Anda di halaman 1dari 9

ABORSI

A. Pengertian Aborsi
Aborsi adalah menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan
istilah “abortus”, berarti pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel
sperma) sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Ini adalah suatu proses
pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh.

Dalam dunia kedokteran dikenal 3 macam aborsi, yaitu: 


1. Aborsi spontan / alamiah 
adalah aborsi yang berlangsung tanpa tindakan apapun.  Kebanyakan disebabkan
karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma.
2. Aborsi buatan / sengaja
adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan 28 minggu sebagai suatu
akibat tindakan yang disengaja dan disadari oleh calon ibu maupun si pelaksana
aborsi (dalam hal ini dokter, bidan atau dukun beranak). 
3. Aborsi terapeutik / medis
adalah pengguguran kandungan buatan yang dilakukan atas indikasi medik.  Sebagai
contoh, calon ibu yang sedang hamil tetapi mempunyai penyakit darah tinggi
menahun atau penyakit jantung yang parah yang dapat membahayakan baik calon ibu
maupun janin yang dikandungnya. Tetapi ini semua atas pertimbangan medis yang
matang dan tidak tergesa-gesa.

B. Alasan Aborsi
Aborsi dilakukan oleh seorang wanita hamil - baik yang telah menikah maupun yang
belum menikah dengan berbagai alasan. Akan tetapi alasan yang paling utama adalah
alasan-alasan yang non-medis (termasuk jenis aborsi buatan / sengaja)

Alasan-alasan dilakukannya aborsi adalah: 


1) Tidak ingin memiliki anak karena khawatir mengganggu karir, sekolah atau tanggung
jawab lain
2) Tidak memiliki cukup uang untuk merawat anak
3) Tidak ingin memiliki anak tanpa ayah

Alasan lain yang sering dilontarkan adalah masih terlalu muda (terutama mereka yang
hamil di luar nikah), aib keluarga, atau sudah memiliki banyak anak. Ada orang yang
menggugurkan kandungan karena tidak mengerti apa yang mereka lakukan. Mereka tidak
tahu akan keajaiban-keajaiban yang dirasakan seorang calon ibu, saat merasakan gerakan dan
geliatan anak dalam kandungannya.
Data ini juga didukung oleh studi dari Aida Torres dan Jacqueline Sarroch Forrest
(1998) yang menyatakan bahwa hanya 1% kasus aborsi karena perkosaan atau incest
(hubungan intim satu darah), 3% karena membahayakan nyawa calon ibu, dan 3% karena
janin akan bertumbuh dengan cacat tubuh yang serius.
Sedangkan 93% kasus aborsi adalah karena alasan-alasan yang sifatnya untuk kepentingan
diri sendiri – termasuk takut tidak mampu membiayai, takut dikucilkan, malu atau gengsi.

C. Tindakan Aborsi
Ada 2 macam tindakan aborsi, yaitu:
1) Aborsi dilakukan sendiri 
Aborsi yang dilakukan sendiri misalnya dengan cara memakan obat-obatan
yang membahayakan janin, atau dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang
dengan sengaja ingin menggugurkan janin.

2) Aborsi dilakukan orang lain


Orang lain disini bisa seorang dokter, bidan atau dukun beranak. Cara-cara
yang digunakan juga beragam.

Aborsi yang dilakukan seorang dokter atau bidan pada umumnya dilakukan dalam 5 tahapan,
yaitu:
a) Bayi dibunuh dengan cara ditusuk atau diremukkan didalam kandungan
b) Bayi dipotong-potong tubuhnya agar mudah dikeluarkan
c) Potongan bayi dikeluarkan satu persatu dari kandungan
d) Potongan-potongan disusun kembali untuk memastikan lengkap dan tidak tersisa
e) Potongan-potongan bayi kemudian dibuang ke tempat sampah / sungai, dikubur  
di tanah kosong, atau dibakar di tungku

Sedangkan seorang dukun beranak biasanya melaksanakan aborsi dengan cara


memberi ramuan obat pada calon ibu dan mengurut perut calon ibu untuk mengeluarkan
secara paksa janin dalam kandungannya. Hal ini sangat berbahaya, sebab pengurutan belum
tentu membuahkan hasil yang diinginkan dan kemungkinan malah membawa cacat bagi janin
dan trauma hebat bagi calon ibu.

D. Resiko Aborsi
Aborsi memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun keselamatan seorang
wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa jika seseorang melakukan aborsi ia “tidak
merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang”. 

Ini adalah informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap wanita, terutama mereka
yang sedang kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan yang sudah terjadi.

