwa”, Semua jenis Daksina, semua jenis pesucian dan semua jenis tirtha yang dipakai pada upakara, semua jenis rantasan- rantasan yang dipakai dalam upakara. Demikianlah sesungguhnya penggolongan-penggolongan yang ada dalam upakara sebagai satu kesatuan yang terintegrasi sehingga terciptanya kekuatan-kekuatan religiomagis dalam upakara. Oleh karena itu maka upakara memiliki beberapa fungsi, yaitu Berfungsi sebagai korban suci Berfungsi sebagai kekuatan penetralisir Berfungsi sebagai penyupatan Berfungsi sebagai peleburan dosa Berfungsi sebagai bahasa Weda | Berfungsi sebagai penyucian | i i meaogs 40 BAB VII TATACARA MENATA BANTEN AYABAN Dibawah ini kami cantumkan cara menata banten ayaban sesuai dengan Tri Angganing Yadnya dan Astha Karananing Yadnya sebagai berikut: 1. Yang pertama ditata adalah Banten Pejati (paling diluan) sebagai huluning Yadnya 2. Kemudian soran dari pejati, diletakkan banten gebogan, sebagai guluning yadnya. { 3. Selanjutnya soran dari banten Gebogan, dengan posisi tempat dibagian Kiri dari yang menata adalah banten Jerimpen adalah hastaning yadnya (tangan). 4. Disebelah kanan dari banten Jerimpen tadi diletakan banten pengambean sebagai bahu kiwaning yadnya (dada kiri) 5. Disebelah kanan dari banten pengambean diletakkan banten soda dan perasnya sebagai bahu tengening yadnya (dada kanan). 6. Kemudian pada soran banten pengambean dan perasnya (posisi ditengah- tengah) diletakkan banten dapetan, sebagai Hradayaning yadnya (ulu hati). 7. Selanjutnya soran (dibawah) dari banten dapetan, diletakan banten sesayut dan banten tebasan. 8. Terakhir, segehan diletakkan di soran dari banten sesayut (kalau banten ayaban oton) namun, kalau banten ayaban piodalan memakai banten caru atau segehan agung diletakkan dibawah di depan pelinggih (ditanah). 9. Sedangkan kalau disertakan dengan banten prayascita, pengulapan, dan bayckawonan, maka diletakan disebelah kanan Sang Muput / nganteb dengan posisi tempatnya, banten prayascita paling luan, kemudian banten pengulapan dan paling teben adalah bayekawonan. 10. Banten pejati sebagai banten pengantebnya diletakkan disebelah kiri pengenteb/pemuput. Demikianlah ethikanya pada saat menata atau menempatkan komponen-komponen upakara untuk menjadi satu rangkuman upakara ayaban, karena ethika penataan ini sangat penting, tidak boleh asal menempatkan saja tanpa memperhatikan Astha Karananya, karena Astha Karana dengan Tri Angganing Yadnya merupakan simbul kekuatan pengideran Kedewataan yang disebut “Eka-Dasa Dewata”. Didalam Lontar Tapeni Yadnya disebutkan : “ DH.... SIRA SANG UMARA YADNYA, RENGENAN RUMUHUN PEWARAH NIRA, DEWI TAPENI, YAN SIRA MAHYUN ANANGUN YADNY4, ELINGAKNA RUMUHUN DEN APENED, APAN YADNYA ADRUWE TATTWA, YAN YADNYAN ‘TA TAN MANUT RING TATTWANIA, TAN BINA KADI WANG WUTA, MANGKANA JUGA KANG YADNYA ADRUWE SESANA, YAN TAN MANUT RING SESANANIA, SAMA JUGA KADI WONG WISU TULI, ELINGAKNA YADNYA IKA, ADRUWE DUDONAN YAN TAN MANGGEH RING ANGGANIA IKA INGARANAN RUMPUH, KADANG LURUNG YADNYAN “TA TAN BINA KADI YADNYA KUTANG RING MARGI”. 