PENGANTAR ANTROPOLOGI
Disusun Oleh :
UPBJJ- UT MALANG
UNIVERSITAS TERBUKA
2022
Unsur Kebudayaan Universal
“Seni”
Di dalam kehidupan ini, manusia pasti tidak akan pernah bisa lepas dari
yang namanya seni. Seni merupakan suatu hal yang bersifat menghibur dan dapat
memanjakan mata seseorang ketika melihatnya.
Sesuai dengan pengertian seni yaitu merupakan sebuah ekspresi dari perasaan
manusia yang mana didalamnya mempunyai unsur-unsur keindahan dan dapat
diungkapkan dengan sebuah media yang bersifat nyata, seperti dalam bentuk
gerak, rupa, nada, syair, serta juga bisa dirasakan oleh kelima indera manusia.
Nah, dengan adanya seni tersebut membuat setiap manusia dapat dengan bebas
mengeluarkan ekspresinya dan kreatifitasnya sendiri pada kehidupannya sehari-hari.
Dan manusia tidak akan bisa lepas dari seni karena seni merupakan bagian dari
manusia itu sendiri.
Contoh dari unsur kebudayaan universal seni, dalam masyarakat disekitar saya yaitu
seperti seni tari Gandrung Banyuwangi dan Seblang, Tarian Gandrung yang
merupakan khas Banyuwangi dibawakan sebagai perwujudan rasa syukur
masyarakat setelah panen. Gandrung merupakan seni pertunjukan yang disajikan
dengan iringan musik khas perpaduan budaya Jawa dan Bali. Tarian ini adalah salah
satu bentuk kebudayaan dari Suku Osing yang merupakan penduduk asli
Banyuwangi. Tarian ini dipentaskan dalam bentuk berpasangan antara perempuan
(penari gandrung) dan laki-laki (pemaju) yang dikenal dengan paju.
Sedangkan Seblang, Ritual Seblang adalah salah satu ritual upacara masyarakat
Osing yang hanya dapat dijumpai di dua desa dalam wilayah kecamatan Glagah,
Banyuwangi, yakni desa Bakungan dan Olehsari. Ritual ini dilaksanakan untuk
keperluan bersih desa dan tolak bala, agar desa tetap dalam keadaan aman dan
tenteram. Ritual ini mirip seperti ritual Sintren di wilayah Cirebon, atau Sanghyang
dedari di Pulau Bali.
Tari Seblang sebenarnya merupakan tradisi yang sangat tua, berusia ratusan tahun,
hingga sulit dilacak bagaimana asal usul dimulainya. Namun, salah satu teori
mengatakan bahwa Seblang pertama yang diketahui adalah Semi, yang juga menjadi
pelopor tari Gandrung wanita pertama (meninggal tahun 1973). (Teori ini diragukan
karena sebelum semi lahir, Seblang sudah ada dan Gandrung sebagai buah
keturunan Seblangpun sudah ada). Setelah sembuh dari sakitnya, maka nazar ibunya
(Mak Midah atau Mak Milah) pun harus dipenuhi, Semi akhirnya dijadikan seblang
dalam usia kanak-kanaknya hingga setelah menginjak remaja mulai menjadi penari
Gandrung. Tari Seblang ini dimulai dengan upacara yang dibuka oleh sang Gambuh
atau pawang. Sang penari ditutup matanya oleh para ibu-ibu yang berada
dibelakangnya, sambil memegang tempeh (nampan bambu). Sang pawang
mengasapi sang penari dengan asap dupa sambil membaca mantra. Setelah sang
penari kesurupan (tak sadarkan diri atau kejiman dalam istilah lokal), dengan tanda
jatuhnya tampah tadi, maka pertunjukan pun dimulai. Penari seblang yang sudah
kejiman tadi menari dengan gerakan monoton, mata terpejam dan mengikuti arah
sang pawang serta irama gendhing yang dimainkan. Kadang juga berkeliling desa
sambil menari. Setelah beberapa lama menari, kemudian si seblang melempar
selendang yang digulung ke arah penonton, penonton yang terkena selendang
tersebut harus mau menari bersama si Seblang. Jika tidak, maka dia akan dikejar-
kejar oleh Seblang sampai mau menari.
DAFTAR RUJUKAN
https://id.wikipedia.org/wiki/Seblang
https://id.wikipedia.org/wiki/Gandrung_Banyuwangi