Anda di halaman 1dari 3

1.

Jawaban
a. Struktur dan perkembangan bakal biji (ovulum)
Bakal biji pada tumbuhan melekat pada plasenta yang terdapat pada dinding bakal
buah (ovarium). Bakal Biji merupakan tempat terjadinya megasporogenesis, pembentukan
gametofit betina, dan terjadinya fertilisasi.
Bakal biji terdiri atas jaringan nuselus yang dilingkupi oleh satu atau dua integumen,
dan disangga oleh suatu tangkai yang disebut sebagai tangkai biji (funikulus). Bagian basal
dari bakal biji, yang merupakan tempat pertemuan antara nuselus dan integumen
dinamakan khalaza. Pada arah yang berlawanan dengan khalaza, pada bagian ujung apeks
dari bakal biji, integumen meninggalkan sedikit celah kecil di ujung apeks-nya disebut
sebagai mikrofil. Mikrofil merupakan jalan utama masuknya tabung polen menuju bakal biji.
Di dalam usus halus kita akan dapat menemukan gametofit betina yang disebut kantung
embrio.
Primordia bakal biji terbentuk sebagai hasil pembelahan periklinal sel-sel di bawah
permukaan plasenta. Primordia tersebut tumbuh pertama kali berupa suatu tonjolan kecil
pada plasenta. Sel-sel sporogen, yang akan menjadi megasporosit, sudah mulai tampak
pada saat primordia bakal biji tersebut tumbuh karena sel sporogen memiliki sel yang
berukuran relatif lebih besar, inti terlihat sangat jelas dan sitoplasma padat. Integumen
dalam, mulai tumbuh di dekat bagian Apeks dari nuselus akibat adanya pembelahan sel-sel
protoderm. Pada awalnya, bakal integumen berupa suatu lengkung berbentuk cincin di
sekeliling nuselus, kemudian tumbuh ke arah apeks nuselus hingga hampir menutupi
nuselus kecuali di bagian bakal mikrofil. Inisiasi integumen luar terjadi akibat adanya
pembelahan sel-sel lapisan dermal maupun hipodermal secara periklinal.

Sumber : BMP BIOL4312/MODUL3 (3.2 - 3.3)

b. Klasifikasi bakal biji dewasa berdasarkan posisi mikropil


 Tipe ortotrop atau atrop, yaitu tipe bakal biji yang memiliki posisi mikrofil dan tangkai
biji pada satu garis atau atrop.
 Tipe anatrop, yaitu tipe bakal biji yang posisi mikrofil nya dekat dengan tangkai biji
karena adanya pertumbuhan unilateral dari bakal biji. Tipe anatrop merupakan tipe yang
umum ditemukan pada tumbuhan angiospermae. Menurut Davies (1966), 86%
tumbuhan angiospermae memiliki tipe bakal biji anatrop.
 Tipe kampilotrop, merupakan tipe bakal biji yang ditemukan pada tumbuhan suku
fabaceae. Ovulum tumbuh menyamping, posisi mikrofil menghadap ke arah plasenta.
 Tipe amfitrop, merupakan tipe bakal biji yang lengkung pertumbuhannya akan
mempengaruhi nuselus sehingga nuselus berbentuk seperti ladam (sepatu kuda).
 Tipe hemianatrop atau hemitrop, merupakan bakal biji yang tangkai bijinya tegak lurus
terhadap nuselus dan integumen.
 Tipe sirsinotrop, merupakan tipe bakal biji yang ditemukan pada suku cactacaea.

Sumber : BMP BIOL4312/MODUL3 (3.4)


