Anda di halaman 1dari 3

Tugas 1

ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DAERAH/ADPU4440


Nama : Yoseph Mario Riberu
Nim : 031483214

JAWABAN

1. Proses perencanaan dan penyusunan APBD, secara garis besar sebagai berikut:

(1) penyusunan rencana kerja pemerintah daerah

(2) penyusunan rancangan kebijakan umum anggaran

(3) penetapan prioritas dan plafon anggaran sementara

(4) penyusunan rencana kerja dan anggaran SKPD

(5) penyusunan rancangan perda APBD

(6) penetapan APBD.

APBD disusun sesuai kebutuhan penyelenggaraan pemerintah dan kemampuan pendapatan pemerintah daerah,
jadi dalam penyususan APBD berpedoman pada rencana kerja pemerintah daerah (RKPD) dalam rangka
mewujudkan pelayanan masyarakat demi tercapainya tujuan bernegara.

Dalam proses melakukan penyususan APBD yang pertama adalah penyusunan, pembahasan dan penetapan
kebijakan umum APBD (KUA) dan dokumen prioritas dan plafon anggaran sementara (PPAS). Kepala daerah
menyusun rancangan kebijakan umum APBD berdasarkan RKPD dan pedoman penyusunan APBD yang ditetapkan
mentri dalam negeri setiap tahunya. Dalam menyusun rancangan kebijakan umum APBD kepala daerah dibantu oleh
tim pemerintah daerah yang dikordinasi oleh sekretaris daerah, rancangan kebijakan umum APBD yang telah
disusun akan disampaikan sekretaris daerah kepada kepala daerah kemudian selanjutnya kepala daerah akan
menyampaikan kepada DPRD untuk dibahas pendahuluan RAPD di tahun anggaran berikutnya. Kepala daerah
Kepala Daerah menyampaikan rancangan prioritas dan plafon anggaran sementara yang telah disusun kepada
DPRD untuk dibahas paling lambat minggu kedua bulan Juni Tahun Anggaran berjalan, rancangan PPA yang telah
dibahas selanjutnya akan disepakati menjadi prioritas dan plafon anggaran (PPA) paling lambat akhir bulan Juli
tahun anggaran berjalan kebijakan umum APBD dan PPA yang telah disepakati masing-masing dituangkan ke dalam
nota kesepakatan yang ditandatangani oleh kepala daerah dan pimpinan DPRD. Selanjutnya yang kedua
penyusunan dan penyampaian surat edaran kepala daerah tentang pedoman penyusunan RKA SKPD kepada
seluruh SKPD pedoman penyusunan RKA SKPD sebagai acuan bagi SKPD dalam menyusun SKPD untuk dibahas
dan memperoleh persetujuan bersama dengan DPRD sebelum diajukan dalam proses evaluasi, adapun pedoman
pentusunan RKA – SKPD mencakup :

1. PPA yang dialokasikan setiap SKPD

2. Singkronisasi Program dan kegiatan antar SKPD dengan kinerja SKPD


3. Batas waktu penyampaian RKA SKPD kepada PPKD

4. Hal- hal lain yang perlu mendapat perhatian dari SKPD dengan prinsip peningkatan
evisiensi,evektivitas,transpalasi dan akunbilitasi dalam rangka pencapaian kinerja

5. Dokumen sebagai lampiran meliputi KUA,PPA, Kode rekening APBD,format RKA SKPD,analisa standar
belanja dan standar satuan harga

Selanjutnya PPKD melakukan kompilkasi RKA SKPD menjadi raperda APBD untuk dibahas dan memperoleh
persetujuan bersaman dengan DPRD sebelum di ajukan dalam proses evaluasi. Pada proses ketiga ini penyiapan
raperda APBD dilakukan berdasarkan RKA SKPD yang telah disempurnakan oleh Kepala SKPD selanjutnya akan
dilakukan komplikasi RK SKPD menjadi raperda APBD yang dilakukan oleh PPKD yang nantinya akan disampaikan
kepada Kepala Daerah yang mana kepala daerah wajib mengajukan raperda APBD tersebut, yang disertai dengan
penjelasan dan dokumen pendukung lainnya kepada DPRD. Hal ini dilakukan guna memperoleh persetujuan
bersama antara kepala daerah dan DPRD jadi, terdapat tiga proses atau tahapan yang harus kita lakukan di dalam
penyusunan APBD pembahasan Rancangan peraturan daerah raperda APBD dimulai dengan pembuatan RKA
SKPD atau yang disebut dengan rencana kerja dan anggaran satuan kerja Perangkat daerah yang telah disusun
oleh SKPD disampaikan kepada PPKD atau pejabat pengelola keuangan daerah, untuk dibahas lebih lanjut oleh tim
anggaran pemerintah daerah dan tim anggaran pemerintah daerah akan menelaah kesesuaian antara RKA SKPD
dengan kebijakan umum APBD prioritas dan plafon anggaran yang telah disetujui Tahun Anggaran sebelumnya,
dokumen perencanaan lainnya capaian kinerja indikator kinerja standar analisis belanja standar satuan harga dan
standar pelayanan minimal jika pada hasil pembahasan LKS KPD terdapat ketidaksinambungan maka SKPD
melakukan penyempurnaan yang telah disempurnakan oleh SKPD disampaikan kepada pejabat pengelola keuangan
daerah PPKD sebagai bahan penyusunan raperda tentang APBD dan Rancangan peraturan kepala daerah tentang
penjabaran APBD raperda tentang APBD yang telah disusun tersebut akan disampaikan kepada kepala daerah
selanjutnya raperda tentang APBD ini akan disampaikan kepada DPRD untuk dibahas lebih lanjut akan tetapi
sebelum disampaikan kepada DPRD raperda tentang APBD Harus disosialisasikan kepada masyarakat sosialisasi
ini bersifat memberikan informasi mengenai hak dan kewajiban pemerintah daerah serta masyarakat dalam
pelaksanaan APBD tahun anggaran yang direncanakan. Setelah mendapatkan persetujuan DPRD,raperda akan
diserahkan kepada gubernur atau menteri dalam negeri untuk dievaluasi setelah melewati tahap evaluasi dapat
dilakukan penetapan RAPD menjadi APBD yangdituangkan dalam peraturan daerah (PERDA).

