Skripsi: Universitas Sumatera Utara
Skripsi: Universitas Sumatera Utara
Oleh:
IBTISAM AULIA NASUTION
130100382
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
SKRIPSI
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperole
memperoleh kelulusan
Sarjana Kedokteran
Oleh:
IBTISAM AULIA NASUTION
130100382
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
ABSTRAK
Latar Belakang: Dermatitis kontak merupakan penyakit kulit akibat kerja yang
paling banyak ditemukan. Dermatitis kontak iritan adalah respon nonspesifik kulit
langsung yang menyebabkan kerusakan sawar kulit oleh karena bahan kimia yang
melepaskan mediator inflamasi terutama pada sel epidermis. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan kejadian
dermatitis kontak iritan pada karyawan pencuci mobil di Kecamatan Medan
Sunggal.
Metode: Penelitian ini bersifat analitik dengan metode cross sectional.
Pengambilan data dilakukan dengan mewawancarai karyawan pencuci mobil
untuk pengisian kuesioner dan diagnosis dermatitis kontak iritan dilakukan oleh
dokter spesialis dermatovenerologi. Sampel penelitian diambil dengan cara total
sampling.
Hasil: Dari 71 responden, tingkat pengetahuan tertinggi adalah tingkat
pengetahuan sedang , yaitu sebanyak 55 orang (77,5%), tingkat pengetahuan
dengan kategori baik sebanyak 11 orang (15,5%), dan tingkat pengetahuan
dengan kategori kurang sebanyak 5 orang (7,0%) dengan kejadian dermatitis
kontak iritan sebanyak 12 orang (16,9%). Pada penelitian ini didapatkan hasil
bahwa tidak hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan
kejadian dermatitis kontak iritan dengan nilai P 0,750 (<0,95) dimana angka
kejadian dermatitis kontak iritan dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 1
orang (8,3%), tingkat pengetahuan sedang sebanyak 10 orang (83,3%), dan
tingkat pengetahuan kurang sebanyak 1 orang (8,3%).
Kesimpulan: Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan kejadian dermatitis kontak
iritan.
Kata kunci: Dermatitis kontak iritan, tingkat pengetahuan, pekerja pencuci mobil
Universitas Sumatera Utara
ii
ABSTRACT
Universitas Sumatera Utara
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberikan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara.
Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk memaparkan
landasan pemikiran dan segala konsep menyangkut penelitian yang akan
dilaksanakan. Penelitian yang akan dilaksanakan ini berjudul “Hubungan tingkat
pengetahuan dengan kejadian dermatitis kontak iritan pada karyawan pencuci
mobil di Kecamatan Medan Sunggal”.
Universitas Sumatera Utara
iv
4. Komisi Etik dan MEU yang telah melancarkan surat perizinan dalam
pelaksaanaan skripsi ini
5. Seluruh jasa pencucian mobil di Kecamatan Medan Sunggal yang telah
memberikan izin dalam pengambilan sampel
6. Rekan satu tim bimbingan penelitian Amelia Rizky Ananda yang telah
meluangkan waktu, tenaga, pikiran, saran, kritik, dukungan materi dan moril
dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Kepada dr. Harmen Reza, Naringgo Yudo, Aziz Achmad, dan Yan Hasqi,
yang telah meluangkan waktu untuk membantu saya dalam pengambilan
sampel.
8. Teman-teman terdekat saya, Syafrida Mentari Nasution, Khansa Salsabila,
Anggi Cantika, Natassya Sandra, Cut Farah, Almira Wynona, Novy Soraya,
Fara Haura, Cut Putri Astrid, Nadia Iftari, Fiony Adida, Andiyani Larasasri,
Fikri Ardinata, Alma’arij Akbar, anak nongs, lab a2, yang telah memberi saya
motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna, baik
dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan karya tulis hasil penelitian ini.
Penulis
Universitas Sumatera Utara
v
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan .................................................................................. i
Abstrak ....................................................................................................... ii
Abstract ...................................................................................................... iii
Kata Pengantar.......................................................................................... iv
Daftar Isi .................................................................................................... vi
Daftar Tabel ............................................................................................... viii
Daftar Gambar .......................................................................................... ix
Daftar Singkatan ....................................................................................... x
Universitas Sumatera Utara
vi
Universitas Sumatera Utara
vii
DAFTAR TABEL
Universitas Sumatera Utara
viii
DAFTAR GAMBAR
Universitas Sumatera Utara
ix
DAFTAR SINGKATAN
PG Prostaglandin
LT Leukotrien
ICDRG International Contact Dermatitis Research Group
APD Alat Pelindung Diri
Universitas Sumatera Utara
BAB 1
PENDAHULUAN
Penyakit kulit akibat kerja dapat berupa dermatitis dan urtikaria. Dermatitis
kontak merupakan 50% dari semua PAK (penyakit akibat kerja), dan yang
terbanyak yang bersifat nonalergi atau iritan.2 Dikenal dua jenis dermatitis kontak,
yaitu dermatitis kontak iritan (DKI) yang merupakan respon nonimunologi dan
dermatitis kontak alergi (DKA) yang diakibatkan oleh mekanisme imunologik
spesifik. Keduanya dapat bersifat akut maupun kronis.3
Dermatitis kontak iritan adalah inflamasi kulit yang memiliki gejala eritem,
edema ringan, dan bersisik. Dermatitis kontak iritan adalah respon nonspesifik
kulit langsung yang menyebabkan kerusakan sawar kulit oleh karena bahan kimia
yang melepaskan mediator inflamasi terutama pada sel epidermis. Agen korosif
menyebabkan kematian langsung sel sel epidermis, berujung kepada luka bakar
dan ulkus.4
Bahan penyebab dermatitis kontak alergik pada umumnya adalah bahan kimia
yang terkandung dalam alat-alat yang dikenakan oleh penderita, yang
berhubungan dengan pekerjaan/hobi, atau oleh bahan yang berada di sekitarnya.
