Anda di halaman 1dari 70

SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEJADIAN


DERMATITIS KONTAK IRITAN PADA KARYAWAN PENCUCI MOBIL
DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL

Oleh:
IBTISAM AULIA NASUTION
130100382

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEJADIAN
DERMATITIS KONTAK IRITAN PADA KARYAWAN PENCUCI MOBIL
DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL

SKRIPSI
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperole
memperoleh kelulusan
Sarjana Kedokteran

Oleh:
IBTISAM AULIA NASUTION
130100382

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
i

ABSTRAK

Latar Belakang: Dermatitis kontak merupakan penyakit kulit akibat kerja yang
paling banyak ditemukan. Dermatitis kontak iritan adalah respon nonspesifik kulit
langsung yang menyebabkan kerusakan sawar kulit oleh karena bahan kimia yang
melepaskan mediator inflamasi terutama pada sel epidermis. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan kejadian
dermatitis kontak iritan pada karyawan pencuci mobil di Kecamatan Medan
Sunggal.
Metode: Penelitian ini bersifat analitik dengan metode cross sectional.
Pengambilan data dilakukan dengan mewawancarai karyawan pencuci mobil
untuk pengisian kuesioner dan diagnosis dermatitis kontak iritan dilakukan oleh
dokter spesialis dermatovenerologi. Sampel penelitian diambil dengan cara total
sampling.
Hasil: Dari 71 responden, tingkat pengetahuan tertinggi adalah tingkat
pengetahuan sedang , yaitu sebanyak 55 orang (77,5%), tingkat pengetahuan
dengan kategori baik sebanyak 11 orang (15,5%), dan tingkat pengetahuan
dengan kategori kurang sebanyak 5 orang (7,0%) dengan kejadian dermatitis
kontak iritan sebanyak 12 orang (16,9%). Pada penelitian ini didapatkan hasil
bahwa tidak hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan
kejadian dermatitis kontak iritan dengan nilai P 0,750 (<0,95) dimana angka
kejadian dermatitis kontak iritan dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 1
orang (8,3%), tingkat pengetahuan sedang sebanyak 10 orang (83,3%), dan
tingkat pengetahuan kurang sebanyak 1 orang (8,3%).
Kesimpulan: Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan kejadian dermatitis kontak
iritan.
Kata kunci: Dermatitis kontak iritan, tingkat pengetahuan, pekerja pencuci mobil


Universitas Sumatera Utara
ii

ABSTRACT

Background: Contact dermatitis is the most common occupational skin disease.


Irritant contact dermatitis is a nonspecific response of the skin to direct
chemical damage that releases mediators of inflammation predominantly from
epidermal cells. This study aims to determine the correlation between level of
knowledge and incidence of irritant contact dermatitis of carwasher at
Kecamatan Medan Sunggal
Methods: This research is an analytic with cross sectional method. Data were
collected by interviewing car washers for filling out the questionnaire and irritant
contact dermatitis diagnosed by a dermatovenerologist.
Results: From 71 respondents, the highest rate of the level of knowledge is
medium, with 55 respondents (77.5%), good level of knowledge with 11 people
(15.5%), and bad level of knowledge with 5 people ( 7.0%). and the incidence of
irritant contact dermatitis is 12 people (16.9%). This study shows no significant
relationship between the level of knowledge and the incidence of irritant contact
dermatitis with P value 0.750 (<0.95) in which the incidence of irritant contact
dermatitis with a good level of knowledge as much as 1 (8.3%), medium level of
knowledge 10 people (83.3%), and bad level of knowledge knowledge level 1
(8.3%).
Conclusions: there is no significant correlation between the level of knowledge
and incidence of irritant contact dermatitis of carwasher at Kecamatan Medan
Sunggal
Keywords: Irritant contact dermatitis, level of knowledge, car washer


Universitas Sumatera Utara
iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberikan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara.
Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk memaparkan
landasan pemikiran dan segala konsep menyangkut penelitian yang akan
dilaksanakan. Penelitian yang akan dilaksanakan ini berjudul “Hubungan tingkat
pengetahuan dengan kejadian dermatitis kontak iritan pada karyawan pencuci
mobil di Kecamatan Medan Sunggal”.

Dalam penyelesaian skripsi ini penulis banyak menerima bantuan dari


berbagai pihak. Terima kasih sebanyak-banyaknya saya persembahkan kepada
kedua orang tua saya, Ayahanda tercinta, Hasan Basri Nasution, SKM, M.Kes,
dan juga Ibunda tercinta, dr Mila Darmi, Sp.KK, yang telah memberi dukungan
penuh dan semangat tiada henti kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
Tidak lupa kakak dan adik saya, Khalishaturrahmi Nasution, S.Ked, dan M. Dzaki
Nasution, yang selalu mendukung dalam proses pengerjaan skripsi ini. Selain itu
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S. (K), selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. dr. Irma Damayanti Mahadi, Sp.KK(K), selaku Dosen Pembimbing I,
dan Dra. Merina Panggabean, M.Med, Sc, selaku Dosen Pembimbing II, yang
telah memberi banyak arahan dan masukan kepada saya sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik.
3. dr. Maya Savira, M.Kes, selaku Ketua Penguji dan dr. Akhyar Hamonangan
Nasution, Sp.An(K), selaku anggota penguji yang telah memberikan petunjuk-
petunjuk serta nasihat-nasihat dalam penyempurnaan penulisan skripsi ini.


Universitas Sumatera Utara
iv

4. Komisi Etik dan MEU yang telah melancarkan surat perizinan dalam
pelaksaanaan skripsi ini
5. Seluruh jasa pencucian mobil di Kecamatan Medan Sunggal yang telah
memberikan izin dalam pengambilan sampel
6. Rekan satu tim bimbingan penelitian Amelia Rizky Ananda yang telah
meluangkan waktu, tenaga, pikiran, saran, kritik, dukungan materi dan moril
dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Kepada dr. Harmen Reza, Naringgo Yudo, Aziz Achmad, dan Yan Hasqi,
yang telah meluangkan waktu untuk membantu saya dalam pengambilan
sampel.
8. Teman-teman terdekat saya, Syafrida Mentari Nasution, Khansa Salsabila,
Anggi Cantika, Natassya Sandra, Cut Farah, Almira Wynona, Novy Soraya,
Fara Haura, Cut Putri Astrid, Nadia Iftari, Fiony Adida, Andiyani Larasasri,
Fikri Ardinata, Alma’arij Akbar, anak nongs, lab a2, yang telah memberi saya
motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna, baik
dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan karya tulis hasil penelitian ini.

Medan, 13 Desember 2016


Hormat Saya,

Penulis


Universitas Sumatera Utara
v

DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan .................................................................................. i
Abstrak ....................................................................................................... ii
Abstract ...................................................................................................... iii
Kata Pengantar.......................................................................................... iv
Daftar Isi .................................................................................................... vi
Daftar Tabel ............................................................................................... viii
Daftar Gambar .......................................................................................... ix
Daftar Singkatan ....................................................................................... x

BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................... 1


1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................. 3
1.3.1. Tujuan umum ........................................................................ 3
1.3.2. Tujuan khusus ....................................................................... 3
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 4


2.1. Penyakit Kulit Akibat Kerja ................................................................. 4
2.1.1. Definisi .................................................................................. 4
2.1.2. Kriteria operasional untuk dermatitis kontak akibat kerja .... 4
2.2. Dermatitis Kontak Iritan ...................................................................... 5
2.2.1. Definisi .................................................................................. 5
2.2.2. Epidemiologi ......................................................................... 5
2.2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi ........................................ 6
2.2.4. Etiologi .................................................................................. 8
2.2.5. Dermatitis kontak iritan akibat deterjen ................................ 9
2.2.6. Patofisiologi........................................................................... 9
2.2.7. Gejala klinis ........................................................................... 11
2.2.8. Penegakan diagnosis.............................................................. 12
2.2.9. Penatalaksanaan..................................................................... 15
2.2.10 Prognosis .............................................................................. 16
2.3. Pengetahuan ......................................................................................... 17
2.3.1. Definisi .................................................................................. 17
2.3.2. Tingkat pengetahuan ............................................................. 17
2.3.3. Pengukuran pengetahuan ....................................................... 18

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP ............... 19


3.1. Kerangka Teori Penelitian.................................................................... 19
3.2. Kerangka Konsep Penelitian ................................................................ 20
3.3. Hipotesis ............................................................................................... 20

BAB 4 METODE PENELITIAN ............................................................. 21


4.1. Jenis Penelitian ..................................................................................... 21


Universitas Sumatera Utara
vi

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. 21


4.2.1. Waktu penelitian.................................................................... 21
4.2.2. Tempat penelitian .................................................................. 21
4.3. Populasi dan Sample Penelitian ........................................................... 21
4.3.1. Populasi ................................................................................. 21
4.3.2. Sampel ................................................................................... 21
4.4. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 22
4.5. Pengolahan dan Analisis Data .............................................................. 23
4.6. Definisi Operasional............................................................................. 24
4.6.1. Definisi .................................................................................. 24
4.6.2. Cara ukur ............................................................................... 25
4.6.3. Alat ukur ................................................................................ 25
4.6.4. Hasil ukur .............................................................................. 25
4.6.5. Skala pengukuran .................................................................. 25
4.7. Kerangka Operasional .......................................................................... 26

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 27


5.1. Hasil Penelitian .................................................................................... 27
5.1.1. Deskripsi lokasi penelitian .................................................... 27
5.1.2. Karakteristik Sampel dan Hasil Analisis Data ...................... 28
5.2. Pembahasan .......................................................................................... 33

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN


6.1. Kesimpulan .......................................................................................... 36
6.2. Saran ..................................................................................................... 37

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 38


LAMPIRAN ............................................................................................... 42


Universitas Sumatera Utara
vii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman


2.1. Zat yang sering menimbulkan dermatitis kontak 8
iritan
2.2. Kriteria Diagnostik DKI 13
5.1. Tingkat pengetahuan karyawan pencuci mobil 28
tentang dermatitis kontak iritan
5.2. Kejadian dermatitis kontak iritan pada karyawan 29
pencuci mobil di Kecamatan Medan Sunggal
5.3. Hubungan kejadian dermatitis kontak iritan dengan 29
lama kerja.
5.4. Hubungan kejadian dermatitis kontak iritan dengan 30
masa kerja
5.5. Distribusi lokasi lesi terbanyak dermatitis kontak 31
iritan.
5.6. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 31
5.7. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan 32
Terakhir
5.8. Distribusi Responden Berdasarkan Suku 32
5.9. Hubungan Tingkat pengetahuan dengan kejadian 33
dermatitis kontak iritan


Universitas Sumatera Utara
viii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


3.1. Kerangka Teori 19
3.2. Kerangka Konsep 20


Universitas Sumatera Utara
ix

DAFTAR SINGKATAN

PAK Penyakit Akibat Kerja


PKAK Penyakit Kulit Akibat Kerja
DKI Dermatitis Kontak Iritan
DKA Dermatitis Kontak Alergi

TNF α Tumor Necrosis Factor α


IL-6 Interleukin-6
AA Asam Arakidonat
DAG Diasilgliserida
PAF Platelet Activating Factor
IP3 Inositida

PG Prostaglandin
LT Leukotrien
ICDRG International Contact Dermatitis Research Group
APD Alat Pelindung Diri


Universitas Sumatera Utara
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Peningkatan perkembangan industri dan adanya perubahan gaya hidup masyarakat


terutama pada masyarakat ibukota yang lebih menyukai hal-hal yang praktis
membawa efek positif pada usaha penyedia jasa. Jenis usaha penyedia jasa yang
berkembang dan semakin menjamur dikalangan masyarakat, salah satunya adalah
usaha penyedia jasa pencucian mobil.Hal ini memberikan konsekuensi semakin
banyak orang yang bekerja dibidang jasa pencucian mobil, sehingga semakin
banyak pula kemungkinan orang yang berisiko terkena penyakit kulit akibat
kerja.1

Penyakit kulit akibat kerja dapat berupa dermatitis dan urtikaria. Dermatitis
kontak merupakan 50% dari semua PAK (penyakit akibat kerja), dan yang
terbanyak yang bersifat nonalergi atau iritan.2 Dikenal dua jenis dermatitis kontak,
yaitu dermatitis kontak iritan (DKI) yang merupakan respon nonimunologi dan
dermatitis kontak alergi (DKA) yang diakibatkan oleh mekanisme imunologik
spesifik. Keduanya dapat bersifat akut maupun kronis.3

Dermatitis kontak iritan adalah inflamasi kulit yang memiliki gejala eritem,
edema ringan, dan bersisik. Dermatitis kontak iritan adalah respon nonspesifik
kulit langsung yang menyebabkan kerusakan sawar kulit oleh karena bahan kimia
yang melepaskan mediator inflamasi terutama pada sel epidermis. Agen korosif
menyebabkan kematian langsung sel sel epidermis, berujung kepada luka bakar
dan ulkus.4

Bahan penyebab dermatitis kontak alergik pada umumnya adalah bahan kimia
yang terkandung dalam alat-alat yang dikenakan oleh penderita, yang
berhubungan dengan pekerjaan/hobi, atau oleh bahan yang berada di sekitarnya.
Disamping bahan penyebab tersebut, ada faktor penunjang yang mempermudah
timbulnya dermatitis kontak, yaitu suhuudara, kelembapan, gesekan, dan

1
Universitas Sumatera Utara
2

oklusi.3Penyakit ini ditandai dengan peradangan kulit polimorfik yang


mempunyai ciri-ciri yang luas, meliputi: rasa gatal, eritema (kemerahan), edema
(bengkak), papul (tonjolan padat diameter kurang dari 5mm), vesikel (tonjolan
berisi cairan diameter lebih dari 5mm), dan skuama.5

Bila dihubungkan dengan jenis pekerjaan, dermatitis kontak dapat terjadi pada
hampir semua pekerjaan. Biasanya penyakit ini menyerang pada orang-orang
yang sering berkontak dengan bahan-bahan yang bersifat iritan/toksik maupun
alergik, misalnya ibu rumah tangga, petani dan pekerja yang berhubungan dengan
bahan- bahan kimia dan lain-lain.6

Prevalensi dermatitis di Indonesia sangat bervariasi. Pada Pertemuan Dokter


Spesialis Kulit tahun 2009 dinyatakan sekitar 90% penyakit kulit akibat kerja
merupakan dermatitis kontak, baik iritan maupun alergik. Penyakit kulit akibat
kerja yang merupakan dermatitis kontak sebesar 92,5%, sekitar 5,4% karena
infeksi kulit, dan 2,1% penyakit kulit karena sebab lain. Pada studi epidemiologi,
Indonesia memperlihatkan bahwa 97% dari 389 kasus adalah dermatitis kontak,
dimana 66,3% diantaranya adalah dermatitis kontak iritan dan 33,7% adalah
dermatitis kontak alergi.7

Secara empiris, dermatitis kontak akibat kerja merupakan salah satu gangguan
kesehatan kerja yang besar. Namun demikian, gambaran mengenai peran,
berbagai faktor, distribusi, dan penyebarannya masih sulit diperoleh.8 Insidensi
dermatitis kontak akibat kerja sebanyak 50 kasus per tahun atau 11,9% dari
seluruh kasus dermatitis kontak yang didiagnosis di Poliklinik Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta.9

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimanakahhubungan tingkat pengetahuan dengan kejadian dermatitis kontak


iritan pada karyawan pencuci mobildi Kecamatan Medan Sunggal?

Universitas Sumatera Utara


3

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan umum

Untuk mengetahui bagaimana hubungan tingkat pengetahuan dengan kejadian


dermatitis kontak iritan pada karyawan pencuci mobil di Kecamatan Medan
Sunggal.

1.3.2. Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan karyawan pencuci mobil tentang


dermatitis kontak iritan.

2. Untuk mengetahui kejadian dermatitis kontak iritan pada karyawan


pencuci mobil di Kecamatan Medan Sunggal.

3. Untuk mengetahui hubungan kejadian dermatitis kontak iritan dengan


lama kerja.

4. Untuk mengetahui hubungan kejadian dermatitis kontak iritan dengan


masa kerja.

5. Untuk mengetahui lokasi lesi terbanyak dermatitis kontak iritan.

6. Untuk mengetahui gambaran sosiodemografis karyawan pencuci mobil di


Kecamatan Medan Sunggal.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti, berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam


mengetahui tingkat pengetahuan karyawan pencuci mobil tentang
dermatitis kontak iritan.

2. Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan masukan bagi mahasiswa


untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan
penelitian yang telah dilakukan penulis.

3. Bagi pekerja, berguna untuk membuat pekerja menjadi lebih sadar


terhadap kesehatan kerja.

Universitas Sumatera Utara


4

4. Bagi instansi kesehatan, untuk mengupayakan usaha preventif terhadap


kejadian dermatitis kontak iritan pada pekerja.

Universitas Sumatera Utara


5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penyakit Kulit Akibat Kerja (PKAK)

2.1.1. Definisi

Penyakit kulit akibat kerja (PKAK) atau dermatosis akibat kerja (occupational
dermatoses) yang merupakan bagian dari penyakit akibat kerja (occupational
diseases) adalah tiap kelainan/gangguan kulit yang disebabkan oleh/timbul
sebagai hasil dari faktor yang terutama terdapat dalam tempat kerja.10.11

2.1.2. Kriteria operasional untuk dermatitis kontak akibat kerja

Terdapat 7 kriteria objektif yang membentuk kerangka kerja untuk


mengidentifikasi dermatitis kontak akibat kerja secara tepat, yang disebut dengan
Mathias’s Criteria. Jika terdapat 4 dari kriteria berikut ini, maka klinisi dapat
menyimpulkan bahwa dermatitis tersebut kemungkinan berasal dari pekerjaan,
yaitu :

1. Gambaran klinis sesuai dengan dermatitis kontak.


2. Adanya paparan terhadap iritan atau alergen kulit yang potensial
ditempat kerja.
3. Distribusi secara anatomik dermatitisnya sesuai dengan bentukpaparan
terhadap kulit dalam hubungan dengan tugas pekerjaannya.
4. Hubungan waktu antara paparan dan awitannya sesuai dengandermatitis
kontak.
5. Paparan non-pekerjaan telah disingkirkan sebagai penyebab
yangmungkin.
6. Menghindari paparan memberikan perbaikan pada dermatitisnya.
7. Uji tempel atau uji provokasi melibatkan suatu paparan pada tempatkerja
yang bersifat spesifik.12

Universitas Sumatera Utara


6

2.2. Dermatitis Kontak Iritan

2.2.1. Definisi

Dermatitis kontak iritan adalah inflamasi kulit yang memiliki gejala eritem,
edema ringan, dan bersisik. Dermatitis kontak iritan adalah respon nonspesifik
kulit langsung yang menyebabkan kerusakan sawar kulit oleh karena bahan kimia
yang melepaskan mediator inflamasi terutama pada sel epidermis. Agen korosif
menyebabkan kematian langsung sel sel epidermis, berujung kepada luka bakar
dan ulkus.4

2.2.2. Epidemiologi

Menurut American Academy of Dermatology (1994), dari semua penyakit kulit


akibat kerja, lebih dari 90% berupa dermatitis kontak.11 Pada tahun 2003, dari 4,4
juta kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang dilaporkan, 6,2% (269.500 kasus)
adalah penyakit akibat kerja. Menurut Belsito (2005), dermatitis kontak okupasi
adalah penyakit kulit okupasi yang paling sering dilaporkan pada banyak negara
di dunia. Dilaporkan bahwa insiden dermatitis kontak okupasi berkisar antara 5
hingga 9 kasus tiap 10.000 karyawan full-time tiap tahunnya.1 Sedangkanmenurut
Emmett (2002), angka kejadian penyakit kulit akibat kerja mengalami penurunan
selama 4 tahun belakangan, hal ini dimungkinkan karena upaya pencegahan yang
lebih baik, adanya kompensasi, dan adanya perubahan dalam pelaporan.13-15

Pada tahun 2001 oleh grup dermatitis kontak Amerika Utara dengan studi
multisenter dilaporkan bahwa 836 kasus teridentifikasi sebagai dermatitis kulit
okupasi, 54% merupakan dermatitis kontak alergi primer, 32% merupakan
dermatitis kontak iritan, dan 14% merupakan keadaan selain dermatitis kontak
yang diperburuk oleh pekerjaan. Sedangkan berdasarkan hasil survei dari biro
statistik tenaga kerja Amerika Serikat, 90-95% dari semua penyakit kulit okupasi
berupa dermatitis kontak, dan 80% dari dermatitis kontak okupasi ini merupakan
dermatitis kontak iritan dan terutama sering ditemukan berhubungan dengan
pekerjaan seseorang. Insidensi dermatitis kontak iritan ini sebenarnya sulit
ditentukan dengan akurat, hal ini dikarenakan data epidemiologi yang terbatas,

Universitas Sumatera Utara


7

selain itu banyak pula pasien dengan dermatitis kontak iritan yang tidak datang ke
sarana kesehatan dan lebih memilih menanganinya dengan menghindari paparan
terhadap agen.14-16

Jumlah penderita DKI diperkirakan cukup banyak, terutama yang berhubungan


dengan pekerjaan, namun angkanya secara tepat sulit diketahui. Hal ini
disebabkan penderita dengan gejala ringan dan tanpa keluhan tidak datang
berobat17. Dermatitis kontak iritan timbul pada 80% dari seluruh penderita
dermatitis kontak sedangkan dermatitis kontak alergik kira-kira hanya 10-20%.
Sedangkan insiden dermatitis kontak alergik diperkirakan terjadi pada 0,21% dari
populasi penduduk18

2.2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi

1. Faktor Eksogen

Selain dengan asam dan basa kuat, tidak mungkin untuk memprediksi potensi
iritan suatu bahan kimia berdasarkan struktur molekulnya. Potensial iritan bentuk
senyawa mungkin lebih sulit untuk diprediksi. Faktor-faktor yang dimaksudkan
termasuk sifat kimia bahan iritan, yaitu pH, kondisi fisik, konsentrasi, ukuran
molekul, jumlah, polarisasi, ionisasi, bahan dasar, kelarutan. Selain itu, sifat dari
pajanan sepertu jumlah, konsentrasi, lamanya pajanan dan jenis kontak, pajanan
serentak dengan bahan iritan lain dan jaraknya setelah pajanan sebelumnya juga
turut menyebabkan DKI. Faktor lingkungan seperti lokalisasi tubuh yang terpajan
dan suhu, dan faktor mekanik seperti tekanan, gesekan atau goresan, kelembapan
lingkunan yang rendah dan suhu dingin menurunkan kadar air pada stratum
korneum yang menyebabkan kulit lebih rentan pada bahan iritan.19

2. Faktor Endogen

a. Faktor genetik

Ada hipotesa yang mengungkapkan bahwa kemampuan individu untuk


mengeluarkan radikal bebas, dan mengubah derajat enzym antioksidan,dan
kemampuan untuk membentuk perlindungan heat shock protein semuanya
dibawah kontrol genetik. Faktor tersebut juga menentukan keberagaman respon

