Anda di halaman 1dari 3

Brantas, 28 Maret 2022

BUKTI GUGATAN DAN EKSEPSI

No. 01/G/2022 PTUN SURABAYA

NOVI & RIZQI


(SELAKU PENGGUGAT)

MELAWAN
BUPATI KABUPATEN BRANTAS
.(SELAKU TERGUGAT)

Kepada
Yth. Bapak Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara
Di Surabaya
Jl. Raya Ir. H.Juanda No.89, Semawalang, Semambung, Kec. Gedangan,
Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur 61253

Dengan Hormat,
Untuk dan atas nama serta guna kepentingan PENGGUGAT hendak
mengajukan bukti gugatan sebagai berikut:
1. P-1
Bahwa PENGGUGAT mengajukan surat cuti karena sakit selama 1 hari
dan tidak melanggar disiplin pegawai seperti yang dilampirkan pada
jawaban TERGUGAT pada tanggal 24 Maret 2022 Nomor 10/G/2022
PTUN SURABAYA. Hal tersebut terdapat pada bukti surat izin cuti yang
PENGGUGAT kirim kepada TERGUGAT. Mengajukan cuti karena sakit
merupakan hak Pegawai Negeri Sipil dan sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1976 Tentang Cuti
Pegawai Negeri Sipil pasal 14 ayat (1) dan (2) yang berbunyi: (1) Pegawai
Negeri Sipil yang sakit selama 1 (satu) atau 2 (dua) hari berhak atas cuti
sakit, dengan ketentuan, bahwa ia harus memberitahukan kepada
atasannya. (2) Pegawai Negeri Sipil yang sakit lebih dari 2 (dua) hari
sampai dengan 14 (empat belas) hari berhak atas cuti sakit, dengan
ketentuan bahwa Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan harus
mengajukan permintaan secara tertulis kepada pejabat yang berwenang
memberikan cuti dengan melampirkan surat keterangan dokter.
2. P-2
Bahwa pemberhentian jabatan secara tiba-tiba yang dilakukan oleh
TERGUGAT pada tanggal 9 Maret 2021 tidak sesuai prosedur yang ada
karena dalam proses pemberhentian tidak ada saksi yang menyaksikan dan
dilaksanakan dengan pemberhentian sepihak oleh Bupati Kabupaten
Brantas. Hal tersebut tidak sesuai dengan asas-asas pemerintahan yang
baik berdasarkan adalah meliputi asas kepastian hukum, tertib
penyelenggaraan negara, keterbukaan, proporsionalitas, profesionalitas,
akuntabilitas, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 28
Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
3. P-3
Bahwa setelah terlaksananya pemberhentian secara tiba-tiba,
PENGGUGAT mengaku tidak diberikan pesangon atas pemberhentian
tersebut. Sedangkan pesangon tersebut merupakan hak setiap pegawai.
Dalam hal ini PENGGUGAT memiliki bukti dari mutasi transfer gaji
terakhir yang dilakukan oleh pihak TERGUGAT. Hal tersebut telah
tertulis dalam Peraturan Badan Kepegawaian Negara Republik Indonesia
Nomor 3 Tahun 2020 Tentang Petunjuk Teknis Pemberhentian Pegawai
Negeri Sipil BAB IV Tentang Hak Kepegawaian Bagi PNS yang
Diberhentikan pasal 48 ayat (1) dan ayat (3) yang berbunyi: (1) PNS yang
diberhentikan dengan hormat, diberhentikan dengan hormat tidak atas
permintaan sendiri, dan diberhentikan tidak dengan hormat diberikan hak
kepegawaian. (3) Hak kepegawaian yang diberikan bagi PNS yang
diberhentikan dengan hormat atau diberhentikan dengan hormat tidak atas
permintaan sendiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain berupa
tabungan perumahan, jaminan pensiun, jaminan hari tua sesuai dengan
ketentuan peraturan.
4. P-4
Bahwa dalam hal pemberhentian melalui surat keputusan No. K-
09/03/2021 Tentang Pemberhentian Kepala Dinas Pendidikan dan Kepala
Dinas Perikanan Kabupaten Brantas telah menyalahi aturan. Karena
PENGGUGAT merupakan korban tindakan penyalahgunaan wewenang
Bupati Kabupaten Brantas dengan bertindak sewenang-wenang
memberhentikan PENGGUGAT tanpa pokok perkara yang jelas. Hal
tersebut sesuai dengan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 Tentang
Administrasi Pemerintahan Pasal 17 ayat (1) dan (2) yang berbunyi: (1)
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dilarang menyalahgunakan
Wewenang. (2) Larangan penyalahgunaan Wewenang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi: larangan melampaui wewenang, larangan
mencampuradukkan wewenang, dan atau larangan bertindak sewenang-
wenang.

Hormat Kami,
Penggugat atau Kuasa Hukum Penggugat

(Vikadila Lydya Kartika, S.H., M.H)

Anda mungkin juga menyukai