Anda di halaman 1dari 6

1.

Asas legalitas dirumuskan pertama kali oleh Johan Anselm von Feuerbach dalam
bukunya yang berjudul Lehrbuch des peinlichen recht (1801) melalui
adagium nullum delictum nulla poena sine praevia lege poenali.  Dalam
kaitannya dengan fungsi asas legalitas yang bersifat memberikan perlindungan
kepada undang undang pidana, dan fungsi instrumental, istilah tersebut dibagi
menjadi tiga yaitu:
- Nulla poena sine lege:  tidak ada pidana tanpa ketentuan pidana menurut
undang-undang;
- Nulla poena sine crimine: tidak ada pidana tanpa perbuatan pidana;
- Nullum crimen sine poena legalli: tidak ada perbuatan pidana tanpa pidana
menurut undang-undang.
Berdasarkan uraian diatas maka penentuan ada tidaknya perbuatan pidana harus
didasarkan pada undang-undang atau hukum tertulis sesuai dengan frasa “kekuatan
aturan pidana dalam perundang-undangan” dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP itu sendiri.
Tegasnya, pemidanaan berdasarkan hukum adat tidak dimungkinkan karena adanya
asas legalitas tersebut

Pembebanan unsur atau syarat kesalahan dalam pemberian pidana (pemidanaan)


berarti ada pengakuan atas berlakunya “asas tiada pidana tanpa kesalahan”. Dalam
bahasa lain disebut: “Keine Strafe Ohne Schuld (Jerman), atau “Geen Straf Zonder
schuld (Belanda),
Asas ini secara singkat sering di sebagai “Asas Kesalahan”. Asas kesalahan ini,
seperti juga asas legalitas, merupakan asas yang fundamental dalam hukum pidana,
yaitu dalam pertanggungjawaban pidana. Idema menyebutkan, abhwa membicarakan
unsur kesalahan dalam hukum pidana berarti mengenai “jantungnya”. Namun
demikian, KUHP Indonesia tidak memuat asas kesalahan, meskipun pada tahun 1930
asas Geen Straf Zonder Schuld pernah diusulkan oleh Vrij dan Wijveldt untuk
dimasukkan ke dalam WvS Belanda. Usul ini memang ditolak oleh Pompe dengan
alasan bahwa batas-batas kesalahan itu sangat gelap atau kabur.

2. A. ASAS TERITORIAL

Salah satu asas hukum pidana adalah asas teritorial atau asas wilayah.
Berdasarkan asas ini, perundang-undangan pidana suatu negara berlaku untuk
setiap subjek hukum yang melakukan tindak pidana di wilayah negara yang
bersangkutan. Menurut Profesor van Hattum, setiap negara berkewajiban
menjamin keamanan dan ketertiban di dalam wilayah negaranya masing-masing.
[1] Oleh karena itu, negara dapat mengadili setiap orang yang melanggar
peraturan pidana yang berlaku di negara tersebut. Di Indonesia, asas teritorial
diatur dalam Pasal 2 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (selanjutnya disebut
KUHP) yang berbunyi:

“Ketentuan pidana dalam perundang-undangan Indonesia diterapkan bagi setiap


orang yang melakukan sesuatu tindak pidana di Indonesia.”

Selain dalam Pasal 2 KUHP, asas teritorial juga ditemukan dalam Pasal 3 KUHP,
yang telah diubah melalui Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1976. Pasal 3 tersebut
berbunyi:

“Ketentuan pidana dalam perundang-undangan Indonesia berlaku bagi setiap


orang yang di luar wilayah Indonesia melakukan tindak pidana di dalam
kendaraan air atau pesawat udara Indonesia”

B. ASAS PERONALITAS

Asas ini membahas tentang KUHP terhadap orang-orang Indonesia yang


melakukan tindak pidana diluar negara Indonesia. Dalam hukum internasional
hukum ini disebut asas Personalitas. Akan tetapi hukum ini tergantung dengan
perjanjian bilateral antar negara yang membolehkan untuk mengadili tindak
pidana tersebut sesui asal negaranya.  Terdapat dalam Pasal 5 KUHP :

1. Ketentuan pidana dalam undang-undang Indonesia berlaku bagi warga Negara


Indonesia yang melakukan di luar Indonesia:
a. satu kejahatan yang tersebut dalam Bab I dan II Buku Kedua, dan dalam pasal-
pasal 160,161,240,279,450, dan 451;
b. Suatu perbuatan terhadap suatu yang dipandang sebagai kejahatan meurut
ketentuan pidana dalam undang-undang negeri, tempat perbuatan itu dilakukan.

2. Penuntutan terhadap suatu perbuatan yang dimaksudkan pada huruf b boleh


juga dilakukan, jika tersangka baru menjadi warga negara Indonesia setelah
melakukan perbuatan itu.

3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Hukum Pidana , Tindak Pidana dan
Pidana. Bagaiamana sistem Pemidanaan yang diatur dalam KUHPidana.
Sebutkan Dasar Hukumnya;
Jawab :

a. Hukum Pidana

Hukum pidana ialah suatu usaha untuk membuat peraturan (pidana) menuju
yang lebih baik, tidak hanya melakukan pengaturan tingkah laku masyarakat,
namun juga menciptakan masyarakat yang sejahtera. Hal ini berarti
pembaharuan hukum pidana merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
kebijakan hukum pidana.

Hukum pidana Indonesia menentukan jenis-jenis sanksi pidana atas pidana


pokok dan pidana tambahan. Hal tersebut secara tegas dirumuskan di dalam
Pasal 10 KUHP yang berbunyi: 17 Pidana terdiri atas:

1. Pidana Pokok:

a. Pidana mati

b. Pidana penjara

c. Pidana kurungan

d. Pidana denda

e. Pidana Tambahan

f. Pencabutan hak-hak tertentu

2. Perampasan barang-barang tertentu;

3. Pengumuman putusan hakim.

b. Tindak Pidana

RKUHP 2012 dalam Bab II tentang Tindak Pidana dan pertanggungjawaban


Pidana dalam Pasal 11 ayat (1) menentukan,”Tindak pidana adalah perbuatan
melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang oleh peraturan perundang-
undangan dinyatakan sebagai perbuatan yang dilarang dan diancam pidana.

c. Pidana

Peristiwa pidana”, adalah istilah yang dipakai dalam Undang-Undang Dasar


Sementara (UUDS) 1950. Dalam Pasal 14 ayat (1) UUDS
menentukankan,”Setiap orang yang dituntut karena disangka melakukan suatu
‘peristiwa pidana’ berhak dianggap tidak bersalah, sampai dibuktikan
kesalahannya dalam suatu sidang pengadilan menurut aturan hukum yang
berlaku…”.

d. Sistem Pemidanaan

Pidana dalam KUHP juga bersifat kaku, dalam arti tidak dimungkinkannya
modifikasi pidana yang didasarkan pada perubahan atau perkembangan diri
pelaku. Sistem pemidanaan dalam KUHP yang demikian itu jelas tidak
memberi keleluasaan bagi hakim untuk memilih pidana yang tepat untuk
pelaku tindak pidana. Sebagai contoh mengenai jenis-jenis pidana,
pelaksanaan pidana pidana mati, pidana denda, pidana penjara, dan pidana
bagi anak. Sistem beracara pidana pada kasus yang diancam dengan hukuman
mati (pasal 340 KUHP) dan yang tidak dengan ancaman pidana mati (pasal
338 KUHP) prosedurnya sama, tidak mempunyai perbedaan dan tidak
mempunyai kualifikasi dan prosedur yang berbeda.

4. KUHPidana mengatur tentang Hal-hal yang dapat menghapuskan, mengurangi


atau memberatkan Pidana.Jelaskan alasan-alasan yang dapat menjadi dasar untuk
dapt dihapus nya Pidana. Sebutkan Dassar Hukum nya.

Jawab :

Berikut ini, hal-hal yang dapat menghapus, mengurangi atau memberatkan tindap pidana
yang dilakukan seseorang serta diatur dalam aturan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana 
yakni :

Pasal 44

1. Barangsiapa melakukan perbuatan yang tidak dapat ditanggungkan kepadanya


karena jiwanya cacat  dalam pertumbuhan atau terganggu karena penyakit, tidak
dipidana.
2. Jika ternyata perbuatan itu tidak dapat dipertanggungkan kepada pelakunya karena
pertumbuhan jiwanya cacat atau terganggu karena penyakit, maka hakim dapat
memerintahkan supaya orang itu dimasukkan ke rumah sakit jiwa, paling lama satu
tahun sebagai waktu percobaan.
3. Ketentuan dalam ayat (2) hanya berlaku bagi Mahkamah Agung, Pengadilan Tinggi,
Pengadilan Negeri.

Pasal 45

Dalam hal penuntutan pidana terhadap orang yang belum dewasa karena melakukan suatu
perbuatan sebelum umur enam belas tahun, hakim dapat menentukan:

1. Memerintah supaya yang bersalah dikembangkan kepada orang tuanya, walinya atau
pemeliharanya, tanpa pidana apapun;
2. Atau memerintah pusaya yang bersalah diserahkan kepada pemerintah tanpa pidana
apapun. Jika perbuatan merupakan kejahatan atau salah pelanggaran berdasarkan
Pasal-Pasal 489, 490, 492, 496, 497, 503-505, 514, 517-519, 526, 531, 532, 536, dan
540 serta belum lewat dua tahun sejak dinyatakan bersalah karena melakukan
kejahatan atau salah satu pelanggaran tersebut di atas, dan putusannya telah
menjadi tetap,
3. atau menjatuhkan pidana kepada yang bersalah.

Pasal 46
1. Jika hakim memerintahkan supaya yang bersalah diserahkan kepada pemerintah,
maka ia dimasukkan dalam rumah pendidikan negara supaya pendidikan dari
pemerintah atau di kemudian hari dengan cara lain, atau diserahkan kepada seorang
tertentu yang bertempat tinggal di Indonesia atau kepada sesuatu badan hukum,
yayasan atau lembaga amal yang berkedudukan di Indonesia untuk
menyelenggarakan pendidikannya atau di kemudian hari, atas tanggungan
pemerintah dengan cara lain; dalam kedua hal di atas, paling lama sampai orang
yang bersalah itu mencapai umur delapan belas tahun.
2. Aturan untuk melaksanakan Ayat (1) pasal ini ditetapkan dengan undang-undang.

Pasal 47 

1. Jika hakim menjatuhkan pidana, maka maksimum pidana pokok terhadap tindak
pidananya dikurangi sepertiga.
2. Jika perbuatan itu merupakan kajahatan yang diancam dengan pidana mati atau
pidana penjara seumur hidup, maka dijatuhkan pidana penjara paling lama lima
belas tahun.
3. Pidana tambahan dalam Pasal 10 butir nomor 1 dan 3 tidak dapat diterapkan.

Pasal 48

Barangsiapa melakukan perbuatan karena pengaruh daya paksa, tidak dipidana.

Pasal 49 

1. Tidak dipidana, barangsiapa melakukan pembelaan terpaksa untuk diri sendiri


maupun untuk orang lain, kehormatan kesusilaan atau harta benda sendiri maupun
orang lain, karena ada serangan atau ancaman serangan sangat dekat pada saat itu
yang melawan hukum.
2. Pembelaan terpaksa yang melampaui batas, yang langsung disebabkan oleh
keguncangan jiwa yang hebat karena serangan atau ancaman serangan itu, tidak
dipidana.

Pasal 50

Barangsiapa melakukan perbuatan untuk melaksanakan ketentuan undang-undang tidak


dipidana.

Pasal 51

1. Barangsiapa yang melakukan perbuatan untuk melaksanakan perintah jabatan yang


diberikan oleh penguasa yang berwanang, tidak dipidana.
2. Perintah jabatan tanpa wewenang, tidak menyebabkan hapusnya pidana, kecuali jika
yang diperintah, dengan itikad baik mengirim bahwa perintah diberikan dengan
wewenang dan pelaksanaanya termasuk dalam lingkungan pekerjaannya.

Pasal 52 

Bilamana seorang pejabat melakukan perbuatan pidana melanggar suatu kewajiban khusus
dari jabatannya, atau pada waktu melakukan perbuatan pidana memakai kekuasaan,
kesempatan atau sarana yang diberikan kepadanya karena jabatannya, pidananya dapat
ditambah sepertiga.

Pasal 52a
Bilamana pada waktu melakukan kejahatan digunakan bendera kebangsaan Republik
Indonesia, pidana untuk kejahatan tersebut dapat ditambah sepertiga.
 

Sumber :  Pasal 44, Pasal 45, Pasal 46, Pasal 47, Pasal 48, Pasal 49, Pasal 50, Pasal 51,
Pasal 52, dan Pasal 52 a Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

5. Jelaskan pendapat hukum Saudara, apakah terhadap Si Penjaga Pelintasan Kereta


tersebut dapat di pIdana karena mneyebabkan terjadinya kecelakaan? Jelaskan dasar
hukum yang menjadi pendapat Saudara tersebut.
Jawab :
Kecelakaan kereta api yang diakibatkan oleh kelalaian petugas penjaga jalan lintasan
kereta api sehingga mengakibatkan matinya orang lain sama sekali tidak dimaksudkan
oleh petugas. Hal tersebut terjadi karena akibat dari kekurang hati-hatian atau culpa.
Kelalaian yang dilakukan oleh petugas penjaga jalan lintasan kereta api diatur dalam
Pasal 359 Kitab Undang-undang Hukum Pidana. Bagaimana sanksi pidana bagi
petugas Penjaga Jalan Lintasan (PJL) Kereta Api menurut pasal 359 Kitab Undang-
undang Hukum Pidana. Adapun data yang diperlukan dapat diperoleh dari: Kitab
Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Undang-undang No. 23 Tahun 2007 tentang
Perkeretaapian, kesimpulan bahwa faktor yang menyebabkan petugas penjaga jalan
lintasan kereta api berbuat lalai yaitu berasal dari faktor intern dan faktor ekstern.
Faktor intern yang berasal dari diri sendiri seperti masalah kesehatan, mengantuk,
melamun, bermain handphone, meninggalkan pos penjagaan serta tidak mengikuti
metode yang berlaku. Sedangkan faktor ekstern adalah yang berasal dari lingkungan
seperti kerusakan alat genta, rel yang terendam banjir, rel anjlok serta pengendara
yang menerobos pintu perlintasan. Adapun sanksi yang dikenakan kepada penjaga
jalan lintasan kereta api yang berbuat lalai sehingga mengakibatkan matinya orang
lain adalah pidana penjara, sesuai dengan Pasal 359 Kitab Undang-undang Hukum
Pidana. Tidak ada bagi mereka yang melakukan kelalaian dikenai sanksi pidana mati.

Anda mungkin juga menyukai