Universitas Sumatera Utara


8

tubuh terhadap bahan-bahan ititan.Selain itu, predisposisi genetik terhadap


kerentanan bahan iritan berbeda untuk setiap bahan iritan.Pada penelitian, diduga
bahwa faktor genetik mungkin mempengaruhi kerentanan terhadap bahan iritan.19

b. Jenis Kelamin

Gambaran klinik dermatitis kontak iritan paling banyak pada tangan, danwanita
dilaporkan paling banyak dari semua pasien. Hubungan antara jenis kelamin
dengan kerentanan kulit adalah karena wanita lebih banyak terpajan oleh bahan
iritan, kerja basah dan lebih suka perawatan daripada laki-laki. Tidak ada
pembedaan jenis kelamin untuk dermatitis kontakiritan yang ditetapkan
berdasarkan penelitian.19

c. Umur

Anak-anak dibawah 8 tahun lebih mudah menyerap reaksi-reaksi bahan-bahan


kimia dan bahan iritan lewat kulit.Banyak studi yang menunjukkan bahwa tidak
ada kecurigaan pada peningkatan pertahanan kulit dengan meningkatnya umur.
Data pengaruh umur pada percobaan iritasi kulit sangat berlawanan. Iritasi kulit
yang kelihatan (eritema) menurun pada orang tua sementara iritasi kulit yang
tidak kelihatan (kerusakan pertahanan) meningkat pada orang muda.19

d. Suku

Tidak ada penelitian yang mengatakan bahwa jenis kulit


mempengaruhiberkembangnya dermatitis kontak iritan secara signifikan.Karena
eritema sulit diamati pada kulit gelap, penelitian terbaru menggunakan eritema
sebagai satu- satunya parameter untuk mengukur iritasi yang mungkin sudah
sampai pada kesalahan interpretasi bahwa kulit hitam lebih resisten terhadap
bahan iritan daripada kulit putih.19

e. Lokasi Kulit

Ada perbedaan lokasi kulit yang signifikan dalam hal fungsi pertahanan,sehingga
kulit wajah, leher, skrotum, dan bagian dorsal tangan lebih rentan terhadap
dermatitis kontak iritan, di mana telapak tangan dan kaki lebih resisten.19

Universitas Sumatera Utara


9

2.2.4. Etiologi

Dapat disebabkan oleh bahan iritan absolut seperti asam kuat, basa kuat, garam
logam berat dengan konsentrasi kuat dan bahan iritan relatif, seperti sabun,
deterjen, dan pelarut organik. Dermatitis kontak oleh iritan absolut biasanya
timbul seketika setelah berkontak dengan iritan, dan semua orang akan terkena.
Sedangkan dermatitis kontak iritan relatif dapat timbul sesudah pemakaian bahan
yang lama dan berulang dan seringkali baru timbul bila ada faktor fisik berupa
abrasi, trauma kecil, dan maserasi; oleh karena itu sering disebut traumatic
dermatitis. Kelainan yang timbul biasanya berupa hiperpigmentasi, likenifikasi,
fisur, dan kadang-kadang eritem dan vesikel.20

Tabel 2.1 Zat yang sering menumbulkan dermatitis kontak iritan.21

No Nama Bahan

1 Asam kuat (hidroklorida, hidroflorida, asam nitrat, asam sulfat)

2 Basa kuat (kalsium hidroksida, natrium hidroksida, kalium hidroksida)

3 Deterjen

4 Resin epoksi

5 Fiberglass

6 Minyak (lubrikan)

7 Pelarut-pelarut organik

8 Agen oksidator

9 Plasticizer

10 Serpihan kayu

Universitas Sumatera Utara


10

2.2.5 Dermatitis kontak iritan akibat deterjen

Stratum korneum di kulit sangat penting dalam membentuk penghalang terhadap


lingkungan eksternal dan mencegah kehilangan air. Lapisan superfisial yang
mengandung sel-sel epitel tertanam dalam lapisan ganda lemak, asam lemak, dan
kolesterol dengan kadar air antara 20% dan 35%. Hampir semua bentuk dermatitis
kontak iritan akibat detergen melibatkan gangguan dalam stratum korneum, tetapi
dalam beberapa kasus didahului oleh respon inflamasi local. Deterjen menaturasi
protein dan merusak membran sel. Oksidasi telah terbukti meningkatkan potensi
iritan dari beberapa surfaktan.19

Gangguan pada lapisan ganda lemak dalam dermatitis iritan tangan terjadi ketika
terkena deterjen, sabun, dan bahan kimia atau iritan lainnya. Hasilperadangan dari
iritan yang baik dan cukup kuat atau kontak dengan kulit untuk waktu yang cukup
lama akan mengikis penghalang. Paparan berulang atau berat akan menyebar ke
lapisan lebih dalam dari kulit dan endothelium.19

2.2.6. Patofisiologi

Mekanisme terjadinya dermatitis kontak iritan:

1. Penghilangan permukaan berlemak dan substansi yang bersifat menahan


air

2. Kerusakan membran sel

3. Denaturasi keratin epidermis

4. Efek sitotoksik langsung22-24

Terdapat komponen imunologis yang jelas pada respon iritan, yang ditunjukkan
dengan pelepasan mediator-mediator pro inflamasi, khususnya sitokin, dari sel sel
kulit non imun (keratinosit) merespon rangsangan kimiawi. Ini adalah proses yang
tidak memerlukan sensitisasi terlebih dahulu. Kerusakan sawar kulit akan
menyebabkan terlepasnya sitokin sitokin seperti Interleukin-1α, Interleukin-1β,
dan Tumor Necrosis Factor α (TNFα). Pada dermatitis kontak iritan, terlihat

Universitas Sumatera Utara


11

peningkatan TNFα dan IL-6 sebanyak sepuluh kali lipat, dan peningkatan jumlah
granulocyte-macrophage adhesion molecule 1 pada keratinosit.22,25

Selain itu, kerusakan membran mengaktifkan fosfolipase dan melepaskan asam


arakidonat (AA), diasilgliserida (DAG), Platelet Activating Factor (PAF), dan
inositida (IP3). AA dirubah menjadi prostaglandin (PG) dan leukotrien (LT). PG
dan LT menginduksi vasodilatasi, dan meningkatkan permeabilitas vaskuler
sehingga mempermudah transudasi komplemen dan kinin. PG dan LT juga
bertindak sebagai kemotraktan kuat untuk limfosit dan neutrofil, serta
mengaktifasi sel mast melepaskan histamin, LT dan PG lain dan PAFsehingga
memperkuat perubahan vaskuler.2,24

Rentetan kejadian tersebut menimbulkan gejala peradangan klasik di tempat


terjadinya kontak di kulit tergantung pada bahan iritannya. Ada dua jenis bahan
iritan, yaitu: iritan kuat dan iritan lemah. Iritan kuat akan menimbulkan kelainan
kulit pada pajanan pertama pada hampir semua orang dan menimbulkan gejala
berupa eritema, edema, panas, dan nyeri. Sedangkan iritan lemah hanya pada
mereka yang paling rawan atau mengalami kontak berulang-ulang. Dimulai
dengan kerusakan stratum korneum oleh karena delipidasi yang menyebabkan
desikasi dan kehilangan fungsi sawar, sehingga mempermudah kerusakan sel
dibawahnya oleh iritan. Faktor kontribusi, misalnya kelembaban udara, tekanan,
gesekan, dan oklusi, mempunyai andil pada terjadinya kerusakan tersebut.25

Ketika terkena paparan iritan, kulit menjadi radang, bengkak, kemerahan dan
dapat berkembang menjadi vesikel atau papul dan mengeluarkan cairan bila
terkelupas. Gatal, perih, dan rasa terbakar terjadi pada bintik merah-merah
tersebut. Reaksi inflamasi bermacam-macam mulai dari gejala awal seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya, hingga pembentukan luka dan area nekrosis pada
kulit. Dalam beberapa hari, penurunan dermatitis dapat terjadi bila iritan
dihentikan. Pada pasien yang terpapar iritan secara kronik, area kulit tersebut akan
mengalami radang, dan mulai mengerut, membesar, bahkan terjadi hiper atau
hipopigmentasi dan penebalan.27

Universitas Sumatera Utara


12

2.2.7. Gejala klinis

Berdasarkan gejala klinisnya, dermatitis kontak iritan terbagi atas:

1. Fase akut

Dermatitis kontak iritan akut biasanya timbul akibat paparan bahan kimia asam
atau basa kuat, atau paparan singkat serial bahan kimia, atau kontak fisik.
Sebagian kasus dermatitis kontak iritan akut merupakan akibat kecelakaan kerja.

Pada dermatitis kontak iritan akut, Reaksi ini bisa beraneka ragam dari nekrosis
(korosi) hingga keadaan yang tidak lebih daripada sedikit dehidrasi (kering) dan
kemerahan. Kekuatan reaksi tergantung dari kerentanan individunya dan pada
konsentrasi serta ciri kimiawi kontaktan, adanya oklusi dan lamanya serta
frekuensi kontak.28

Pada dermatitis kontak alergi akut, derajat kelainan kulit yang timbul bervariasi
ada yang ringan ada pula yang berat. Pada yang ringan mungkin hanya berupa
eritema (kemerahan) dan edema (bengkak) yang lebih hebat disertai pula vesikel
atau bula (tonjolan berisi cairan) yang bila pecah akanterjadi erosi dan eksudasi
(cairan). Lesi cenderung menyebar dan batasnya kurang jelas. Dalam fase ini
keluhan subyektif berupa gatal.28,29

2. Fase kronis

DKI kronis disebabkan oleh kontak dengan iritan lemah yang berulang-ulang, dan
mungkin bisa terjadi oleh karena kerjasama berbagai macam faktor. Bisa jadi
suatu bahan secara sendiri tidak cukup kuat menyebabkan dermatitis iritan, tetapi
bila bergabung dengan faktor lain baru mampu. Kelainan baru nyata setelah
berhari- hari, berminggu-minggu atau bulan, bahkan bisa bertahun-tahun
kemudian. Sehingga waktu dan rentetan kontak merupakan faktor paling
penting.28

Gejala klasik berupa kulit kering, eritema, skuama, lambat laun kulit tebal dan
terjadi likenifikasi, batas kelainan tidak tegas. Bila kontak terus berlangsung maka

Universitas Sumatera Utara


13

dapat menimbulkan retak kulit yang disebut fisura. Adakalanya kelainan hanya
berupa kulit kering dan skuama tanpa eritema, sehingga diabaikan oleh penderita.
Setelah kelainan dirasakan mengganggu, baru mendapat perhatian.28,29

2.2.8. Diagnosis

Secara umum dermatitis kontak iritan dapat didiagnosa berdasarkan anamnesis,


pemeriksaan fisik diagnostik, dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan secara
cermat dan terarah.31

1. Anamnesis

Pada saat melakukan anamnesis dapat ditanyakan antara lain:

a. Riwayat pekerjaan sekarang: tempat bekerja, jenis pekerjaan, kegiatan


yang lazim dilakukan pada hari kerja, pakaian pelindung dan peralatan,
dan fasilitas kebersihan dan prakteknya.
b. Faktor pekerjaan sehubungan dengan gangguan kulit seperti material yang
dipakai dan proses yang dilakukan, informasi mengenai kesehatan dan
keselamatan tentang material yang ditangani, apakah ada perbaikan pada
akhir pekan atau pada hari libur, riwayat kerja yang lalu sebelum bekerja
di tempat tersebut, riwayat tentang penyakit kulit akibat kerja yang pernah
diderita, apakah ada pekerjaan rangkap di samping pekerjaan yang
sekarang.
c. Riwayat lainnya secara umum: latar belakang atopi (perorangan atau
keluarga), alergi kulit, penyakit kulit lain, pengobatan yang telah
diberikan, kemungkinan pajanan di rumah, dan hobi pasien.29
2. Pemeriksaan fisik diagnostik

