mengumpulkan siswa untuk memiliki kapasitas yang terampil. Salah satu kapasitas
tersebut adalah berpikir kritis (Demirel dan Yilmaz, 2018). Namun dalam menangani
masalah tersebut, masing-masing mahasiswa memiliki kapasitas yang berbeda-beda (Huda
dkk., 2020; Nurjanah dkk., 2017; Rahmawati dkk., 2020; Nurjanah dkk., 2017; Rahmawati
dkk. dkk., 2018). Palobo dkk. (2018) mengungkapkan perbedaan tersebut menunjukkan
bahwa kemampuan siswa tidak seimbang dan sulit bagi pendidik untuk mengajar.
Berdasarkan hasil pertemuan dengan guru fisika di salah satu SMA Tangerang Selatan,
kesulitan yang sering dihadapi para pendidik dalam menghadapi pengalaman yang
berkembang adalah akibat dari kapasitas siswa yang tidak seimbang. Misalnya, siswa
menunjukkan kemampuan berpikir kritis yang berbeda ketika dihadapkan dengan masalah
rumit lainnya daripada yang ditunjukkan. Siswa dengan kemampuan berpikir kritis yang
hebat merasa diuji.
Sementara itu, dalam eksplorasi mereka dalam sains, Erlin dan Fitriani (2019)
menunjukkan bahwa siswa dengan ukuran kesadaran metakognitif yang kurang dan cukup
mengamankan skor kapasitas pemahaman yang lebih rendah dari standar yang tepat.
Disadari bahwa kemampuan memahami pada dasarnya diharapkan untuk mengatasi suatu
masalah. Amin dan Sukestiyarno (2015), dalam penelitiannya merekomendasikan bahwa
metakognitif mindfulness memiliki hubungan langsung yang positif dengan kemampuan
mental, di mana kemampuan mental adalah premis untuk mengemas seseorang untuk
memiliki pilihan untuk berpikir tingkat yang tidak dapat disangkal seperti menyelesaikan
masalah. Hal inilah yang menjadi mengapa kesadaran metakognitif harus ditingkatkan
untuk membantu peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa melalui pengalaman
pendidikan di kelas.
Salah satu latihan pembelajaran yang dapat melatih kesadaran metakognitif dan
keterampilan berpikir kritis siswa adalah mata kuliah IPA materi (Pimvichai et al., 2019).
Isu-isu ilmu fisika dapat mendukung kemampuan kritis siswa untuk berpikir peningkatan
karena mereka dapat ditemukan mencakup kekhasan reguler, baik secara subjektif maupun
kuantitatif. Selain itu, Surjanem (2015) juga mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran
IPA materi, siswa harus menuangkan ide dan mengeksekusi pemikiran dalam mengurus
masalah ilmu material. Salah satu gagasan ilmu material yang membutuhkan pemahaman
yang baik tentang kesadaran metakognitif dan keterampilan berpikir kritis adalah daya alir
segera (Kemdikbud, 2016).