Nama Kelompok : Haryadi Pratama Batubara (21340229)
Sintia Ayu Almadanti (21340230)
Kelas : Reguler B Makul : Compounding & Dispending
Studi kasus tentang penggunaan obat tidak rasional.
1. Resep Boros → peresepan dengan obat-obatan yang lebih mahal padahal ada alternatif yang lebih murah dengan manfaat dan keamanan yang sama. Contoh kasus: Pemberian Antibiotik untuk ISPA non pneumonia, padahal hanya 10-30% pasien ISPA non pneumonia yang butuh Antibiotik. Peresepan obat bermerek yang relatif mahal, padahal ada obat generik dengan keamanan dan khasiat yang sama dengan harga yang lebih murah.. 2. Resep Berlebihan → peresepan yang memiliki ketentuan misalnya dosis, lama pemberian atau jumlah obat yang diresepkan. Contoh kasus: Pasien mendapatkan resep Ciprofloxacin, Tremenza, Alpara, Ambroxol, Dexamethason, dan Imboost. Jumlah obat yang didapatkan pasien lebih dari 5 jenis dengan total jumlah zat aktif 10 jenis. Resep Tremenza yang mengandung pseudoephedrine dan triprolidine, sedangkan Alpara mengandung paracetamol, phenylpropanolamine HCl, klorfeniramin maleat, dan dextromethorphan HBr. 3. Resep Majemuk → pemberian obat dengan konbinasi padahal cukup dengan satu obat. Contoh kasus: Pasien mendapatkan resep Ciprofloxacin, Tremenza, Alpara, Ambroxol, Dexamethason, dan Imboost. Dalam resep yang didapatkan mengandung tiga jenis obat dengan khasiat yang sama sebagai antihistamin atau anti alergi yaitu Triprolidine pada Tremenza, CTM pada Alpara, dan Dexamethason. 4. Resep Salah → pemberian obat untuk indikasi yang keliru atau pemberian obat ke pasien yang salah. Contoh kasus: Pemberian obat ekspektoran untuk pasien batuk kering. Pemberian antibiotik golongan kuinon untuk anak-anak. β-bloker (misalnya Propanolol) hendaknya tidak diberikan kepada penderita hipertensi dengan riwayat asma karena akan memberikan efek bronkhospasme.