Pertama-tama tentukan lokasi kelainan apakah sesuai dengan kontak bahan yang
dicurigai, yang tersering adalah daerah tangan, lengan, muka atau anggota gerak.
Pemeriksaan fisik sangat penting, karena dengan melihat lokalisasi dan pola
kelainan kulit seringkali dapat diketahui kemungkinan penyebabnya. Misalnya, di
ketiak oleh deodoran, di pergelangan tangan oleh jam tangan, dan di kedua kaki

Universitas Sumatera Utara


14

oleh sepatu. Pemeriksaan hendaknya dilakukan pada seluruh permukaan kulit,


untuk melihat kemungkinan kelainan kulit lain karena sebab- sebab endogen.28

Kemudian tentukan ruam kulit yang ada, biasanya didapatkan adanya eritema,
edema dan papula disusul dengan pembentukan vesikel yang jika pecah akan
membentuk dermatitis yang membasah. Lesi pada umumnya timbul pada tempat
kontak, tidak berbatas tegas dan dapat meluas ke daerah sekitarnya.28

Tabel 2.1 Zat yang sering menumbulkan dermatitis kontak iritan.21

No Kriteria Ciri-ciri
1 Kriteria Subjektif Mayor Awitan dalam beberapa menit-jam setelah
pajanan

Gejala : nyeri, rasa terbakar, kesemutan,


rasa tak nyaman, disertai gatal terutama
pada awal kejadian

2 Kriteria Subjektif Minor Awitan dalam 2 minggu setelah pajanan.


Beberapa individu dari lingkungan yang
sama terkena akibat adanya pajanan secara
berkelompok

3 Kriteria Objektif Mayor Makula eritematosa, fissura, hiperkeratosis,


dan vesikulasi

Terjadi penyembuhan jika menghindari


pajanan yang dicurigai

Terjadi uji tempel yang negatif terhadap


alergen yang dicurigai

4 Kriteria Objektif Minor Lesi dermatitis dengan batas tegas

Kecenderungan kecil dermatitis meluas

Adanya vesikel di sekitar bercak


eritematosa, erosi, bula, atau kelainan
morfologis lainnya yang ditemukan. Hal ini

Universitas Sumatera Utara


15

menandakan perbedaan konsentrasi maupun


waktu kontak, yang memberikan gambaran
kerusakan kulit yang bervariasi

3. Pemeriksaan penunjang

Uji tempel digunakan untuk membedakan antara dermatitis kontak iritan dan
dermatitis kontak alergi seiringan dengan diagnosis dermatitis kontak iritan dan
dermatitis kontak alergi. Uji tempel yang negatif dapat mendukung diagnosis
dermatitis kontak iritan karena dapat mengeksklusi dermatitis kontak alergi.
Diagnosis dermatitis kontak iritan dapat dipersulit oleh hasil negatif palsu dari uji
tempel. Sebaliknya, uji tempel menggunakan bahan-bahan yang jelas iritan dapat
menimbulkan hasil positif palsu31,32. Hasil uji tempel iritan dapat berupa eritema
dengan atau tanpa papula dan seringkali hanya terbatas pada daerah uji dan
berbatas tegas. Reaksi iritan ini juga menunjukkan pola dekresendo, namun ini
bukan menjadi indikator yang reliabel32,33. Reaksi uji tempel iritan tidak
berhubungan dengan keparahan dermatitis kontak iritan namun berhubungan
dengan konsentrasi dari bahan iritan tersebut. Penting untuk merencanakan uji
dengan konsentrasi dan substansi yang tepat untuk menghindari hasil yang tidak
tepat.31

Dasar pelaksanaan uji tempel adalah sebagai berikut:

1. Bahan yang diujikan (dengan konsentrasi dan bahan pelarut yangsudah


ditentukan) ditempelkan pada kulit normal, kemudian ditutup. Konsentrasi
yang digunakan pada umumnya sudah ditentukan berdasarkan penelitian-
penelitian.34
2. Biarkan selama 2 hari (minimal 24 jam) untuk memberi kesempatan
absorbsi dan reaksi alergi dari kulit yang memerlukan waktu lama.
Meskipun penyerapan untuk masing-masing bahan bervariasi, ada yang
kurang dan ada yang lebih dari 24jam, tetapi menurut para peniliti waktu
24 jam sudah memadai untuk kesemuanya, sehingga ditetapkan sebagai
standar.34

Universitas Sumatera Utara


16

3. Kemudian bahan tes dilepas dan kulit pada tempat tempelan tersebut
dibaca tentang perubahan atau kelainan yang terjadi pada kulit. Pada
tempat tersebut bisa kemungkinan terjadi dermatitis berupa: eritema,
papul, oedema atau fesikel, dan bahkan kadang- kadang bisa terjadi bula
atau nekrosis.34

Setelah 48 jam bahan tadi dilepas. Pembacaan dilakukan 25 menit kemudian,


supaya kalau ada tanda-tanda akibat tekanan,penutupan dan pelepasan dari Unit
uji temple yang menyerupai bentuk reaksi, sudah hilang. Cara penilaiannya ada
bermacam- macam pendapat. Yang dianjurkan oleh International Contact
Dermatitis Research Group (ICDRG) sebagai berikut:

NT : Tidak diteskan

+ : hanya eritem lemah: ragu-ragu

++ : eritem, infiltrasi (edema), papul: positif lemah

+++ : bula: positif sangat kuat


-
: tidak ada kelainan: iritasi.34

2.2.9 Penatalaksanaan

Upaya pengobatan dermatitis kontak iritan yang terpenting adalah menghindari


pajanan bahan iritan, baik yang bersifat mekanik, fisis atau kimiawi serta
menyingkirkan faktor yang memperberat. Bila dapat dilakukan dengan sempurna
dan tanpa komplikasi, maka tidak perlu pengobatan topikal dan cukup dengan
pelembab untuk memperbaiki kulit yang kering.

Apabila diperlukan untuk mengatasi peradangan dapat diberikan kortikosteroid


topikal. Pemakaian alat perlindungan yang adekuat diperlukan bagi mereka yang
bekerja dengan bahan iritan sebagai upaya pencegahan.28

Universitas Sumatera Utara


17

Beberapa strategi pengobatan yang dapat dilakukan pada penderita dermatitis


kontak iritan adalah sebagai berikut:

1. Kompres dingin dengan cairan Burrow

Kompres dingin dilakukan untuk mengurangi pembentukan vesikel dan


membantu mengurangi pertumbuhan bakteri. Kompres ini diganti setiap 2- jam.35

2. Glukokortikoid topikal

Kortikosteroid adalah immunosuppressif dengan sifat anti-inflamasi yang


memodifikasi respon kekebalan tubuh terhadap rangsangan beragam.Tindakan
lainnya termasuk vasokonstriksi dan antiproliferasi. Agen ini telah membatasi
penggunaan dalam pengobatan dermatitis kontak iritan.Pada pengobatan untuk
dermatitis kontak iritan akut yang berat, mungkin dianjurkan pemberian
prednisone oral pada 2 minggu pertama, dengan dosis inisial 60 mg, dan tapering
10mg.35

3. Antibiotik dan antihistamin

Ketika pertahanan kulit rusak, hal tersebut berpotensial untuk terjadinya infeksi
sekunder oleh bakteri. Perubahan pH kulit dan mekanisme antimikroba yang telah
dimiliki kulit, mungkin memiliki peranan yang penting dalam evolusi, persisten,
dan resolusi dari dermatitis akibat iritan, tapi hal ini masih dipelajari. Secara
klinis, infeksi diobati dengan menggunakan antibiotik oral untuk mencegah
perkembangan selulitis dan untuk mempercepat penyembuhan. Secara bersamaan,
glukokortikoid topikal, emolien, dan antiseptik juga digunakan. Sedangkan
antihistamin mungkin dapat mengurangi pruritus yang disebabkan oleh dermatitis
akibat iritan.Ada beberapa percobaan klinis secara acak mengenai efisiensi
antihistamin untuk dermatitis kontak iritan, dan secara klinis antihistamin
biasanya diresepkan untuk mengobati beberapa gejala simptomatis.36

2.2.10. Prognosis

Prognosis untuk dermatitis kontak iritan baik jika iritan penyebab dapat
diidentifikasi dan dieliminasi. Prognosis dermatitis kontak iritan kumulatif kronis
harus diawasi karena dapat menjadi lebih buruk daripada dermatitis kontak

Universitas Sumatera Utara


18

alergi37. Riwayat atopi, tingkat pengetahuan yang rendah, dan/atau diagnosis dan
penanganan yang terlambat adalah faktor-faktor yang dapat memperburuk
prognosis38. Didapati 11% penderita masih mengalami dermatitis walaupun
mereka sudah menghentikan pekerjaannya.39

2.3. Pengetahuan

2.3.1. Definisi

Dalam kamus filsafat dijelaskan bahwa pengetahuan (knowledge) adalah proses


yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri. Dalam
peristiwa ini yang mengetahui (subjek) memiliki yang diketahui (objek) di dalam
dirinya sendiri sedemikian aktif yang mengetahui itu menyusun yang diketahui
pada dirinya sendiri dalam kesatuan aktif40

2.3.2. Tingkat pengetahuan

Menurut Notoadmojo (2003) ada 6 tingkatan pengetahuan yang dicakup dalam


domain kognitif, yakni tahu (know), Memahami (comprehension), Menerapkan
(application), Analisa (analysis), Sintesa (Synthesis),Evaluasi (Evaluation)

1. Tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah


dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari
keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari
antara lain menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan.

2. Memahami (comprehension) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk


menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham
terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan.

3. Menerapkan (application) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk


menggunakan materi yang telah dipelajari pada kondisi yang sebenarnya.
Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-

Universitas Sumatera Utara


19

hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi
yang nyata.

4. Analisis (analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi


atau objek ke dalam komponen–komponen tetapi masih di dalam satu
struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lainnya.
Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti
dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan
sebagainya.

5. Sintesis (Synthesis) Menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk


meletakkan atau menghubungkan bagian–bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah kemampuan
untuk menyusun formulasi– formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation) Berkaitan dengan kemempuan untuk melakukan


justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek atau materi. Penilaian–
penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria- kriteria yang telah ada.41

2.3.3 Pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang


menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat
disesuaikan dengan tingkatan domain.41

Universitas Sumatera Utara


20

BAB 3
KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Teori

Dermatitis Kontak Iritan

Faktor-faktor Bahan iritan


yang air/iritan
mempengaruhi

Kerusakan sawar kulit


Faktor Faktor
endogen eksogen

Inflamasi

Pelepasan berbagai sitokin


proinflamasi oleh keratosit

Perubahan struktur seluler kulit

Gejala klinis

Gambar 3.1. Kerangka Teori

Universitas Sumatera Utara


21

3.2. Kerangka Konsep

1. Tingkat
pengetahuan Dermatitis
2. Masa kerja kontak iritan
3. Lama kerja

Gambar 3.2. Kerangka Konsep

3.3. Hipotesis
Berdasarkan ladasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis
dalam penelitian ini adalah:
1. Ho: Tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian
dermatitis kontak iritan pada karyawan pencuci mobil di Kecamatan
Medan Sunggal.
2. Ha: Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian
dermatitis kontak iritan pada karyawan pencuci mobil di Kecamatan
Medan Sunggal.

