Anda di halaman 1dari 4

A.

Esensi Pendidikan dan Pembangunan Serta Titik Temunya


Menurut paham umum kata “pembangunan” biasanya diartikan dengan
pembangunan ekonomi dan industri yang selanjutnya diartikan dengan
dibangunnya pabrik-pabrik, jalanan, jembatan sampai kepada pelabuhan, alat-alat
transportasi, komunikasi, dan sejenisnya.
Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia.
Sehingga dapat diartikan bahwa yang menjadi tujuan akhir pembangunan adalah
manusianya yang dapat memenuhi hajat hidup, jasmaniah dan rohaniah, sebagai
makhluk individu, makhluk sosial, dan makhluk religius, agar dengan demikian
dapat meningkatkan martabatnya.
Jika pembangunan bertolak dari sifat hakikat manusia, berorientasi kepada
pemenuhan hajat hidup manusia sesuai dengan kodratinya sebagai manusia maka
dalam ruang gerak pembangunan, manusia dapat dipandang sebagai “objek” dan
sekaligus juga sebagai “subjek” pembangunan.
Sebagai objek pembangunan manusia dipandang sebagai sasaran yang
dibangun. Dalam hal ini pembangunan meliputi ikhtisar ke dalam diri manusia,
berupa pembinaan pertumbuhan jasmani, dan perkembangan rohani yang meliputi
kemampuan penalaran, sikap diri, sikap sosial, dan sikap terhadap lingkungannya,
tekad hidup yang positif serta keterampilan kerja.
Manusia sebagai sasaran pembangunan wujudnya diubah dari keadaan yang
masih bersifat “potensial” ke keadaan “aktual”.
Potensi-potensi kebaikan yang perlu dikembangkan aktualisasinya seperti
kemampuan berusaha, berkreasi, kesediaan menerima kenyataan, berpendrian,
rasa bebas yang bertanggung jawab, kejujuran, toleransi, rendah hati, tenggang
rasa, kemampuan bekerjasama, menerima, melaksanakan kewajiban sebagai
keniscayaan, menghormati hak orang lain dan seterusnya.
Manusia dipandang sebagai “subjek” pembangunan karena ia dengan segenap
kemampuannya menggarap lingkungannya secara dinamis dan kreatif, baik
terhadap sarana lingkungan alam maupun lingkungan sosial/ spiritual.
Uraian di atas menunjukkan “status” pendidikan dan pembangunan masing-
masing dalam esensi pembangunan serta antar keduanya.
Pendidikan merupakan usaha dalam diri manusia sedangkan pembangunan
merupakan usaha ke luar dari diri manusia.
Pendidikan menghasilkan sumber daya tenaga yang menunjang pembangunan
dan hasil pembangunan dapat menunjang pendidikan (pembinaan, penyediaan
sarana, dan seterusnya).

B.     Sumbangan Pendidikan pada Pembangunan


Sumbangan pendidikan terhadap pembangunan dapat dilihat pada beberapa
segi :
1. Segi Sasaran Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar yang ditujukan kepada peserta didik agar
menjadi manusia yang berkepribadian kuat dan utuh serta bermoral tinggi.

2. Segi Lingkungan Pendidikan


Terdiri dari :
a. Lingkungan Keluarga
Di dalam lingkungan keluarga anak dilatih berbagai kebiasaan
yang baik (habit formation) tentang hal-hal yang berhubungan dengan
kecekatan, kesopanan, dan moral.
b. Lingkungan Sekolah
Di lingkungan sekolah (pendidikan formal), peserta didik
dibimbing, untuk memperluas bekal yang telah diperoleh dari lingkungan
kerja keluarganya berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
c. Lingkungan Masyarakat
Di lingkungan masyarakat (pendidikan non formal), peserta didik
memperoleh bekal praktis untuk berbagai jenis pekerjaan.

3. Segi Jenjang Pendidikan


Pendidikan dasar merupakan basic education yang memberikan bekal
dasar bagi pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Artinya pendidikan tinggi
berkualitas, jika pendidikan menengahnya berkualitas, dan pendidikan menengah
berkualitas, jika pendidikan dasarnya berkualitas.

4. Segi Pembidangan Kerja atau Sektor Kehidupan


Pembidangan kerja menurut sektor kehidupan meliputi antara lain : bidang
ekonomi, hukum, sosial politik, keuangan, perhubungan, dan komunikasi,
pertanian, pertambangan, pertahanan, dan lain-lain.