2. Proses megasporogenesis pada tumbuhan Angiospermae.
Proses megasporogenesis mulai berlangsung ketika megasporosit atau sel induk
megaspora mengalami meiosis menghasilkan 4 megaspora yang haploid.
Megasporogenesis pada angiospermae dapat dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu :
a. Tipe Monosporik merupakan tipe pembentukan megaspora yang paling umum pada
tumbuhan. Setelah meiosis 1, megasporosit akan membentuk diad dan kemudian
diteruskan dengan meiosis 2 untuk menghasilkan empat sel megaspora (Tetrad). Keempat
sel megaspora umumnya tersusun secara linier. Dari empat megaspora akan mengalami
degenerasi sehingga hanya tersisa 1 megaspora fungsional yang dapat berada pada posisi
kalaza atau mikropil. Mikrospora fungsional yang berada pada daerah kalaza dinamakan
sebagai tipe polygonum, sedangkan apabila mikrospora fungsional berada pada daerah
mikrofil tipe megasporogenesis ini dinamakan tipe oenothera.
b. Tipe bisporik terjadi ketika sel diad hasil meiosis 1 gagal untuk membentuk 4 megaspora
karena setelah meiosis 2 tidak diikuti dengan sitokinesis. Hasil akhir megasporogenesis ini
adalah 2 megaspora yang binukleat. Binukleat megaspora terbagi menjadi tipe allium,
apabila megaspora fungsional berada di daerah kalaza, dan tipe endymion apabila
megasporofil nasional ada di daerah mikropil
c. Tipe tetrasporik yaitu mekanisme sitokinesis dan megasporosit tidak aktif pada
perkembangan megaspora . Hasil akhir dari meiosis pada tipe ini adalah megaspora dengan
empat inti atau megaspore tetranukleat. Tipe perkembangan payudara seperti ini
ditemukan pada tumbuhan lilium, fritillaria, plumbogo, dan sebagainya. Proses
megasporogenesis sangat intensif dipelajari pada tumbuhan lilium, karena pada tumbuhan
ini sitoplasma mengalami perubahan yang cukup signifikan pada megasporosit.
Megasporosit yang dimiliki berukuran relatif besar, sekitar 200 um × 50 um, dan
diperkirakan merupakan megasporosit terbesar pada tumbuhan angiospermae.

Sumber : BMP BIOL4312/MODUL 3 (3.21)

3. Proses megagametogenesis pada tumbuhan Angiospermae.


Megagametogenesis dimulai dengan terjadinya pembelahan mitosis pada inti
megaspora dan kemudian diikuti dengan beberapa perubahan dalam perkembangan megaspora
yang pada akhirnya membentuk Megagametofit (kantung embrio) dewasa. Jumlah pembelahan
mitosis akan berbeda-beda pada setiap tumbuhan tergantung pada jumlah inti yang ada pada
megaspora fungsionalnya. Pembelahan mitosis umumnya akan terhenti ketika jumlahnya sudah
mencapai delapan inti. Pada tumbuhan dengan tipe Monosporik pembelahan inti akan
berlangsung tiga kali, pada tipe bisporik mitosis berlangsung dua kali sedangkan pada tipe
Tetrasporik pembelahan mitosis hanya berlangsung satu kali.
Megaspora akan membesar dengan cepat di dalam bakal biji yang juga turut mengalami
perkembangan. Pembesaran pada megaspora akan diikuti pula dengan pembentukan sejumlah
vakuola berukuran kecil, yang kemudian akan melebur membentuk suatu vakuola yang besar di
tengah sel kantung embrio. Adanya vakuola di bagian tengah sel menyebabkan terdorongnya
kedua inti hasil mitosis kedua kutub yang berlawanan (mikropil dan khalaza). Inti-inti tersebut
kemudian akan meneruskan mitosis nya pada masing-masing kutub. Pembelahan mitosis pada
megaspora tidak diikuti dengan adanya sitokinesis. Dengan demikian, setelah pembelahan
mitosis yang terakhir di dalam. Sitoplasma kantung embrio akan terbentuk delapan inti, empat
inti akan berada di bagian mikropil dan empat inti lainnya di bagian khalaza.
Kantung embrio kemudian masih mengalami pemanjangan sel diikuti dengan
pengorganisasian kembali komponen-komponen selnya. Perubahan yang cukup drastis akan
tampak pada kantung embrio di akhir proses Megagametogenesis, antara lain penambahan
jumlah dan penempatan inti dalam sitoplasma kantung embrio, terjadi vakuolasi dan
pemantapan lokasi sitoplasma dalam kantung embrio. Dari keempat inti yang berada di bagian
mikrofil, tiga inti akan terorganisasi menjadi aparatus telur dan satu inti akan bergerak ke bagian
tengah kantong embrio. Aparatus telur akan tersusun atas satu sel telur dan dua sel sinergid.
Empat inti di bagian khalaza pun akan mengalami reorganisasi, tiga inti akan menjadi sel-sel
antipodal, sedangkan satu inti lainnya akan berpindah ke bagian tengah bergabung dengan inti
yang berasal dari mikropil membentuk inti polar, yang merupakan bakal inti endosperm.

Sumber : BMP BIOL4312/MODUL3 (3.25)

Anda mungkin juga menyukai