41 GAMBAR BAGAN CARA PENATAAN UPAKARA SESUAT DENGAN TRI ANGGA DAN ASTHA KARANANING YADNYA “ Huluning Yadnya” simbulnya adalah daksina “Guluning Yadaya” sitabulnya adalah banten gebogan “Angganing Yadnya” (Kiva) simbulaya adalah banten pengambean “ Angganing Yadnya” tengen simbulnya adalah banten peras dan soda “Tanganing Yadnya” (asta) simbulaya adlatab ‘banten jerimpen “Ulu Hati” sebagai simbul banten dapetan Garbaning Yadnya ("“Perut”) sebagai simbul banten sesayut dan tebasan “Sukuning Yaduya” adalah sebagai simbul banten caru dan segehan 42 SIMBUL UPAKARA SHSUAI KARANANING YADNYA DI BHUWANA AGUNG & BHUWANA ALIT NO| BANTEN UPAKARA BHUWANA AGUNG | BHUWANA ALIT 1 | PEJATI AKASA, HULUNING YADNYA / L KEPALA _| 2 | CATUR CAKRA JALANING WALUNG KEPALA z JAGAT ie i 3_|SUcr KENIRMALAN INTUISI_ / BATHIN 4 | GEBOGAN MBANG GULUNING | YADNYA / : KANTHA 5 | PENGAMBEYAN TEJAN JAGAT ANGGANING YADNYA KIWA/ DADA KIWA i ____| {BAHU KIWA 6 | PRAS DAN SODA URIP JAGAT ANGGANING | i YADNYA TENGEN _| DADA TENGEN _ 7 |DAPETAN ‘TRI PREMANANING ULUHATI / JAGAT HRADAYANING I = a YADNYA |8 | JERIMPEN SANG HYANG SURYA | TANGANING | CHANDRA /HASTANING YADNYA/TANGAN ia fa He KIWA - TENGEN | 9" | SESAYUT DAN DAGING JAGAT GARBANING | TEBASAN crate (Peace YADNYA/ WADUK 10 | PULOGEMBAL MAYAN JAGAT OTAK TENGEN _| i1_|BEBANGKIT KEWIBAWAAN JAGAT | OTAK_KIWA 12 | BANTEN CARU 7 PERTIWI SUKUNING SEGEHAN __ d YADNYA Editor : Ida Bagus Sukanta 43 BAB VIIt BANTEN SUCI ‘di Bali, sering mempergunakan banten suci, terutama pada Upakara Wiis rangka pelaksanaan Upacara Agama khususnya bagi umat Hindu yang berkwantitas madia dan Utama. Sesungguhnya disebut dengan banten suci, karena penjabaran dari bahasa Weda mempergunakan aksara- aksara suci yang penuh mengandung makna secara universal dengan mengambil simbul-simbul suci berupa tumbuh-tumbuhan dan binatang yang identik dengan tujuan Weda dan aksara-aksara suci. Mempergunakan simbul- simbul tersebut adalah memiliki banyak tujuan, yakni : 1 Salah satu tujuan Agama Hindu adalah untuk menuntun umatnya, untuk tetap memiliki Sradha dan rasa Bhakti kehadapan Sang Hyang Widhi, agar mampu menolong dirinya sendiri dari ikatan kekuatan Samsara di dunia, supaya bisa melepaskan diri dari ikatan tersebut, menuju kebahagiaan lahir dan batin. Hal itu dapat dicapai hanya dengan perbuatan kebajikan (Subhakarma), maka salah satu dari pelaksanaan kebajikan melalui pembuatan banten suci dapat melakukan penyupatan terhadap tumbuh-tumbuhan dan binatang melalui kekuatan simbul- simbul tadi, seperti pada jajan suci dibentuk dengan menyerupai bunga temu (dari tumbuh-tumbuhan), meyerupai binatang cecak (dari binatang), dan meyerupai Cili (dari sososk tubuh manusia). Meyerupai bentuk Cili, adalah memiliki makna untuk memohon kesucian Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit yang bersifat universal (untuk alam semesta dan seluruh isi alamnya) Sebagai sarana untuk menghaturkan