Anda di halaman 1dari 7

Prevalensi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden

Distribusi persepsi pasien mengenai praktik petugas kesehatan dalam menerapkan prinsip

health literacy di Puskesmas Kassi-kassi, Tamalanrea, Kapasa dan Sudiang

Distribusi persepsi pasien mengenai praktik petugas dalam menerapkan prinsip health literacy berdasarkan item
pertanyaan kuesioner, praktik petugas kesehatan diPuskesmas Kassi-kassi, Tamalanrea, Kapasa dan Sudiang
mengenai literasi kesehatan

Distribusi persepsi pasien mengenai praktik petugas kesehatan dalam menerapkan prinsip health literacy di
Puskesmas Kassi-kassi, Tamalanrea, Kapasa dan Sudiang

Distribusi persepsi pasien mengenai sikap petugas kesehatan dalam menerapkan prinsip health literacy
berdasarkan item pertanyaan kuesioner, Petugas Kesehatan di Puskesmas Kassi-kassi, Tamalanrea, Kapasa dan
Sudiang mengenai Literasi Kesehatan

Edukasi bagi pasien dan keluarga membantu pasien untuk dapat berpartisipasi lebih baik
dalam perawatan dan dalam pengambilan keputusan. Dengan memberikan informasi akan
meningkatkan pengetahuan sehingga akan timbul kesaaran pada individu, kelompok atau
masyarakat untuk berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya tersebut
(Wendari, dkk. 2013)

Unsur karakteristik yang berperan penting dalam pelaksanaan tugas kesehatan keluarga salah
satunya adalah pendidikan, merupakan faktor yang mempengaruhi pola pikir seseorang.
Menurut Perry & Potter (2005) latar belakang pendidikan akan membentuk cara berpikir
seseorang termasuk membentuk kemampuan untuk memahami faktor-faktor yang berkaitan
dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan tersebut untuk menjaga kesehatan.

Perry, A.G., & Potter, P.A. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: Konsep, proses dan
praktik. (Ed 4). (Y. Asih, Terj.). Jakarta: EGC.

Fungsi utama keluarga salah satu diantaranya adalah fungsi perawatan keluarga, dimana
keluarga memberikan perawatan kesehatan yang bersifat preventif dan secara bersama-sama
merawat anggota keluarga yang sakit. Kesanggupan keluarga melaksanakan perawatan atau
pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan
(Mubarak, Chayatin, & Santoso, 2010)

Mubarak, W.I., Chayatin, N., & Santoso, B.A. (2010). Ilmu keperawatan komunitas konsep
dan aplikasi. Jakarta: Selemba Medika.

Keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam mempertahankan kesehatannya.
Ketika keluarga tidak menjadi bagian kehidupan seseorang yang telah lansia akan
menyebabkan timbulnya perasaan-perasaan negative, kecewa, tidak dihargai, sedih, dendam
dan sebagainya. Bagi para lansia peran keluarga sangatlah penting karena mereka adalah
orang-orang yang memiliki ikatan batin yang kuat dengan lansia.(Anonim.2008). Ada
beberapa peranan yang dapat dilakukan keluarga salah satunya untuk mempertahankan dan
meningkatkan status mental lansia.(Maryam, R Siti, 2008). Maryam, R.Siti. “Mengenal Usia
Lanjut dan Perawatannya”. Jakarta: Salemba Medika, 2008.
Kemungkinan keluarga tidak dilibatkan dalam pemberian informasi kesehatan ialah mereka
memang datang sendiri, mereka tidak ada yang bisa menemani, atau lansianya sudah biasa
mandiri

Booklet merupakan media yang digunakan dalam penelitian ini. Melalui pemberian booklet
ini keluarga dan juga penderita dapat membaca secara mandiri tentang perawatan yang
menunjang proses penyembuhan penyakit TB paru.

Berdasarkan Tabel 3 walaupun dari hasil penelitian pada kelompok kontrol menunjukkan
tidak ada keluarga yang berada dalam katagori kurang,

Puskesmas sebagai pelaksana pelayanan primer hendaknya lebih mengoptimalkan upaya


pemberdayaan keluarga, dengan salah satunya menggunakan metode yang dikembangkan
penulis,

Sebuah survei yang dilakukan di rumah sakit Amerika Serikat mengenai praktek
pasien dan keterlibatan pasien dan keluarga pasien dalam mengelola pasien di
rumah sakit menunjukkan hal yang luar biasa. Hasilnya pasien dan keluarga
pasien yang dilibatkan dalam pengambilan keputusan secara bersama-sama
dalam perawatan dan menjadikan pasien sebagai mitra dapat meningkatkan
optimalisasi kesembuhan pasien, selain itu dengan melibatkan anggota
keluarga seperti berpartisipasi dalam koordinasi keperawatan sangat penting.

Herrin J. et al., (2015). Patient and Family Engagement: A Survey of US Hospital Practices.
BMJ Qual Saf 2015;0:1–8. doi:10.1136/bmjqs-2015-004006.

Keluarga merupakan bagian dari tim pengobatan dan perawatan. 

Muninjaya, Gde AA, 2011, Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan, Jakarta, EGC

Mayoritas Peserta prolanis selalu mendapatkan penjelasan

Persepsi seseorang dalam melakukan penilaian terhadap kualitas pelayanan

menurut Egel (1994) dalam Hamidiyah (2013) akan sangat berpengaruh terhadap

kepuasan pasien, seperti persepsi pasien terhadap sikap dan tindakan atau praktik petugas

kesehatan dalam menerapkan prinsip literasi kesehatan. Oleh sebab itu, semakin tinggi

mutu pelayanan kesehatan mengenai penerapan prinsip literasi kesehatan yang dilihat

dari persepsi pasien maka akan semakin tinggi pula tingkat kepuasan yang diterima oleh

pasien (Hufron & Supratman, 2008). Hal ini menandakan bahwa sebagian besar pasien

prolanis merasa selalu merasa puas dalam menjalani perawatan yang diberikan petugas
kesehatan di Puskesmas Kota Makassar. Kepuasan yang tinggi ini dapat diartikan bahwa

pelayanan kesehatan yang diberikan sesuai dengan harapan yang diinginkan pasien.

Dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa penyebaran kuesioner yang

dilakukan kepada 108 orang pasien didapatkan hasil yang diakumulasi yaitu rata-rata

6,67% pasien menyatakan tidak puas, 26,67% menyatakan puas dan 66,67% menyatakan

baik dengan sikap petugas kesehatan dalam menerapkan . Hal ini menandakan bahwa

sebagian besar pasien prolanis merasa selalu merasa puas dalam menjalani perawatan

yang diberikan petugas kesehatan di Puskesmas Kota Makassar. Kepuasan yang tinggi ini

dapat diartikan bahwa pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan harapan yang

diinginkan pasien. Memuaskan dalam hal ini adalah apa yang dirasakan pasien, misalnya

seperti bagaimana perawat merespon dengan cepat setiap keluhan yang dirasakan pasien,

keterampilan perawat dalam memberikan perawatan sehingga pasien merasa aman dan

nyaman, membantu pasien dan memberikan jasa dengan cepat, tepat dan tanggap, serta

tanggung jawab dalam pelayanan terhadap pasien.

Pada booklet atau leaflet harus menggunakan pion-poin untuk menonjolkan

hal-hal yang penting agar pembaca lebih mudah mengenali ide utama tanpa harus

membaca bagian yang tidak penting (Bensley & Fisher, 2008).

Mayoritas responden menganggap keterbatasan waktu dan kekurangan sumber

daya sebagai hambatan utama literasi kesehatan (Rajah, Hassali, & Lim, 2017).

, sedangkan tidak langsung dengan menggunakan cara mengingat kembali

(recall) dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan tertulis atau angket (Notoadmodjo,

2010).

Penyedia layanan kesehatan tidak hanya bertugas memberikan pelayanan kesehatan dan

informasi kepada pasien, akan tetapi juga memiliki tanggung jawab dalam meningkatkan

literasi kesehatan pasien (Kanj & Mitic, 2009).


Hampir sebagian dari responden sering diberikan jawaban langsung walaupun petugas

ekksehatannya terlihat bsanagat sibuk sebanyak 45 orang (41,7%). Namun, responden

kadang-kadang mendapatkan metode yang berbeda seperti video dan gambar dari petugas

kesehatan dalam penyampain informasi kesehatan pasien yakni sebanyak 31 orang (28,7%).

Selain itu, responden juga selalu mendapatkan gambaran yang sederhana pada

saat penyampaian informasi yang diberikan agar responden mudah memahami

informasi kesehatan yang telah diberikan oleh petugas kesehatan yaitu sebanyak 61

orang (56,5%) dan sebagian responden sebanyak 56 orang (50%) yang selalu

diminta oleh petugas kesehatan untuk mengikuti intruksinya ketika pulang ke rumah.

Namun responden jarang diberikan leaflet atau selebaran informasi untuk dibawa

pulang sebanyak 31 responden (28,7%).

Hampir sebagian responden saat diberikan informasi penting jarang diberi

tanda atau garis bawah pada selebaran informasi yang diberikan oleh petugas

kesehatan sebanyak 38 orang (35,2%).

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa sebanyak 31 orang (28,7%)

responden terkadang tidak mendapatkan metode yang berbeda seperti video dan

gambar dari petugas kesehatan dalam penyampain informasi kesehatan mereka

Pengambilan keputusan bersama dilakukan dalam proses konsultasi dan komunikasi,

dan mengajak pasien menjadi partisipan aktif dalam perawatan mereka. Pasien

berhak memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk membuat keputusan

perawatan kesehatan yang lebih bijaksana.


Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa sebanyak 31 orang (28,7%)

responden terkadang tidak mendapatkan metode yang berbeda seperti video dan

gambar dari petugas kesehatan dalam penyampain informasi kesehatan mereka yang

berguna membantu pasien dalam membuat keputusan terkait kesehatannya. Petugas

kesehatan harus memberikan rekomendasi pengobatan dan lebih banyak informasi

mengenai risiko dan keuntungan tindakan kesehatan yang diambil nantinya. Untuk

melakukan hal ini, petugas kesehatan dapat memanfaatkan metode keputusan seperti

video online dan program interaktif, yang bisa membantu mengedukasi pasien

mengenai kemungkinan risiko dan keuntungan dari semua pilihan kesehatan yang

ada (Landro, 2017).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar petugas kesehatan sudah

memiliki kemampuan interpersonal yang baik tentang literasi kesehatan, dimana

93,2% dari jumlah responden atau sekitar 68 orang sudah memiliki kemampuan

interpersonal yang baik terkait literasi kesehatan. Hasil penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Lewis et al., (2014) dimana hampir semua petugas

kesehatan menunjukkan empati kepada pasien/keluarga pasien, memperlakukan

pasien dengan hormat dan beberapa petugas kesehatan menghabiskan waktu

sebanyak yang mereka inginkan bersama pasien. Perasaan empati yang dimiliki oleh

seorang tenaga kesehatan dapat membuat pasien merasa penting dan dihargai. Hasil

penelitian ini telah sejalan dengan teori yang ada dalam Panduan Komunikasi

Petugas Kesehatan dan pasien yang salah satunya petugas kesehatan harus

menunjukkan empati kepada pasien (Brown, Roter, & Rosenbaum, n.d.).

Hal menarik lain yang didapatkan pada penelitian ini ialah 67,5% petugas

kesehatan menjawab sering dan selalu dalam menanggapi permintaan, panggilan,

atau SMS pasien. Selain itu, mayoritas responden menghabiskan waktu sebanyak
yang mereka mau yaitu sebanyak 41,3% menjawab demikian. Dimana penelitian ini

sejalan dengan data yang dimiliki oleh U.S. Department of Health and Human

Services yang didapatkan dari Developmental to Measurable status in 2014 bahwa

49,0 persen orang melaporkan bahwa petugas kesehatan mereka selalu

menghabiskan cukup waktu bersama mereka.

Anda mungkin juga menyukai