Anda di halaman 1dari 2

1.

Gangguan produksi insulin pada DM Tipe 1 umumnya terjadi karena kerusakan sel-
sel β pulau Langerhans yang disebabkan oleh reaksi otoimun. Namun ada pula yang
disebabkan oleh bermacam-macam virus, diantaranya virus Cocksakie, Rubella, CM
Virus, Herpes, dan lain sebagainya. Ada beberapa tipe otoantibodi yang dihubungkan
dengan DM Tipe1, antara lain ICCA (Islet Cell Cytoplasmic Antibodies), ICSA (Islet
cell surfaceantibodies), dan antibodi terhadap GAD (glutamic acid decarboxylase).
ICCA merupakan otoantibodi utama yang ditemukan pada penderita DMTipe 1.

2. Glukosa plasma puasa dianggap normal bila kadar glukosa darah plasma <126 mg/dL
(7 mmol/L). Glukosuria saja tidak spesifik untuk DM sehingga perlu dikonfi rmasi
dengan pemeriksaan glukosa darah.2
Diagnosis DM dapat ditegakkan apabila memenuhi salah satu kriteria sebagai berikut:
a. Ditemukannya gejala klinis poliuria, polidipsia, nokturia, enuresis,penurunan
berat badan, polifagia, dan kadar glukosa plasma sewaktu 200 mg/ dL (11.1 mmol/L).
Atau
b. Kadar glukosa plasma puasa 126 mg/dL (7 mmol/L). Atau
c. Kadar glukasa plasma200 mg/ dL (11.1 mmol/L) pada jam ke-2TTGO (Tes Tolerasansi
Glukosa Oral). Atau
d. HbA1c >6.5% (dengan standar NGSP dan DCCT).

3. Dua hal yang perlu penting dikenali pada pemberian insulin, yaitu efek Somogyi
dan efek subuh (Dawn effect). Kedua efek tersebut mengakibatkan hiperglikemia pada
pagi hari, namun memerlukan penanganan yang berbeda. Efek Somogyi terjadi setelah
adanya hipoglikemia sebelumnya (rebound effect); akibat pemberian insulin yang
berlebihan terjadi hipoglikemia pada malam hari (jam 02.00-03.00) yang diikuti
peningkatan sekresi hormone anti-insulin (hormon-hormon glikogenik). Sebaliknya
efek Subuh terjadi akibat kerja hormon-hormon anti insulin pada malm hari. Pada
efek Somogyi memerlukan penambahan makanan kecil sebelum tidur atau pengurangan
dosis insulin malam hari, sedangkan efek Subuh memerlukan penambahan dosis insulin
malam hariuntuk menghindari hiperglikemia pada pagi hari.

4. Pada pasien DM berolahraga dapat membantu menurunkan kadar glukosa darah,


menimbulkan perasaan sehat atau well being dan meningkatkan sensitivitas terhadap
insulin sehingga mengurangi kebutuhan akan insulin, meurunkan tekanan darah, juga
profil lemak yang lebih baik. Pada beberapa penelitian terlihat bahwa olahraga
dapat meningkatkan kapasitas kerja jantung dan mengurangi terjadinya komplikasi DM
jangka panjang.

5. Edukasi merupakan unsur penting pengelolaan DM tipe-1 yang harus dilakukan


secara terus menerus dan bertahap sesuai tingkat pengetahuan serta status social
pasien/keluarga. Pasien maupun keluarga harus disadarkan bahwa DM tipe-1 merupakan
suatu life long disease yang keberhasilan pengelolaanya sangat bergantung pada
kemauan pasien dan keluarganya untuk hidup dengan gaya hidup yang sehat. Tujuan
pendidikan ialah :
1.Menimbulkan pengertian dan pemahaman mengenai penyakit dan komplikasinya.
2.Memotivasi pasien dan keluarganya agar patuh berobat.
3.Memberikan keterampilan penanganan DM tipe-1
4.Mengembangkan sikap positif terhadap penyakit sehingga tampak dalam pola hidup
sehari-hari.
5.Mencapai control metabolic yang baik, sehingga terhindar dari komplikasi
6.Mengembangkan kemampuan untuk memberikan keputusan yang tepat dab logis dalam
pengelolaan sehari-hari.
Menyadarkan pasien bahwa DM tipe-1 bukanlah penghalang untuk mencapai cita-cita.