Disamping bahan penyebab tersebut, ada faktor penunjang yang mempermudah
timbulnya dermatitis kontak, yaitu suhuudara, kelembapan, gesekan, dan
1
Universitas Sumatera Utara
2
Bila dihubungkan dengan jenis pekerjaan, dermatitis kontak dapat terjadi pada
hampir semua pekerjaan. Biasanya penyakit ini menyerang pada orang-orang
yang sering berkontak dengan bahan-bahan yang bersifat iritan/toksik maupun
alergik, misalnya ibu rumah tangga, petani dan pekerja yang berhubungan dengan
bahan- bahan kimia dan lain-lain.6
Secara empiris, dermatitis kontak akibat kerja merupakan salah satu gangguan
kesehatan kerja yang besar. Namun demikian, gambaran mengenai peran,
berbagai faktor, distribusi, dan penyebarannya masih sulit diperoleh.8 Insidensi
dermatitis kontak akibat kerja sebanyak 50 kasus per tahun atau 11,9% dari
seluruh kasus dermatitis kontak yang didiagnosis di Poliklinik Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta.9
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Definisi
Penyakit kulit akibat kerja (PKAK) atau dermatosis akibat kerja (occupational
dermatoses) yang merupakan bagian dari penyakit akibat kerja (occupational
diseases) adalah tiap kelainan/gangguan kulit yang disebabkan oleh/timbul
sebagai hasil dari faktor yang terutama terdapat dalam tempat kerja.10.11
2.2.1. Definisi
Dermatitis kontak iritan adalah inflamasi kulit yang memiliki gejala eritem,
edema ringan, dan bersisik. Dermatitis kontak iritan adalah respon nonspesifik
kulit langsung yang menyebabkan kerusakan sawar kulit oleh karena bahan kimia
yang melepaskan mediator inflamasi terutama pada sel epidermis. Agen korosif
menyebabkan kematian langsung sel sel epidermis, berujung kepada luka bakar
dan ulkus.4
2.2.2. Epidemiologi
Pada tahun 2001 oleh grup dermatitis kontak Amerika Utara dengan studi
multisenter dilaporkan bahwa 836 kasus teridentifikasi sebagai dermatitis kulit
okupasi, 54% merupakan dermatitis kontak alergi primer, 32% merupakan
dermatitis kontak iritan, dan 14% merupakan keadaan selain dermatitis kontak
yang diperburuk oleh pekerjaan. Sedangkan berdasarkan hasil survei dari biro
statistik tenaga kerja Amerika Serikat, 90-95% dari semua penyakit kulit okupasi
berupa dermatitis kontak, dan 80% dari dermatitis kontak okupasi ini merupakan
dermatitis kontak iritan dan terutama sering ditemukan berhubungan dengan
pekerjaan seseorang. Insidensi dermatitis kontak iritan ini sebenarnya sulit
ditentukan dengan akurat, hal ini dikarenakan data epidemiologi yang terbatas,
selain itu banyak pula pasien dengan dermatitis kontak iritan yang tidak datang ke
sarana kesehatan dan lebih memilih menanganinya dengan menghindari paparan
terhadap agen.14-16
1. Faktor Eksogen
Selain dengan asam dan basa kuat, tidak mungkin untuk memprediksi potensi
iritan suatu bahan kimia berdasarkan struktur molekulnya. Potensial iritan bentuk
senyawa mungkin lebih sulit untuk diprediksi. Faktor-faktor yang dimaksudkan
termasuk sifat kimia bahan iritan, yaitu pH, kondisi fisik, konsentrasi, ukuran
molekul, jumlah, polarisasi, ionisasi, bahan dasar, kelarutan. Selain itu, sifat dari
pajanan sepertu jumlah, konsentrasi, lamanya pajanan dan jenis kontak, pajanan
serentak dengan bahan iritan lain dan jaraknya setelah pajanan sebelumnya juga
turut menyebabkan DKI. Faktor lingkungan seperti lokalisasi tubuh yang terpajan
dan suhu, dan faktor mekanik seperti tekanan, gesekan atau goresan, kelembapan
lingkunan yang rendah dan suhu dingin menurunkan kadar air pada stratum
korneum yang menyebabkan kulit lebih rentan pada bahan iritan.19
2. Faktor Endogen
a. Faktor genetik
b. Jenis Kelamin
Gambaran klinik dermatitis kontak iritan paling banyak pada tangan, danwanita
dilaporkan paling banyak dari semua pasien. Hubungan antara jenis kelamin
dengan kerentanan kulit adalah karena wanita lebih banyak terpajan oleh bahan
iritan, kerja basah dan lebih suka perawatan daripada laki-laki. Tidak ada
pembedaan jenis kelamin untuk dermatitis kontakiritan yang ditetapkan
berdasarkan penelitian.19
c. Umur
d. Suku
e. Lokasi Kulit
Ada perbedaan lokasi kulit yang signifikan dalam hal fungsi pertahanan,sehingga
kulit wajah, leher, skrotum, dan bagian dorsal tangan lebih rentan terhadap
dermatitis kontak iritan, di mana telapak tangan dan kaki lebih resisten.19
2.2.4. Etiologi
Dapat disebabkan oleh bahan iritan absolut seperti asam kuat, basa kuat, garam
logam berat dengan konsentrasi kuat dan bahan iritan relatif, seperti sabun,
deterjen, dan pelarut organik. Dermatitis kontak oleh iritan absolut biasanya
timbul seketika setelah berkontak dengan iritan, dan semua orang akan terkena.