Universitas Sumatera Utara


22

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat analitik dengan
pendekatan cross sectional yaitu dengan cara pendekatan,atau pengumpulan data
sekaligus pada suatu saat / point time approach.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

4.2.1. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Agustus 2016 sampai November 2016.

4.2.2 Tempat penelitian

Penelitian dilakukan di seluruh tempat pencucian mobil yang terdapat di


Kecamatan Medan Sunggal

4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1. Populasi

Populasi penelitian adalah seluruh karyawan pencuci mobil yang bertugas di


lokasi penelitian.

4.3.2. Sampel

Sampel penelitian ini adalah karyawan pencuci mobil di lokasi penelitian yang
telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

1. Para pencuci mobil yang bekerja di lokasi penelitian.

2. Bersedia menjadi subjek penelitian.

Universitas Sumatera Utara


23

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:

1. Pencuci mobil yang tidak mengisi formulir kuesioner lengkap

2. Tidak hadir saat dilakukan penelitian.

Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah Total Sampling. Semua subyek
yang didatangi dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian
sampai penelitian selesai.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, cara pengumpulan data digunakan adalah dengan cara
wawancara langsung kepada pencuci mobil. Kuesioner dilakukan uji validitas isi
terlebih dahulu.Kuesioner adalah suatu daftar yang berisi sejumlah pertanyaan
yang diberikan kepada sampel agar dapat mengungkapkan kondisi-kondisi yang
berkenaan dengan penelitian yang dilakukan. Kemudian kuesioner tersebut
diberikan kepada sampel untuk diisi. Ada beberapa formulir yang telah disertakan
dengan instrumen penelitian.

Formulir A : Berisi tentang penjelasan kepada responden tentang penelitian


yang akan dijalankan dan terdapat tandatangan peneliti.

Formulir B : Surat persetujuan dari responden yang memuat tanda tangan


responden dan persetujuan responden.

Formulir C : Kuesioner yang akan diisi oleh responden.

Uji validitas dilakukan untuk memastikan kuesioner ini dapat dipercayai.


Kuesioner dapat digunakan sebagai alat ukur setelah diuji validitas dan
reliabilitasnya. Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu
benar-benar mengukur apa yang diukur. Untuk mengetahui apakah kuesioner
yang disusun telah mampu mengukur apa yang hendak diukur, maka dilakukan
pengujian antara nilai tiap-tiap item pertanyaan dengan skor total kuesioner
tersebut. Bila semua pertanyaan telah memiliki korelasi bermakna (construct
validity) berarti semua pertanyaan yang ada di dalam kuesioner tersebut mampu
mengukur konsep yang kita ukur.

Universitas Sumatera Utara


24

Apabila terdapat kelainan kulit pada responden, maka peneliti akan memfoto
gejala kulit tersebut dan mengkonfirmasikan ke dosen pembimbing (dokter
spesialis kulit dan kelamin).

Kuesioner yang telah selesai disusun akan diuji reliabilitasnya. Uji reliabilitas
dilakukan pada seluruh pertanyaan yang valid dengan koefisien reliabilitas.Jika
nilai alpha lebih besar dari nilai r tabel, makapertanyaan tersebut reliabel.

Pengumpulan data dilakukan dengan memakai kuesioner sebagai instrumen


penelitian. Adapun prosedur pengumpulan data adalah sebagai berikut:

1. Peneliti menjelaskan mengenai tujuan kuesioner.

2. Peneliti mengisi kuesioner dengan melakukan wawancara langsung


terhadap subjek penelitian

3. Peneliti mengakhiri pertemuan bila kuesioner telah diisi dengan lengkap.

4.5. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang di kumpulkan berupa jawaban dari setiap pertanyaan kuesioner akan di
olah dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Editing yaitu mengecek nama dan kelengkapan identitas maupun data


responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai
petunjuk.

2. Coding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk
mempermudah tabulasi dan analisa data.

3. Entry yaitu memasukkan data dari kuesioner kedalam program komputer


dengan menggunakan program yang tertentu.

4. Cleaning yaitu mengecek kembali data yang telah di entry untuk


mengetahui ada kesalahan atau tidak. Hasil penelitian akan di tampilkan
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Universitas Sumatera Utara


25

Analisis dilakukan secara bertahap yaitu analisis univariat dan bivariat. Analisis
univariat untuk melihat distribusi frekuensi variabel yang diteliti. Analisis bivariat
untuk melihat hubungan antara variabel independen dan dependen menggunakan
uji Chi Square dengan derajat kepercayaan 95% (α=0,05). Jika ditemui nilai
harapan kurang dari 5, maka digunakan uji Fisher Exact.

4.6. Definisi Operasional

4.6.1. Definisi

1. Dalam kamus filsafat dijelaskan bahwa pengetahuan (knowledge) adalah


proses yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri.
Dalam peristiwa ini yang mengetahui (subjek) memiliki yang diketahui
(objek) di dalam dirinya sendiri sedemikian aktif yang mengetahui itu
menyusun yang diketahui pada dirinya sendiri dalam kesatuan
aktif.40Tingkat pengetahuan yang digunakan dalam penelitian ini didapati
dari hasil pengisian kuesioner, dengan skala pengukuran ordinal
2. Penderita dermatitis kontak iritan adalah orang-orang yang memiliki gejala
inflamasi kulit yang memiliki gejala eritem, edema ringan, dan bersisik.
Dermatitis kontak iritan adalah respon nonspesifik kulit langsung yang
menyebabkan kerusakan sawar kulit oleh karena bahan kimia yang
melepaskan mediator inflamasi terutama pada sel epidermis. Agen korosif
menyebabkan kematian langsung sel sel epidermis, berujung kepada luka
bakar dan ulkus.11Dalam penelitian ini, yang menegakkan kejadian
dermatitis kontak iritan adalah dokter spesialis kulit dengan skala
pengukuran nominal
3. Pencuci mobil adalah orang-orang yang pekerjaannya mencuci mobil.

Universitas Sumatera Utara


26

4.6.2. Cara ukur

Wawancara

4.6.3 Alat ukur

Alat ukur menggunakan kuesioner dengan 20 pertanyaan tentang tingkat


pengetahuan terhadap dermatitis kontak iritan. Jawaban pertanyaan berbentuk
pilihan berganda. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan sistem skoring
dengan menggunakan skala yaitu:

1. Jawaban yang benar diberi nilai 1


2. Jawaban yang salah diberi nilai 0

4.6.4 Hasil ukur

Menurut Arikunto (2006), pengetahuan dibagi dalam 3 kategori, yaitu:

1. Baik, apabila nilai yang diperoleh > 75% dari nilai tertinggi
2. Sedang, apabila nilai yang diperoleh 40-75% dari nilai tertinggi
3. Kurang, apabila nilai yang diperoleh < 40% dari nilai tertinggi

Universitas Sumatera Utara


27

4.7. Kerangka Operasional

Identifikasi sampel penelitian

Wawancara pengisian kuesioner

Diagnosis dermatitis kontak iritan

Pengumpulan data

Analisis data

Penyajian hasil penelitian

Universitas Sumatera Utara


28

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Proses pengumpulan data untuk penelitian ini dilakukan setelah menunjukkan


surat izin penelitian ke jasa pencucian mobil, dengan sampel yang diambil adalah
seluruh pencuci mobil di Kecamatan Medan Sunggal pada tahun 2016.
Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, maka hasil penelitian disajikan
dalam pemaparan di bawah ini.

5.1.1. Deskripsi lokasi penelitian

Kecamatan Medan Sunggal adalah salah satu dari 21 kecamatan di kota Medan,
Sumatera Utara, Indonesia. Kecamatan Medan Sunggal berbatasan dengan
Kabupaten Deli Serdang di sebelah barat, Medan Baru di timur, Medan Selayang
di selatan, dan Medan Helvetia di utara. Kecamatan ini mempunyai penduduk
sebesar 112.744 jiwa, Luasnya adalah 15, 44 km2 dan kepadatan penduduknya
adalah 6.722,99 jiwa/km2.

Daftar nama Desa/Kelurahan di Kecamatan Medan Sunggal di Kota Medan


adalah sebagai berikut :

1. Kelurahan/Desa Babura Sunggal


2. Kelurahan/Desa Sei Sikambing B
3. Kelurahan/Desa Simpang Tanjung
4. Kelurahan/Desa Tanjung Rejo
5. Kelurahan/Desa Lalang
6. Kelurahan/Desa sunggal

Universitas Sumatera Utara


29

5.1.2. Karakteristik Sampel dan Hasil Analisis Data

Data yang dikumpulkan dari kuesioner adalah sebanyak 71 pegawai pencuci


mobil di Kecamatan Medan Sunggal dengan 12 yang menderita dermatitis kontak
iritan.

5.1.2.1. Tingkat pengetahuan karyawan pencuci mobil tentang dermatitis


kontak iritan.

Tabel 5.1. Tingkat pengetahuan karyawan pencuci mobil tentang


dermatitis kontak iritan
Tingkat
Frekuensi Persentase (%)
Pengetahuan
Baik 11 15,5
Sedang 55 77,5
Kurang 5 7,0
Total 71 100,0

Dari tabel diatas diketahui bahwa tingkat pengetahuan dengan kategori


sedang memiliki persentase yang paling besar, yaitu sebanyak 55 orang (77,5%).

5.1.2.2. Kejadian dermatitis kontak iritan pada karyawan pencuci mobil di


Kecamatan Medan Sunggal

Tabel 5.2. Kejadian dermatitis kontak iritan pada karyawan pencuci mobil di
Kecamatan Medan Sunggal
Dermatitis Kontak
Frekuensi Persentase (%)
Iritan
Ya 12 16,9
Tidak 59 83,1
Total 71 100,0

Universitas Sumatera Utara


30

Berdasarkan analisis pada tabel diatas, diketahui bahwa jumlah kejadian


dermatitis kontak iritan pada pegawai pencuci mobil di Kecamatan Medan
Sunggal sebanyak 12 orang (16,9%).

5.1.2.3. Hubungan kejadian dermatitis kontak iritan dengan lama kerja

Tabel 5.3. Hubungan kejadian dermatitis kontak iritan dengan lama


kerja.

DKI
Lama kerja dalam Total P
Ya Tidak
jam value
n % F % F %
7 0 0 5 8,5 5 7,0
8 3 25 4 6,8 7 9,9
9 3 25 12 20,3 15 21,1 0,078
10 3 25 19 32,2 22 31,0
11 0 0,0 14 23,7 14 19,7
12 3 25,0 5 8,5 8 11,3
Total 12 100,0 59 100,0 71 100,0 -

Dari tabel 5.3. diatas, pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan yang bermakna antara lama kerja dengan kejadian dermatitis kontak
iritan menggunakan Chi-Square test dengan nilai p 0,078 (>0,05) dimana angka
kejadian dermatitis kontak iritan dengan lama kerja 7 jam tidak ada (0,0%), lama
kerja 8 jam sebanyak 3 orang (25%), lama kerja 9 jam sebanyak 3 orang (25%),
lama kerja 10 jam sebanyak 3 orang (25%), lama kerja 11 jam tidak ada, dan 12
jam sebanyak 3 orang (25%).

Universitas Sumatera Utara


31

5.1.2.4. Hubungan kejadian dermatitis kontak iritan dengan masa kerja.

Tabel 5.4. Hubungan kejadian dermatitis kontak iritan dengan masa kerja
DKI
Total P
Ya Tidak
value
F % F % F %
≤ 2 TAHUN 9 75 44 74,6 53 74,6
Lama kerja 0,643
> 2 TAHUN 3 25 15 25,4 18 25,4
Total 12 100,0 59 100,0 71 100,0 -

Dari tabel 5.4. diatas, pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
hubungan yang bermakna antara lama kerja dengan kejadian dermatitis kontak
iritan menggunakan fisher exact test dengan nilai p 0,643.

5.1.2.5. Distribusi lokasi lesi terbanyak dermatitis kontak iritan.

Tabel 5.5. Distribusi Responden Berdasarkan Lokasi Lesi Dermatitis


Kontak Iritan
Lokasi lesi Frekuensi Persentase (%)
Ekstremitas
(tangan dan 12 100,0
kaki)
Lainnya 0 0
Total 12 100,0

Dari tabel 5.5. diatas, dapat dilihat bahwa 12 responden memiliki lokasi lesi
dermatitis kontak iritan yang terdapat di ekstremitas sebanyak 12 orang (100%).

Universitas Sumatera Utara


32

5.1.2.6. Gambaran sosiodemografis karyawan pencuci mobil di Kecamatan


Medan Sunggal

Tabel 5.6. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
Laki-laki 65 91,5
Perempuan 6 8,5
Total 71 100,0

Dari tabel 5.6. diatas, dapat dilihat bahwa 65 responden berjenis kelamin laki-laki
(91,5%) dan 6 responden berjenis kelamin perempuan (8,5%).

Tabel 5.7. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir


Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
SD 4 5,6
SMP 13 18,3
SMA 53 74,6
S1 1 1,4
Total 71 100,0

Dari tabel 5.7. diatas, responden yang terbanyak adalah responden dengan
pendidikan terakhir SMA (74,6%).

Tabel 5.8. Distribusi Responden Berdasarkan Suku


Suku Frekuensi Persentase (%)
Batak 43 60,6
Jawa 14 19,7
Aceh 8 11,3
Lainnya 6 8,5
Total 71 100,0

Universitas Sumatera Utara


33

Dari tabel 5.8. diatas, terdapat 43 responden dengan suku batak (60,6%), 14
responden dengan suku jawa (19,7%), 8 orang dengan suku aceh (11,3%), dan
suku lain 6 orang (8,5%).

5.1.2.7. Hubungan tingkat pengetahuan dengan kejadian dermatitis kontak


iritan
Tabel 5.9. Hubungan Tingkat pengetahuan dengan kejadian dermatitis kontak
iritan
DKI
Total P
Ya Tidak
value
F % F % F %
Baik 1 8,3 10 16,9 11 15,5
Pengetahuan Sedang 10 83,3 45 76,3 55 77,5
0,750
Kurang 1 8,3 4 6,8 5 7,0
Total 12 100,0 59 100,0 71 100,0 -

Dari tabel 5.9. diatas, pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan kejadian dermatitis
kontak iritan dengan nilai p 0,750

Universitas Sumatera Utara


34

5.2. Pembahasan

Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna
antara tingkat pengetahuan dengan kejadian dermatitis kontak iritan dengan nilai p
0,750 dimana angka kejadian dermatitis kontak iritan dengan tingkat pengetahuan
baik sebanyak 1 orang (8,3%), tingkat pengetahuan sedang sebanyak 10 orang
(83,3%), dan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 1 orang (8,3%). Pada
penelitian sebelumnya yang dilakukan olehSuryani, 2008,hasil uji statistik
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan
tentang Alat Pelindung Diri pada pekerja pencuci botol di PT X Medan dengan
dermatitis kontak dengan nilai p = 0,710 ( > 0,05).43

Pada penelitian ini ditemukan bahwatingkat pengetahuan tentang dermatitis


kontak iritan dengan prevalensi yang tertinggi adalah tingkat pengetahuan sedang,
yaitu sebanyak 55 orang (77,5%). Hasil ini sesuai dengan teori yang ditulis oleh
Notoadmodjo (2007) yaitu semakin tinggi pendidikan seseorang maka ia akan
mudah menerima hal-hal baru dan mudah menyesuaikan dengan hal yang baru
tersebut. Sehingga semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi tingkat
pengetahuannya.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa jumlah kejadian dermatitis kontak


iritan pada pegawai pencuci mobil di Kecamatan Medan Sunggal sebanyak 12
orang (16,9%). Di Riskesdas 2013 tidak terdapat data mengenai prevalensi
Dermatitis Kontak Iritan. Angka kejadian dermatitis kontak iritan pada pekerja di
Jerman adalah 4,5 per 10.000 dan 4,1 per 10.000 untuk dermatitis kontak alergi.
Angka tertinggi didapatkan pada pekerja salon (46,9 kasus per 10.000 pekerja
pertahun), pembuat roti (23.5 kasus per 10.000 pekerja pertahun), dan pembuat
kue (16,9 kasus per 10.000 pekerja pertahun).42Prevalensi dermatitis kontak di
Amerika Serikat bervariasi diantara 1,5% sampai 5,4%.43

Pada penelitian ini, tidak terdapat hubungan yang bermakna antara lama kerja
dengan kejadian dermatitis kontak iritan menggunakan Chi-Square test dengan

Universitas Sumatera Utara


35

nilai P 0,078 (>0,05). Hal ini serupa dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Suryani, 2008, dimana hasil uji statistik penelitian tersebut
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara masa kerja
dengan dermatitis kontak pada pekerja pencuci botol di PT X Medan dengan nilai
P = 0,794.44

Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan kejadian
dermatitis kontak iritan pada penelitian yang dilakukan dengan menggunakan
fisher exact test dengan nilai p 0,643 (<0,95) dimana angka kejadian dermatitis
kontak iritan dengan masa kerja ≤ 2 tahun sebanyak 9 orang (75%) dan masa kerja
>2 tahun sebanyak 3 orang (25%). Hal ini serupa dengan penelitian yang
dilakukan oleh Angkit Octovanni, dimana umur (p=1,000), masa kerja (p=1,000),
personal hygiene (p=1,000), pemakaian APD sarung tangan (p=1,000) dan
pemakaian APD sepatu penutup (p=0,642) tidak mempunyai hubungan yang
bermakna dengan dermatitis kontak iritan.45

Responden memiliki lokasi lesi dermatitis kontak iritan yang terdapat di


ekstremitas sebanyak 12 orang (100%).Hal ini berhubungan dengan paparan
bahan iritan pada pekerja pencuci mobil yang terbanyak adalah pada kaki dan
tangan. Pada penelitian yang dilakukan olehAyu, 2016,didapatkan hasil yang
serupa, dimana lokasi dermatitis kontak yang dialami oleh nelayan diketahui
bahwa sebanyak 24 orang (70,6%) mengalami dermatitis kontak di lokasi
ekstermitas dan badan dan sebanyak 10 orang (29,4%) mengalami dermatitis
kontak di lokasi ekstermitas dan badan.46

Sebanyak 65 responden berjenis kelamin laki-laki (91,5%) dan 6 responden


berjenis kelamin perempuan (8,5%). Terdapat beberapa penelitian yang
mengatakan dermatitis kontak lebih sering ditemui pada jenis kelamin perempuan
daripada laki-laki, dimungkinkan karena perempuan lebih sering mengalami
kontak dengan agen penyebab dibandingkan dengan laki-laki. Akan tetapi secara
eksperimental belum jelas juga perbedaan jenis kelamin ini dengan kejadian

Universitas Sumatera Utara


36

dermatitis kontak.47 Tidak adanya hubungan antara jenis kelamin dengan


terjadinya dermatitis kontak akibat kerja pada penelitian ini, dimungkinkan karena
responden dengan jenis kelamin laki-laki jauh lebih banyak dibandingkan dengan
responden perempuan, sehingga kurang dapat mewakili perbandingan masing-
masing jenis kelamin.

Universitas Sumatera Utara


37

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan


kejadian dermatitis kontak iritan dengan nilai P 0,750 (<0,95)
2. Tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan
kejadian dermatitis kontak iritan dengan nilai P 0,750 (<0,95)
3. Tidak ada hubungan yang bermakna antara lama kerja dengan kejadian
dermatitis kontak iritan menggunakan Chi-Square test dengan nilai P
0,078 (>0,05).
4. Tingkat pengetahuan karyawan pencuci mobil di Kecamatan Medan
Sunggal dengan kategori sedang memiliki persentase yang paling besar,
yaitu sebanyak 55 orang (77,5%).
5. Angka kejadian dermatitis kontak iritan sebanyak 12 orang (16,9%).
6. Lokasi lesi dermatitis kontak iritan yang terdapat di ekstremitas pada
responden sebanyak 12 orang (100%).
7. Gambaran sosiodemografis berdasarkan jenis kelamin yang terbanyak
adalah laki-laki (91,5%), berdasarkan pendidikan terakhir adalah SMA
(74,6%), dan berdasarkan suku adalah Batak (60,6%)

Universitas Sumatera Utara


38

7.2. Saran
1. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk mengambil lokasi sampel
yang lebih luas, dengan alasan prevalensi penyakit yang semakin sedikit.
2. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menambahkan variabel
penggunaan alat pelingdung diri dan jenis air yang digunakan oleh sampel
penelitian
3. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk menambah variabel jenis
air dan penggunaan alat pelindung diri
4. Untuk para pengusaha jasa pencucian mobil, agar dapat melakukan
penyuluhan mengenai tanda-tanda awal dari dermatitis kontak iritan
5. Para pengusaha jasa pencucian mobil diharapkan menyediakan alat
pelindung diri untuk para pencuci mobil
6. Untuk para pekerja agar menjadi lebih sadar terhadap kesehatan kerja.
7. Bagi instansi kesehatan, untuk mengupayakan usaha preventif terhadap
kejadian dermatitis kontak iritan pada pekerja

Universitas Sumatera Utara


39

DAFTAR PUSTAKA

1. Djunaedi H, Lokananta MD. Dermatitis Kontak Akibat Kerja. Majalah


Kesehatan Masyarakat Indonesia. 2003;31(3):27-33.
2. Kosasih A. Dermatitis akibat kerja. Bagian ilmu penyakit kulit dan
kelamin, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia. Jakarta. 2004:159-
172.
3. Debson RL, abele DC. The practice of dematology. Philadelphia: Haper &
Row Publisher, 1990: 35-43.
4. Watkins SA, Maibach HI. The hardening phenomenon in irritant contact
dermatitis: an interpretative update. Contact Dermatitis. 2009. 60(3):123-
30.
5. Fredberg I.M. Fitzpatrick’s Dermatology In General Medicine. 6th Ed,
McGraw-Hill Professional. New York. 2003. 253-379
6. Orton, D.I, Wilkinson, J.D. 2004. Cosmetic allergy44: Incidence,
Diagnosis and Management. Am J Clin Dermatol. 5(5): 327-337
7. Mustikawati IS, Budiman F, Rahmawati R, editors. Hubungan Perilaku
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dengan Keluhan Gangguan Kulit
pada Pemulung di TPAKedaung Wetan Tangerang. Forum Ilmiah; 2012.
8. Jawa Tengah Dalam Angka 1999. BPS-Statistik Indonesia. 1999: 106.
9. Effendi. Prevalensi dan Insidensi Dermatitis Kontak Akibat Kerja
tahun1997. Skripsi Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.Jakarta. 1997.
10. Beltrani VS, Bernstein IL, Cohen DE, Fonacier L. Contact dermatitis: a
practice parameter. Annals of allergy, asthma & immunology. 2006 Sep
30;97(3):31-38.
11. Belsito DV. Occupational contact dermatitis: etiology, prevalence, and
resultant impairment/disability. Journal of the American Academy of
Dermatology. 2005 Aug 31;53(2):303-13..
12. Mathias CGT. Occupational dermatoses. J Am Acad Dermatol.