Ada 2 macam resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi:


a. Resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik
b. Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada beberapa resiko
yang akan dihadapi seorang wanita, seperti yang dijelaskan dalam buku “Facts
of Life” yang ditulis oleh Brian Clowes, Phd yaitu:
1. Kematian mendadak karena pendarahan hebat
2. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal
3. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan
4. Rahim yang sobek (Uterine Perforation)
5. Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan
cacat pada anak berikutnya
6. Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada
wanita)
7. Kanker indung telur (Ovarian Cancer)
8. Kanker leher rahim (Cervical Cancer)
9. Kanker hati (Liver Cancer)
10. Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan
menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada
saat kehamilan berikutnya
11. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic
Pregnancy)
12. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease)
13. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)

2.   Resiko gangguan psikologis


Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan dan
keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat
hebat terhadap keadaan mental seorang wanita.
Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post-Abortion Syndrome” (Sindrom Paska-
Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam “Psychological Reactions Reported After
Abortion” di dalam penerbitan The Post-Abortion Review (1994).
Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal seperti berikut
ini:
1.    Kehilangan harga diri
2.    Berteriak-teriak histeris 
3.    Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi
4.    Ingin melakukan bunuh diri
5.    Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang
6.    Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual
Diluar hal-hal tersebut diatas para wanita yang melakukan aborsi akan dipenuhi perasaan
bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya.

Kasus : Nita dan Rino adalah sepasang remaja SMA yang sedang menjalin cinta. Keduanya
terbelenggu dalam indahnya cinta yang semu. Keduanya berjanji sehidup semati dan menjaga
cinta mereka. Namun dalam perjalanan cinta mereka, terjadilah hal yang tidak diinginkan.
Nita dan Rino melakukan hubungan layaknya suami istri yang menyebabkan Nita hamil.

Pemain
Adegan 1

Nita : “Rino, aku mau ngomong sesuatu sama kamu.”

Rino : “Mau ngomong apa sayang?”

Nita terdiam sejenak sambil menundukkan kepala. Lalu dengan keberanian dia mengatakan
hal yang mungkin tidak ingin Rino dengar.

Nita : “Aku telat 3 bulan” (sambil meneteskan sedikit air mata dipipinya)

Rino : “Maksud kamu apa sayang?”

Nita : “Aku HAMIL No!!” (tangis Nita pecah)

Rino : “haha, Kamu bercanda kan sayang?” (merasa tak percaya dan mencoba meyakinkan
apa yang baru saja dia dengar)

Nita : “aku gak bercanda No. Ini semua kenyataan.”


Rino : “tapi itu gak mungkin terjadi. Kita Cuma ngelakuin itu sekali, jadi mana mungkin
kamu bisa hamil secepat itu?”

Nita : “aku juga gak tau kenapa hal ini bisa terjadi. Aku bingung harus gimana No.” (Nita
terus saja menangis)

Rino : “aaaaa…kamu jangan menangis terus dong Ni, aku jadi tambah pusing.”

Nita : “Aku gak mau anak ini, No. Aku gak ingin semua ini terjadi. Kamu harus tanggung
jawab.” (sambil menangis didepan Rino)

Rino : “Ini bukan cuma tanggung jawabku tapi ini tanggung jawab kita berdua.”

Mereka berdua terdiam tanpa kata dan sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

Rino : “kita gugurin aja janin itu.”

Nita : “apa? Gila kamu ya No? Kamu harusnya tanggung jawab bukan malah membunuh
anak kamu sendiri.”

Rino : “loh, bukannya kamu sendiri yang bilang kalau kamu gak mau anak itu? Aku Cuma
nurutin kanu karna aku juga gak mengharapkan anak itu ada.”

Nita : “tapi kan bukan seperti itu caranya No!”

Rino : “sekarang kamu pikir baik-baik. Kita masih kuliah, kita masih harus sekolah dan apa
kamu mau kita berdua dikeluarin dari sekolah kalau kamu ketahuan hamil? Apa kamu juga
mau merelakan waktu mudamu hanya untuk mengurus anak yang gak kita harapkan itu?”

Nita hanya terdiam sambil menangis tersedu-sedu mendengar kata-kata Rino.

Rino : “kamu pikirin baik-baik dan ambil keputusan sebelum perutmu membesar. Tapi aku
mau kamu gugurin kandungan itu.” (Rino pergi meninggalkan Nita yang masih duduk
terdiam tanpa tau harus bagaimana)

Adegan 2

Keesokan harinya. Nita menangis sendiri di dalam kelas dan datanglah sahabat terdekatnya,
Decin. Decin mendekati Nita yang sedang menangis.

