2, September 2020
ABSTRAK
Beternak ayam ras petelur menjadi salah satu usaha yang banyak diminati masyarakat termasuk masyarakat di
Kabupaten Blitar karena seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan kesadaran tentang pentingnya mengkonsumsi
protein maka kebutuhan akan konsumsi protein hewani juga semakin meningkat. Berdasarkan data dari Dinas Peternakan
dan Perikanan Kabupaten Blitar, jumlah populasi ayam ras petelur selama 4 tahun terakhir mengalami peningkatan. Data
pada tahun 2019 menunjukkan populasi ayam ras petelur mencapai angka 17.076.200 ekor, hal ini menunjukkan Kabupaten
Blitar semakin berkembang dalam usaha beternak unggas. Pendirian peternakan harus melihat aspek-aspek yang tidak
meresahkan masyarakat, kesalahan dalam menentukan lokasi peternakan juga dapat mengakibatkan ternak mudah terkena
virus ataupun penyakit yang dapat merugikan masyarakat. Oleh karena itu diperlukannya sebuah sistem informasi geografis
pemetaan potensi wilayah peternakan. Metode yang digunakan adalah metode weighted overlay, metode ini bekerja dengan
cara mengoverlaykan beberapa peta yang menjadi parameter kondisi suatu wilayah yang diberikan nilai bobot pada masing
– masing parameter berdasarkan kepentingannya menggunakan metode Analitycal Hieararchy Process (AHP). Data
alternatif yang digunakan pada penilitian ini adalah 22 kecamatan yang ada di kabupaten blitar. Sistem yang telah selesai
dibuat kemudian diuji dengan metode blackbox testing untuk menguji fungsionalitas tombol dan fitur pada aplikasi dengan
perolehan nilai sebesar 91% yang berarti program tergolong sangat baik untuk dioperasikan.
Keyword : Ayam Ras Petelur, Sistem Informasi Geografis, Weighted Overlay, Analitycal Hieararchy Process
(AHP)
21
Sistem Informasi Geografis Pemetaan Potensi Wilayah Peternakan Nisa’ul | Abdi
1.2 Pembatasan Masalah Nomor 2 Tahun 2012 (Perka BNPB Nomor 2 Tahun
Dari masalah yang sudah diuraikan, agar 2012) tentang pedoman umum pengkajian risiko
proses penelitian dan pembahasan tidak terlalu luas, bencana.
maka masalah yang ada harus dibatasi. Berikut Selanjutnya adalah penelitian dari Fahrunnisa
adalah batasan masalah pada penelitian ini: Wulandari Adininggar, dkk (2016) yang berjudul
1. Alternatif yang digunakan adalah data dari 22 “Pembuatan Peta Potensi Lahan Berdasarkan
kecamatan yang ada di kabupaten Blitar Kondisi Fisik Lahan Menggunakan Metode
2. Parameter yang digunakan ada enam yakni, Weighted Overlay”. Informasi yang ditampilkan
ketinggian wilayah, kelembaban, jenis tanah, dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
luas wilayah, jumlah penduduk, serta kondisi fisik lahan dan pemanfaatan lahan sebagai
kepadatan penduduk per kecamatan di dasar pengembangan kawasan perkotaan di wilayah
kabupaten Blitar Kecamatan Kota Kendal, Kecamatan Brangsong,
3. Metode yang digunakan adalah metode dan Kecamatan Kaliwungu. Selain itu untuk
weighted overlay mengetahui besaran persentase kecocokan
4. Pengujian aplikasi menggunakan metode penggunaan lahan di Kecamatan Kota Kendal,
blackbox testing. Kecamatan Brangsong, dan Kecamatan Kaliwungu
terhadap RT/RW Kabupaten Kendal dan potensinya
2. LANDASAN TEORI berdasarkan kondisi lahan. Salah satu cara yang
2.1 Tinjauan Pustaka dapat digunakan untuk menentukan potensi lahan
Penelitian ini didasarkan pada penelitian yang berdasarkan kondisi fisik lahan yaitu dengan
telah dilakukan sebelumnya oleh Muhammad Panji menggunakan metode weighted overlay, cara kerja
Romadhoni (2018) dengan judul “Perancangan dari metode ini adalah dengan mengoverlaykan
Aplikasi Sistem Informasi Geografis Pemetaan beberapa peta raster yang menjadi parameter kondisi
Lokasi Rawan Banjir di Wilayah Kabupaten lahan yang sudah diberikan nilai dan bobot pada
Tulungagung”. Permasalahan yang muncul pada masing – masing parameter berdasarkan
penelitian ini adalah proses pendataan daerah rawan kepentingannya. Sebelum melakukan weighted
banjir yang masih dilakukan secara manual oleh overlay, hal – hal yang harus diperhatikan adalah,
BPBD Kabupaten Tulungagung dan masyarakat peta yang digunakan harus berbentuk raster dengan
masih kesulitan dalam mencari informasi mengenai proyeksi dan mempunyai ukuran piksel yang sama.