C.    Pembangunan Sistem Pendidikan Nasional


Pada bagian ini akan dikemukakan dua hal, yaitu :

1. Mengapa Sistem Pendidikan Harus Dibangun


Sistem pendidikan perlu dibangun agar dapat memenuhi kebutuhan manusia.
Manusia cenderung berupaya untuk mendekatkan dirinya pada kesempurnaan,
untuk itu perlu dilakukan perbaikan-perbaikan, termasuk sistem pendidikan.
Selain itu, pengalaman manusia juga berkembang. Itulah sebabnya mengapa
sistem pendidikan sebagai sarana yang menghantar manusia untuk menemukan
jawaban atas teka teki mengenai dirinya, juga selalu disempurnakan.
2.      Wujud Pembangunan Sistem Pendidikan
Secara makro, sistem pendidikan meliputi banyak aspek yang satu sama lain
bertalian erat, yaitu :

a. Hubungan Antar Aspek-Aspek


Aspek filosofis, keilmuan, dan yuridis menjadi landasan bagi butir-butir yang
lain, karena memberikan arah serta mewadahi butir-butir yang lain. Artinya,
struktur pendidikan, kurikulum, dan lain-lain yang lain itu harus mengacu kepada
aspek filosofis, aspek keilmuan, dan aspek yuridis.

b. Aspek Filosofis Keilmuan


Aspek filosofis berupa penggarapan tujuan nasional pendidikan. Bagi kita
pengembangan sifat kodrati manusia itu paralel dengan jiwa Pancasila. Filsafat
Pancasila ini menggantikan secara total falsafah pendidikan penjajah. Penjajah
memfungsikan pendidikan sebagai sarana untuk menghasilkan tenaga kerja yang
terampil tetapi bersifat bergantung dan loyal kepada penjajah.
Pendidikan yang sehat harus merupakan titik temu antara “teori” dengan
“praktek”, demikian kata J. H. Gunning, “Theorie zonder praktijk is voor genieen,
praktijk zonder theorie is voor gekken en schurken”. Teori tanpa praktek hanya
cocok bagi orang-orang pintar, sedangkan praktek tanpa teori hanya terdapat para
orang gila.

c.       Aspek Yuridis
Kemajuan zaman menimbulkan kebutuhan-kebutuhan baru, khususnya
kebutuhan akan penyempurnaan sistem pendidikan yang sesuai dengan tuntutan
kebutuhan-kebutuhan baru tersebut. Jelasnya sistem pendidikan perlu
disempurnakan, dan tugas ini hanya dapat dilakukan dengan mendasarkan diri
pada Undang-Undang Pendidikan.

1. Isi UU RI No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SPN) lebih
komprehensif, dalam arti bahwa UU No. 2 Tahun 1989 ini mencakup semua
jalur, jenis, dan jenjang pendidikan.
2. Sifat UU RI No. 2 Tahun 1989 lebih fleksibel dp. UU No. 4/1950 dan UU No.
22/61.
Fleksibilitas ini terlihat dalam hal-hal seperti :
a) Masih memberi peluang untuk dilengkapi dengan peraturan-peraturan
pemerintah dan keputusan menteri.
b) Adanya badan pertimbangan pendidikan nasional.
c) Adanya tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, dan keluarga
dalam menyelenggarakan pendidikan sehingga pendidikan dapat mengarah
kepada keserasian pemenuhan tujuan negara di satu pihak dan kepentingan
rakyat banyak di pihak yang lain pada masa mendatang.

3. Undang-Undang RI No. 2 Tahun 1989 tidak hanya bersifat mengatur (seperti


UU Pendidikan yang lalu), tetapi juga memiliki kekuatan hukum yang bersifat
memaksa.
4. UU No. 2 Tahun 1989 lebih memperhatikan prospek masa depan.

d.      Aspek Struktur
Aspek struktur pembangunan sistem pendidikan berperan pada upaya
pembenahan struktur pendidikan yang mencakup jenjang dan jenis pendidikan,
lama waktu belajar dari jenjang yang satu ke jenjang yang lain, sebagai akibat dari
perkembangan sosial budaya dan politik.

e.       Aspek Kurikulum
Kurikulum merupakan sarana pencapaian tujuan. Jika tujuan kurikuler
berubah, maka kurikulum berubah pula. Perubahan dimaksud mungkin mengenai
materinya, orientasinya, pendekatannya ataupun metodenya

http://makalahbukanmasalah.blogspot.com/2015/09/esensi-pendidikan-dan-
pembangunan-serta.html
https://fatamorghana.wordpress.com/2008/07/26/bab-xi-pendidikan-dan-
pembangunan/

Anda mungkin juga menyukai