2. Pelaksanaan Anggaran Belanja Daerah

Pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran melaksanakan kegiatan sebagaimana tersebut dalam dokumen
pelaksanaan anggaran yang telah ditetapkan. Untuk keperluan pelaksanaan program kegiatan sebagaimana
tersebut dalam dokumen pelaksanaan anggaran, pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran berwenang
mengadakan ikatan/perjanjian dengan pihak lain dalam batas anggaran yang telah ditetapkan. Setiap pengeluaran
belanja atas beban APBD harus didukung dengan bukti yang lengkap dan sah mengenai hak yang diperoleh oleh
pihak yang menagih. Bukti-bukti yang lengkap dan sah harus mendapat pengesahan oleh pejabat yang berwenang
dan bertanggung jawab atas kebenaran material yang timbul dari penggunaan bukti. Pengeluaran kas yang
mengakibatkan beban APBD tidak dapat dilakukan sebelum raperda tentang APBD ditetapkan dan ditempatkan
dalam lembaran daerah. Pengeluaran kas dilakukan sebelum raperda tentang APBD ditetapkan dan ditempatkan
dalam lembaran daerah, tidak termasuk untuk belanja yang bersifat mengikat dan belanja yang bersifat wajib yang
ditetapkan dalam peraturan kepala daerah. Belanja yang bersifat mengikat merupakan belanja yang dibutuhkan
secara terus-menerus dan harus dialokasikan oleh pemerintah daerah dengan jumlah yang cukup untuk keperluan
setiap bulan dalam tahun anggaran yang bersangkutan, seperti belanja pegawai, belanja barang dan jasa. Dan
belanja yang bersifat wajib adalah belanja untuk terjaminnya kelangsungan pemenuhan pendanaan pelayanan dasar
masyarakat antara lain pendidikan dan kesehatan dan/atau melaksanakan kewajiban kepada pihak ketiga.
Pemberian subsidi, hibah, bantuan sosial, dan bantuan keuangan dilaksanakan atas persetujuan kepala daerah.
Penerima subsidi, hibah, bantuan sosial, dan bantuan keuangan bertanggung jawab atas penggunaan uang/barang
dan/atau jasa yang diterimanya dan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban penggunaannya kepada
kepala daerah. Tata cara pemberian dan pertanggungjawaban subsidi, hibah, bantuan sosial, dan bantuan keuangan
ditetapkan dalam peraturan kepala daerah.

3. Pengawasan atau pemantauan, pemeriksaan dan evaluasi terhadap pelaksanaan kebijakan yang merupakan hal
penting untuk dapat menjamin terlaksananya sebuah kegiatan agar sesuai dengan rencana. Transparansi dalam
pengelolaan APBD menjadi salah satu faktor yang penting untuk meningkatkan kinerja pemerintah daerah. Suatu
laporan keuangan menjadi penting ketika dikaitkan dengan tujuan laporan keuangan, yaitu menyajikan informasi
mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas, dan kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yang
bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya.
Laporan keuangan daerah disusun secara wajar agar bisa digunakan oleh pihak yang membutuhkan informasi
tersebut, dan dapat di pertanggungawabkan oleh publik. Namun masih ada oknum-oknum tertentu yang masih
menyimpang, Perlu adanya transparansi dari keuangan daerah adalah mengantisipasi adanya penyelewengan atau
rekayasana dana oleh pihak yang bersangkutan, agar masyarakat juga dapat mengetahui apakah keuangan Negara
telah digunakan dengan semestinya atau tidak. Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan Negara.

Sumber :

-BMP ADPU 4440 Administrasi Pemerintahan Daerah

- UU No 23/2014 Tentang Pemerintahan Daerah

- Insani, Istyadi, 2004, Pengembangan Kapasitas Sumber Daya Manusia PemerintahDaerah dalam Rangka Peningkatan
Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah, Lektor Sekolah Tinggi Ilmu Administasi Negara Jakarta dan
Peneliti pada Pusat Kajian Hukum Administrasi Negara LAN Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai