Oleh:
Kelas B
FAKUTAS HUKUM
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2022
1. Kasus Posisi
2. Analisa Hukum
Berdasarkan permasalahan tersebut didapati rumusan masalah tentang bagaimana
pengaplikasian pajak karbon di Indonesia untuk pengguna kendaraan bermotor
berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 dan peraturan perundang-
undangan lainnya, pertama-tama haruslah dilihat pengertian apa itu pajak karbon,
menurut Pasal 13 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021, pajak karbon
adalah pajak yang dikenakan atas emisi karbon memberikan dampak negatif bagi
lingkungan hidup, jadi berdasarkan pemaparan hal tersebut diketahui pajak karbon
dikenakan atas emisi yang memberikan dampak negatif bagi lingkungan hidup.
Dalam hal pengenaan pajak karbon sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 13
Ayat 1 UU HPP haruslah memperhatikan a. peta jalan pajak karbon b. peta jalan
pasar karbon , kebijakan mengenai peta jalan pajak karbon sebagaimana dimaksud
pada ayat 2 UU HPP huruf a haruslah memuat a. strategi penurunan emisi karbon b.
sasaran sektor prioritas c. keselarasan dengan pembangunan energi baru dan
terbarukan d. keselarasan antara berbagai kebijakan lainnya.
Dalam kaitannya siapa subjek hukum yang terkena pajak karbon menurut Pasal
13 ayat 5 UU HPP yang menjadi subjek pajaknya adalah orang pribadi atau badan
yang membeli barang yang mengandung karbon dan/atau melalukan emisi yang
menghasilkan emisi karbon, berarti subjek pajak yamg bisa dikenakan pajak karbon
adalah orang pribadi atau badan yang mana ia membeli barang yang mengandung
karbon atau aktivitas yang menghasilkan karbon.
Berarti seorang individu dapat dikenai pajak karbon bila ia membeli barang yang
ada karbonnya atau melakukan aktivitas yang menimbulkan karbon, namun yang
jadi pertanyaan seperti apakah pengaplikasian penagihan pajak karbon kepada
individu di negara Indonesia? Pengihan pajak tidak bisa dilepaskan dari saat terutang
pajak itu sendiri, sedangkan kapan terutangnya pajak karbon itu sendiri? Menurut
Pasal 13 Ayat 7 pajak karbon terutang ditentukan saat a. pada saat pembelian barang
yang mengandung karbon, b. pada akhir periode tahun kalender dari aktivitas yang
menghasilkan emisi karbon dalam jumlah terterntu, c. atau saat lain yang diatur
dengan atau berdasarkan peraturan peraturan pemerintah, lantas berdasarkan hal
tersebut penagihan pajak karbon bisa didasari karena 3 (tiga) hal, tapi yang keadaan
manakah yang bisa diterapkan kepada individu yang menggunakan kendaraan
bermotor? Ternyata nyatanya masalah penagihan pajak karbon terhadap individu
yang menggunakan kendaraan bermotor tidak diatur langsumg pada UU HPP namun
diatur menurut Peraturan Menteri Keuangan namun nyatanya aturan mengani tata
cara perhitungan, pemungutan, pembayaran atau penyetoran, pelaporan dan
mekanisme pengenaan pajak karbon dan tata cara pengurangan pajak karbon
sebagaimana yang dimaksud pada ayat 13 huruf a dan/atau perlakuan lainnya atas
pemenuhan kewajiban pajak karbon sebagaimana dimaksud pada ayat 13 huruf b
belumlah diatur oleh peraturan menteri keuangan.
Kekosongan hukum mengenai tata cara perhitungan, penagihan, dan yang lain
sebagainya mengenai pajak karbon sebaiknya harus segera diatur karena dengan
segeranya sebuah aturan sudah diundangkan maka aturan tersebut bisa diterapkan
apalagi aturan mengenai pajak karbon ini yang tujuannya adalah untuk mencapai net
zero emission di Indonesia pada Tahun 2060, dengan adanya pajak karbon tersebut
yang digunakan untuk mengurangi emisi karbon dan untuk menciptakan lingkungan
kehidupan bagi masyawakat Indonesia lebih sehat maka fungsi pajak sebagai
regulerend bisa terlaksana, apa yang dimaksud dengan fungsi pajak sebagai fungsi
regulerend? Fungsi regulerend sendiri disebut dengan fungsi yang mengatur untuk
mencapai tujuan tertentu, jadi dengan adanya aturan pajak karbon yang telah
diperinci maka fungsi regulerend pajak karbon untuk net zero emission segera
terlaksana.
Hal tersebut diperkuat dengan pendapat dari Siti Resmi, yang mana beliau
mengatakan fujgsi pajak dalam masyarakat suatu negara terbagi menjadi 2 (dua)
fungsi yaitu: Fungsi Budgetair dan Fungsi Regulerend, Fungsi Budgetair adalah
bertujuan untuk memasukkan penerimaan uang untuk kas negara sebanyak-
banyaknya antara lain mengisi Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara sesuai
dengan target penerimaan pajak yang telah ditetapkan, sedangkan Fungsi
Regulerend adalah fungsi pajak yang secara tidak langsung dapat mengatur dan
menggerakkan perkembangan sarana perekonomian nasional yang produktif1.
1
Siti Resmi, Perpajakan Teori dan Kasus, Yogyakarta: Salemba Empat, 2009, h. 3
Selain itu dengan diadakannya pajak karbpon untuk kendaraan motor pribadi
diharapkan jumlah penggunanya nanti berkurang dan beralih ke moda trasnportasi
umum, dan dari pajak yang didapatkan oleh pemerintah diharapkan hasilnya bisa
digunakan untuk mendorong pembaruan sistem transortasi umum di Indonesia dan
mendorong timbulnya kendaraan-kendaraan yang ramah lingkungan etah itu sepeda,
mobil listrik, motor listrik atau jumlah moda kendaraan yang masih menggunakan
fosil jadi berkurang.
Daftar Pustaka
Peraturan Perundang-Undangan:
Buku:
Siti Resmi, Perpajakan Teori dan Kasus, Yogyakarta: Salemba Empat, 2009