Universitas Sumatera Utara


40

1988;19:1107–1114
13. Rice RH, Cohen DE. Toxic responses of the skin. In: Klassen CD, editors.
Toxicology the basic science of poisons 5th ed. USA: Donnelly and Sons
Company; 1996.p.532-537.
14. Emmett EA. Occupational contact dermatitis. In: Incidence and returnto
work pressure. Am J Contact Dermat ; 2002.p.13-30.
15. Rietschel RL. A preliminary report of the occupation of patiens evaluated
in patch test clinics. Am J Contact Dermat; 2001.p .70-72
16. US Department of Labor, Bureau of Labor Statistic. Occupational injuries
and illnesses: Industry Data; 2004.
17. Djuanda AH, Aisah M. S. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke-6.
Departemen Ilmu Kedokteran Kulit dan Kelamin FK UI.
Jakarta:2007.p.129-152.
18. Sumantri, M.A., Febriani, H.T., Musa, S.T. Dermatitis Kontak. Jogjakarta
: Pharma-C ; 2010
19. Wolff C, Richard AJ, and Dick S, editors. Fitzpatrick’s Color Atlas &
Synopsis 20th Of Clinical Dermatology 5 ed. New York: McGraw - Hill;
2005
20. Siregar, RS. Dermatosis Akibat Kerja. SMF Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Palembang. 2009.
21. Keefner, D.M, Curry,C.E. Contact Dermatitis. Handbook of
Nonprescription Drugs. Edisi 12. APHA. Washington. DC. 2004.
22. Spongiotic, psoriasiform and pustular dermatosis: Contact dermatitis. In:
Pathology of the Skin with Clinical Correlations, vol. 1, 3rd edition, edited
by PH McKee, E Calonje, SR Granter. Philadelphia, Elsevier Mosby,
2005, pp. 175-181
23. The spongiotic reaction pattern: Irritant contact dermatitis. In: Skin
Pathology, 3rd edition, edited by D Weedon. Churchill Livingstone,
Elsevier, 2010, pp. 102-104
24. Smith HR, Basketter DA, McFadden JP: Irritant dermatitis, irritancy and
its role in allergic contact dermatitis. Clin Exp Dermatol. 2002. 27:138-

Universitas Sumatera Utara


41

146.
25. Rietschel RL: Clues to an accurate diagnosis of contact dermatitis. 2004.
17:224-230,
26. Berardesca E: What’s new in irritant dermatitis. Clin Dermatol. 1997.
15:561-563.
27. Verayati, D. Hubungan Pemakaian Alat Pelindung Diri dan Personal
Higine Terhadap Keajadian Dermatitis Kontak Akibat Kerja Pada
Pemulung Di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bakung Bandar
Lampung. Skirpsi Mahasiswa Fakultas Kedokteran. Universitas Lampung.
Lampung.:2011
28. Djuanda, S., Sri A. S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi 3. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI. 2003.
29. Taylor JS, Sood A, Amado A. Occupational skin diseases due to irritans
and allergens. In : Fitzpatricks et al, editors. Dermatology in general
th
medicine vol.2 7 ed. New York: Mc Graw Hill Medical. 2008.
30. Firdaus U. Dermatitis Kontak Akibat Kerja. Penyakit Kulit Akibat kerja
Terbanyak Di Indonesia. Majalah kesehatan Masyarakat.;2(5):2002-16.
31. Rietschel RL. Diagnosing irritant contact dermatitis. Dalam: Jackson
EM,Goldner R, eds. Irritant Contact Dermatitis. New York, NY:
MarcelDekker Inc.; 1990:167–171.
32. Wilhelm KP. Age. In: Irritant Dermatitis, edited by A-L Chew, HI
Maibach. Germany : Springer-Verlag Berlin Heidelberg. 2006. p. 165-171
33. Smith A: Contact dermatitis: Diagnosis and man- agement. Br J
Community Nurs. 2004. 9:365-371
34. Sulaksmono, M. Keuntungan dan Kerugian Patch Test (uji tempel) Dalam
Upaya Menegakan Diagnosa Penyakit Kulit Akibat kerja (Occupational
Dermatosis). Bagian Kesehatan dan Keselamatan Kerja Fakultas
Kesehatan Masyarakat. Universitas Airlangga. Surabaya.:2006

Universitas Sumatera Utara


42

35. Wolff K, Lowel AG, Stephen IK, Barbara AG, Amy SP, David JL, editors.
Fitzpatrick’s Dermatology in general medicine. 7thed. New York:
McGraw Hill; 2008. p.396-401
36. Levin C, Basihir SJ, and Maibach HI, editors.Treatment Of Irritant
ContactDermatitis. In: : Chew AL and Howard IM, editors. Irritant
Dermatitis. Germany: Springer-Verlag Berlin Heidelberg; 2006.p.461-3
37. Polunin I: Pineapple dermatosis. Br J Dermatol. 1951. 63:441-455,
38. Eberhard Y et al: Up-regulation of the chemokine CCL21 in the skin of
subjects exposed to irritants. BMC Immunol.2004.26:7,
39. Smadi RM, Smadi BY, Ka’abneh A: Contact irritant dermatitis from
insect secretions: Report of 74 cases in a military unit in Eritrea. East
Mediterr Health J.2009.15:757-760.
40. Bakhtiar,A. Filsafat Ilmu Dasar Pengetahuan. Jakarta: Raja Grafindo
persada. 2005
41. Notoatmodjo, Soekidjo. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta. 2003
42. Cao LY, Taylor JS: V Contact Dermatitis and Related Disorders. 2
Dermatology. ACP Medicine. Dale DC, Federmann DD, Eds. BC Decker
Inc, Hamilton, ON, September 2008 http://www.acpmedicine.com
(accessed August 6, 2009).
43. Situmeang SM. Analisa Dermatitis Kontak Pada Pekerja Pencuci Botol Di
Pt X Medan Tahun 2008. Medan: Universitas Sumatera Utara. 2010
44. Octovanni A. Faktor faktor yang berhubungan dengan dermatitis kontak
iritanpada pekerja pabrik pengolahan aki bekas di lingkungan industry
kecil (LIK) Semarang: Universitas Diponegoro. 2010.
45. Nurmatingtias AA, Waluyo St. Gambaran Kejadian Dermatitis Kontak
pada Nelayan di Desan Pasar Banggi Kecamatan Rembang kabupaten
Rembang Tahun 2016. Semarang: Stikes Ngudi Waluyo. 2016.
46. Taylor JS, Sood A, Amado A. Irritant contact dermatitis. Dalam:
th
Fitzpatricks et al, editors. Dermatology in general medicine vol.1 7 ed.

Universitas Sumatera Utara


43

New York: Mc Graw Hill Medical;2008.p.395-401.


47. Dickel H, Kuss O, Schmidt A, Kretz J, Diepgen TL. Importance of irritant
contact dermatitis in occupational skin disease. Am J Clin Dermatol. 2002.
3(4):283-9

Universitas Sumatera Utara


42

LAMPIRAN

LEMBAR PENJELASAN
Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Salam Sejahtera,

SayaIbtisam Aulia Nasution, mahasiswa semester VI Fakultas Kedokteran


Universitas Sumatera Utara, saat ini tengah melakukan penelitian yang berjudul
“Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kejadian Dermatitis Kontak Iritan pada
Karyawan Pencuci Mobil di Kecamatan Medan Sunggal”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan


pegawai pencuci mobil tentang dermatitis kontak iritan. Saya mengharapkan
keikutsertaan dan kerjasama dari Saudara untuk memberikan jawaban yang
sebenar-benarnya dalam penelitian ini.

Jawaban yang Saudari berikan hanya akan digunakan untuk kepentingan


penelitian ini dan tidak akan disalahgunakan untuk maksud-maksud lain. Identitas
Saudari akan tetap dirahasiakan dan tidak akan dipublikasikan. Keikutsertaan
Saudari dalam penelitian ini sangat saya harapkan. Partisipasi Saudari bersifat
bebas dan tanpa ada paksaan. Saudari berhak untuk menolak berpartisipasi tanpa
dikenakan sanksi apapun. Demikian penjelasan ini saya sampaikan.

Atas partisipasi dan kesediaan Saudari, saya ucapkan terima kasih.

Medan, 2016

Ibtisam Aulia Nasution

Universitas Sumatera Utara


43

INFORMED CONSENT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Alamat :

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti secara terperinci dan jelas tentang
penelitian “Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kejadian Dermatitis Kontak
Iritan pada Karyawan Pencuci Mobil di Kecamatan Medan Sunggal”, maka
dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia diikutkan
dalam penelitian tersebut.

Demikian surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan, 2016

( )

Universitas Sumatera Utara


44

Kuesioner Pengetahuan tentang Dermatitis kontak Iritan

No. Responden :
Nama :
Jenis Kelamin :
Suku :
Umur :
Alamat :
Pendidikan Terakhir :( ) SD ( ) SMP ( )SMA
( ) Diploma ( ) Sarjana
Lama kerja : ..... jam
Masa Kerja : ..... tahun ..... bulan
Jenis air yang digunakan :
Lokasi kelainan kulit (kosongkan jika tidak ada) :

1. Siapakah yang lebih sering mengalami dermatitis kontak iritan?


a. Anak-anak usia 7 sampai 8 tahun
b. Pekerja pencuci mobil
c. Para pekerja bangunan
2. Apa yang sering menyebabkan dermatitis kontak iritan?
a. Sabun atau deterjen
b. Pembersih lantai
c. Nikel, emas, dan perak
3. Lokasi yang sering terkena dermatitis kontak iritan adalah...
a. Tangan
b. Seluruh badan
c. Kaki
4. Jika ia anda merasa gejala seperti yang diatas apa yang anda lakukan untuk
pengobatannya ?
a. Membiarkannya
b. Memakan obat
c. Memakai alat pelindung diri
5. Apakah suhu dingin dan udara kering mempengaruhi tanda terjadinya
dermatitis kontak iritan?

Universitas Sumatera Utara


45

a. Ya b. Tidak
6. Bagaimana pencegahan dermatitis kontak iritan?
a. Mengurangi terpajan bahan iritan
b. Menggunakan sarung tangan pada saat menggunakan deterjen
c. Mengganti dengan deterjen yang lain
7. Apakah dengan terpapar air terlalu sering dapat juga menyebabkan
dermatitis kontak iritan?
a. Ya
b. Tidak
8. Apakah benar dermatitis kontak iritan dapat sembuh sendiri tanpa
dilakukan pengobatan?
a. Benar
b. Salah
9. Kemana anda akan berobat jika merasakan gejala-gejala seperti yang
diatas?
a. Dukun
b. Rumah sakit/dr. Spesialis kulit
c. Beli obat di apotek

Universitas Sumatera Utara


46

Pengetahuan dengan kejadian DKI


Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

kategori.pengetahuan *
71 100,0% 0 0,0% 71 100,0%
kejadian.DKI

kategori.pengetahuan * kejadian.DKI Crosstabulation

kejadian.DKI

YA TIDAK Total
kategori.pengetahuan BAIK Count 1 10 11

% within kejadian.DKI 8,3% 16,9% 15,5%

SEDANG Count 10 45 55

% within kejadian.DKI 83,3% 76,3% 77,5%

KURANG Count 1 4 5

% within kejadian.DKI 8,3% 6,8% 7,0%


Total Count 12 59 71

% within kejadian.DKI 100,0% 100,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
a
Pearson Chi-Square ,576 2 ,750
Likelihood Ratio ,652 2 ,722
Linear-by-Linear Association ,466 1 ,495
N of Valid Cases 71

a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is ,85.

Universitas Sumatera Utara


47

Masa kerja dengan kejadian DKI


Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

KAT.MASA.KERJA *
71 100,0% 0 0,0% 71 100,0%
kejadian.DKI

KAT.MASA.KERJA * kejadian.DKI Crosstabulation

kejadian.DKI

YA TIDAK Total

KAT.MASA.KERJA ≤ 2 TAHUN Count 9 44 53

% within kejadian.DKI 75,0% 74,6% 74,6%

> 2 TAHUN Count 3 15 18

% within kejadian.DKI 25,0% 25,4% 25,4%


Total Count 12 59 71

% within kejadian.DKI 100,0% 100,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square ,001 1 ,975
b
Continuity Correction ,000 1 1,000
Likelihood Ratio ,001 1 ,975
Fisher's Exact Test 1,000 ,643
Linear-by-Linear Association ,001 1 ,976
N of Valid Cases 71

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,04.
b. Computed only for a 2x2 table

Universitas Sumatera Utara


48

Lama kerja dengan kejadian DKI


Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

lama.kerja.DLMJAM *
71 100,0% 0 0,0% 71 100,0%
kejadian.DKI

lama.kerja.DLMJAM * kejadian.DKI Crosstabulation

kejadian.DKI

YA TIDAK Total

lama.kerja.DLMJAM 7 Count 0 5 5

% within kejadian.DKI 0,0% 8,5% 7,0%

8 Count 3 4 7

% within kejadian.DKI 25,0% 6,8% 9,9%

9 Count 3 12 15

% within kejadian.DKI 25,0% 20,3% 21,1%

10 Count 3 19 22

% within kejadian.DKI 25,0% 32,2% 31,0%

11 Count 0 14 14

% within kejadian.DKI 0,0% 23,7% 19,7%

12 Count 3 5 8

% within kejadian.DKI 25,0% 8,5% 11,3%


Total Count 12 59 71

% within kejadian.DKI 100,0% 100,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 9,909 5 ,078
Likelihood Ratio 11,830 5 ,037
Linear-by-Linear Association ,021 1 ,883
N of Valid Cases 71

Universitas Sumatera Utara


49

a. 7 cells (58,3%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is ,85.

Pengetahuan

Statistics
kategori.pengetahuan

N Valid 71

Missing 0

kategori.pengetahuan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid BAIK 11 15,5 15,5 15,5

SEDANG 55 77,5 77,5 93,0

KURANG 5 7,0 7,0 100,0

Total 71 100,0 100,0

Kejadian DKI
Statistics
kejadian.DKI

N Valid 71

Missing 0

kejadian.DKI

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid YA 12 16,9 16,9 16,9

TIDAK 59 83,1 83,1 100,0

Total 71 100,0 100,0

Universitas Sumatera Utara


50

Lokasi DKI

Statistics
lokasi.DKI

N Valid 12

Missing 59

lokasi.DKI

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Valid ekstremitas 12 16.9 100.0 100.0


Missing System 59 83.1
Total 71 100.0

Sosiodemografi DKI

Statistics

jenis.kelamin pendidikan.terakhir suku

N Valid 71 71 71

Missing 0 0 0

jenis.kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid laki-laki 65 91,5 91,5 91,5

perempuan 6 8,5 8,5 100,0

Total 71 100,0 100,0

Universitas Sumatera Utara


51

pendidikan.terakhir

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid SD 4 5,6 5,6 5,6

SMP 13 18,3 18,3 23,9

SMA 53 74,6 74,6 98,6

S1 1 1,4 1,4 100,0

Total 71 100,0 100,0

suku

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid batak 43 60,6 60,6 60,6

jawa 14 19,7 19,7 80,3

aceh 8 11,3 11,3 91,5

lainnya 6 8,5 8,5 100,0

Total 71 100,0 100,0

Universitas Sumatera Utara


52

JenisKelami Pendidikan Lama Masak Nilaipenge Kejadian Tingkat Lokasil


No n Terakhir kerja erja tahuan DKI pengetahuan Masakerja esi Suku
1 laki-laki SMP 9 1 44,4 TIDAK SEDANG ≤ 2 TAHUN batak
2 laki-laki SMA 10 36 66,6 TIDAK SEDANG > 2 TAHUN batak
3 laki-laki SMA 10 2 55,5 TIDAK SEDANG ≤ 2 TAHUN batak
4 laki-laki SD 9 6 66,6 TIDAK SEDANG ≤ 2 TAHUN batak
5 laki-laki SMA 7 12 55,5 TIDAK SEDANG ≤ 2 TAHUN batak

6 laki-laki SMA 11 1 55,5 TIDAK SEDANG ≤ 2 TAHUN batak


7 laki-laki SMA 12 1 44,4 YA SEDANG ≤ 2 TAHUN KAKI batak
8 laki-laki SMA 11 8 66,6 TIDAK SEDANG ≤ 2 TAHUN batak
9 perempuan SMA 12 1 66,6 YA SEDANG ≤ 2 TAHUN KAKI batak
10 perempuan SMA 8 2 66,6 YA SEDANG ≤ 2 TAHUN KAKI jawa
11 laki-laki SMA 8 72 55,5 YA SEDANG > 2 TAHUN KAKI batak
12 laki-laki SMA 7 12 44,4 TIDAK SEDANG ≤ 2 TAHUN aceh
13 laki-laki SMA 7 6 44,4 TIDAK SEDANG ≤ 2 TAHUN batak
14 laki-laki SMP 10 9 88,8 TIDAK BAIK ≤ 2 TAHUN batak
15 perempuan SMA 9 12 66,6 TIDAK SEDANG ≤ 2 TAHUN batak
16 laki-laki SMA 9 240 77,7 TIDAK BAIK > 2 TAHUN batak
17 laki-laki SMA 9 180 44,4 YA SEDANG > 2 TAHUN KAKI jawa
18 laki-laki SMA 8 14 55,5 TIDAK SEDANG ≤ 2 TAHUN batak
19 laki-laki S1 9 51 55,5 TIDAK SEDANG > 2 TAHUN lainnya
20 laki-laki SMA 11 7 77,7 TIDAK BAIK ≤ 2 TAHUN jawa
21 perempuan SMA 11 18 44,4 TIDAK SEDANG ≤ 2 TAHUN jawa
22 laki-laki SMA 10 2 55,5 TIDAK SEDANG ≤ 2 TAHUN jawa
23 perempuan SMA 9 1 55,5 YA SEDANG ≤ 2 TAHUN KAKI aceh
24 laki-laki SMP 12 38 55,5 TIDAK SEDANG > 2 TAHUN aceh
25 laki-laki SMA 7 156 66,6 TIDAK SEDANG > 2 TAHUN lainnya
26 laki-laki SMA 11 7 55,5 TIDAK SEDANG ≤ 2 TAHUN lainnya
27 laki-laki SMA 8 2 55,5 TIDAK SEDANG ≤ 2 TAHUN jawa
28 laki-laki SMA 10 144 33,3 TIDAK KURANG > 2 TAHUN jawa
29 laki-laki SMA 8 14 77,7 TIDAK BAIK ≤ 2 TAHUN aceh
30 laki-laki SMP 8 18 66,6 YA SEDANG ≤ 2 TAHUN KAKI aceh
31 laki-laki SMA 8 6 55,5 TIDAK SEDANG ≤ 2 TAHUN batak
32 laki-laki SMP 7 13 55,5 TIDAK SEDANG ≤ 2 TAHUN batak
33 laki-laki SMA 10 14 66,6 TIDAK SEDANG ≤ 2 TAHUN batak
34 laki-laki SMP 9 10 77,7 TIDAK BAIK ≤ 2 TAHUN batak
35 laki-laki SMP 12 180 44,4 YA SEDANG > 2 TAHUN KAKI batak
36 laki-laki SMA 10 84 88,8 TIDAK BAIK > 2 TAHUN batak
37 laki-laki SMA 10 96 66,6 TIDAK SEDANG > 2 TAHUN batak
38 laki-laki SD 10 120 77,7 TIDAK BAIK > 2 TAHUN jawa

Universitas Sumatera Utara


53

39 laki-laki SMA 10 24 44,4 TIDAK SEDANG ≤ 2 TAHUN jawa


40 laki-laki SMA 10 24 55,5 TIDAK SEDANG ≤ 2 TAHUN aceh
41 laki-laki SMA 11 36 77,7 TIDAK BAIK > 2 TAHUN lainnya
42 laki-laki SMA 12 12 44,4 TIDAK SEDANG ≤ 2 TAHUN jawa
43 laki-laki SMA 10 6 55,5 TIDAK SEDANG ≤ 2 TAHUN batak
44 laki-laki SMA 10 7 55,5 TIDAK SEDANG ≤ 2 TAHUN batak
45 laki-laki SMA 10 3 77,7 YA BAIK ≤ 2 TAHUN KAKI batak
46 laki-laki SMA 9 8 44,4 TIDAK SEDANG ≤ 2 TAHUN batak
47 laki-laki SMA 9 8 55,5 YA SEDANG ≤ 2 TAHUN KAKI batak
48 laki-laki SMP 10 9 22,2 YA KURANG ≤ 2 TAHUN KAKI batak
49 laki-laki SMA 10 10 55,5 TIDAK SEDANG ≤ 2 TAHUN batak
50 laki-laki SMA 10 10 66,6 TIDAK SEDANG ≤ 2 TAHUN aceh
51 laki-laki SMA 10 18 55,5 YA SEDANG ≤ 2 TAHUN KAKI jawa
52 laki-laki SMA 10 24 55,5 TIDAK SEDANG ≤ 2 TAHUN jawa
53 laki-laki SMP 11 24 44,4 TIDAK SEDANG ≤ 2 TAHUN batak
54 laki-laki SMA 12 36 44,4 TIDAK SEDANG > 2 TAHUN batak
55 laki-laki SMA 9 36 55,5 TIDAK SEDANG > 2 TAHUN batak
56 laki-laki SMP 9 12 55,5 TIDAK SEDANG ≤ 2 TAHUN batak
57 perempuan SMP 9 60 66,6 TIDAK SEDANG > 2 TAHUN batak
58 laki-laki SD 9 12 33,3 TIDAK KURANG ≤ 2 TAHUN batak
59 laki-laki SMA 10 12 66,6 TIDAK SEDANG ≤ 2 TAHUN batak
60 laki-laki SMA 10 18 77,7 TIDAK BAIK ≤ 2 TAHUN batak
61 laki-laki SMA 11 18 55,5 TIDAK SEDANG ≤ 2 TAHUN jawa
62 laki-laki SMA 11 18 66,6 TIDAK SEDANG ≤ 2 TAHUN batak
63 laki-laki SMA 12 24 55,5 TIDAK SEDANG ≤ 2 TAHUN batak
64 laki-laki SMA 11 24 66,6 TIDAK SEDANG ≤ 2 TAHUN batak
65 laki-laki SD 11 15 66,6 TIDAK SEDANG ≤ 2 TAHUN batak
66 laki-laki SMP 9 72 77,7 TIDAK BAIK > 2 TAHUN batak
67 laki-laki SMP 10 18 55,5 TIDAK SEDANG ≤ 2 TAHUN jawa
68 laki-laki SMA 11 18 44,4 TIDAK SEDANG ≤ 2 TAHUN batak
69 laki-laki SMA 11 24 33,3 TIDAK KURANG ≤ 2 TAHUN aceh
70 laki-laki SMA 12 24 33,3 TIDAK KURANG ≤ 2 TAHUN lainnya
71 laki-laki SMA 11 72 44,4 TIDAK SEDANG > 2 TAHUN lainnya

Universitas Sumatera Utara


54

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai