Bioteknologi veteriner, pemanfaatan bioteknologi untuk menghasilkan produk-produk
kesehatan hewan masih sangat sedikit dibanding dengan produk-produk kesehatan manusia. Hal ini disebabkan karena produk bioteknologi untuk kesehatan manusia mendatangkan keuntungan yang lebih besar sehingga dana yang dialokasikan untuk penelitian bioteknologi veteriner r.a. masih kecil titik di samping itu, para peneliti juga masih ragu untuk melakukan pengujian produk bioteknologi terhadap hewan percobaan selain tikus dan anjing karena banyak pihak yang menentang. Sebenarnya potensi pasar terhadap produk produk bioteknologi untuk hewan sangatlah besar. Terutama di negara-negara maju dimana masyarakatnya telah memperhatikan kesehatan hewan-hewan peliharaan mereka titik beberapa perusahaan bioteknologi yang bergerak dalam bidang kesehatan hewan telah mulai berkembang. Contohnya : transplantasi nucleus (cloning), inseminasi buatan dan transfer embrio.
Sumber : BMP PEBI4426/MODUL 4 (4.21)
2. Diagnosis secara imunokimia
Salah satu perkembangan penting dalam bioteknologi di bidang kedokteran adalah kemampuan untuk menghasilkan antibodi monoclonal penerapan antibodi monoklonal telah dilakukan secara luas pada banyak teknik diagnostik yang merupakan spesifisitas dengan derajat yang tinggi. Antibodi monoklonal yang spesifik digabungkan dengan seperangkat reagen untuk tujuan tes diagnostik, misalnya untuk tes diagnostik penyakit kanker payudara dan prostat, hepatitis B, deteksi virus rabies, toksin mikroba termasuk juga untuk pengujian kehamilan titik sekarang sudah terdapat ratusan kit diagnostik yang menggunakan antibodi monoklonal dan ribuan antibodi monoklonal dijual secara komersial.
Sumber : BMP PEBI4426/MODUL 5 (5.3)
3. Metode transfer gen
Agar suatu gen yang dimasukkan ke dalam tubuh dapat mencapai sel target, biasanya digunakan suatu vektor. Vektor yang digunakan dapat berasal dari DNA plasmid bakteri atau berasal dari virus. Vektor pembawa gen harus dapat mencapai sel target dan masuk ke dalam sitoplasma dan gen harus dapat masuk ke dalam inti sel dari sel target titik di dalam inti sel, gen harus dapat di ekspresi, yaitu ditranskripsi menjadi mRNA, mRNA pindah ke sitoplasma dan di translasi menjadi protein. protein ini diharapkan dapat berfungsi di dalam sel menggantikan fungsi gen yang bermutasi sehingga dapat mengobati atau mengurangi gejala penyakit. Contoh penyakitnya adalah buta warna, hemophilia, sindrom klinefelter, sindrom down dan sel sabit.
Sumber : BMP PEBI4426/MODUL 5 (5.28)
4. Penggunaan sidik jari DNA pada forensik
Sidik jari DNA pada forensik digunakan untuk membantu mengidentifikasi para korban bom Bali (pengeboman di Kuta Bali pada tahun 2002). Banyak korban tidak dapat dikenali lagi akibat hancur kena bom. DNA dan serpihan jaringan korban diisolasi, DNA mitokondrianya. Di PCR, kemudian DNA hasil PCR ditentukan urutan nukleotidanya. Hasilnya dibandingkan dengan urutan DNA mitokondria orang-orang yang mencurigai bahwa keluarganya termasuk korban bom tersebut. Hal yang diuji adalah keluarga dan garis keturunan ibu seperti anak korban perempuan, adik kakak seibu dan anak-anak dari saudara perempuan ibu. Jenazah yang berhasil diidentifikasi diserahkan ke keluarganya untuk dikubur. Federal bureau of investigation (FBI, suatu badan yang menyelidiki kejahatan antarnegara bagian di Amerika serikat) menggunakan 13 STR untuk CODIS, suatu program bank data nasional yang memasukkan profit pada pola STR dari orang-orang yang pernah terlibat kejahatan, DNA dari tempat kejadian perkara yang belum berhasil ditemukan kejahatannya maupun DNA dari korban yang belum teridentifikasi titik bang data ini dapat digunakan untuk pembuktian terhadap orang yang dicurigai, atau orang yang pertama kali tertangkap untuk kejahatan lain titik apabila profit STR seseorang cocok dengan profit STR dari tempat kejadian kejahatan lain sebelumnya, bisa jadi orang tersebut terlibat kejahatan tersebut.
Sumber : BMP PEBI4426/MODUL 5 (5.19)
5. Masalah utama tentang hewan transgenik adalah kemungkinan hewan-hewan tersebut
lepas ke alam bebas dan kawin atau berkompetisi dengan hewan sejenis yang liar. Hewan- hewan besar yang tidak ada populasi liar di sekitarnya tidak akan menjadi masalah dengan cara ini, tapi hewan-hewan kecil seperti serangga, ikan, mencit, dan tikus dapat menjadi masalah besar. Kemudian hewan transgenik untuk lepas ke alam dan membentuk populasi liar di alam dapat dilihat pada tabel 4.4 titik walaupun ikan salmon betina yang steril, tetapi dapat memberikan dampak negatif bagi populasi liar karena bersaing untuk memperoleh sumber daya yang sama. Lepasnya hewan transgenik ke alam dapat menyebabkan musnahnya populasi liar spesies yang sama ke alam atau transgen dapat mengganggu populasi spesies yang lain titik terdapat kemungkinan transfer gen gen resistensi antibiotik dari sel-sel hewan transgenik lingkungannya, apalagi setelah diamati DNA yang mengandung transgenik dapat bertahan dalam sistem pencernaan.