Sedangkan dermatitis kontak iritan relatif dapat timbul sesudah pemakaian bahan
yang lama dan berulang dan seringkali baru timbul bila ada faktor fisik berupa
abrasi, trauma kecil, dan maserasi; oleh karena itu sering disebut traumatic
dermatitis. Kelainan yang timbul biasanya berupa hiperpigmentasi, likenifikasi,
fisur, dan kadang-kadang eritem dan vesikel.20
No Nama Bahan
3 Deterjen
4 Resin epoksi
5 Fiberglass
6 Minyak (lubrikan)
7 Pelarut-pelarut organik
8 Agen oksidator
9 Plasticizer
10 Serpihan kayu
Gangguan pada lapisan ganda lemak dalam dermatitis iritan tangan terjadi ketika
terkena deterjen, sabun, dan bahan kimia atau iritan lainnya. Hasilperadangan dari
iritan yang baik dan cukup kuat atau kontak dengan kulit untuk waktu yang cukup
lama akan mengikis penghalang. Paparan berulang atau berat akan menyebar ke
lapisan lebih dalam dari kulit dan endothelium.19
2.2.6. Patofisiologi
Terdapat komponen imunologis yang jelas pada respon iritan, yang ditunjukkan
dengan pelepasan mediator-mediator pro inflamasi, khususnya sitokin, dari sel sel
kulit non imun (keratinosit) merespon rangsangan kimiawi. Ini adalah proses yang
tidak memerlukan sensitisasi terlebih dahulu. Kerusakan sawar kulit akan
menyebabkan terlepasnya sitokin sitokin seperti Interleukin-1α, Interleukin-1β,
dan Tumor Necrosis Factor α (TNFα). Pada dermatitis kontak iritan, terlihat
peningkatan TNFα dan IL-6 sebanyak sepuluh kali lipat, dan peningkatan jumlah
granulocyte-macrophage adhesion molecule 1 pada keratinosit.22,25
Ketika terkena paparan iritan, kulit menjadi radang, bengkak, kemerahan dan
dapat berkembang menjadi vesikel atau papul dan mengeluarkan cairan bila
terkelupas. Gatal, perih, dan rasa terbakar terjadi pada bintik merah-merah
tersebut. Reaksi inflamasi bermacam-macam mulai dari gejala awal seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya, hingga pembentukan luka dan area nekrosis pada
kulit. Dalam beberapa hari, penurunan dermatitis dapat terjadi bila iritan
dihentikan. Pada pasien yang terpapar iritan secara kronik, area kulit tersebut akan
mengalami radang, dan mulai mengerut, membesar, bahkan terjadi hiper atau
hipopigmentasi dan penebalan.27
1. Fase akut
Dermatitis kontak iritan akut biasanya timbul akibat paparan bahan kimia asam
atau basa kuat, atau paparan singkat serial bahan kimia, atau kontak fisik.
Sebagian kasus dermatitis kontak iritan akut merupakan akibat kecelakaan kerja.
Pada dermatitis kontak iritan akut, Reaksi ini bisa beraneka ragam dari nekrosis
(korosi) hingga keadaan yang tidak lebih daripada sedikit dehidrasi (kering) dan
kemerahan. Kekuatan reaksi tergantung dari kerentanan individunya dan pada
konsentrasi serta ciri kimiawi kontaktan, adanya oklusi dan lamanya serta
frekuensi kontak.28
Pada dermatitis kontak alergi akut, derajat kelainan kulit yang timbul bervariasi
ada yang ringan ada pula yang berat. Pada yang ringan mungkin hanya berupa
eritema (kemerahan) dan edema (bengkak) yang lebih hebat disertai pula vesikel
atau bula (tonjolan berisi cairan) yang bila pecah akanterjadi erosi dan eksudasi
(cairan). Lesi cenderung menyebar dan batasnya kurang jelas. Dalam fase ini
keluhan subyektif berupa gatal.28,29
2. Fase kronis
DKI kronis disebabkan oleh kontak dengan iritan lemah yang berulang-ulang, dan
mungkin bisa terjadi oleh karena kerjasama berbagai macam faktor. Bisa jadi
suatu bahan secara sendiri tidak cukup kuat menyebabkan dermatitis iritan, tetapi
bila bergabung dengan faktor lain baru mampu. Kelainan baru nyata setelah
berhari- hari, berminggu-minggu atau bulan, bahkan bisa bertahun-tahun
kemudian. Sehingga waktu dan rentetan kontak merupakan faktor paling
penting.28
Gejala klasik berupa kulit kering, eritema, skuama, lambat laun kulit tebal dan
terjadi likenifikasi, batas kelainan tidak tegas. Bila kontak terus berlangsung maka
dapat menimbulkan retak kulit yang disebut fisura. Adakalanya kelainan hanya
berupa kulit kering dan skuama tanpa eritema, sehingga diabaikan oleh penderita.
Setelah kelainan dirasakan mengganggu, baru mendapat perhatian.28,29
2.2.8. Diagnosis
1. Anamnesis
Pertama-tama tentukan lokasi kelainan apakah sesuai dengan kontak bahan yang
dicurigai, yang tersering adalah daerah tangan, lengan, muka atau anggota gerak.
Pemeriksaan fisik sangat penting, karena dengan melihat lokalisasi dan pola
kelainan kulit seringkali dapat diketahui kemungkinan penyebabnya. Misalnya, di
ketiak oleh deodoran, di pergelangan tangan oleh jam tangan, dan di kedua kaki
Kemudian tentukan ruam kulit yang ada, biasanya didapatkan adanya eritema,
edema dan papula disusul dengan pembentukan vesikel yang jika pecah akan
membentuk dermatitis yang membasah. Lesi pada umumnya timbul pada tempat
kontak, tidak berbatas tegas dan dapat meluas ke daerah sekitarnya.28
No Kriteria Ciri-ciri
1 Kriteria Subjektif Mayor Awitan dalam beberapa menit-jam setelah
pajanan
3. Pemeriksaan penunjang
Uji tempel digunakan untuk membedakan antara dermatitis kontak iritan dan
dermatitis kontak alergi seiringan dengan diagnosis dermatitis kontak iritan dan
dermatitis kontak alergi. Uji tempel yang negatif dapat mendukung diagnosis
dermatitis kontak iritan karena dapat mengeksklusi dermatitis kontak alergi.
Diagnosis dermatitis kontak iritan dapat dipersulit oleh hasil negatif palsu dari uji
tempel. Sebaliknya, uji tempel menggunakan bahan-bahan yang jelas iritan dapat
menimbulkan hasil positif palsu31,32. Hasil uji tempel iritan dapat berupa eritema
dengan atau tanpa papula dan seringkali hanya terbatas pada daerah uji dan
berbatas tegas. Reaksi iritan ini juga menunjukkan pola dekresendo, namun ini
bukan menjadi indikator yang reliabel32,33. Reaksi uji tempel iritan tidak
berhubungan dengan keparahan dermatitis kontak iritan namun berhubungan
dengan konsentrasi dari bahan iritan tersebut. Penting untuk merencanakan uji
dengan konsentrasi dan substansi yang tepat untuk menghindari hasil yang tidak
tepat.31
3. Kemudian bahan tes dilepas dan kulit pada tempat tempelan tersebut
dibaca tentang perubahan atau kelainan yang terjadi pada kulit. Pada
tempat tersebut bisa kemungkinan terjadi dermatitis berupa: eritema,
papul, oedema atau fesikel, dan bahkan kadang- kadang bisa terjadi bula
atau nekrosis.34
NT : Tidak diteskan
2.2.9 Penatalaksanaan
2. Glukokortikoid topikal
Ketika pertahanan kulit rusak, hal tersebut berpotensial untuk terjadinya infeksi
sekunder oleh bakteri. Perubahan pH kulit dan mekanisme antimikroba yang telah
dimiliki kulit, mungkin memiliki peranan yang penting dalam evolusi, persisten,
dan resolusi dari dermatitis akibat iritan, tapi hal ini masih dipelajari. Secara
klinis, infeksi diobati dengan menggunakan antibiotik oral untuk mencegah
perkembangan selulitis dan untuk mempercepat penyembuhan. Secara bersamaan,
glukokortikoid topikal, emolien, dan antiseptik juga digunakan. Sedangkan
antihistamin mungkin dapat mengurangi pruritus yang disebabkan oleh dermatitis
akibat iritan.Ada beberapa percobaan klinis secara acak mengenai efisiensi
antihistamin untuk dermatitis kontak iritan, dan secara klinis antihistamin
biasanya diresepkan untuk mengobati beberapa gejala simptomatis.36
2.2.10. Prognosis
Prognosis untuk dermatitis kontak iritan baik jika iritan penyebab dapat
diidentifikasi dan dieliminasi. Prognosis dermatitis kontak iritan kumulatif kronis
harus diawasi karena dapat menjadi lebih buruk daripada dermatitis kontak
alergi37. Riwayat atopi, tingkat pengetahuan yang rendah, dan/atau diagnosis dan
penanganan yang terlambat adalah faktor-faktor yang dapat memperburuk
prognosis38. Didapati 11% penderita masih mengalami dermatitis walaupun
mereka sudah menghentikan pekerjaannya.39
2.3. Pengetahuan
2.3.1. Definisi
hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi
yang nyata.
