Anda di halaman 1dari 2

TUGAS

ANALISIS ISU KONTEMPORER


PELATIHAN DASAR CPNS KEMENTERIAN PUPR TAHUN 2021

Nama : Anzilirrohmah Litsaniyah, S.T.


Nomor : 31
Kelompok : IV
Batch :I
Instansi : Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Identifikasi Masalah:
Kepulauan Riau merupakan salah satu wilayah yang mengandalkan tampungan tadah hujan
sebagai cadangan penyimpanan air. Kota Batam sebagai pusat perekonomian Kepulauan Riau mutlak
memerlukan pasokan air baku yang cukup untuk mendukung pembangunan kota yang kian pesat.
Kebutuhan air baku Kota Batam sendiri diprediksi mencapai angka 6.630,29 l/s pada tahun 2025
(Wahyuni dan Juniato, 2017). Dengan jumlah penduduk yang diperkirakan mencapai 1,8 juta jiwa
pada tahun 2025 (Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau, 2017) serta rencana
pengembangan Kota Batam sebagai kota industri sekaligus pusat pariwisata, Kota Batam dihadapkan
pada kondisi dimana pengelolaan waduk menjadi hal yang sangat penting untuk menjamin
keberlangsungan penyediaan air. Dalam dokumen RPSDA WS KEPRI Tahun 2018-2038, upaya
untuk menampung potensi debit air hujan di Kota Batam harus dilaksanakan dengan maksimal untuk
mencapai penambahan kapasitas tersedia sebesar 7,19 m 3/detik di Tahun 2030. Meskipun saat ini
sejumlah bendungan telah dibangun dan dioperasikan untuk mendukung penyediaan pasokan air baku
untuk Kota Batam, namun sejumlah bendungan terindikasi mengalami sedimentasi yang cukup
signifikan.

Penyebab:
Pola operasi yang digunakan oleh pengelola waduk masih menggunakan sistem sederhana
berupa pengurangan produksi pada saat elevasi muka air rendah (LWL). Namun metode ini sangat
riskan dengan adanya peristiwa kekeringan yang terjadi pada tahun 2015 yang mengakibatkan
terganggunya pasokan air baku untuk Kota Batam.

Dampak:
Kondisi ini diperburuk pada tahun 2019 dimana musim kemarau terjadi cukup panjang dengan
menggunakan pola tersebut, sehingga pada saat itu Kota Batam mengalami defisit air sehingga
cadangan air yang ada diperkirakan mencukupi untuk 3 bulan kedepan. Selain itu, diberlakukannya
sistem gilir setiap harinya

Rekomendasi penyelesaian:
Dapat diupayakan:
 Melakukan mitigasi berupa TMC (Teknologi Modifikasi Cuaca) yaitu hujan buatan supaya
tampungan waduk terisi kembali yang mana metode tersebut memerlukan biaya yang tidak
sedikit.
 Menyusun pola operasi waduk sebagai pedoman dalam pelaksanaan operasi waduk dalam
mengatur pengeluaran air sesuai dengan kondisi meteorologi dan keseimbangan tampungan
waduk.
 Para pemanfaat air diharapkan mengajukan izin penggunaan sumber daya air (rekomtek) sesuai
penggunaannya
 Melakukan reboisasi pada wilayah hulu untuk memperkuat sistem penyerapan air ke dalam
tanah.

Analisis SWOT:
1. Strength (Kekuatan)
Dengan memanfaatkan teknologi modifikasi cuaca yaitu berupa hujan buatan yang disebarkan
melalui udara untuk memicu awan menjadi hujan di area tersebut
2. Weakness (Kelemahan)
Kelemahan dari teknologi ini memerlukan anggaran yang cukup besar dan kejadian hujannya
tidak dapat dipastikan.
3. Oportunity (Kesempatan)
Jika inovasi ini berhasil dapat dijadikan dasaran oleh Kementerian PUPR dengan
menganggarkan pekerjaan untuk pengadaan teknologi ini
4. Threat (Ancaman)
jika control tidak dilakukan dapat menyebabkan perubahan iklim yang ekstrim baik di daerah
yang disebar maupun daerah sekitarnya, sehingga berpotensi terjadi banjir.

Anda mungkin juga menyukai