daerah yang rawan terjadi banjir. Sehingga peneliti
merancang sistem informasi geografis tersebut 2.2 Landasan Teori
untuk memudahkan masyarakatnya untuk 2.2.1 Sistem Informasi Geografis
mengetahui daerah mana saja yang rawan akan Dalam perkembangannya sistem informasi
bencana banjir di Kabupaten Tulungagung. memiliki banyak sekali cabang, salah satunya adalah
Penentuan wilayah rawan banjir dilakukan dengan sistem informasi geografis yang berfokus pada
menggunakan metode overlay, setiap faktor akan geografis. Sistem Informasi Geografis merupakan
diberi bobot dan variabel dari setiap faktor akan suatu sistem informasi yang berbasis komputer,
diberi nilai skor berdasarkan kepekaan terhadap yang dirancang untuk bekerja dengan menggunakan
banjir, maka dengan metode ini dapat dihasilkan 3 data yang memiliki informasi spasial. Sistem ini
kelas tingkatan kerawanan, yakni kerawanan dapat meng-capture, mengecek, mengintegrasikan,
rendah, sedang dan tinggi. memanipulasi, menganalisa, dan menampilkan data
Penelitian berikutnya dilakukan oleh Dede secara spasial yang mereferensikan kepada kondisi
Handoko, dkk (2017) dengan judul “Kajian bumi. (Setyawan, 2014).
Pemetaan Kerentanan Kota Semarang Terhadap Hal ini juga disampaikan oleh Budiyanto
Multi Bencana Berbasis Pengindraan Jauh Dan (2016) Sistem Informasi Geografis diartikan sebagai
Sistem Informasi Geografis”. Belum adanya sistem berbasis komputer yang digunakan untuk
penelitian yang mengangkat kerentanan sosial, mengolah, menyusun, menyimpan, memanipulasi,
ekonomi, fisik, dan lingkungan yang menampilkan dan menganalisis informasi geografis
dipresentasikan melalui aplikasi sistem informasi dengan berbagai atribut yang menyertainya.
geografis di Kota Semarang yang kemudian Berdasarkan dua pendapat yang telah
dianalisis sehingga menjadi kerentanan Kota dijelaskan dapat disimpulkan bahwa sistem
Semarang terhadap multi bencana sebagai langkah informasi geografis merupakan sistem informasi
untuk mengurangi dan mengantisipasi kerugian berbasis komputer yang berfokus pada geografis
yang kemudian mendasari pembuatan penelitian ini. suatu wilayah, yang dapat digunakan serta dirancang
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk menyusun, menyimpan, memanipulasi,
metode analisis spasial pada perangkat lunak SIG mengolah, menampilkan dan menganalisis data
dan pengindraan jauh. Serta metode scoring dan yang memiliki informasi spasial (bereferensi
pembobotan yang berpatokan pada Peraturan keruangan).
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana
22
Jurnal MNEMONIC Vol 3, No. 2, September 2020
Dengan keterangan :
Z = kelas hasil
w = bobot (rank)
cn = kelas parameter dari 1 sampai n.
3. PERANCANGAN
3.1 Analisis Kebutuhan Sistem
3.2.1 Kebutuhan Pengguna
Kebutuhan Pengguna: karyawan Dinas
Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blitar.
