Anda di halaman 1dari 3

Mengatasi Kecemasan Berbicara

Di Depan Umum
Disadari atau tidak, kehidupan sehari – hari
kita tidak lepas dengan berkomunikasi
dengan orang banyak. Hal ini tidak terlepas
dari hakikat amnuasia sebagai makhluk
sosial. Dalam suatu kesempatan kita dapat
berbicara dengan orang dalam keadaan
informal, seperti obrolan ringan, bertukar
informasi, mengeluarkan pendapat, bertanya
sesuatu hal, dsb, namun di lain waktu kita
diharuskan untuk berbicara di hadapan
begitu banyak orang dalam suatu keadaan
yang formal. Terkadang hal tersebut dapat
membuat kita menjadi cemas atau gugup,
hingga membuat jantung kita terasa
berdegup begitu kencang, tangan berkeringat,
dan membuat konsentrasi menjadi buyar
hingga hal yang ingin dibicarakan terasa
hilang dari pikiran.
Faktor yang menjadi penyebab kecemasan
ketika berbicara di depan umum, antara lain :
• Harapan yang terlalu tinggi untuk
menyukseskan suatu presentasi dengan
berjalan sesuai dengan rencana dan
membuat semua orang puas dan kagum
dengan apa yang dibicarakan.
• Pengalaman buruk di masa lampau yang
menjadi ketakutan tersendiri kejadian
tersebut akan terulang kembali.
namun segala permasalahan kecemasan
tersebut tentu dapat di atasi. Penelitian yang
dilakukan oleh Hofmann ( 2009 ) kepada 201
mahasiswa yang melakukan presentasi di
depan video kamera dan dibagi menjadi tiga
kelompok besar dimana setiap kelompok
diberikan perlakuan yang berbeda untuk
mengatasi rasa cemas ketika akan
melakukan presentasi dilakukan dengan
beberapa cara sebagai berikut :
1. Model peninjauan kembali ( reappraisal )
yaitu model yang fokus kepada masalah yang
sedang dihadapi yaitu presentasi, contohnya
ketika seseorang akan menghadapi
presentasi, orang tersebut akan fokus kepada
materi yang akan diberikan, bagaimana
urutan presentasi, apa yang akan ia lakukan
jika presentasi itu gagal dan sebagainya.
2. Model penerimaan ( acceptance ) yaitu
model dimana seseorang menerima sumber
kecemasan yang dialaminya, contohnya
ketika seseorang meras cemas, ia
mengetahuinya ‘Ok saya cemas dan saya
memang tidak bisa presentasi kok, terus
kenapa ? dan tidak melakukan penijauan
terhadap sumber kecemasannya.
3. Model penekanan ( suppression ) yaitu
model emosi dimana seseorang menekan
kecemasan yang dialaminya, contohnya
orang tersebut merasa ‘saya merasa tidak
apa – apa kok’ walaupun ia merasa cemas
ketika akan presentasi.
Melalui hasil penelitian, menunjukkan bahwa
mahasiswa yang memakai model menekan
kecemasan akan memiliki detak jantung dan
tingkat stres yang lebih tinggi ketimbang
mahasiswa yang memakai model meninjau-
kembali dan menerima kecemasan mereka.
Tidak ada perbedaan yang signifikan antara
mahasiswa yang meninjau kembali
kecemasan dengan mahasiswa yang
menerima kecemasan, namun pada
kenyataannya model peninjauan kembali
lebih efektif daripada model menerima
kecemasan.
Penelitian secara konsisten menunjukkan
bahwa model menekan kecemasan memiliki
efek yang cenderung bisa menghalangi suatu
tujuan karena biasanya ini akan
mengarahkan seseorang pada pengalaman
yang tidak diinginkan.
Beberapa contoh akibat dari menekan
kecemasan yaitu :
1. Dalam ranah psikologi klinis, kecemasan
yang ditekan bisa muncul dalam bentuk
perilaku lain, seperti perilaku obsesif
kompulsif mencuci tangan.
2. Orang yang cemas saat ujian menjadi
gagal karena selama pengerjaan, ia tidak
fokus pada ujian itu sendiri.
Sementara itu pada model peninjauan -
ulang yang fokus kepada penyebab mengapa
kecemasan bisa terjadi, cenderung berhasil
untuk mengurangi emosi negatif. Ini dapat
mengurangi respon stress dan meningkatkan
adaptasi terhadap stimulus kecemasan tanpa
efek yang merugikan.
Dalam model peninjauan - ulang kecemasan
ini memiliki strategi agar seseorang fokus
terhadap penyebab dari kecemasan itu
sendiri ( antesenden ) yaitu melalui
pendekatan yang realistis dalam menyikapi
suatu sumber kecemasan dengan cara
berusaha untuk mengatasinya dengan
mencari jalan keluar yang paling baik.
Beberapa langkah dari model peninjauan –
kembali yang dapat dilakukan ketika sedang
melakukan presentasi, antara lain :
1. Kita dapat meninjau kembali apa yang
menjadi sumber kecemasan kita saat akan
presentasi dengan fokus terhadap masalah.
2. Pikirkanlah tentang apa yang saya
pikirkan saat ini, apa yang penting untuk
saya sekarang.
3. Apa pentingnya presentasi ini untuk saya.
4. Apa yang terjadi jika saya lebih tenang.
5. Apakah ada bukti bahwa saya tidak
mampu menjalankan presentasi ini.
6. Situasi buruk apa yang mungkin akan
terjadi, lalu apa yang akan saya lakukan,
dsb.
Sumber:
Hofmann, Stefan G. Heering, Sanna. Sawyer,
Alice T. Asnaani, Anu. 2009.

Anda mungkin juga menyukai