6. defisiensi insulin menyebabkan meningkatnya asam lemak bebas di dalam darah


sebagai akibat dari lipolisis yang tak terkendali di jaringan adiposa. Asam lemak
bebas di dalam darah akan menekan metabolisme glukosa di jaringan-jaringan perifer
seperti misalnya dijaringan otot rangka, dengan perkataan lain akan menurunkan
penggunaan glukosa oleh tubuh. Defisiensi insulin juga akan menurunkan ekskresi
dari beberapa gen yang diperlukan sel-sel sasaran untuk merespons insulin secara
normal, misalnya gen glukokinase di hati dan gen GLUT4 (protein transporteryang
membantu transpor glukosa di sebagian besar jaringan tubuh) di jaringan adiposa.

7. Indikasi pasien harus dibawah kerumah sakit adalah bila muntah berlanjut atau
semakin hebat disertai cairan bilier, napas menjadi cepat dan dalam (Kussmaul) yang
merupakan pertanda asidosis, keton darah semakin meningkat, glukosa darah semakin
meningkat walaupun sudah diberi insulin tambahan, pasien menjadi gelisah,
disorentasi, tampak mengantuk, atau tidak sadar. Selain itu, pasien dibawah kerumah
sakit bila penyebab sakit tidak jelas nyeri perut makin hebat atau terlokalisir,
tidak ada orang di sekelililng pasien yang mengerti tentang penanganan pasien
diabetes tipe 1 yang sakit, atau penolong sudah tidak percaya diri dan lelah,
terdapat penyakit lain yang lebih serius, atau pasien masih sangat muda (kurang
dari 2 tahun).

8. Penanda serologi untuk autoimunitas terhadap sel β pankreas, antara lain, (1)
glutamic acid decarboxylase 65 autoantibodies (GAD), (2) Tyrosine phosphatase-like
insulinoma antigen 2 (IA2), (3) insulin autoantibodies (IAA), dan (4) β-cell-
specific zinc transporter 8 autoantibodies (ZnT8). Hasil positif pada salah satu
penanda serologi tersebut memastikan diagnosis DM tipe-1.6 Skrining DM tipe- 1 pada
anak asimtomatik dengan panel antibodi hanya direkomendasikan dalam penelitian dan
jika memiliki anggota keluarga derajat pertama dengan DM tipe-1.

9. Pemantauan Mandiri

Salah satu tujuan dalam pengelolaan pasien dieabetes adalah kemampuan mengelola
penyakitnya secara mandiri. Pasien diabetes dan keluarganya mampu mengukur kadar
glukosa darahnya secara cepat dan tepat karena pemberian insulin tergantung kepada
kadar glukosa darah. Dari beberapa penelitian telah dibuktikan hubungan yang
bermakna antara pemantauan mandiri dan kontrol metabolik. Pengukuran kadar glukosa
darah beberapa kali perhari harus dilakukan untuk menghindari terjadinya
hipoglikemia dan hiperglikemia dan untuk penyesuaian dosis insulin. Kadar glukosa
dara preprandial, post prandial dan tengah malam sangat diperlukan untuk
penyesuaian dosis insulin.10
Perhatian yang khusus terutama harus diberikan kepada anak presekolah dan sekolah
tahap awal yang sering tidak dapat mengenali episode hipoglikemia yang mungkin
dialaminya. Pada keadaan seperti ini diperlukan pemantauan kadar glukosa darah yang
lebih sering.

12. Kelompok pasien DM tipe-1 yang berisiko tinggi mengalami kondisi yang
memperburuk penyakitnya dan dianjurkan untuk tidak berpuasa adalah :
• Pasien DM yang pernah mengalami hipoglikemia berat dalam 3 bulan sebelum
Ramadhan.
• Riwayat hipoglikemia berulang atau riwayat hypoglycemia unawareness
• Kontrol glikemik kurang baik (HbA1c >8)
• Riwayat ketoasidosis diabetic selama 3 bulan sebelum Ramadhan.
• Riwayat koma hiperglikemik hyperosmolar dalam 3 bulan teakhir.
• Sedang sakit lainnya seperti demam, diare, muntah dan lain-lain yang memberatkan.
• Sedang hamil atau melahirkan.
• Menjalani dialysis kronis.

Anda mungkin juga menyukai