Anda di halaman 1dari 9

NAMA:KUIRINUS FAYANDO BANCA

NIM:2019310029

MAKUL:PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN


KAWASAN

1.Konsep Kawasan Agropolitan

Kawasan Agropolitan merupakan kawasan yang terdiri atas satu atau lebih
pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan
pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya
keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman dan
sistem agribisnis. Program pengembangan kawasan sentra produksi pangan
(agropolitan) adalah pembangunan ekonomi berbasis pertanian yang
dilaksanakan dengan jalan mensinergikan berbagai potensi yang ada secara utuh
dan menyeluruh, berdaya saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan,
terdesentralisasi, digerakkan oleh masyarakat, dan difasilitasi oleh pemerintah.
Kawasan perdesaan harus dikembangkan sebagai satu kesatuan pengembangan
wilayah berdasarkan keterkaitan ekonomi antara desa-kota (urbanrural linkages)
dan menyeluruh hubungan yang bersifat interdependensi/timbal balik yang
dinamis

: (1) Sebagian besar kegiatan masyarakat di ka- Pengembangan Kawasan


Agropolitan (Agus Tri Basuki) 55 wasan tersebut didominasi oleh kegiatan
pertanian dan atau agribisnis dalam suatu kesisteman yang utuh dan terintegrasi
mulai dari:

(a) Subsistem agribisnis hulu (up stream agribusiness) yang mencakup: mesin,
peralatan pertanian, pupuk, dan lain-lain.
(b) Subsistem usaha tani/pertanian primer (on farm agribusiness) yang
mencakup usaha: tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, perikanan,
peternakan, dan kehutanan.

(c) Subsistem agribisnis hilir (down stream agribusiness) yang meliputi: industri-
industri pengolahan dan pemasarannya, termasuk perdagangan untuk kegiatan
ekspor.

(d) Subsistem jasa-jasa penunjang (kegiatan yang menyediakan jasa bagi


agribisnis) seperti: perkreditan, asuransi, transportasi, penelitian dan
pengembangan, pendidikan, penyuluhan, infrastruktur, dan kebijakan
pemerintah

(2) Adanya keterkaitan antara kota dengan desa (urban-rural linkages) yang
bersifat interdependensi/timbal balik dan saling membutuhkan di mana kawasan
pertanian di perdesaan mengembangkan usaha budidaya (on farm) dan produk
olahan skala rumah tangga (off farm), sementara kota menyediakan fasilitas
untuk berkembangnya usaha budidaya dan agribisnis seperti penyediaan sarana
pertanian antara lain: modal, teknologi, informasi, peralatan pertanian, dan lain
sebagainya.

(3) Kegiatan sebagian besar masyarakat di kawasan tersebut didominasi oleh


kegiatan pertanian atau agribisnis, termasuk didalamnya usaha industri
(pengolahan) pertanian, perdagangan hasil-hasil pertanian (termasuk
perdagangan untuk kegiatan ekspor), perdagangan agribisnis hulu (sarana
pertanian dan permodalan), agrowisata, dan jasa pelayanan.

(4) Kehidupan masyarakat di kawasan sentra produksi pangan (agropolitan)


sama dengan suasana kehidupan di perkotaan karena prasarana dan
infrastruktur yang ada di kawasan agropolitan diusahakan tidak jauh berbeda
dengan di kota.

Tujuan Agropolitan.

Tujuan yang hendak dicapai dalam konsep agropolitan khususnya dalam


pembangunan perdesaan adalah sebagai berikut:

(1) mengubah wilayah perdesaan dengan cara memperkenalkan dan


memasukkan kegiatankegiatan non pertanian (industri, perdagangan, dan jasa)
yang telah disesuaikan dengan lingkungan perdesaan tersebut sehingga dapat
mengurangi arus migrasi desa-kota (Soenarno, 2003).
(2) menyeimbangkan pendapatan desa dan kota serta memperkecil perbedaan-
perbedaan sosial ekonomi dengan cara memperbanyak kesempatan kerja
produktif dari paduan sektor pertanian dan non pertanian (Lo dan Salih, 1981).

(3) pemanfaatan tenaga kerja secara tepat guna dengan membuka peluang kerja
dan berusaha dari perluasan kegiatan usaha non pertanian dan pembangunan
infrastruktur pembangunan.

(4) merangkai wilayah perdesaan (agropolitan) dalam jaringan regional dengan


peningkatan aksesibilitas wilayah (Anonim, 2002).

(5) menyalurkan pengetahuan dan kepandaian penduduk setempat pada


kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan keahliannya.

(6) memperbaiki nilai tukar barangbarang antara desa dan kota sehingga tercipta
kesesuaian harga yang saling menguntungkan. Dalam rangka pengembangan
kawasan agropolitan secara terintegrasi perlu disusun pengembangan kawasan
agropolitan yang akan menjadi acuan penyusunan program pengembangan.

2. Konsep Pengembangan Agro Wisata

Pada hakikatnya kehidupan masyarakat pedesaan masih memiliki sifat gotong


royong yang mendalam, yang membuktikan bahwa kehidupan selalu dibarengi
dengan berbagai upaya yang dapat menghasilkan upaya yang dapat
menghasilkan bekal, bagi kelangsungan hidup. Pertanian adalah salah satu usaha
yang sejak lama dan turun temurun, menjadi bagian mata pencaharian
masyarakat di pedesaan, usaha pertanian telah membentuk pola hidup
masyarakat tidak hanya sekedar mengolah ladang, kebun, persawahan, dan
hutan, tetapi apa yang mereka kerjakan dengan tanpa disadari telah membentuk
satu daya tarik bagi orang lain yang melihatnya. Misalnya seorang petani yang
„ngawuluku‟ (membajak) sawah dengan menggunakan kerbau sebagai binatang
penghela bajak, telah memberikan nuansa tradisi budaya masyarakat yang bagi
orang lain menjadi daya tarik.

 Pendekatan Pengembangan Agro wisata

Pendekatan pengembangan agro wisata, meliputi :

1. Pengembangan berbasis konservasi, dimaksudkan pola pembinaan yang tetap


mempertahankan keaslian agroekosistem dengan mengupayakan kelestarian
sumber daya alam lingkungan hidup, sejarah, budaya, dan rekreasi.

2. Pengembangan berbasis masyarakat, dimaksudkan pola pembinaan


masyarakat yang menempatkan agro wisata sebagai pemberdayaan masyarakat
petani untuk dapat memperoleh nilai tambah baik dari sisi hasil pertanian
maupun dari kunjungan wisatawan dan efek ganda dari penyerapan hasil
pertanian oleh usaha pariwisata dan pengembang.

3. Penetapan wilayah/darah agro wisata sebagai daerah/wilayah pembinaan.

4. Inventarisasi kekuatan agro wisata.

5. Peranan lembaga pariwisata dan lembaga pertanian dalam pembinaan agro


wisata

 Perencanaan dan Pemberdayaan Kawasan Agro wisata


 .Manfaat agro wisata
Dalam kegiatan sehari-hari setiap manusia tidak terlepas dari kegiatan
rutin baik di tempat kerja, di rumah maupun di tempat-tempat lainnya.
Kegiatan rutin kadang-kadang menimbulkan kejenuhan, bilamana
seseorang mengalami kejenuhan, paling tidak berpengaruh terhadap
kebugaran, kesegaran dan energi serta stamina, oleh karena kejenuhan
terhadap pekerjaan yang bersifat rutinitas perlu diimbangi dengan
kegiatan-kegiatan yang dapat berpengaruh kepada kesegaran rohani dan
jasmani atau kegiatan selingan yang mampu memberikan hiburan dan
melupakan sejenak kegiatan yang dilakukan untuk menghilangkan
kejenuhan adalah rekreasi. Rekreasi adalah kegiatan yang bersifat
hiburan yang disertai berbagai kegiatan baik yang berdampak kepada
kesehatan jasmani maupun rohani. Melalui kegiatan rekreasi diperoleh
suatu kepuasan jiwa.
a. Meningkatkan konservasi lingkungan, pengembangan dan
pengelolaan agrowisata yang obyeknya benar-benar menyatu dengan
lingkungan alamnya harus memperhatikan kelestarian lingkungan,
jangan sampai pembuatan atau pengembangannya merugikan
lingkungan. Daerah agro wisata diharapkan dapat berguna bagi
lingkungan. Berdasarkan kawasan agro wisata yang memiliki areal
yang sangat luas dan ditanami dengan berbagai jenis pohon,
tanaman holtikultura akan mempengaruhi cuaca bahkan iklim di
sekitarnya. Dengan banyaknya pohon, selain dapat menyerap
kebisingan, juga dapat memberikan kesegaran dan kenyamanan,
pengembangan agro wisata di satu daerah, atau Negara akan
mendorong popularitas Negara tersebut, yang dihasilkan dari
berbagai komoditi pertanian seperti Thailand, banyak hasil pertanian
holtikultura, di Negara tersebut telah membawa harum Negara
tersebut, seperti durian montong, jambu, paprika, ketimun, jeruk dan
lain-lain, demikian pula dengan Negara New Zealand banyak hasil
pertaniannya telah membawa harum, seperti apple, buah kiwi, pear,
anggur, dan lain-lain.
b. Meningkatkan nilai estetika dan keindahan alam Lingkungan alam
yang indah, panorama yang memberikan kenyamanan, dan tertata
rapi, akan memberikan nuansa alami yang membuat terpesona orang
yang melihatnya. Alam ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa dipadukan
dengan kemampuan manusia untuk mengelolanya, menimbulkan
nilai estetika yang secara visual dapat diperoleh dari flora, fauna,
warna dan arsitektur bangunan yang tersusun dalam satu tata ruang
yang serasi dengan alam.
c. Memberikan nilai rekreasi
Wisata tidak dapat dipisahkan keberadaannya sebagai sarana
rekreasi. Kegiatan rekreasi di tengah-tengah pertanian yang luas akan
memberikan kenikmatan tersendiri. Sebagai tempat rekreasi,
pengelola agro wisata dapat mengembangkan fasilitas lainnya yang
dapat menunjang kebutuhan para wisatawan seperti, restaurant, bila
memungkinkan akomodasi, panggung hiburan, dan yang paling
penting adalah tempat penjualan hasil pertanian seperti buah-
buahan, bunga, makanan dan lain-lain. Dengan menyediakan fasilitas
penunjang, maka keberadaan agrowisata akan senantiasa
berorientasi kepada pelayanan terbaik bagi pengunjung, di samping
itu sebagai perpaduan kegiatan rekreasi dengan pemanfaatan hasil
pertanian, maka dapat dikembangkan nilai ekonomis agro wisata
dengan cara menjual hasil pertanian hortikultura kepada pengunjung
dengan berbagai cara.
d. Meningkatkan kegiatan ilmiah dan pengembangan ilmu
pengetahuan Pengembangan agro wisata, tidak saja bertujuan untuk
mengembangkan nilai rekreatif, akan tetapi lebih jauh mendorong
seseorang atau kelompok menambah ilmu pengetahuan yang bernilai
ilmiah kekayaan flora dan fauna dengan berbagai jenisnya,
mengundang rasa ingin tahu para pelajar. Keilmuan dalam
menambah ilmu pengetahuan agro wisata dengan berbagai
bentuknya dapat dijadikan sumber informasi kekayaan alam dan
ekosistem di dalamnya.

Kawasan bukit Piantus merupakan kawasan wisata yang berada di desa Piantus
yang memiliki karakter perbukitan yang didominasi oleh lanskap pertanian.
Perencanaan agrowisata dilakukan dengan mengikuti konsep perencanaan
lanskap agrowisata yang berbasis pendidikan yang memadukan antara potensi
aktivitas budidaya pertanian dengan kondisi alam yang merupakan daerah
konservasi untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan dan
dunia pertanian.

e. Mengembangkan ekonomi masyarakat Agro wisata yang dibina secara baik


dengan memperhatikan dan mendasarkan kepada kemampuan masyarakat, akan
memberikan dampak bagi peningkatan ekonomi masyarakat, dalam bentuk
pendapatan masyarakat, kesempatan kerja, kesempatan berusaha.