pujian kehadapan Sang Hyang Widhi, atas kebesaran Beliau, telah menciptakan alam semesta beserta isinya, sehingga ada kehidupan di Alam Semesta ini, Dengan adanya kehidupan maka, semua makhluk di Alam ini termasuk manusia mendapat kesempatan untuk memperbaiki karmanya, agar dapat meningkatkan kwalitas hidupnya pada kelahiran yang akan datang Karena tidak semua umat Hindu mampu membaca sloka-sioka dalam Weda, terutama bagi umat yang buta huruf, orang yang bisu tuli, schingga mereka terhindar dari status kafir. Oleh karena itulah diciptakan simbul - simbul suci yang mendekati bentuk - bentuk saktinya Sang Hyang Widhi, seperti : a. Jajan Bungan Temu adalah sebagai simbul senjata Bajra, dengan kekuatan Sang Hyang Iswara, dengan aksara sucinya, “Sang”. b. Jajan suci berbentuk kerang, sebagai simbul senjata Dupa, dengan kekuatan Sang Hyang Mahesora, dengan aksara sucinya, “Nang”. ¢. Jajan berbentuk buah kelongkang, sebagai simbul senjata Gad, dengan kekuatan Sang Hyang Brahma, dengan aksara sucinya, “Bang”. 4. Jajan berbentuk panji, sebagai simbul senjata Danda, dengan kekuatan Sang Hyang Rudra, dengan aksara sucinya, “Mang”. ¢. Jajan berbentuk kekuluban, sebagai simbul senjata Nagapasa, dengan kekuatan Sang Hyang Mahedewa, dengan aksara stcinya, “Tang”. | 44 f Jajan berbentuk Kebeber, sebagai simbul cenjata Moksala, dengan kekuatan Sang Hyang Sangkara, dengan aksara sucinya, “Sing”. g. Jajan berbentuk Karna, sebagai simbul senjata Cakra, dengan kekuatan Sang Hyang Wisnu, dengan aksara sucinya, “Ang”. h. Jajan berbentuk Candigara, sebagai simbul senjata Trisula, dengan kekuatan Sang Hyang Sambu, dengan aksara sucinya, “Wang”. i, Jajan berbentuk Dedalas, sebagai simbul senjata Padma, dan kekuatan Yoni dengan kekuatan Sang Hyang Siwa, dengan aksara sucinya, “Ing”. J. Jajan berbentuk Bunga Temu Utuh, sebagai simbul senjata Kedga (Keris}, simbul kekuatan Lingga, dengan kekuatan Sang Hyang Sadha Siwa, dengan aksara sucinya, “Fang”. k. Jajan berbentuk Binatang cecak atau sastra ongkara., sebagai simbul senjata Dwaja, dengan kekuatan Sang Hyang Parama Siwa (Sang Hyang Widhi), dengan aksara sucinya, “Om” {Ongkara). ( LONTAR TUTUR SANG HYANG TAPENT ) Dari makna simbul-simbul dalam banten suci seperti diatas, maka dapat diambil suatu pengertian bahwa, banten suci tersebut memiliki nilai-nilai Tattwa yang amat tinggi sehingga tidak semua umat mengetahuinya, hanya umat yang dituntun oleh sastra-sastra Agama yang akan dapat mengetahuinya, oleh karenanya apabila umat berkeinginan untuk membuat Upakara haruslah berdasarkan sastra-sastra Agama khususnya dalam bidang Upakara. Oleh karena itu melalui penulisan ini, kami menyarankan kepada semua umat Hindu khususnya yang di Bali, mulailah kita berpijak dan memahami serta menghayati sastra-sastra Agama Hindu sehingga pengamalannya nanti dapat lebih mendekati kebenaran ajaran Weda. CARA MEMBUAT BANTEN SUCI (SUCI SARI) Banten suci sari terdiri dari tiga tamas, dengan isi tetandingannya berbeda-beda pada setiap tamas, demikian juga banten suci sari adalah merupakan banten inti dari banten suci yang lainnya. Dengan tetandingannya sebagai berikut : 1.Ist Tamas OF Pada tamas ini didalamnya berisi sepuluh buah celemik, dengan posisi tempatnya 5 (lima) buah disebelah kanan dan 5 (lima) buah lagi disebelah Kiri, dengan posisi tempat dari masing-masing celemik adalah atas, bawah, kanan, kiri, dan ditengah, pada 5 (lima) buah celemik disebelah kanan, masing- masing celemik berisi jajan suci yang berwamna putih, masing-masing dialas dengan sehelai daun beringin, dengan tetandingan jajannya sebagai berikut : * Dua buah jajan berbentuk bunga Temu berwama putih, diterapatkan pada celemik disebelah atas. * Dua buah jajan suci berbentuk Kelongkong berwarna putih, Aitenpatian pada celemik disebelah kanan 45, * Dua buah jajan suci berbentuk Kekuluban berwarna putih, ditempatkan pada celemik disebelah bawah * Dua buah jajan suci berbentuk Kama berwarna putih, ditempatkan pada celemik disebelah kiri * Dua buah jajan suci berbentuk Kebeber berwarna putih, ditempatkan pada celemik ditengah- tengah. Demikian juga pada 5 (lima) buah celemik disebelah kirinya berisi jajan suci berwama kuning juga dialas dengan daun beringin, dengan masing- masing celemik berisi 2 (dua) buah jajan suci dengan tetandingannya sebagei berikut : | * Dua buah jajan suci berbentuk Kerang berwarna kuning, diletakkan pada celemik dibagian atas * Dua buah jajan suci berbentuk Panji berwarna kuning, diletakkan pada celemik dibagian kanan * Dua buah jajan suci berbentuk Kebeber berwarna kuning, diletakken pada celemik dibagian bawah + Dua buah jajan suci berbentuk Candigara berwarna kuning, diletakkan pada celemik dibagian kiri * Dua buah jajan suci berbentuk Kelongkong berwama kuning, diletalckan pada celemik dibagian tengah Pada bagian hulunya dari tamas, diisi raka-raka, tebu, pisang, porosan dan sampian plaus. Pada bagian bawah didalam tamas tersebut diletakkan dua buah cepér, dengan posisi tempatnya kanan dan kiri, demikian juga pada masing-masing cepér berisi 5 buah celemik, pada masing-masing cepér berisi panca-panca, dengan tetandingannya sebagai berikut = Pada ceper dibagian kanan berisi pala gantung antara lain : * Buah Mangga * Buah Belimbing * Buah Delima * Buah Timun * Buah Jeruk atau yang lainnya Demikian juga pada ceper dibagian kirinya berisi pala bungkah antara lain : * Ubi Keladi Ubi Ketela pohon Ubi Ketela rambat Ubi bengkuang Ubi dara atau yang lainnya Kemudian diatasnya disusunkan sebuah ceper dengan letak ditengah- tengah, dan didalam cepér berisi 5 (lima) buah celemik dengan posisi tempat atas, bawah, kanan, kiri dan ditengah. Kemudian pada masing-masing celemik berisi dua buah jajan suci dengan bentuk yang sama namun berwama putih dan kuning juga dialas dengan sehelai daun beringin, dengan tetandingannya sebagai berikut : Z * Dua jajan suci berbentuk bunga Temu berwarna putih kuning, diletakkan pada celemik dibagian atas 46

Anda mungkin juga menyukai