Anda di halaman 1dari 6

BAB I PENDAHULUAN

A. Manusia sebagai hamba Allah dan Khalifah

Manusia dianugerahi akal dan hawa nafsu, al-Ghazali membagi nafsu


menjadi tiga bagian, pertama, cenderung positif, antara positif dan negative,
cenderung negative. Kegiatan bisnis bagian dari perilaku manusia yang tidak luput
dari pengaruh hawa nafsu. Pertanyaan yang muncul adalah bagaimana perilaku
bisnis melahirkan kemaslahatan bagi kehidupan manusia bahkan bagi alam semesta
?? jawabannya terletak pada pelaku bisnis, substansi bisnis, norma bisnis,
manajemen bisnis, dan proyeksi bisnis yang semuanya berbasis syariah.

sebagai makhluk hidup, manusia berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya,


baik secara lahiriyah (material) dan bathiniyah (spiritual). Aktivias memenuhi
kebutuhan material seringkali disebut bekerja, sementara kebutuhan spiritual
dipenuhi melalui kegiatan ritual. Namun tujuan penciptaannya tiada lain adalah
untuk beribadah kepada Allah (Q.S al-Dzariyat 51:56).

Ibadah adalah bentuk ketaatan dan pengabdian yang dilandasi oleh


keihklasan dan ketulusan hamba kepada tuhannya. Ulama membagi ibadah menjadi
dua aktivitas yaitu ibadah murni seperti aktivitas ritual bersifat top-down antara
Allah dan makhluknya dan ibadah tidak murni seperti aktivitas manusia dengan
manusia dengan tujuan kemaslahatan.

Bisnis sebagai bagian aktivitas dari manusia dan sebagai sarana pencapaian
ridha Allah secara melekat diwarnai oleh norma ibadah, artinya tidak hanya mencari
keuntungan, namun juga ada unsur ibadahnya. Allah memberikan mandhat kepada
manusia untuk menjadi khalifah yang bertugas mengelola bumi (Q.S Hud :61).
Manusia diperintahkan untuk memakmurkan bumi dan memanfaatkan alam. Allah
telah menundukkan seluruh isi alam untuk manusia sebagai karunia, karena itu
apapun yang dukuasai manusia adalah milik Allah.
Dalam perpspektif fiqih, apapun yang dimiliki manusia adalah pinjaman,
artinya manusia diberikan mandat atau diamanahkan sebagai khalifah untuk
mengeksplorasi dan memanfaatkan alam dengan mengikuti ketentuan-ketentuan
yang ditetapkan Allah.

B. Rambu-rambu manusia sebagai khalifah dalam berbisnis

Berbisnis adalah bagian dari wujud kekhalifahan manusia di muka bumi.


Bekerja (kasb/’amal) untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan orang yang dalam
tanggungannya adalah kewajiban. Bekerja pada dasarnya adalah sebuah pencarian
karunia Allah. Bekerja adalah ibadah yang akan menghilangkan dosa pelakunya.

“ dari ibn Abbas RA. Bersabda Rasulullah saw: “barang siapa yang merasa penat
pada sore hari karena bekerja, maka sore itu ia diampuni.” (H.R al-Tharani dan
Asbahani).

Bekerja haruslah secara professional. Professional berarti mukmin tersebut


ahli di bidangnya sehingga hasil kerjanya adalah produk terbaik, baik berupa barang
atau jasa. Pekerjaan terbaik adalah pekerjaan yang memberikan peluang kepada
pelakunya untuk selalu berzikir mengagungkan Allah dan bertawakal atas segala
hasil kerja.

Untuk mendapat hasil terbaik, maka manusia sebagai khalifah harus


mentaati rambu-rambu dalam berbisnis, yaitu :

1. terjaga dari segala yang haram, seperti riba, gharar, maysir, dharar, ihtikar,
ghabn, tadlis karena terlalu cinta akan harta.
2. Taqayyud (komitmen) dalam menentukan harga.
3. Jujur. “ pebisnis yang jujur dan amanah beserta para nabi, para sidiqqin dan
syuhada (HR. Tarmidzi dan Al-Hakim)
4. Tidak bersumpah atas nama Allah sebagai basa basi dalam bisnis atau untuk
menutupi kelemahan produk.
5. Kompeten dalam bisnis
6. Memperbanyak shadaqah
7. Murah hati (samahah) dalam berbisnis
8. Komitmen dengan hokum syara dan etika islam
9. Menghindari bisnis monopolistic
10. Berusaha mencari yang halal
11. Menjauhi yang syubhat.

C. Terminologi Istilah

Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno “management” yang memiliki arti
seni melaksanakan dan mengatur. Selain itu kata manajemen mungkin juga berasal
dari bahasa Italia “ managgiare” yang berarti mengendalikan.

Bisnis berasal dari bahasa Inggeris “business” yang berarti usaha, perdagangan,
usaha komersial. Bisnis juga berarti “aktivitas guna meningkatkan nilai tambah
barang dan jasa”. Dan kegiatan memperjualbelikan barang dan jasa tersebut untuk
tujuan memperole laba.--

Syariah berasal dari bahasa Arab “syara “ atau “syari’at” yang berarti the moslem
law atau hukum Islam. Syariah juga berarti prilaku yang terkait dengan niali-nilai
keimanan dan ketauhidan. Dengan demikian dapat disimpulkan Manajemen Bisnis
Syariah itu adalah pengetahuan yang mempelajari tentang bagaimana mengatur,
mengelola, dan melaksanakan kegiatan bisnis yang berdasarkan prinsip-prinsip
Syariah.

D. Teologi Manajemen Bisnis Syariah


Bumi tempat kita tinggal didunia ini menurut keyakinan agama Islam
diciptakan oleh Allah Yang Maha Esa. Allah menyiapkan dan mengatur segala
sesuatu yang diperlukan oleh manusia sebagai khalifah fil ardhi (QS. Hud: 61),
dengan selengkap–lengkapnya. Ada tanah, air, udara, tumbuh-tumbuhan, hewan,
tambang, mineral, dan sebagainya. Manusia yang ditugasi oleh Allah tinggal
mengelolanya dengan sebaik-baiknya.

Untuk dapat mengelola kehidupan di muka bumi ini dengan sebaik-baiknya,


dan bertanggung jawab, maka manusia memerlukan pengetahuan, wawasan,
keterampilan, dan sikap kerja yang profesional, yang dalam istilah modern sekarang
ini disebut manajemen. Manajemen dalam pandangan Islam mengandung
pengertian segala sesuatu harus dilakukan secara baik, teratur, tertib, rapi, dan
benar. Tidak boleh dilakukan secara asal-asalan. Hal tersebut sesuai dengan yang
diajarkan Rasullullah SAW dalam sabdanya:

“Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang yang jika melakukan sesuatu


pekerjaan dilakukan secara itqan (baik, terratur, tertib, rapi, benar, jelas dan tuntas)”
(H.R. Tabrani).
Manajemen dalam arti melaksanakan pekerjaan secara itqan (dengan baik,
teratur, tertib, rapi, benar, jelas dan tuntas) merupakan hal yang diisyaratkan dalam
Islam. Dan bahkan menurut hadis yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Ya’la
melaksanakan manajemen itu merupakan suatu kewajiban.

“ Sesungguhnya Allah SWT mewajibkan kepada kita untuk berlaku ihsan dalam
segala sesuatu“

Kata ihsan disini mengandung makna melaksanakan sesuatu secara


maksimal dan optimal, tidak setengah-setengah, apalagi asal dikerjakan saja.
Bekerja yang dimaksud disini adalah bekerja yang benar-benar berkualitas
prosesnya dan bermutu hasilnya.

E. Bisnis Syariah Bagian dari Kehidupan Ummat


Dalam kenyataannya berbisnis menjadi lapangan mata pencaharian yang
banyak dipilih oleh warga masyarakat. Kenyataan ini berkorelasi positif dengan
hadis Nabi Muhammad SAW berikut:
“Sembilan dari sepuluh pintu rezeki itu terdapat dalam usaha berdagang dan
sepersepuluhnya dalam usaha berternak “ (H.R. Ibnu Manshuur)
Begitu luasnya kesempatan bagi seorang pebisnis untuk berbuat kebajikan
dengan ganjaran yang luar biasa. Namun kesempatannya untuk berbuat kebajikan
itu ternyata juga berbanding lurus dengan kenistaan yang akan dialaminya,
sebagaimana yang dimaksudkan firman Allah berikut:

“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan


melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar
dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula.” (QS. Al Zalzalah: 7-8)
Dalam sistem kepercayaan Islam kenistaan yang akan terjadi nanti di sana
(di akhirat) lebih ditakuti dari pada kenistaan dalam hidup di dunia, karena
kehidupan di akhirat itu adalah kehidupan yang kekal. Oleh karena itu bagi seorang
pebisnis syariah pasti ia akan sangat berhati-hati dalam menjalankan aktivitas
bisnisnya dengan tetap istiqamah berada dalam batas (koridor syariah), dengan
konsekuen melaksanakan mana yang boleh dan menjauhi mana yang dilarang sebab
semua akan dipertanggung jawab kan kelak dihadapan Allah. sebagaimana
diingatkan Allah dalam dua ayat terakhir Surah Al-Ghasyiah:

“Sesungguhnya kepada Kami-lah kembali mereka, kemudian sesungguhnya


kewajiban Kami-lah menghisab mereka.” (QS. Al-Ghasyiah, 25-26)
F. Bisnis Syariah Memerlukan Manajemen
Apapun bentuk, nama, dan ukuran (besar dan kecilnya) organisasi itu, sudah
dapat dipastikan ia memerlukan manajemen, karena manajemen merupakan
pengetahuan terapan yang dapat dipergunakan oleh siapa saja, dan dalam bidang
apa saja untuk memanej pekerjaan yang meliputi aktivitas merencanakan,
mengorganisasikan, menggerakan, dan mengendalikan aktivitas organisasi. seperti
ungkapan Ali bin Abi Thalib “apabila suatu organisasi tidak dimanaj/dikelola
dengan baik akan dapat dikalahkan oleh kebatilan yang diorganisir dengan baik.
G. Manajemen Bagian dari Syariat Islam
Dalam pandangan Islam segala sesuatu yang menjadi pekerjaan itu harus
dimanaj (dikerjakan) dengan benar, tertib, teratur, sistematis, tuntas, dan
bertanggung jawab. Tidak boleh dilakukan asal-asalan. Apa yang diatur dalam
Islam ini telah menjadi indikator pelaksanaan manajemen yang bersumber dari Al-
Qur’an dan hadis Nabi Muhammad SAW. Diantara ayat Al-Qur’an yang dapat
dijadikan acuan pekerjaan manajemen antara lain:

“Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan


yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.”
(QS. Ash-Shaff; 4).
Dan dalam hadis Nabi Muhammad SAW disebutkan:
“Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang yang jika melakukan sesuatu
pekerjaan, dilakukan secara itqan atau tepat, terarah, jelas, dan tuntas” (H.R.
Thabrani).

Anda mungkin juga menyukai