Anda di halaman 1dari 3

Latar belakang

Pandemi Covid-19 yang melanda dunia sejak tahun 2020 menyebabkan sekolah diliburkan di
berbagai belahan dunia. Akibatnya, semua jenjang pendidikan dilakukan secara online, di mana
guru, siswa, dan semua aktivitas pembelajaran dilakukan dari jarak jauh. Pembelajaran jarak jauh
menimbulkan berbagai tantangan dari berbagai sumber, termasuk variasi mode pembelajaran
online dan kompetensi penguasaan teknologi (Heng & Sol, 2020). Mahasiswa harus beradaptasi
dengan materi yang disampaikan secara online, mengerjakan tugas dan kuis melalui platform
serta mendapatkan feedback secara online. Selain itu, siswa dituntut untuk menguasai berbagai
aplikasi teknologi yang digunakan dalam proses pembelajaran online seperti aplikasi zoom dan
google meet serta mengoperasikan web pembelajaran yang digunakan oleh sekolah.

Di Indonesia, perubahan sistem pendidikan mempengaruhi proses pembelajaran dalam berbagai


aspek termasuk kualitas lulusan. Ada perubahan dalam proses penilaian. Bagi siswa dan orang
tua, informasi penilaian dengan format tertentu sangat penting untuk pendidikan tinggi, tetapi
keterampilan tertentu tidak mendapatkan penilaian yang tepat. Masalah lain datang dari lulusan
perguruan tinggi yang mencari pekerjaan karena terbatasnya kesempatan kerja menyebabkan
tingginya angka pengangguran (Syah, 2020).

Beberapa hasil penelitian menunjukkan berbagai permasalahan yang dihadapi siswa selama
pembelajaran online. Berdasarkan penelitian (Yuzulia, 2021) terkait persepsi siswa terhadap
pembelajaran online pada 54 siswa SMA, sebagian besar siswa memiliki motivasi yang rendah,
mudah terganggu, dan rentan stres akibat banyaknya tugas yang diberikan oleh guru.
Pembelajaran online juga berdampak pada kesejahteraan psikologis siswa, seperti meningkatnya
emosi marah, cemas, bosan, dan perubahan suasana hati yang drastis (Irawan et al., 2020).

Berbagai tantangan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran online menyebabkan siswa
mengalami learning loss (Engzell et al., 2021). Kehilangan belajar merupakan salah satu konsep
yang diartikan sebagai tidak maksimalnya proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah akibat
ketidakhadiran di sekolah. Sehingga learning loss berdampak pada kualitas SDM yang akan
diwisuda di tahun-tahun di masa pandemi Covid (Andriani dkk., 2021). Dalam pembelajaran
online, fenomena kehilangan belajar disebabkan oleh tidak adanya interaksi langsung antara
siswa dan guru, keterbatasan komunikasi dengan teman dan teman sebaya, keterbatasan waktu
belajar siswa, kesulitan dalam melakukan diskusi, dan proses penilaian yang terbatas.
Kehilangan belajar memberikan dampak yang kurang baik bagi siswa, antara lain penurunan
prestasi akademik, masalah hubungan antar teman dan orang tua, dan meningkatkan
kemungkinan kenakalan remaja (Blagg, 2021).

Hasil penelitian learning loss pada liburan musim panas di Amerika Serikat menunjukkan bahwa
siswa kehilangan beberapa keterampilan seperti berhitung, mengeja, dan membaca. (Hanushek &
Woessmann, 2020). Menganalisis dampak yang tidak diinginkan dari kehilangan belajar pada
siswa, sangat penting untuk membahas bagaimana meningkatkan ketahanan siswa untuk pulih
dari kehilangan belajar

Learning loss diartikan sebagai salah satu bentuk proses pembelajaran yang tidak optimal yang
dilakukan di sekolah yang berdampak pada kurang lengkapnya informasi yang diperoleh siswa
sehingga berdampak pada kualitas sumber daya manusia yang akan lahir pada tahun-tahun
mendatang. pandemi (Dewi Pratiwi, 2021). (Hevia et al., 2021) mendefinisikan learning loss
sebagai hilangnya pengetahuan dan keterampilan secara spesifik atau umum atau penurunan
kemajuan akademik, paling sering karena kesenjangan diskontinuitas dalam pendidikan siswa.
Sebelum pandemi COVID-19, learning loss dikaitkan dengan liburan panjang seperti liburan
musim panas.

Namun, pascapandemi Covid-19, kehilangan belajar dikaitkan dengan dampak tidak optimalnya
hasil belajar akibat penutupan sekolah selama pandemi COVID-19. Selama masa pandemi,
sekolah-sekolah di berbagai belahan dunia mengalami penutupan, dan proses pembelajaran
dilakukan secara virtual, baik secara sinkron maupun asinkron. Anak-anak lebih banyak
berinteraksi dengan perangkat teknologi seperti laptop dan smartphone daripada teman dan guru
di sekolah tradisional. Hal ini menyebabkan learning loss yang menyebabkan hasil belajar tidak
optimal. Penelitian tentang kehilangan belajar sudah mulai dilakukan oleh

Siswa adalah pusat pemulihan kehilangan pembelajaran. Semua strategi yang dikembangkan
harus membantu siswa beradaptasi dengan lingkungan sekolah setelah belajar dari rumah. Siswa
lebih terikat dengan perangkat teknologi seperti komputer, laptop, dan smartphone selama
pembelajaran online dibandingkan dengan tatap muka dengan guru dan berdiskusi dengan teman.
Kembali ke sekolah dan berinteraksi langsung dengan guru dan siswa lainnya membutuhkan
proses adaptasi baru. Misalnya

Anda mungkin juga menyukai