3. Konsep Pengembangan Ekowisata

Meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai lingkungan telah memberikan


implikasi munculnya berbagai tuntutan di semua sektor pembangunan.
Tuntutan-tuntutan tersebut telah dan akan mendorong tumbuhnya usaha-usaha
baru, cara cara pendekatan baru dalam berbagai kegiatan baik bisnis pariwisata
secara langsung yang dilakukan dunia usaha pariwisata dan usaha-usaha
masyarakat dalam upaya meningkatkan taraf kesejahteraan mereka. Kondisi
tersebut makin meyakinkan bahwa lingkungan bukan lagi beban, tetapi dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan usahausaha ekonomi. Dalam maksud lain,
lingkungan mempunyai peran penting dalam usaha mendorong semua lapisan
masyarakat untuk memanfaatkannya sebagai peluang bisnis, sehingga
diharapkan dapat mendorong semua pihak untuk dapat menyelesaikan
masalahmasalah dan mampu mendorong keikutsertaan semua unsur secara
bersama-sama menanggulangi masalah lingkungan secara bersama-sama.

a.Pendekatan Pengembangan Ekowisata

Untuk tercapainya pengembangan dan pembinaan ekowisata integratif,


dibutuhkan beberapa pendekatan, antara lain:

 Pendekatan lingkungan

Definisi maupun prinsip-prinsip ekowisata mempunyai implikasi langsung


kepada wisatawan dan penyedia jasa perjalanan wisatawan. Wisatawan dituntut
untuk tidak hanya mempunyai kesadaran lingkungan dan kepekaan sosial budaya
yang tinggi, tetapi mereka harus mampu melakukannya dalam kegiatan wisata
melalui sifat-sifat empati wisatawan, digugah untuk mengeluarkan pengeluaran
ekstra untuk pelestarian alam. Analisis yang mendalam terhadap pihak-pihak
yang berkepentingan terhadap pelestarian dan konservasi lingkungan perlu
dilakukan untuk menemu kenali pihak yang berpentingan dan memanfaatkan
lingkungan sebagai bagian dari kehidupannya.

 Pendekatan partisipasi dan pemberdayaan


Pendekatan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat setempat
pengembangan ekowisata, harus mampu menghasilkan model partisipasi
masyarakat. Partisipasi masyarakat setempat dilibatkan dalam penyusunan
perencanaan sejak awal, dimana masyarakat dapat menyampaikan
gagasangagasan yang dapat memberikan nuansa Participatory Planning dan
mendorong mereka mengembangkan gagasan murni tanpa pengendalian dan
pengarahan terkendali dari pihak-pihak berkepentingan. Beberapa unsur yang
mampu mendorong gagasan adalah ekonomi, konservasi, sosial, politik, regulasi
lingkungan, pemberdayaan dan reklamasi lingkungan yang rusak, pemberdayaan
seni budaya lokal dan lain-lain.

 Pendekatan sektor public

Peran sektor publik sangat penting dalam pembinaan otoritas untuk menyusun
kebijakan dan pengendalian tentang manfaat sumber daya alam dan lingkungan,
di dalamnya pemerintah memiliki otoritas dalam penentuan kebijakan yang
berkaitan dengan program dan pembiayaan sektor pembangunan lingkungan
dan kepariwisataan yang memiliki mekanisme kerjasama baik secara vertikal
maupun horizontal dan struktural, dan yang tidak kalah pentingnya adalah
pemerintah memiliki akses yang cukup tinggi dengan penyandang dana, seperti
bank, investor dan donatur dalam negeri dan luar negeri.

 Pendekatan pengembangan infrastruktur

Penyediaan infrastruktur dasar adalah merupakan kegiatan penting untuk


memperkuat pengembangan ekowisata. Jalan, jembatan, air bersih, jaringan
telekomunikasi, listrik dan sistem pengendalian dan pemeliharaan lingkungan,
merupakan unsurunsur fisik yang dibangun dengan cara menghindari perusakan
lingkungan atau menghilangkan ranah keindahan pada lokasi ekowisata.

 Pendekatan pengendalian dampak ekologi pariwisata

Pengembangan ekologi pariwisata berdampak kepada pemanfaatan sumber


daya yang tersedia seperti terhadap areal yang digunakan, banyaknya energi
yang terpakai, banyaknya sanitasi, polusi suara dan udara, tekanan terhadap
flora dan fauna serta ketidakseimbangan lingkungan terkait dengan itu, maka
perlu dirumuskan pembinaan usaha pariwisata oleh pihakpihak yang akan
melakukan monitoring lingkungan pariwisata yang didukung oleh para ahli
dibidang itu

 Pendekatan zonasi kawasan ekowisata


Zoning peletakan fasilitas dibedakan dalam tiga zonasi yaitu zona inti, zona
penyangga, zona pelayanan dan zona pengembangan.

a. Zona Inti : dimana atraksi/daya tarik wisata utama ekowisata.

b. Zona Antara (Buffer Zone) : dimana kekuatan daya tarik ekowisata


dipertahankan sebagai ciri-ciri dan karakteristik ekowisata yaitu mendasarkan
lingkungan sebagai yang harus dihindari dari pembangunan dan pengembangan
unsur-unsur teknologi lain yang akan merusak dan menurunkan daya dukung
lingkungan dan tidak sepadan dengan ekowisata.

c. Zona Pelayanan : wilayah yang dapat dikembangkan berbagai fasilitas yang


dibutuhkan wisatawan, sepadan dengan kebutuhan ekowisata.

d. Zona Pengembangan : areal dimana berfungsi sebagai lokasi budidaya dan


penelitian pengembangan ekowisata

 . Pendekatan pengelolaan ekowisata


Untuk terkendalinya pengelolaan ekowisata secara profesional
dibutuhkan manajemen/pengelolaan kawasan ekowisata yang
berdasarkan kepada aspek-aspek Sumber Daya Manusia (man), seperti
keuangan (money), aspek material, aspek pengelolaan/bentuk usaha
(metode) dan aspek market (pasar). Kelima unsur tersebut dapat
diorganisasikan dalam bentuk usaha Korporasi, Perseroan Terbatas (PT),
Koperasi maupun Perorangan atau Corporate Manajemen.
 Pendekatan perencanaan kawasan ekowisata
Perencanaan kawasan ekowisata dimaksudkan untuk menjawab
beberapa pertanyaan terhadap unsur-unsur perencanaan yang menjadi
daya dukung pengembangan dan pembinaan kawasan ekowisata,
meliputi: Apakah tersedia potensi ekowisata dan memadai untuk
dikembangkan; Apakah potensi ekowisata dimaksud dapat mendukung
bagi pembangunan kepariwisataan berkelanjutan; Apakah ada segmen
pasar untuk ekowisata;
 Pendekatan pendidikan ekowisata
Ekowisata memberikan sarana untuk meningkatkan kesadaran orang
akan pentingnya pelestarian dan pengetahuan lingkungan, baik
wisatawan nusantara maupun mancanegara. Ekowisata harus menjamin
agar wisatawan dapat menyumbang dana bagi pemeliharaan,
keanekaragaman hayati yang terdapat di daerah yang dilindungi sebagai
salah satu proses pendidikan memelihara lingkungan
 Pendekatan pemasaran
Pendekatan pemasaran ekowisata lebih ditujukan dalam konsep
pemasaran social dan pemasaran bertanggung jawab. Pemasaran sosial
tidak hanya berupaya memenuhi kepuasan wisatawan dan tercapainya
tujuan perusahaan (laba), tetapi juga dapat memberikan jaminan sosial
sumber daya dan pelestarian lingkungan dan tata cara penanggulangan,
perencanaan lingkungan, teknik-teknik promosi harus mengarahkan
kepada ajakan kepada wisatawan untuk berlibur dan beramal dalam
pelestarian lingkungan serta mendidik wisatawan dan masyarakat
berkiprah dalam kesadaran bahwa apa yang mereka saksikan dan alami,
akan musnah dan hancur bilamana tidak dipelihara dan dilestarikan sejak
awal pemanfaatan dan memperbaiki kerusakan lingkungan.
 Pendekatan organisasi
Pendekatan dasar pembangunan berkelanjutan adalah kelestarian
sumber daya alam dan budaya. Sumber daya tersebut merupakan
kebutuhan setiap orang saat sekarang dan dimasa yang datang agar
dapat hidup dengan sejahtera, untuk itu dibutuhkan pengorganisasian
masyarakat agar segala sesuatu yang telah menjadi kebijakan dapat
dibicarakan, didiskusikan dan dicari jalan pemecahannya dalam satu
organisasi ekowisata yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan
pembinaan ekowisata di satu kota dan kabupaten di daerah tujuan wisata

Anda mungkin juga menyukai