BAB 3
KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP
Inflamasi
Gejala klinis
1. Tingkat
pengetahuan Dermatitis
2. Masa kerja kontak iritan
3. Lama kerja
3.3. Hipotesis
Berdasarkan ladasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis
dalam penelitian ini adalah:
1. Ho: Tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian
dermatitis kontak iritan pada karyawan pencuci mobil di Kecamatan
Medan Sunggal.
2. Ha: Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian
dermatitis kontak iritan pada karyawan pencuci mobil di Kecamatan
Medan Sunggal.
BAB 4
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat analitik dengan
pendekatan cross sectional yaitu dengan cara pendekatan,atau pengumpulan data
sekaligus pada suatu saat / point time approach.
Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Agustus 2016 sampai November 2016.
4.3.1. Populasi
4.3.2. Sampel
Sampel penelitian ini adalah karyawan pencuci mobil di lokasi penelitian yang
telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah Total Sampling. Semua subyek
yang didatangi dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian
sampai penelitian selesai.
Pada penelitian ini, cara pengumpulan data digunakan adalah dengan cara
wawancara langsung kepada pencuci mobil. Kuesioner dilakukan uji validitas isi
terlebih dahulu.Kuesioner adalah suatu daftar yang berisi sejumlah pertanyaan
yang diberikan kepada sampel agar dapat mengungkapkan kondisi-kondisi yang
berkenaan dengan penelitian yang dilakukan. Kemudian kuesioner tersebut
diberikan kepada sampel untuk diisi. Ada beberapa formulir yang telah disertakan
dengan instrumen penelitian.
Apabila terdapat kelainan kulit pada responden, maka peneliti akan memfoto
gejala kulit tersebut dan mengkonfirmasikan ke dosen pembimbing (dokter
spesialis kulit dan kelamin).
Kuesioner yang telah selesai disusun akan diuji reliabilitasnya. Uji reliabilitas
dilakukan pada seluruh pertanyaan yang valid dengan koefisien reliabilitas.Jika
nilai alpha lebih besar dari nilai r tabel, makapertanyaan tersebut reliabel.
Data yang di kumpulkan berupa jawaban dari setiap pertanyaan kuesioner akan di
olah dengan langkah-langkah sebagai berikut:
2. Coding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk
mempermudah tabulasi dan analisa data.
Analisis dilakukan secara bertahap yaitu analisis univariat dan bivariat. Analisis
univariat untuk melihat distribusi frekuensi variabel yang diteliti. Analisis bivariat
untuk melihat hubungan antara variabel independen dan dependen menggunakan
uji Chi Square dengan derajat kepercayaan 95% (α=0,05). Jika ditemui nilai
harapan kurang dari 5, maka digunakan uji Fisher Exact.
4.6.1. Definisi
Wawancara
1. Baik, apabila nilai yang diperoleh > 75% dari nilai tertinggi
2. Sedang, apabila nilai yang diperoleh 40-75% dari nilai tertinggi
3. Kurang, apabila nilai yang diperoleh < 40% dari nilai tertinggi
Pengumpulan data
Analisis data
BAB 5
Kecamatan Medan Sunggal adalah salah satu dari 21 kecamatan di kota Medan,
Sumatera Utara, Indonesia. Kecamatan Medan Sunggal berbatasan dengan
Kabupaten Deli Serdang di sebelah barat, Medan Baru di timur, Medan Selayang
di selatan, dan Medan Helvetia di utara. Kecamatan ini mempunyai penduduk
sebesar 112.744 jiwa, Luasnya adalah 15, 44 km2 dan kepadatan penduduknya
adalah 6.722,99 jiwa/km2.
Tabel 5.2. Kejadian dermatitis kontak iritan pada karyawan pencuci mobil di
Kecamatan Medan Sunggal
Dermatitis Kontak
Frekuensi Persentase (%)
Iritan
Ya 12 16,9
Tidak 59 83,1
Total 71 100,0
DKI
Lama kerja dalam Total P
Ya Tidak
jam value
n % F % F %
7 0 0 5 8,5 5 7,0
8 3 25 4 6,8 7 9,9
9 3 25 12 20,3 15 21,1 0,078
10 3 25 19 32,2 22 31,0
11 0 0,0 14 23,7 14 19,7
12 3 25,0 5 8,5 8 11,3
Total 12 100,0 59 100,0 71 100,0 -
Dari tabel 5.3. diatas, pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan yang bermakna antara lama kerja dengan kejadian dermatitis kontak
iritan menggunakan Chi-Square test dengan nilai p 0,078 (>0,05) dimana angka
kejadian dermatitis kontak iritan dengan lama kerja 7 jam tidak ada (0,0%), lama
kerja 8 jam sebanyak 3 orang (25%), lama kerja 9 jam sebanyak 3 orang (25%),
lama kerja 10 jam sebanyak 3 orang (25%), lama kerja 11 jam tidak ada, dan 12
jam sebanyak 3 orang (25%).
Tabel 5.4. Hubungan kejadian dermatitis kontak iritan dengan masa kerja
DKI
Total P
Ya Tidak
value
F % F % F %
≤ 2 TAHUN 9 75 44 74,6 53 74,6
Lama kerja 0,643
> 2 TAHUN 3 25 15 25,4 18 25,4
Total 12 100,0 59 100,0 71 100,0 -
Dari tabel 5.4. diatas, pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
hubungan yang bermakna antara lama kerja dengan kejadian dermatitis kontak
iritan menggunakan fisher exact test dengan nilai p 0,643.
Dari tabel 5.5. diatas, dapat dilihat bahwa 12 responden memiliki lokasi lesi
dermatitis kontak iritan yang terdapat di ekstremitas sebanyak 12 orang (100%).
Dari tabel 5.6. diatas, dapat dilihat bahwa 65 responden berjenis kelamin laki-laki
(91,5%) dan 6 responden berjenis kelamin perempuan (8,5%).
Dari tabel 5.7. diatas, responden yang terbanyak adalah responden dengan
pendidikan terakhir SMA (74,6%).
Dari tabel 5.8. diatas, terdapat 43 responden dengan suku batak (60,6%), 14
responden dengan suku jawa (19,7%), 8 orang dengan suku aceh (11,3%), dan
suku lain 6 orang (8,5%).
Dari tabel 5.9. diatas, pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan kejadian dermatitis
kontak iritan dengan nilai p 0,750
5.2. Pembahasan
Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna
antara tingkat pengetahuan dengan kejadian dermatitis kontak iritan dengan nilai p
0,750 dimana angka kejadian dermatitis kontak iritan dengan tingkat pengetahuan
baik sebanyak 1 orang (8,3%), tingkat pengetahuan sedang sebanyak 10 orang
(83,3%), dan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 1 orang (8,3%). Pada
penelitian sebelumnya yang dilakukan olehSuryani, 2008,hasil uji statistik
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan
tentang Alat Pelindung Diri pada pekerja pencuci botol di PT X Medan dengan
dermatitis kontak dengan nilai p = 0,710 ( > 0,05).43
Pada penelitian ini, tidak terdapat hubungan yang bermakna antara lama kerja
dengan kejadian dermatitis kontak iritan menggunakan Chi-Square test dengan
nilai P 0,078 (>0,05). Hal ini serupa dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Suryani, 2008, dimana hasil uji statistik penelitian tersebut
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara masa kerja
dengan dermatitis kontak pada pekerja pencuci botol di PT X Medan dengan nilai
P = 0,794.44
Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan kejadian
dermatitis kontak iritan pada penelitian yang dilakukan dengan menggunakan
fisher exact test dengan nilai p 0,643 (<0,95) dimana angka kejadian dermatitis
kontak iritan dengan masa kerja ≤ 2 tahun sebanyak 9 orang (75%) dan masa kerja
>2 tahun sebanyak 3 orang (25%). Hal ini serupa dengan penelitian yang
dilakukan oleh Angkit Octovanni, dimana umur (p=1,000), masa kerja (p=1,000),
personal hygiene (p=1,000), pemakaian APD sarung tangan (p=1,000) dan
pemakaian APD sepatu penutup (p=0,642) tidak mempunyai hubungan yang
bermakna dengan dermatitis kontak iritan.45
BAB 6
6.1. Kesimpulan
7.2. Saran
1. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk mengambil lokasi sampel
yang lebih luas, dengan alasan prevalensi penyakit yang semakin sedikit.
2. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menambahkan variabel
penggunaan alat pelingdung diri dan jenis air yang digunakan oleh sampel
penelitian
3. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk menambah variabel jenis
air dan penggunaan alat pelindung diri
4. Untuk para pengusaha jasa pencucian mobil, agar dapat melakukan
penyuluhan mengenai tanda-tanda awal dari dermatitis kontak iritan
5. Para pengusaha jasa pencucian mobil diharapkan menyediakan alat
pelindung diri untuk para pencuci mobil
6. Untuk para pekerja agar menjadi lebih sadar terhadap kesehatan kerja.
7. Bagi instansi kesehatan, untuk mengupayakan usaha preventif terhadap
kejadian dermatitis kontak iritan pada pekerja
DAFTAR PUSTAKA
1988;19:1107–1114
13. Rice RH, Cohen DE. Toxic responses of the skin. In: Klassen CD, editors.
Toxicology the basic science of poisons 5th ed. USA: Donnelly and Sons
Company; 1996.p.532-537.
14. Emmett EA. Occupational contact dermatitis. In: Incidence and returnto
work pressure. Am J Contact Dermat ; 2002.p.13-30.
15. Rietschel RL. A preliminary report of the occupation of patiens evaluated
in patch test clinics. Am J Contact Dermat; 2001.p .70-72
16. US Department of Labor, Bureau of Labor Statistic. Occupational injuries
and illnesses: Industry Data; 2004.
17. Djuanda AH, Aisah M. S. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke-6.
Departemen Ilmu Kedokteran Kulit dan Kelamin FK UI.
Jakarta:2007.p.129-152.
18. Sumantri, M.A., Febriani, H.T., Musa, S.T. Dermatitis Kontak. Jogjakarta
: Pharma-C ; 2010
19. Wolff C, Richard AJ, and Dick S, editors. Fitzpatrick’s Color Atlas &
Synopsis 20th Of Clinical Dermatology 5 ed. New York: McGraw - Hill;
2005
20. Siregar, RS. Dermatosis Akibat Kerja. SMF Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Palembang. 2009.
21. Keefner, D.M, Curry,C.E. Contact Dermatitis. Handbook of
Nonprescription Drugs. Edisi 12. APHA. Washington. DC. 2004.
22. Spongiotic, psoriasiform and pustular dermatosis: Contact dermatitis. In:
Pathology of the Skin with Clinical Correlations, vol. 1, 3rd edition, edited
by PH McKee, E Calonje, SR Granter. Philadelphia, Elsevier Mosby,
2005, pp. 175-181
23. The spongiotic reaction pattern: Irritant contact dermatitis. In: Skin
Pathology, 3rd edition, edited by D Weedon. Churchill Livingstone,
Elsevier, 2010, pp. 102-104
24. Smith HR, Basketter DA, McFadden JP: Irritant dermatitis, irritancy and
its role in allergic contact dermatitis. Clin Exp Dermatol. 2002. 27:138-
146.
25. Rietschel RL: Clues to an accurate diagnosis of contact dermatitis. 2004.
17:224-230,
26. Berardesca E: What’s new in irritant dermatitis. Clin Dermatol. 1997.
15:561-563.
27. Verayati, D. Hubungan Pemakaian Alat Pelindung Diri dan Personal
Higine Terhadap Keajadian Dermatitis Kontak Akibat Kerja Pada
Pemulung Di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bakung Bandar
Lampung. Skirpsi Mahasiswa Fakultas Kedokteran. Universitas Lampung.
Lampung.:2011
28. Djuanda, S., Sri A. S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi 3. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI. 2003.
29. Taylor JS, Sood A, Amado A. Occupational skin diseases due to irritans
and allergens. In : Fitzpatricks et al, editors. Dermatology in general
th
medicine vol.2 7 ed. New York: Mc Graw Hill Medical. 2008.
30. Firdaus U. Dermatitis Kontak Akibat Kerja. Penyakit Kulit Akibat kerja
Terbanyak Di Indonesia. Majalah kesehatan Masyarakat.;2(5):2002-16.
31. Rietschel RL. Diagnosing irritant contact dermatitis. Dalam: Jackson
EM,Goldner R, eds. Irritant Contact Dermatitis. New York, NY:
MarcelDekker Inc.; 1990:167–171.
32. Wilhelm KP. Age. In: Irritant Dermatitis, edited by A-L Chew, HI
Maibach. Germany : Springer-Verlag Berlin Heidelberg. 2006. p. 165-171
33. Smith A: Contact dermatitis: Diagnosis and man- agement. Br J
Community Nurs. 2004. 9:365-371
34. Sulaksmono, M. Keuntungan dan Kerugian Patch Test (uji tempel) Dalam
Upaya Menegakan Diagnosa Penyakit Kulit Akibat kerja (Occupational
Dermatosis). Bagian Kesehatan dan Keselamatan Kerja Fakultas
Kesehatan Masyarakat. Universitas Airlangga. Surabaya.:2006
35. Wolff K, Lowel AG, Stephen IK, Barbara AG, Amy SP, David JL, editors.
Fitzpatrick’s Dermatology in general medicine. 7thed. New York:
McGraw Hill; 2008. p.396-401
36. Levin C, Basihir SJ, and Maibach HI, editors.Treatment Of Irritant
ContactDermatitis. In: : Chew AL and Howard IM, editors. Irritant
Dermatitis. Germany: Springer-Verlag Berlin Heidelberg; 2006.p.461-3
37. Polunin I: Pineapple dermatosis. Br J Dermatol. 1951. 63:441-455,
38. Eberhard Y et al: Up-regulation of the chemokine CCL21 in the skin of
subjects exposed to irritants. BMC Immunol.2004.26:7,
39. Smadi RM, Smadi BY, Ka’abneh A: Contact irritant dermatitis from
insect secretions: Report of 74 cases in a military unit in Eritrea. East
Mediterr Health J.2009.15:757-760.