23
Sistem Informasi Geografis Pemetaan Potensi Wilayah Peternakan Nisa’ul | Abdi
24
Jurnal MNEMONIC Vol 3, No. 2, September 2020
25
Sistem Informasi Geografis Pemetaan Potensi Wilayah Peternakan Nisa’ul | Abdi
14. Setelah nilai skor dan bobot pada kriteria dan 16. Setelah didapatkan kriteria dari Kecamatan
subkriteria ditentukan menggunakan metode Bakung, kemudian pengguna tinggal
AHP, maka selanjutnya digunakan rumus memasukan kriteria tersebut kedalam sistem.
weighted overlay, untuk mendapatkan hasil Berikut merupakan perhitungan yang
akhir dari perhitungan. dilakukan oleh sistem untuk mendapatkan hasil
15. Contoh Kecamatan Bakung memiliki persentasenya:
ketinggian 160 mdpl, kelembapan 65%, jenis
tanah adalah tanah berpasir, luas wilayah Tabel 15. Alternatif Kriteria Kecamatan Bakung
kecamatan adalah 111,24 km, memiliki jumlah K L
penduduk 28.375 jiwa, serta kepadatan KT JT JP KP
B W
penduduk mencapai 255 jiwa/km. Setelah 20.0
pengguna mendapatkan kriteria kecamatan <4 50 Tan >1 200 -
Kec. 00 -
berdasarkan data yang valid, pengguna 00 - ah 11 400
Baku 40.0
melakukan identifikasi kriteria yang dapat md 70 pasi km jiwa/k
ng 00
dilihat pada tabel 14. pl % r 2 m2
Jiwa
Tabel 14. Identifikasi Kriteria Kecamatan Tabel 16. Nilai Sub Kriteria Alternatif Kecamatan
KT KB JT LW JP KP Bakung.
20.0
<40 >11 200 - KT KB JT LW JP KP
Kec. 50- Tana 00 -
0 1 400 Kec.
Baku 70 h 40.0 0,28 0,5 0,5 0,48 0,43 0,41
md km jiwa/k Baku
ng % pasir 00 57 39 39 47 86 62
pl 2 m2 ng
Jiwa
26
Jurnal MNEMONIC Vol 3, No. 2, September 2020
27
Sistem Informasi Geografis Pemetaan Potensi Wilayah Peternakan Nisa’ul | Abdi
28
Jurnal MNEMONIC Vol 3, No. 2, September 2020
2. Untuk penelitian selanjutnya sistem informasi [3] D. Handoko, A. Nugraha, and Y. Prasetyo,
geografis juga bisa diterapkan bukan hanya untuk 2017, Kajian Pemetaan Kerentanan Kota
pemetaan potensi wilayah peternakan saja,akan Semarang Terhadap Multi Bencana Berbasis
tetapi juga dapat untuk menyeleksi obyek Pengindraan Jauh Dan Sistem Informasi
permasalahan lainnya. Geografis, Jurnal Geodesi Undip. Vol:6,no:3,
(ISSN : 2337-845X)
DAFTAR PUSTAKA [4] Adininggar F.W, Andri S, Arwan P.W. 2016.
[1] Pappa, Suryadi, 2020, 21 Peluang Usaha Pembuatan Peta Potensi Lahan Berdasarkan
Ternak yang Patut Kamu Coba, Kondisi Fisik Lahan Menggunakan Metode
https://paktanidigital.com/artikel/21-peluang- Weighted Overlay. Jurnal Geodesi Undip.
usaha-ternak-yang-patut-kamu-coba, diakses Vol:5, No 2, (ISSN : 2337-845X)
tgl 12 Juni 2020. [5] Setyawan, D.A. 2014. Pengantar Sistem
[2] Romadhoni, M. P, 2018, Perancangan Informasi Geografis (Manfaat SIG dalam
Aplikasi Sistem Informasi Geografis Pemetaan Kesehatan Masyarakat). Surakarta: Prodi D4
Lokasi Rawan Banjir di Wilayah Kabupaten Kebidanan Surakarta
Tulungagung, Fakultas Teknologi Informasi: [6] Budiyanto, E. 2016. Sistem Informasi
Universitas Islam Balitar Geografis dengan Quantum GIS. Yogyakarta:
Andi
29