Decin : “Nita, kamu kenapa menangis?”

Nita : “Aku gak apa-apa kok De.”

Decin : “gak mungkin kamu menangis tanpa sebab. Aku kenal kamu udah lama dan aku tau
gimana kamu kalau lagi ada masalah. Jangan coba bohong sama aku Ni.”

Nita : “kamu benar De. Aku lagi ada masalah dan aku gak punya jalan keluarnya.” (Nita
menangis sambil memeluk Decin)
Decin : “gak ada masalah yang gak ada jalan keluarnya Ni. Ceritalah sama aku, siapa tau
aku bisa bantu kamu.”

Nita : “aku malu mau cerita sama kamu De. Aku merasa udah gak pantes jadi sahabat
kamu.”

Decin : “apa yang bikin kamu malu? Certain aja semuanya. Aku bisa terima apapun keadaan
kamu dan kita tetep jadi sahabat selamanya.”

Nita : “aku gak tau harus mulai darimana untuk menceritakan semua ini.” (sambil terus
menangis)

Decin : “pelan-pelan aja kamu ceritanya. Aku dengerin baik-baik kok.”

Nita terdiam sejenak dan mengatur nafasnya agar ia bisa menceritakan apa yang telah terjadi
kepada sahabatnya itu. Dan perlahan Nitapun mulai bercerita.

Nita : “Aku melakukan itu.” (Nita memulai ceritanya dengan sisa air matanya)

Decin : “Melakukan apa Ta?” (ekspresi bingung)

Nita : “aku melakukan itu sama Rino. Aku melakukan hal yang seharusnya gak kita
lakukan sebelum menikah.”

Decin : “Maksud kamu, kamu udah melakukan hubungan sex?” (kaget dan tidak percaya)

Nita : “iya De. Aku tidak sengaja, aku terbujuk rayuan setan, aku gak sadar udah sejauh itu
De dan sekarang aku udah telat 3 bulan.”

Decin : “Apa? Telat 3 bulan Ta?” (sedikit berteriak)

Nita : “Pelan-pelan dong De, nanti pada tau. Iya De. Aku positif hamil.” (menangis
tersedu-sedu)

Decin : “Ya ampun Ta, kenapa bisa jadi kayak gini? Terus apa yang mau kamu lakukan?”

Nita : “Rino nyuruh aku gugurin kandungan ini, De.”

Decin : “What?? Gila tu anak, udah dapet enaknya sekarang gak mau tanggung jawab.”

Nita : “aku bingung De, aku gak tau harus gimana sama janin ini. Aku gak mengharapkan
dia ada dirahim aku secepat ini tapi aku juga gak mau membunuh dia.”

Decin : “gimana ya? Kalau udah kayak gini kamu harus cepat mengambil keputusan dan aku
harap itu keputusan yan tepat untuk kamu, Rino dan juga janin kamu.”

Nita : “Aku benar-benar bingung De. Rino ngotot minta aku gugurin kandungan ini.”
Decin : “Kamu jangan Cuma manut sama dia, kamu harus pikirin ini baik-baik. Kalau
menurut aku, kamu harus tetap lanjutin kehamilanmu walaupun resikonya masa depanmu
terancam.”

Nita : “Tapi Rino maksa aku De.”

Decin : “udah gak usah ikutin kata dia. Besok kamu ikut aku ketempat tetanggaku, dia
seorang bidan, percaya deh dia bisa bantu kamu menyelesaikan masalah ini.”

Nita : “Iya De. Makasih banget ya.”

Decin : “iya Ta, sama-sama. Aku udah anggep kamu kayak saudaraku sendiri jadi apapun
kesulitanmu jangan sungkan ngomong sama aku.”

Keduanya berpelukan dan bel masukpun berbunyi tanda dimulainya pelajaran hari itu.

Adegan 3

Keesokan harinya adalah hari minggu. Decin mengajak Nita pergi ke rumah seorang bidan
yang rumahnya tidak jauh dari rumah Decin. Awalnya Nita ragu, namun Decin berusaha
untuk meyakinkan Nita dan akhirnya Nita mau menuruti saran darinya.

Nita : “kamu yakin ngajak aku kesini?”

Decin : “yakin banget Ta. Kamu gak usah malu dan canggung sama bidan Zety.”

Kemudian Decin mengetuk pintu rumah bidan Zety.

Decin : “selamat siang bu bidan.”

Bidan Zety : “selamat siang Decin. Ayo silahkan masuk.”

Decin : “iya bu.”

Bidan Zety : “sini silahkan duduk.”

Decin : “terimakasih bu.”

Bidan Zety : “bagaimana Decin, apa yang bisa saya bantu?”

Decin : “begini bu, sebenarnya teman saya yang ingin konsultasi sama ibu. Dia baru ditimpa
masalah bu.”

Bidan Zety : “oyaya…siapa nama kamu mbak?”

Nita : “nama saya Nita, bu bidan. Saya teman sekolahnya Decin.”

Bidan Zety : “bagaimana mbak Nita, apa yang bisa ibu bantu? Ada keluhan apa?”
Nita : “saya malu bu mau cerita sama ibu. Masalah saya ini terlalu memalukan untuk
diceritakan.”

Decin : “Nita, jangan bilang kayak gitu dong. Udah cerita aja sama bu bidan. Beliau lebih
tau hal yang kamu alami sekarang.”
Nita : “iyaiya, De. Sebentar to, aku belum siap.”

Bidan Zety : “yasudah kalian jangan rebut. Sekarang minum dulu dan tenangin pikiran
kamu, saya bisa menunggu sampai kamu siap untuk cerita sama ibu.”

Nita : “iya bu, terima kasih.”

Setelah mereka meminum minuman yang diberikan Bidan Zety dan menenangkan pikiran,
akhirnya Nita siap untuk menceritakan masalah yang sedang dihadapinya kepada bidan Zety.

Bidan Zety : “gimana Nita, udah agak tenang?”

Nita : “iya bu, sudah lumayan tenang.”

Bidan Zety : “bagaimana, apa yang sedang kamu alami?”

Nita : “jadi begini bu, saya sudah telat 3 bulan dan kemarin saya cek ternyata positif.”
(Nita mulai menitikan air mata)

Bidan Zety : “ya, lanjutkan ceritamu Nita.”

Nita : “saya sebenarnya tidak ingin anak ini ada dirahim saya secepat ini bu, walaupun
saya tau ini karena kekhilafan saya dan pacar saya, tapi saya tetap tidak ikhlas menerima
kehadiran anak ini. Saya masih ingin sekolah bu, saya masih ingin melanjutkan masa depan
saya.” (Nita sesenggukan karena tangisannya tertahan)

Bidan Zety : “iya, saya tau bagaimana perasaan Nita. Tapi Nita tidak boleh menolak
kehadiran anak itu.”

Nita : “sebenarnya saya sedang bingung bu, kemarin pacar saya meminta saya
menggugurkan kandungan ini dan dia sangat ngotot bu. Saya tidak ingin jadi pembunuh tapi
saya juga tidak ikhlas menerima dia, saya masih ingin menikmati masa muda saya seperti
Decin dan teman-teman saya yang lain bu. Sekarang saya harus bagaimana bu? Saya bingung
dan gak tau harus bagaimana.”

Bidan Zety : “sabar Nita, saya paham betul apa yang sedang kamu alami sekarang. Jangan
bingung dan jangan putus asa. Tidak ada masalah yang tidak ada jalan keluarnya. Tuhan
memberikan cobaan sesuai dengan kemampuan hamba-Nya.Semua ini sudah terjadi dan
kenyataan ini harus kamu hadapi dengan ketegaran hati. Sekarang, apa kamu udah
memikirkan apa yang terjadi bila anak dalam kandungan itu kamu gugurkan seperti keinginan
pacarmu dan juga apa yang terjadi bila kamu mempertahankan anak itu?” (sambil duduk
mendekati Nita)

Nita : “Iya bu, saya sedang berusaha tegar dengan kesabaran saya. Saya belum memikirkan
semua itu bu, saya masih bingung mengambil keputusan yang terbaik.”
Bidan Zety : “Begini Nita, mungkin sekarang kamu sedang dalam posisi yang sulit tapi
kamu bisa mengatasi semua ini dengan berbagai pertimbangan yang dapat membuat keadaan
lebih baik. Semua ini sudah terjadi, telah ada janin dalam rahim kamu dan sudah selayaknya
kamu merawat janin itu hingga ia lahir. Walaupun kamu masih berusia cukup muda tapi
sekarang kamu sudah menjadi calon ibu dan janin dalam rahim kamu itu sudah mempunyai
hak untuk hidup. Jika kamu ingin menggugurkannya, maka kamu akan merebut hak hidupnya
dan hal itu sangatlah tidak disukai atau bahkan diharamkan oleh Tuhan. Menurut
kesehatanpun hal itu sangat tidak dianjurkan karena banyak resiko fisik dan mental bagi
seseorang yang melakukan aborsi.”

Nita : “Lalu saya harus bagaiman ibu? Saya belum ikhlas menerima anak ini. Saya juga
takut orang tua saya tau dan akhirnya kecewa.”

Bidan Zety : “Nita, ibu hanya memberikan sedikit penjelasan yang ibu harapkan bisa
membantu kamu dalam mengambil keputusan. Kalau kamu tetap ingin menggugurkan
kandunganmu, maka akan ada resiko untuk kesehatan fisik dan mentalmu. Kamu bisa saja
mengalami kematian akibat perdarahan yang hebat atau pembiusan yang gagal. Bukan hanya
itu, kamu juga bisa mengalami rahim yang sobek, kerusakan leher rahim yang akan
menyebabkan cacat pada anak berikutnya, kanker payudara (karena ketidakseimbangan
hormon estrogen pada wanita), kanker indung telur, kanker leher rahim, kanker hati, kelainan
pada placenta/ari-ari yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan
hebat pada saat kehamilan berikutnya dan bisa juga menjadi mandul, infeksi rongga
panggul, dan juga nfeksi pada lapisan rahim.”

Nita : “apakah sebegitu mengerikannya resiko yang akan saya terima bu bidan?”

Bidan Zety : “saya tidak menakut-nakuti kamu, Nita, tapi ibu hanya menyampaikan apa
yang ibu tau. Sekarang coba kamu pikirkan, apakah kamu akan tenang jika janin itu berhasil
kamu gugurkan? Apa kamu tidak akan merasa dihantui oleh anak itu?”

Nita : “saya tidak tau bu, saya jadi takut menggugurkan bayi ini. Bagaimanapun juga dia
anak saya bu. Tapi apa saya sanggup jika harus membesarkan anak ini dengan keadaan saya
yang seperti ini? Sedangkan ayah dari anak ini tidak ingin anak ini bertahan di rahim saya.”

Bidan Zety : “Nita, kamu tidak perlu khawatir dengan hal itu. Kamu lihat disamping kamu
sekarang. Kamu masih punya sahabat yang sangat baik dan mau membantu kamu dalam
keadaan apapun. Kamu juga punya orangtua yang sangat sayang sama kamu. Mereka gak
akan mungkin tega membiarkan kamu menggugurkan kandunganmu walaupun hal ini terjadi
karena kekhilafanmu.” (Decin tersenyum kearah Nita)

Nita : “Apakah orangtua saya akan menerima keadaan saya yang seperti ini bu? Saya
sudah membuat mereka sangat kecewa. Saya takut mereka tidak menganggap saya anak
mereka lagi. Dan juga bagaiman sekolah saya bu?” (Nita kembali menangis)

Bidan Zety : “Percayalah hal itu tidak akan terjadi. Bagaimanapun keadaan kamu, kamu
tetap anak mereka dan lambat laun mereka juga akan menerima anak dalam kandungan kamu
sebagai cucu mereka. Bicaralah baik-baik pada mereka berdua, beri mereka penjelasan apa
yang sudah terjadi padamu.dan masalah sekolahmu, kamu bias melanjutkan setelah anak itu
lahir dan kamu bias tetap menggapai cita-citamu.”
Nita : “baiklah bu Bidan, saya akan mencobanya dan saya akan berusaha mempertahankan
anak ini. Apapun kendala yang akan saya hadapi saya akan mencoba menghadapinya.”

Bidan Zety : “iya, saya harap kamu bisa mengambil keputusan yang tepat untuk masa
depanmu dan anakmu.”

Nita : “iya bu bidan, terimakasih atas masukannya dan terimakasih sudah mau
mendengarkan cerita saya ini.”

Bidan Zety : “iya Nita, sama-sama. Sudah kewajiban saya menjadi seorang bidan untuk
membantu kaum wanita dan memberinya motivasi.”

Decin : “yasudah kalau begitu terimakasih ya bu bidan. Maaf jika kami menyita waktu ibu.”

Nita : “iya bu, sekali lagi terimakasih dan kami mohon pamit.”

Bidan Zety : “iya Decin, Nita. Kapan-kapan kesini lagi saja kalau ada hal yang ingin
ditanyakan dan pesan saya janagn pernah putus asa dan jadilah wanita yang kuat.”

Nita : “iya bu bidan. Selamat sore bu.”

Bidan Zety : “selamat sore, hati-hati di jalan ya.”

Nita telah mendapatkan penjelasan dari bidan Zety dan kini ia sudah yakin dalam
menentukan keputusan yang akan ia ambil untuk masalahnya tersebut.

Anda mungkin juga menyukai