40. Bakhtiar,A. Filsafat Ilmu Dasar Pengetahuan. Jakarta: Raja Grafindo
persada. 2005
41. Notoatmodjo, Soekidjo. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta. 2003
42. Cao LY, Taylor JS: V Contact Dermatitis and Related Disorders. 2
Dermatology. ACP Medicine. Dale DC, Federmann DD, Eds. BC Decker
Inc, Hamilton, ON, September 2008 http://www.acpmedicine.com
(accessed August 6, 2009).
43. Situmeang SM. Analisa Dermatitis Kontak Pada Pekerja Pencuci Botol Di
Pt X Medan Tahun 2008. Medan: Universitas Sumatera Utara. 2010
44. Octovanni A. Faktor faktor yang berhubungan dengan dermatitis kontak
iritanpada pekerja pabrik pengolahan aki bekas di lingkungan industry
kecil (LIK) Semarang: Universitas Diponegoro. 2010.
45. Nurmatingtias AA, Waluyo St. Gambaran Kejadian Dermatitis Kontak
pada Nelayan di Desan Pasar Banggi Kecamatan Rembang kabupaten
Rembang Tahun 2016. Semarang: Stikes Ngudi Waluyo. 2016.
46. Taylor JS, Sood A, Amado A. Irritant contact dermatitis. Dalam:
th
Fitzpatricks et al, editors. Dermatology in general medicine vol.1 7 ed.
LAMPIRAN
LEMBAR PENJELASAN
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Salam Sejahtera,
Medan, 2016
INFORMED CONSENT
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Setelah mendapat penjelasan dari peneliti secara terperinci dan jelas tentang
penelitian “Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kejadian Dermatitis Kontak
Iritan pada Karyawan Pencuci Mobil di Kecamatan Medan Sunggal”, maka
dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia diikutkan
dalam penelitian tersebut.
Medan, 2016
( )
No. Responden :
Nama :
Jenis Kelamin :
Suku :
Umur :
Alamat :
Pendidikan Terakhir :( ) SD ( ) SMP ( )SMA
( ) Diploma ( ) Sarjana
Lama kerja : ..... jam
Masa Kerja : ..... tahun ..... bulan
Jenis air yang digunakan :
Lokasi kelainan kulit (kosongkan jika tidak ada) :
a. Ya b. Tidak
6. Bagaimana pencegahan dermatitis kontak iritan?
a. Mengurangi terpajan bahan iritan
b. Menggunakan sarung tangan pada saat menggunakan deterjen
c. Mengganti dengan deterjen yang lain
7. Apakah dengan terpapar air terlalu sering dapat juga menyebabkan
dermatitis kontak iritan?
a. Ya
b. Tidak
8. Apakah benar dermatitis kontak iritan dapat sembuh sendiri tanpa
dilakukan pengobatan?
a. Benar
b. Salah
9. Kemana anda akan berobat jika merasakan gejala-gejala seperti yang
diatas?
a. Dukun
b. Rumah sakit/dr. Spesialis kulit
c. Beli obat di apotek
Cases
kategori.pengetahuan *
71 100,0% 0 0,0% 71 100,0%
kejadian.DKI
kejadian.DKI
YA TIDAK Total
kategori.pengetahuan BAIK Count 1 10 11
SEDANG Count 10 45 55
KURANG Count 1 4 5
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
a
Pearson Chi-Square ,576 2 ,750
Likelihood Ratio ,652 2 ,722
Linear-by-Linear Association ,466 1 ,495
N of Valid Cases 71
Cases
KAT.MASA.KERJA *
71 100,0% 0 0,0% 71 100,0%
kejadian.DKI
kejadian.DKI
YA TIDAK Total
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square ,001 1 ,975
b
Continuity Correction ,000 1 1,000
Likelihood Ratio ,001 1 ,975
Fisher's Exact Test 1,000 ,643
Linear-by-Linear Association ,001 1 ,976
N of Valid Cases 71
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,04.
b. Computed only for a 2x2 table
Cases
lama.kerja.DLMJAM *
71 100,0% 0 0,0% 71 100,0%
kejadian.DKI
kejadian.DKI
YA TIDAK Total
lama.kerja.DLMJAM 7 Count 0 5 5
8 Count 3 4 7
9 Count 3 12 15
10 Count 3 19 22
11 Count 0 14 14
12 Count 3 5 8
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 9,909 5 ,078
Likelihood Ratio 11,830 5 ,037
Linear-by-Linear Association ,021 1 ,883
N of Valid Cases 71
Pengetahuan
Statistics
kategori.pengetahuan
N Valid 71
Missing 0
kategori.pengetahuan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Kejadian DKI
Statistics
kejadian.DKI
N Valid 71
Missing 0
kejadian.DKI
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Lokasi DKI
Statistics
lokasi.DKI
N Valid 12
Missing 59
lokasi.DKI
Sosiodemografi DKI
Statistics
N Valid 71 71 71
Missing 0 0 0
jenis.kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
pendidikan.terakhir
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
suku
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent