Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP-N) tahun 2005-2025,
menyatakan bahwa dalam mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan
berdaya saing, maka kesehatan bersama-sama dengan pendidikan dan peningkatan daya
beli keluarga/masyarakat adalah tiga pilar utama untuk meningkatkan kualitas SDM dan
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia. Dalam RPJP-N, dinyatakan pula
pembangunan nasional di bidang kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya dapat terwujud.
Agar pembangunan kesehatan dapat terwujud, diperlukan upaya pemenuhan
kesehatan secara komprehensif yang didukung oleh sumber daya kesehatan. Salah satu
sumber daya kesehatan yang sangat strategis adalah Sumber Daya Manusia (SDM)
Kesehatan. Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan merupakan salah satu
upaya strategis untuk menjamin pelayanan kesehatan yang bermutu dan merata
sebagaimana dicita-citakan oleh seluruh elemen bangsa. Adanya Rencana Pengembangan
Tenaga Kesehatan tahun 2011-2025 diharapkan dapat menciptakan sinergisme dan upaya
yang saling mendukung serta saling melengkapi antara pemerintah dan masyarakat
termasuk swasta, yang memiliki kepentingan terhadap pengembangan tenaga kesehatan.
Sebagaimana tercantum dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) Tahun 2012 bahwa
subsistem SDM Kesehatan adalah pengelolaan upaya pengembangan dan pemberdayaan
SDM Kesehatan meliputi upaya perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, serta
pembinaan dan pengawasan mutu SDM Kesehatan.
Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang
menyebutkan bahwa kesehatan menjadi urusan pemerintahan yang dibagi antara
Pemerintah Pusat dan Daerah Provinsi dan Kabupaten Kota, yang diharapkan akan tercipta
sinergi antara pusat, provinsi dan kabupaten/kota dari segi urusan, kelembagaan dan
personil dalam mencapai target pembangunan SDM Kesehatan di Provinsi Jawa Tengah.
Dalam menjamin keberlangsungan pembangunan kesehatan, Pemerintah dan Pemerintah
Daerah wajib memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan baik dalam jumlah, jenis maupun
kompetensinya secara merata. Dalam rangka pemenuhan tenaga kesehatan diperlukan
perencanaan SDM Kesehatan yang dapat mengantisipasi kebutuhan lokal, nasional dan
global yang dilakukan secara berjenjang berdasarkan ketersediaan tenaga kesehatan dan
kebutuhan penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Di era desentralisasi bidang
kesehatan, pemerintah daerah memiliki otoritas untuk merekrut SDM Kesehatan di masing-

Dokumen Rencana Kebutuhan dan Rencana Pemenuhan SDMK Kab/Kota……. Th 2023 1


masing daerah. Pemerintah daerah harus memiliki kemampuan dalam melakukan
perencanaan kebutuhan SDM Kesehatan. Permasalahan yang sering terjadi dalam hal
perencanaan kebutuhan SDM Kesehatan antara lain :
a. Adanya penafsiran yang berbeda oleh pemangku kepentingan yang terkait dan para
perencana SDM Kesehatan terhadap kebijakan-kebijakan perencanaan kebutuhan SDM
Kesehatan.
b. Belum optimalnya kapasitas para perencana SDM Kesehatan dalam merencanakan
kebutuhan SDM Kesehatan di berbagai tingkatan administrasi pemerintahan.
c. Tim Perencana SDM Kesehatan di daerah belum berfungsi secara optimal dalam
perencanaan kebutuhan SDM Kesehatan.
d. Pembinaan perencanaan SDM Kesehatan secara berjenjang kurang terintegrasi dan
belum berkesinambungan.
e. Implementasi perencanaan SDM Kesehatan kurang didukung dengan kebijakan lokal
baik kebijakan pemerintah daerah kabupaten/kota maupun provinsi.
Ada 5 arahan Presiden RI yaitu Pembangunan Sumber Daya Manusia, Pembangunan
Infrastruktur, Simplifikasi Regulasi, Penyederhanaan Birokrasi dan Transforasi Ekonomi,
dimana kesehatan merupakan program wajib. Menyikapi hal tersebut maka pengadaan
Calon ASN diprioritaskan pada tenaga kesehatan, tenaga guru dan tenaga teknis, dengan
memperhatikan arah pembangunan nasional dan potensi daerah, penataan dan
penyederhanaan birokrasi, core business instansi, optimalisasi pemanfaatan IT dan dampak
pandemi COVID-19.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas perlu disusun dokumen rencana kebutuhan
dan rencana pemenuhan SDM Kesehatan sehingga diperoleh gambaran kebutuhan dan
pemenuhan SDM Kesehatan di Jawa Tengah dengan pendekatan secara berjenjang
(perencanaan mulai dari fasilitas pelayanan kesehatan) yang disesuaikan dengan kondisi
dan kebutuhan daerah.

B. TUJUAN
Tujuan Umum Penyusunan Dokumen Rencana Kebutuhan dan Rencana Pemenuhan SDM
Kesehatan Kabupaten/Kota…….. adalah tersusunnya data dan informasi tentang Rencana
Kebutuhan dan Rencana Pemenuhan SDM Kesehatan di Kabupaten/Kota…….. Tahun 2023.
Sedangkan tujuan khusus penyusunan sebagai berikut :
1. Adanya hasil perhitungan perencanaan kebutuhan SDM Kesehatan di puskesmas tahun
2023 berdasarkan Standar Ketenagaan Minimal sesuai pedoman yang berlaku.
2. Adanya hasil perhitungan perencanaan kebutuhan SDM Kesehatan di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan milik pemerintah kabupaten/kota berdasarkan Analisa Beban
Kerja bidang Kesehatan pada tahun 2023.

Dokumen Rencana Kebutuhan dan Rencana Pemenuhan SDMK Kab/Kota……. Th 2023 2


3. Adanya gambaran kecukupan jenis dan jumlah SDM Kesehatan berdasarkan hasil
perhitungan perencanaan kebutuhan SDMK metode ABK Kesehatan dan Standar
Ketenagaan Minimal di fasilitas pelayanan kesehatan.
4. Adanya rencana pemenuhan SDM Kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, UPT
Dinas Kesehatan Kabupaten/kota termasuk Puskesmas dan RSUD Kabupaten/Kota pada
tahun 2022.

C. RUANG LINGKUP
Ruang Lingkup dalam penyusunan Dokumen Rencana Kebutuhan dan Rencana Pemenuhan
SDM Kesehatan adalah SDM Kesehatan yang ada di fasilitas pelayanan kesehatan di tingkat
provinsi maupun kabupaten/kota yaitu :
1. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
2. UPT Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (Laboratorium Kesehatan Daerah, Puskesmas,
Instalasi Farmasi dan atau UPT lainnya) - sebutkan namanya UPT selain Pkm
3. Rumah Sakit milik Pemerintah Kabupaten/Kota.

D. LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional Tahun 2005-2025.
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan.
7. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional.
8. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 26
Tahun 2011 tentang Pedoman Perhitungan Jumlah Kebutuhan Pegawai Negeri Sipil
Untuk Daerah.
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 6 Tahun 2013 tentang Kriteria Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Terpencil, Sangat Terpencil, Dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Yang Tidak
Diminati.
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2015 tentang Pedoman Penyusunan
Perencanaan Kebutuhan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat.
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2020 tentang Klasifikasi dan perizinan
Rumah Sakit.

Dokumen Rencana Kebutuhan dan Rencana Pemenuhan SDMK Kab/Kota……. Th 2023 3


13. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor
PER/47/M.PAN/4/2005 tentang Jabatan Fungsional Refraksionis Optisien dan Angka
Kreditnya.
14. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/48/M.PAN/4/2005
tentang Jabatan Fungsional Terapis Wicara dan Angka Kreditnya.
15. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/122/M.PAN/12/2005
tentang Jabatan Fungsional Ortotis Prostetik dan Angka Kreditnya.
16. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/123/M.PAN/12/2005
tentang Jabatan Fungsional Okupasi Terapis dan Angka Kreditnya.
17. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor
PER/8/M.PAN/3/2006 tentang Jabatan Fungsional Pranata Laboratorium Kesehatan dan
Angka Kreditnya.
18. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/12/3/2006 tentang
Perubahan atas Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
KEP/04/M.PAN/1/2004 tentang Jabatan Fungsional Fisioterapis dan Angka kreditnya.
19. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/05/MENPAN/4/2007
tentang Jabatan Fungsional Teknisi Transfusi Darah dan Angka Kreditnya.
20. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor
PER/6/M.PAN/4/2007 tentang Jabatan Fungsional Teknisi Gigi dan Angka Kreditnya.
21. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/8/M.PAN/4/2008
tentang Jabatan Fungsional Asisten Apoteker dan Angka Kreditnya.
22. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/11/M.PAN/5/2008
tentang Jabatan Fungsional Psikologi Klinis dan Angka Kreditnya.
23. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/12/M.PAN/5/2008
tentang Jabatan Fungsional Fisikawan Medik dan Angka Kredit.
24. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/17/M.PAN/9/2008
tentang Jabatan Fungsional Dokter Pendidik Klinis dan Angka Kreditnya.
25. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI Nomor
13 Tahun 2013 tentang Jabatan Fungsional Pembimbing Kesehatan Kerja.
26. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 28
Tahun 2013 tentang Jabatn Fungsional Teknisi Elektromedis dan Angka Kreditnya.
27. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI Nomor
29 Tahun 2013 tentang Jabatan Fungsional Radiografer dan Angka Kreditnya.
28. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI Nomor
30 Tahun 2013 tentang Jabatan Fungsional Perekam Medis dan Angka Kreditnya.
29. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI Nomor
10 Tahun 2017 tentang Jabatan Fungsional Asisten Penata Anestesi.

Dokumen Rencana Kebutuhan dan Rencana Pemenuhan SDMK Kab/Kota……. Th 2023 4


30. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI Nomor
11 Tahun 2017 tentang Jabatan Fungsional Penata Anestesi.
31. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI Nomor
35 Tahun 2019 tentang Jabatan Fungsional Perawat.
32. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI Nomor
36 Tahun 2019 tentang Jabatan Fungsional Bidan.
33. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI Nomor
37 Tahun 2019 tentang Jabatan Fungsional Terapis Gigi dan Mulut.
34. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI Nomor
13 Tahun 2021 tentang Jabatan Fungsional Apoteker.
35. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI Nomor
68 Tahun 2021 tentang Jabatan Fungsional Entomolog.
36. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI Nomor
69 Tahun 2021 tentang Jabatan Fungsional Epidemiolog.
37. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI Nomor
70 Tahun 2021 tentang Jabatan Fungsional Tenaga Promosi Kesehatan dan Ilmu
Perilaku.
38. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI Nomor
71 Tahun 2021 tentang Jabatan Fungsional Tenaga Kesehatan Lingkungan.
39. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 42/KEP/M.PAN/12/2000
tentang Jabatan Fungsional Administrator Kesehatan dan Angka Kreditnya.
40. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 23/KEP/M.PAN/4/2001
tentang Jabatan Fungsional Nutrisionis dan Angka Kreditnya.
41. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 139/KEP/M.PAN/11/2003
tentang Jabatan Fungsional Dokter dan Angka Kreditnya.
42. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 141/KEP/M.PAN/11/2003
tentang Jabatan Fungsional Dokter Gigi dan Angka Kreditnya.
43. Peraturan Bersama Kementerian Kesehatan, Kementerian Dalam Negeri dan
Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik
Indonesia Nomor 61 Tahun 2014, Nomor 68 Tahun 2014 dan Nomor 08/SKB/MenPAN-
RB/10/2014 tentang Perencanaan dan Pemerataan Tenaga Kesehatan di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Milik Pemerintah Daerah.
44. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 19 Tahun 2011 tentang Analisis
Beban Kerja.
45. Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 116/PMK.07/2021 tentang Peta Kapasitas Fiskal
Daerah.
46. Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2018-2023.

Dokumen Rencana Kebutuhan dan Rencana Pemenuhan SDMK Kab/Kota……. Th 2023 5


E. METODE PERHITUNGAN KEBUTUHAN SDM KESEHATAN
Metode perencanaan kebutuhan SDM Kesehatan yang digunakan adalah :
1. Metode Analisa Beban Kerja Kesehatan (ABK Kesehatan) sesuai dengan Permenkes No.
33 Tahun 2015/ Permen PANRB No. 26 tahun 2011/ Permendagri No.12 tahun 2008
serta Perka BKn No 19 Tahun 2013.
2. Metode Standar Ketenagaan Minimal sesuai dengan Permenkes No. 43 tahun 2019
tentang Puskesmas dan Permen PANRB No. 26 tahun 2011.

Perhitungan kebutuhan SDM Kesehatan berdasarkan Analisa Beban Kerja Bidang Kesehatan
menggunakan Aplikasi Perencanaan Kebutuhan SDM Kesehatan versi 4.0, dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
1. Menetapkan Faskes dan Jenis SDMK
Fasilitas Kesehatan yang ditetapkan untuk penyusunan rencana kebutuhan SDMK ini
sesuai dengan ruang lingkup yang telah ditentukan terdahulu.
2. Memindahkan data tahun 2021 ke tahun 2022.
3. Melakukan perhitungan kebutuhan SDM Kesehatan dengan cara :
a. Mengidentifikasi SDM Kesehatan ke dalam jenis jabatan tertentu sesuai dengan SK
jabatan yang bersangkutan, yang terintegrasi dengan aplikasi SIstem Informasi
SDM Kesehatan.
b. Melakukan pengisian uraian tugas dengan capaian tahun 2021 dari masing-masing
kelompok jenjang jabatan fungsional dan jabatan pelaksana.
c. Melakukan perhitungan kebutuhan SDM Kesehatan yang secara otomatis akan
menghasilkan jumlah kebutuhan per jenjang jabatan fungsional dan jabatan
pelaksana, berdasarkan norma waktu, waktu kegiatan, Standar Beban Kerja (SBK)
dan Capaian.
4. Dinas Kesehatan Kabupaten Kota/Dinas Keseatan Provinsi Jawa Tengah melakukan
verifikasi terhadap hasil perhitungan pada Dinas Kesehatan dan fasilitas pelayanan
kesehatan sesuai kepemilikan kabupaten/kota atau provinsi. Hal-hal yang terkait
dengan verifikasi sebagai berikut :
a. Fasilitas pelayanan kesehatan di wilayahnya tidak dapat melakukan perubahan
perhitungan kebutuhan.
b. Apabila fasilitas pelayanan kesehatan setelah diverifikasi akan melakukan
perubahan hasil perhitungannya, maka harus meminta persetujuan dari Dinas
Kesehatan yang melakukan verifikasi.
c. Fasilitas pelayanan kesehatan tidak dapat mencetak laporan hasil perhitungan
apabila belum dilakukan verifikasi oleh Dinas Kesehatan setempat.
d. Melakukan print out laporan pada menu laporan bagi fasilitas pelayanan kesehatan
untuk disahkan dan disampaikan ke Dinas Kesehatan setempat.

Dokumen Rencana Kebutuhan dan Rencana Pemenuhan SDMK Kab/Kota……. Th 2023 6


e. Apabila Dinas Kesehatan Kabupate/Kota dan Dinas Kesehatan selesai melakukan
verifikasi fasilitas pelayanan kesehatan sesuai kepemilikan kabupaten/kota atau
provinsi maka perlu disahkan oleh Kepala Dinas Kesehatan.

Pada tahun ini ada beberapa pengembangan Aplikasi Perencanaan Kebutuhan SDM Kesehatan
meliputi :
1. Penambahan dan penyesuaianuraian tugas ebberapa jabatan fungsional kesehatan
berdasarkan regulasi yang terbaru.
2. Penghapusan capaian pada saat pindah data tahun 2021 ke tahun 2022.
3. Penyesuaian layout pada menu laporan.
4. Adanya mekanisme verifikasi, validasi dan pengesahan dalam perhitungan kebutuhan
SDM Kesehatan.

Dokumen Rencana Kebutuhan dan Rencana Pemenuhan SDMK Kab/Kota……. Th 2023 7


BAB II
ANALISA SITUASI TENAGA KESEHATAN

(ambil gabungan Dokdes SDMK Th 2021 dan hasil renbut)

A. VISI DAN MISI PROVINSI JAWA TENGAH


Visi Provinsi Jawa Tengah tahun 2018-2023 adalah “Jawa Tengah Berdikari dan Semakin
Sejahtera. Tetep Mboten Korupsi, Mboten Ngapusi”. Untuk menunjang Visi tersebut maka
Misi yang akan dilakukan sebagai berikut :

1. Membangun masyarakat Jawa Tengah yang religius, toleran dan guyup untuk menjaga
NKRI.
2. Memperluas reformasi birokrasi yang dinamis serta memperluas sasaran ke pemerintah
kabupaten/kota.
3. Memperkuat kapasitas ekonomi rakyat dan membuka lapangan kerja untuk mengurangi
kemiskinan dan pengangguran.
4. Menjadikan rakyat Jawa Tengah lebih sehat, lebih pintar, lebih berbudaya dan mencintai
lingkungan.
Makna Misi “Menjadikan Rakyat Jawa Tengah Lebih Sehat” adalah meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yaitu :
1. Melaksanakan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) yaitu suatu tindakan yang
sistematis dan terencana yang dilakukan secara bersamasama oleh seluruh komponen
bangsa dengan kesadaran, kemauan dan kemampuan berperilaku sehat untuk
meningkatkan kualitas hidup. Gerakan Masyarakat untuk Hidup Sehat (GERMAS)
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari dengan melakukan aktivitas fisik secara
rutin, melakukan deteksi dini penyakit dengan cara melakukan cek kesehatan secara
rutin serta memperbanyak konsumsi makan sayur dan buah. Salah bentuk bentuk
operasional dilapangan adalah dengan memperkuat Upaya Kesehatan Berbasis
Masyarakat (UKBM).
2. Peningkatan akses pelayanan kesehatan untuk lapisan masyarakat antara lain dengan
pemanfaatan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) rujukan online.
3. Peningkatan dan pemerataan sarana dan prasarana kesehatan.

Dokumen Rencana Kebutuhan dan Rencana Pemenuhan SDMK Kab/Kota……. Th 2023 8


4. Peningkatan kualitas dan distribusi tenaga kesehatan.
5. Pembudayaan/ pemassalan Olah raga.

Salah satu makna program kerja yang akan dilakukan yaitu “Rumah Sakit Tanpa Dinding”,
artinya Rumah Sakit yang memberikan pelayanan berbasis masyarakat (community based),
RS akan mendapat keleluasaan dalam perencanaan dan tata laksana perawatan kesehatan
yang melibatkan semua pihak secara komprehensif dan efektif. Implementasi Rumah Sakit
Tanpa Dinding sebagai berikut :
1. Mampu membina Fasyankes Primer dalam upaya promotif dan preventif dengan upaya
penguatan UKM melalui TimTerpadu Rumah Sakit.
2. Mampu membina dengan SDM jejaring dalam rangka meningkatkan kapasitas misalnya
dengan kegiatan diklat.
3. Membangun sistem rujukan balik paripurna dan terpadu dengan memberikan pelayanan
perawatan paripurna dan terpadu mobile pasca Rumah Sakit.
4. Pelayanan kelompok populasi beresiko tinggi secara paripurna dan terpadu dengan
membentuk konselor kelompok mobile.
5. Aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan semakin mudah dengan
memberikan layanan didalam gedung dan keluar gedung dengan pendekatan keluarga
(PIS-PK).
6. Akses terbuka Rumah Sakit untuk masyarakat sebagai pusat rujukan Upaya Kesehatan
Perorangan (UKP) dan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK).
7. Pengembangan PSC 119 Kab/Kota dalam pelayanan pre hospital sebagai respon cepat
dalam pelayanan emergensi sehari-hari.
8. Transfer of knowlodge kepada masyarakat/ keluarga/ perorangan dengan memberikan
penyuluhan, pendampingan, sosialisasi, seminar, pelatihan untuk penyegaran kembali
ilmu pengetahuan.
Dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) dijelaskan bahwa sub sistem sumber daya
manusia kesehatan merupakan tatanan yang menghimpun berbagai upaya perencanaan,
pendidikan dan pelatihan serta pendayagunaan tenaga kesehatan secara terpadu dan
saling mendukung guna mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan adalah seseorang yang bekerja secara aktif di
bidang kesehatan baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan maupun tidak, yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan. SDM
Kesehatan dikelompokkan menjadi tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan. Adapun
tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan/ketrampilan melalui pendidikan formal di bidang kesehatan
yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan.

Dokumen Rencana Kebutuhan dan Rencana Pemenuhan SDMK Kab/Kota……. Th 2023 9


Beberapa issu strategis dalam pengembangan dan pemberdayaan SDM Kesehatan antara
lain :
1. Jumlah dan jenis SDM Kesehatan belum mencukupi sesuai standar pelayanan.
2. Distribusi tenaga kesehatan belum merata.
3. Mutu tenaga kesehatan yang belum memadai.
Tersedianya SDM Kesehatan yang bermutu dapat mencukupi kebutuhan, terdistribusi secara
adil dan merata, menguasai kompetensi dan berkinerja prima, sesuai tuntutan kebutuhan
pembangunan kesehatan serta termanfaatkan secara berhasil-guna dan berdaya-guna.

Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan, 12


rumpun dan jenis tenaga kesehatan sebagai berikut :
1. Tenaga medis, terdiri dari dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dokter gigi spesialis.
2. Tenaga psikologi klinis.
3. Tenaga perawat terdiri dari perawat, ners, perawat medikal bedah, perawat kesehatan
anak, perawat maternitas, perawat kesehatan jiwa dan perawat geriatri.
4. Tenaga kebidanan.
5. Tenaga kefarmasian, terdiri dari apoteker dan tenaga teknis kefarmasian.
6. Tenaga kesehatan masyarakat terdiri dari epidemiolog kesehatan, tenaga promosi
kesehatan dan ilmu perilaku, pembimbing kesehatan kerja, tenaga administrasi dan
kebijakan kesehatan, tenaga biostatistik dan kependudukan serta tenaga kesehatan
reproduksi dan keluarga.
7. Tenaga kesehatan lingkungan, terdiri dari sanitasi lingkungan, entomolog kesehatan dan
mikrobiolog kesehatan.
8. Tenaga gizi, terdiri dari nutrisionis dan dietisen.
9. Tenaga keterapian fisik, terdiri dari fisioterapis, okupasi terapis, terapi wicara dan
akupuntur.
10. Tenaga keteknisan medis, terdiri dari perekam medis dan informasi kesehatan, teknik
kardiovaskuler, teknisi pelayanan darah, refraksionis optisien/optometris, teknisi gigi,
penata anestesi, terapis gigi dan mulut serta audiologis.
11. Tenaga teknik biomedika, terdiri dari radiografer, elektromedis, ahli teknologi
laboratorium medik, fisikawan medik, radioterapis dan ortotik prostetik.
12. Tenaga kesehatan tradisional, terdiri dari tenaga kesehatan tradisional ramuan dan
tenaga kesehatan tradisional ketrampilan.
Perencanaan SDM Kesehatan sebagai salah satu unsur dalam pengembangan dan
pemberdayaan SDM Kesehatan, merupakan suatu proses sistematis dalam upaya
menetapkan jumlah, jenis dan kualifikasi SDM Kesehatan yang dibutuhkan sesuai dengan
kondisi suatu wilayah dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan. Dalam
menjamin keberlangsungan pembangunan kesehatan maka Pemerintah dan Pemerintah
Daerah wajib memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan baik dalam jumlah, jenis maupun

Dokumen Rencana Kebutuhan dan Rencana Pemenuhan SDMK Kab/Kota……. Th 2023 10


kompetensinya secara merata. Sehubungan hal tersebut diperlukan perencanaan SDM
Kesehatan yang dapat mengantisipasi kebutuhan lokal, nasional dan global yang dilakukan
secara berjenjang berdasarkan ketersediaan tenaga kesehatan dan kebutuhan
penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Di era desentralisasi bidang kesehatan,
pemerintah daerah memiliki otoritas untuk merekrut SDMK di daerah masing-masing.
Pemerintah daerah harus memiliki kemampuan dalam melakukan perencanaan kebutuhan
SDM Kesehatan. Perencanaan SDM Kesehatan di Jawa Tengah diharapkan mampu untuk
mendukung Program Indonesia Sehat Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PISPK), Standar
Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan, Sustainable Development Goals (SDG’s),
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Jawa Tengah, kebutuhan
organisasi dan kebutuhan pelayanan kesehatan.

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 33 Tahun 2015 tentang Pedoman


Penyusunan Perencanaan SDM Kesehatan, ada 2 metode perhitungan perencanaan
kebutuhan SDM Kesehatan yaitu berdasarkan Analisa Beban Kerja Kesehatan dan Standar
Ketenagaan Minimal. Metode Analisis Beban Kerja Kesehatan (ABK Kesehatan) sesuai
dengan Permenkes No. 33 Tahun 2015/ Peraturan Menteri PANRB No. 26 tahun 2011/
Peraturan Menteri Dalam Negeri RI No.12 tahun 2008 serta Perka BKN No 19 Tahun 2013.
Sedangkan metode Standar Ketenagaan Minimal sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 3 tahun 2020 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit, Permenkes
No. 43 tahun 2019 tentang Puskesmas, Permenkes RI No 54 tahun 2015 tentang Pengujian
dan Kalibrasi Alat Kesehatan dan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
665/MENKES/SK/VII/2008 tentang Standar Balai Laboratorium Kesehatan dan Balai Besar
Laboratorium Kesehatan. Metode Standar Ketenagaan Minimal ini merupakan salah satu
metode perencanaan kebutuhan SDM Kesehatan dalam rangka pemenuhan SDM Kesehatan
di fasilitas pelayanan kesehatan yang akan operasional pertama kali maupun yang akan
berubah tipe fasyankesnya. Permasalahan dalam hal perencanaan kebutuhan SDM
Kesehatan antara lain :

1. Adanya penafsiran yang berbeda oleh pemangku kepentingan yang terkait dan para
perencana SDM Kesehatan terhadap kebijakan-kebijakan perencanaan kebutuhan SDM
Kesehatan.
2. Belum optimalnya kapasitas para perencana SDM Kesehatan dalam merencanakan
kebutuhan SDM Kesehatan di berbagai tingkatan administrasi pemerintahan.
3. Dukungan pemangku kepentingan terhadap pemanfaatan sistem informasi SDM
Kesehatan.
4. Tim Perencana SDM Kesehatan di daerah belum berfungsi secara optimal dalam
perencanaan kebutuhan SDM Kesehatan.

Dokumen Rencana Kebutuhan dan Rencana Pemenuhan SDMK Kab/Kota……. Th 2023 11


5. Pembinaan perencanaan SDM Kesehatan secara berjenjang kurang terintegrasi dan
belum berkesinambungan.
6. Implementasi perencanaan SDM Kesehatan kurang didukung dengan kebijakan lokal
baik kebijakan pemerintah daerah kabupaten/kota maupun provinsi, yang bersifat fakta
terhadap data SDM Kesehatan yang ada dan yang dibutuhkan.

B. KETERSEDIAAN SDM KESEHATAN


Distribusi SDM Kesehatan yang ada di masing-masing unit kerja/fasilitas pelayanan
kesehatan dapat mengetahui ketersediaan jumlah dan jenis SDM Kesehatan sesuai standar
ketenagaan minimal dan analisa beban kerja. Meskipun masih ada faktor tantangan dalam
pengelolaan data SDM Kesehatan yaitu faktor demografi, keterbatasan tenaga pengelola,
frekuensi rotasi dan mutasi, jumlah dan jenis fasyankes yang lebih kompleks serta struktur
organisasi dan tata kerja di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tetapi sudah ada dukungan
daerah dari pengambil kebijakan yang dituangkan dalam dukungan anggaran APBD
kabupaten/kota dan keterlibatan dengan lintas program.

Hasil rekapitulasi Institusi Kesehatan dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan milik Pemerintah
Kabupaten/Kota………, dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 2.1.
Jumlah Institusi Kesehatan dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Milik Pemerintah Kabupaten/Kota …………………………. Tahun 2021

NO JENIS INSTITUSI KESEHATAN & FASYANKES JUMLAH


1 Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota 35
2 Puskesmas 879
3 UPT lainnya Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (sebutkan namanya)
4 Rumah Sakit Umum Daerah milik Pemerintah Kabupaten/Kota 56
JUMLAH

1. KETERSEDIAAN SDM KESEHATAN DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA


…………………..

Menyampaikan SOTK DKK dan adanya penyetaraan eselon menjadi jabfung

2. KETERSEDIAAN SDM KESEHATAN DI PUSKESMAS


a. Puskesmas ………
Menceritakan ketersediaan SDM Kesehatan (perjenjang bagi jabfung kesehatan dan
non kesehatan) berdasarkan status kepegawaian (ASN dan Non ASN). Non ASN
dipilah lagi sesuai yang ada di masing-masing puskesmas.
Format tabel :
Tabel 2. ….. (urutan tebal sesuai urutan sblmnya)
Jumlah Tenaga Kesehatan/Jabatan Fungsional Kesehatan di Puskesmas ……..
Berdasarkan Jenjang Jabatan dan Status Kepegawaian
Kabupaten/Kota ……………… Tahun 2021

Dokumen Rencana Kebutuhan dan Rencana Pemenuhan SDMK Kab/Kota……. Th 2023 12


Eksisting Kesenjang
No Jabatan Jenjang Kebutuhan Keterangan
ASN Non ASN an

1
2
3
dst

Sumber Data : Aplikasi Renbut SDMK versi 4.0 per Februari 2022

Tabel 2. ….. (urutan tebal sesuai urutan sblmnya)


Jumlah Non Tenaga Kesehatan/Jabatan Fungsional non Kesehatan dan Jabatan Pelaksana
di Puskesmas …….. Berdasarkan Jenjang Jabatan dan Status Kepegawaian
Kabupaten/Kota ………… Tahun 2021

Eksisting Kesenjang
No Jabatan Jenjang Kebutuhan Keterangan
ASN Non ASN an

1
2
3
dst

Sumber Data : Aplikasi Renbut SDMK versi 4.0 per Februari 2022

b. Puskesmas ………
Menceritakan ketersediaan SDM Kesehatan (perjenjang bagi jabfung kesehatan dan
non kesehatan) berdasarkan status kepegawaian (ASN dan Non ASN). Non ASN
dipilah lagi sesuai yang ada di masing-masing puskesmas.
Format tabel :

Tabel 2. ….. (urutan tebal sesuai urutan sblmnya)


Jumlah Tenaga Kesehatan/Jabatan Fungsional Kesehatan di Puskesmas ……..
Berdasarkan Jenjang Jabatan dan Status Kepegawaian
Kabupaten/Kota ……………… Tahun 2021

Eksisting Kesenjang
No Jabatan Jenjang Kebutuhan Keterangan
ASN Non ASN an

1
2
3
dst

Dokumen Rencana Kebutuhan dan Rencana Pemenuhan SDMK Kab/Kota……. Th 2023 13


Sumber Data : Aplikasi Renbut SDMK versi 4.0 per Februari 2022

Tabel 2. ….. (urutan tebal sesuai urutan sblmnya)


Jumlah Non Tenaga Kesehatan/Jabatan Fungsional non Kesehatan dan Jabatan Pelaksana
di Puskesmas …….. Berdasarkan Jenjang Jabatan dan Status Kepegawaian
Kabupaten/Kota ………… Tahun 2021

Eksisting Kesenjang
No Jabatan Jenjang Kebutuhan Keterangan
ASN Non ASN an

1
2
3
dst

Sumber Data : Aplikasi Renbut SDMK versi 4.0 per Februari 2022

3. KETERSEDIAAN SDM KESEHATAN DI RSUD ………….


Menceritakan SOTK dan ketersediaan SDM Kesehatan berdasarkan jenjang jabatan dan
status kepegawaian (ASN dan Non ASN). Non ASN dipilah lagi sesuai yang ada di
masing-masing RSUD.
Format tabel :

Tabel 2. ….. (urutan tebal sesuai urutan sblmnya)


Jumlah Tenaga Kesehatan/Jabatan Fungsional Kesehatan di RSUD………….
Berdasarkan Jenjang Jabatan dan Status Kepegawaian
Kabupaten/Kota ……………… Tahun 2021

Eksisting Kesenjang
No Jabatan Jenjang Kebutuhan Keterangan
ASN Non ASN an

1
2
3
dst
Sumber Data : Aplikasi Renbut SDMK versi 4.0 per Februari 2022

Tabel 2. ….. (urutan tebal sesuai urutan sblmnya)


Jumlah Non Tenaga Kesehatan/Jabatan Fungsional non Kesehatan dan Jabatan Pelaksana
di RSUD.. …….. Berdasarkan Jenjang Jabatan dan Status Kepegawaian
Kabupaten/Kota ………… Tahun 2021

Eksisting Kesenjang
No Jabatan Jenjang Kebutuhan Keterangan
ASN Non ASN an

1
2
3
dst

Dokumen Rencana Kebutuhan dan Rencana Pemenuhan SDMK Kab/Kota……. Th 2023 14


Sumber Data : Aplikasi Renbut SDMK versi 4.0 per Februari 2022

4. KETERSEDIAAN SDM KESEHATAN DI UPTD ……………….. DINAS KESEHATAN


KABUPATEN KOTA
Menceritakan SOTK dan ketersediaan SDM Kesehatan berdasarkan jenjang jabatan dan
status kepegawaian (ASN dan Non ASN). Non ASN dipilah lagi sesuai yang ada di
masing-masing upt.
Format tabel :

Tabel 2. ….. (urutan tebal sesuai urutan sblmnya)


Jumlah Tenaga Kesehatan/Jabatan Fungsional Kesehatan di UPTD ……………
Berdasarkan Jenjang Jabatan dan Status Kepegawaian
Kabupaten/Kota ……………… Tahun 2021

Eksisting Kesenjang
No Jabatan Jenjang Kebutuhan Keterangan
ASN Non ASN an

1
2
3
dst

Sumber Data : Aplikasi Renbut SDMK versi 4.0 per Februari 2022

Tabel 2. ….. (urutan tebal sesuai urutan sblmnya)


Jumlah Non Tenaga Kesehatan/Jabatan Fungsional non Kesehatan dan Jabatan Pelaksana
di UPTD …….. Berdasarkan Jenjang Jabatan dan Status Kepegawaian
Kabupaten/Kota ………… Tahun 2021

Eksisting Kesenjang
No Jabatan Jenjang Kebutuhan Keterangan
ASN Non ASN an

1
2
3
dst

Sumber Data : Aplikasi Renbut SDMK versi 4.0 per Februari 2022
BAB III
PEMENUHAN TENAGA KESEHATAN TAHUN 2022

Pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024, ada 5


strategi yang harus dilakukan, yaitu peningkatan kesehatan ibu, anak, KB dan kesehatan;
percepatan perbaikan gizi masyarakat; peningkatan pengendalian penyakit; pembudayaan
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas); serta peningkatan sistem kesehatan dan
pengawasan obat dan makanan. SDM Kesehatan lebih difokuskan pada Strategi ke-5,
terutama dalam pemenuhan dan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan. Beberapa
langkah dalam pelaksanaan strategi 5 sebagai berikut :

Dokumen Rencana Kebutuhan dan Rencana Pemenuhan SDMK Kab/Kota……. Th 2023 15


1. Pengembangan paket pelayanan kesehatan (tenaga kesehatan, fasilitas kesehatan,
farmasi dan alkes) afirmasi pemenuhan tenaga kesehatan strategis, dan afirmasi
pendidikan (beasiswa & tugas belajar) tenaga kesehatan untuk ditempatkan di daerah
tertinggal, perbatasan, dan kepulauan (DTPK) dan daerah yg kurang diminati.
2. Redistribusi tenaga kesehatan yang ditempatkan di fasilitas pelayanan kesehatan yg
didukung penyediaan insentif finansial dan non-finansial.
3. Pengembangan mekanisme kerjasama pemenuhan tenaga melalui kontrak pelayananan.
4. Perluasan pendidikan dan pelatihan tenaga Kesehatan pada pelayanan kesehatan dasar
dan pembatasan program studi bidang kesehatan yang tidak memenuhi standar
kualitas.
5. Pemenuhan tenaga kesehatan sesuai standar dan tenaga non kesehatan termasuk
tenaga sistem informasi dan administrasi keuangan untuk mendukung tata kelola di
fasilitas pelayanan kesehatan.
Pelaksanaan diatas memerlukan keterlibatan berbagai lintas sektor dan lintas
program, baik langsung maupun tidak langsung. Pengaturan koordinasi dan kerjasama
antar lintas sektor dan lintas program akan membantu keberhasilan pada pengorganisasian
pengelolaan SDM Kesehatan. Integrasi kegiatan dari lintas sektor dan lintas program
menjadi suatu kesatuan dalam mencapai target kinerja program dan kegiatan. Pemerintah,
pemerintah daerah, dan atau masyarakat (organisasi profesi, lembaga pendidikan swasta,
akademisi, praktisi, serta masyarakat luas) bertanggungjawab atas pengembangan dan
pemberdayaan sumber daya kesehatan pada khususnya, sesuai peran dan fungsinya
masing-masing. Pemerintah dan pemerintah daerah berperan sebagai penanggungjawab,
penggerak, pelaksana dan pembina dalam lingkup wilayah kerja dan kewenangan masing-
masing. Badan legislatif (DPR dan DPRD) berperan melakukan persetujuan anggaran dan
pengawasan terhadap penyelenggaraan pembangunan kesehatan, melalui penyusunan
produk-produk hukum dan peraturan perundang-undangan dan mekanisme kemitraan
antara ekskutif dan legisatif. Lembaga yudikatif, termasuk kepolisian, kejaksaan dan
kehakiman berperan dalam menegakkan pelaksanaan hukum dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku di bidang kesehatan. Penyelenggaraan pengelolaan SDM Kesehatan
tidak bisa dijalankam hanya oleh Kementerian Kesehatan atau dinas yang mengurus
kesehatan di daerah. Penyelenggaraan program kesehatan dapat berjalan dengan baik,
apabila melibatkan antara lain bidang/urusan pemerintahan umum, urusan pendidikan dan
pelatihan, urusan kepegawaian/aparatur Negara, urusan perhubungan, urusan
pembangunan fasilitas umum, urusan keuangan, urusan perdagangan, urusan keamanan
dan urusan terkait lainnya. Koordinasi, komunikasi dan interaksi dengan para pemangku
kepentingan dalam pelaksanaan Program PPSDM Kesehatan akan membantu percepatan
pencapaian indicator dan target kinerja Badan PPSDM Kesehatan.

Dokumen Rencana Kebutuhan dan Rencana Pemenuhan SDMK Kab/Kota……. Th 2023 16


Beberapa upaya pemenuhan oleh pemerintah pusat yaitu penugasan khusus tenaga
kesehatan berbasis Tim Team Based atau Individu, penugasan khusus calon dokter spesialis
(residen); Peningkatan distribusi tenaga yang terintegrasi, mengikat dan lokal spesifik;
Pengembangan insentif baik material dan non material untuk tenaga kesehatan dan SDM
Kesehatan; Peningkatan produksi SDM Kesehatan yang bermutu; Penerapan mekanisme
registrasi dan lisensi tenaga dengan uji kompetensi pada seluruh tenaga kesehatan;
Peningkatan mutu pelatihan melalui akreditasi pelatihan; Pengendalian peserta pendidikan
dan hasil pendidikan; Peningkatan pendidikan dan pelatihan jarak serta Pengembangan
sistem kinerja.

Dibawah ini gambaran pemenuhan tenaga kesehatan dan non kesehatan sebagai
berikut :
1. Pemenuhan SDM Kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota :
a. Pemenuhan Tenaga Kesehatan
Tabel 2. ….. (urutan tebal sesuai urutan sblmnya)
Jumlah PemenuhanTenaga Kesehatan/Jabatan Fungsional Kesehatan
Di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ……………… Tahun 2021

ASN Pemda Pemerintah Pusat


Jenis
No Kontrak BLUD Nusantara PGDS PIDI BOK Resi
SDMK/Jabatan CPNS P3K
Daerah Sehat den
1
2
3
dst
Sumber Data : Aplikasi Renbut SDMK versi 4.0 per Februari 2022
Ceritakan begaimana dan knapa bias ada pemenuhan sesuai tabel diatas

Tabel 2. ….. (urutan tebal sesuai urutan sblmnya)


Jumlah Non Tenaga Kesehatan/Jabatan Fungsional non Kesehatan dan Jabatan Pelaksana
di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ………… Tahun 2021

tabel sda
dst
b. Pemenuhan Non Tenaga Kesehatan
Ceritakan sama dengan point a. Isikan sampai no 4
2. Pemenuhan SDM Kesehatan di Puskesmas (digabung semua puskesmas)
a. Pemenuhan Tenaga Kesehatan
b. Pemenuhan Non Tenaga Kesehatan
3. Pemenuhan SDM Kesehatan di UPTD ……………………..
a. Pemenuhan Tenaga Kesehatan
b. Pemenuhan Non Tenaga Kesehatan
4. Pemenuhan SDM Kesehatan di RSUD ……………………..
a. Pemenuhan Tenaga Kesehatan

Dokumen Rencana Kebutuhan dan Rencana Pemenuhan SDMK Kab/Kota……. Th 2023 17


b. Pemenuhan Non Tenaga Kesehatan

BAB IV
ANALISA KEBUTUHAN TENAGA KESEHATAN
BERDASARKAN ANALISA BEBAN KERJA

A. REGULASI

Dokumen Rencana Kebutuhan dan Rencana Pemenuhan SDMK Kab/Kota……. Th 2023 18


B. KEADAAN GEOGRAFI
Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak
cukup strategis karena berada diantara dua provinsi besar, yaitu bagian barat berbatasan
dengan Provinsi Jawa Barat, bagian timur berbatasan dengan Provinsi Jawa Timur.
Sedangkan bagian utara berbatasan dengan Laut Jawa dan bagian selatan berbatasan
dengan Samudra Hindia dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Letaknya antara 5 °40' -
8°30' lintang selatan dan antara 108°30' - 111°30' bujur timur (termasuk Pulau Karimunjawa).
Luas wilayah Provinsi Jawa Tengah sebesar 32.544,12 km², secara administratif
terbagi menjadi 29 kabupaten dan 6 kota, yang tersebar menjadi 573 kecamatan dan 8.558
desa/kelurahan. Wilayah terluas adalah Kabupaten Cilacap dengan luas 2.138,51 km², atau
sekitar 6,57 persen dari luas total Provinsi Jawa Tengah, sedangkan Kota Magelang
merupakan wilayah yang luasnya paling kecil yaitu seluas 18,12 km².
Secara topografi, wilayah Provinsi Jawa Tengah terdiri dari wilayah daratan yang
dibagi menjadi 4 (empat) kriteria :
a. Ketinggian antara 0–100 m dari permukaan air laut, seluas 53,3 persen, yang daerahnya
berada di sepanjang pantai utara dan pantai selatan.
b. Ketinggian antara 100–500 m dari permukaan air laut seluas 27,4 persen.
c. Ketinggian antara 500–1.000 m dari permukaan air laut seluas 14,7 persen.
d. Ketinggian diatas 1.000 m dari permukaan air laut seluas 4,6 persen.

C. KEADAAN DEMOGRAFIS
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, proyeksi jumlah
penduduk Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2018 sebesar 34.490.835 jiwa, dengan luas
wilayah sebesar 32.544,1 kilometer persegi (km²), rata-rata kepadatan penduduk sebesar
1.060 jiwa per km². Wilayah terpadat adalah Kabupaten Pekalongan dengan rata-rata
kepadatan penduduk sekitar 9.369 jiwa per km². Wilayah terlapang adalah Kota Tegal
dengan tingkat kepadatan penduduk sekitar 14 jiwa per km². Dengan demikian persebaran
penduduk di Jawa Tengah belum merata. Jensi demografi belum tentu berpengaruh
terhadap persebaran penduduk.

D. KAPASITAS FISKAL DAERAH

B. ISSU STRATEGIS, SASARAN DAN RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN


PROVINSI JAWA TENGAH

Dokumen Rencana Kebutuhan dan Rencana Pemenuhan SDMK Kab/Kota……. Th 2023 19


Mendasarkan pada isu strategis Provinsi Jawa Tengah yaitu peningkatan kualitas dan
daya saing sumber daya manusia, maka tidak lepas dari peran Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Tengah untuk mewujudkannya. Peningkatan kualitas dan daya saing sumber daya
manusia dapat terwujud apabila masyarakat Jawa Tengah terpenuhi kebutuhan dasar
termasuk pelayanan kesehatannya. Dalam rangka mencapai tujuan jangka menengah Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah yaitu meningkatnya derajat kesehatan masyarakat dengan
indikator meningkatnya Angka Harapan Hidup, dan meningkatnya tata kelola organisasi
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah dengan indikator nilai kepuasan masyarakat, maka
ada 3 (tiga) sasaran untuk mewujudkan tujuan yaitu :
1. Menurunnya angka kesakitan dan kematian, dengan indikator sasaran :
a. AKI (Angka Kematian Ibu),
b. AKB (Angka Kematian Bayi),
c. AKABA (Angka Kematian Balita),
d. Persentase Ketercapaian Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular,
e. Persentase Ketercapaian Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak
Menular,
f. Persentase Respon cepat pelayanan kesehatan <24 jam dalam penanggulangan
KLB/Bencana skala provinsi,
g. Persentase fasilitas pelayanan kesehatan primer dan rujukan sesuai ketentuan,
h. Indeks Keluarga Sehat Wilayah Provinsi
2. Meningkatnya akuntabilitas kinerja, dengan indikator sasaran nilai SAKIP Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
3. Meningkatnya kualitas pelayanan, dengan indikator sasaran nilai kepuasan masyarakat.

Adapun target pembangunan kesehatan Jawa Tengah sebagai berikut :


1. Menurunnya AKI < 70 per 100.000 Kelahiran Hidup & AKB < 7 per 100.000 Kelahiran
Hidup pada tahun 2020.
2. Menurunkan Stunting < 20% pada tahun 2024.
3. Three Zerro HIV/AIDS pada tahun 2030.
4. Eliminasi TBC pada tahun 2028.
5. Eliminasi Malaria pada tahun 2022.
6. Menurunkan Prevalensi Penyakit Tidak Menular yaitu Hipertensi, Diabetus Mellitus,
Kanker, Obesitas & Gangguan Jiwa.
7. Jawa Tengah Open Defecation Free (ODF)/Stop Buang Air Besar Sembarangan melalui
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) pada tahun 2020.
8. Seluruh Fasilitas Pelayanan Kesehatan Terakreditasi pada tahun 2019.
9. Universal Health Coverage (UHC) tahun 2019.

Dokumen Rencana Kebutuhan dan Rencana Pemenuhan SDMK Kab/Kota……. Th 2023 20


Selain prioritas permasalahan kesehatan diatas, pada tanggal 31 Desember 2019, WHO
China Country Office melaporkan kasus pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di Kota
Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Pada tanggal 7 Januari 2020, China mengidentifikasi kasus
tersebut sebagai jenis baru coronavirus. Pada tanggal 30 Januari 2020 WHO menetapkan
kejadian tersebut sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia
(KKMMD)/Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) dan pada tanggal 11
Maret 2020, WHO sudah menetapkan COVID-19 sebagai pandemi, termasuk Indonesia dan
Provinsi Jawa Tengah. Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular
yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2).
SARS-CoV-2 merupakan coronavirus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi
sebelumnya pada manusia. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui
menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East
Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Tanda dan
gejala umum infeksi COVID-19 antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti
demam, batuk dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi
terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID-19 yang berat dapat menyebabkan pneumonia,
sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian. Jumlah laboratorium yang
melaksanakan pemeriksaan specimen Covid-19 jenis RT-PCR di Provinsi Jawa Tengah
tahun 2021 sebanyak 69 laboratorium.

Pada bulan Juli tahun 2021, berkembang varian baru COVID-19 yaitu varian Delta. Puncak
tertinggi kasus kembali bertambah terjadi pada bulan Juli 2021. Sampai dengan bulan
November mulai terjadi trend kasus yang landai dan sampai dengan tanggal 1 Desember
2021 akumulasi data pasien COVID-19 yang dirawat di Jawa Tengah sejumlah 486.855
kasus terkonfirmasi (993 dalam perawatan/isolasi, 453.346 sembuh/selesai isolasi dan
32.516 meninggal) serta 4.793 suspek. Data diatas berdasarkan corona.jatengprov.go.id
Kementerian Kesehatan mengeluarkan panduan terbaru untuk pelaksanaan 4 kategori
penanganan kasus Covid-19, yakni Pemeriksaan, Pelacakan, Karantina, dan Isolasi.
Panduan ini termuat di Keputusan Menteri Kesehatan Nomor Hk.01.07/Menkes/4641/2021.
Menteri Kesehatan Budi Sadikin menetapkan Surat Keputusan (SK) tersebut pada tanggal
11 Mei 2021. Isi Keputusan Menkes itu menjadi panduan untuk pemerintah pusat,
pemerintah daerah provinsi maupun kabupaten/kota, tenaga kesehatan dan pemangku
kepentingan lainnya dalam melakukan Pemeriksaan, Pelacakan, Karantina, dan Isolasi
kasus COVID-19. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan itu, Pemeriksaan disebutkan sebagai
kegiatan yang dilakukan untuk penegakan diagnosis dari kasus COVID-19 melalui uji
laboratorium. Sementara definisi Pelacakan ialah kegiatan yang dilakukan untuk mencari
dan memantau kontak erat dari kasus konfirmasi atau kasus probable. Selanjutnya,
Karantina didefinisikasi sebagai upaya memisahkan seseorang yang terpapar COVID-19
(baik dari riwayat kontak atau bepergian ke wilayah lokasi transmisi komunitas), meski

Dokumen Rencana Kebutuhan dan Rencana Pemenuhan SDMK Kab/Kota……. Th 2023 21


belum menunjukkan gejala apa pun atau sedang dalam masa inkubasi, yang bertujuan
untuk mengurangi risiko penularan. Sementara Isolasi adalah upaya memisahkan
seseorang yang sakit yang membutuhkan perawatan COVID-19 atau seseorang
terkonfirmasi COVID19, dari orang yang sehat yang bertujuan untuk mengurangi risiko
penularan. Ringkasan isi panduan dalam Keputusan Menteri Kesehatan tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Pemeriksaan Masa inkubasi COVID-19 menjadi dasar pertimbangan strategi
pemeriksaan, pelacakan, karantina, dan isolasi. Strategi ini juga dapat dipertajam
menggunakan informasi hasil pemeriksaan laboratorium. Rata-rata masa inkubasi
COVID-19 adalah 5-6 hari walaupun pada sedikit kasus dapat mencapai 14 hari.
Seseorang yang tertular dapat menjadi sumber penularan mulai sekitar 2 hari sebelum
orang tersebut menunjukkan gejala. Pemeriksaan dilakukan berdasarkan kriteria
wilayah akses dan kecepatan pemeriksaan Nucleic Acid Amplification Test (NAAT).
Entry dan exit test dilakukan menggunakan kriteria wilayah akses dan kecepatan
pemeriksaan NAAT mengikuti ketentuan yang berlaku. Pemeriksaan harus ditingkatkan
lebih dari 1 orang per 1000 penduduk per minggu jika positivity rate masih tinggi.
Untuk deteksi COVID-19, pemeriksaan laboratorium diprioritaskan terhadap kasus
suspek, kontak erat, tenaga kesehatan, dan masyarakat yang tinggal di fasilitas
tertutup dengan risiko penularan tinggi. Lokasi berisiko penularan tinggi itu seperti
asrama, panti, lapas, rutan, dan pengungsian.
2. Pelacakan Pelacakan dilakukan Puskesmas dan jejaringnya terhadap kontak erat dari
kasus konfirmasi positif COVID-19. Dalam melaksanakan pelacakan, Puskesmas dan
jejaringnya dapat melibatkan tracer dari tenaga kesehatan maupun non-kesehatan.
Tracer non kesehatan berasal dari kader, TNI dan POLRI atau komponen masyarakat
lainnya yang telah memperoleh training dari Puskesmas.
3. Karantina Karantina dilakukan sejak seseorang diidentifikasi sebagai kontak erat atau
memenuhi kriteria kasus suspek yang tidak memerlukan perawatan Rumah Sakit.
Karantina harus dimulai segera setelah seseorang diinformasikan statusnya sebagai
kontak erat. Idealnya, karantina dilakukan dalam waktu tidak lebih dari 24 jam sejak
seseorang diidentifikasi sebagai kontak erat dan dalam waktu tidak lebih dari 48 jam
sejak kasus indeks terkonfirmasi. Seseorang dinyatakan selesai menjalani karantina
apabila exit test pada hari kelima memberikan hasil negatif. Apabila exit test positif
maka orang tersebut dinyatakan sebagai kasus terkonfirmasi COVID-19 dan harus
menjalani isolasi. Namun, jika exit test tidak dilakukan maka karantina harus dilakukan
selama 14 hari. Jika tidak dapat dilakukan pemeriksaan NAAT dan RDTAg karena tidak
ada sumber daya yang memadai maka karantina harus dilakukan selama 14 hari. 4.
Isolasi Isolasi dilakukan sejak seseorang suspek mendapatkan perawatan di Rumah
Sakit atau seseorang dinyatakan terkonfirmasi COVID-19, paling lama dalam 24 jam

Dokumen Rencana Kebutuhan dan Rencana Pemenuhan SDMK Kab/Kota……. Th 2023 22


sejak kasus terkonfirmasi. Kriteria selesai isolasi dan sembuh di kasus terkonfirmasi
COVID-19 menggunakan gejala sebagai patokan utama, antara lain: Pada kasus
terkonfirmasi yang tidak bergejala (asimtomatik), isolasi dilakukan selama sekurang-
kurangnya 10 hari sejak pengambilan spesimen diagnosis konfirmasi. Pada kasus
terkonfirmasi yang bergejala, isolasi dilakukan selama 10 hari sejak muncul gejala
ditambah dengan sekurang-kurangnya 3 hari bebas gejala demam dan gangguan
pernapasan. Jadi, untuk kasus-kasus yang mengalami gejala selama 10 hari atau
kurang harus menjalani isolasi selama 13 hari. Kasus COVID-19 diklasifikasikan
menjadi kasus suspek, kasus probabel, dan kasus konfirmasi. Adapun kriteria
penetapan tiap jenis klasifikasi kasus tersebut telah dijelaskan dalam Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor Hk.01.07/Menkes/4641/2021.

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menerbitkan Peraturan Gubernur mengenai sanksi bagi
yang tidak menggunakan masker baik bagi masyarakat maupun perusahaan. Sanksi
tersebut berupa teguran dan lisan. Hal ini sebagai salahsatu edukasi agar masyarakat
bertindak benar untuk menekan penularan Covid-19. Langkah-langkah yang dilakukan oleh
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam rangka pencegahan dan penanganan COVID-19
sebagai berikut :
1. Membentuk satuan koordinasi wilayah (satkorwil) untuk percepatan penanganan
Covid-19. Enam satkorwil telah dibentuk di enam eks keresidenan, yaitu eks
karesidenan Pati, eks karesidenan Semarang, eks karesidenan Pekalongan, eks
karesidenan Banyumas, eks karesidenan Kedu, dan eks karesidenan Surakarta. Tugas
satkorwil adalah melakukan sinkronisasi, koordinasi serta percepatan penanganan
Covid-19 di 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah, serta difungsikan untuk
penanggulangan dampak sosial, ekonomi maupun kesehatan.
2. Menyediakan sarana Call Center yang merupakan layanan informasi penanganan
COVID-19 Provinsi Jawa Tengah (Call Center) 1 x 24 jam, yang memuat :
a. Data stok obat, link dengan Farma Plus Kementerian Kesehatan.
b. Data Fasilitas Pelayanan Kesehatan yaitu Data Umum RS dan Data Public Savety
Center (PSC) 119.
c. Data 28 lokasi Sentra Vaksinasi di Jawa Tengah.
d. Data 63 tempat isolasi terpusat yang mencantumkan nama tempat, kapasitas
tempat tidur, kelurahan, kecamatan dan kabupaten tempat isolasi terpusat
tersebut berada.
e. Grafik Laporan Harian dan Grafik laporan berdasarkan jenis aduan (rujukan ke
Rumah Sakit, Informasi TT/IGD kosong, konsultasi isolasi mandiri, permintaan
informasi vaksin, permintaan bantuan dari puskesmas setempat, permintaan
ambulans, informasi kamar isolasi terpusat).

Dokumen Rencana Kebutuhan dan Rencana Pemenuhan SDMK Kab/Kota……. Th 2023 23


3. Pemantauan aplikasi SIRANAP yang merupakan informasi tentang ketersediaan tempat
tidur di Rumah Sakit yang menangai COVID-19. Di Jawa Tengah ada 185 RS.
4. Pemantauan aplikasi corona Jateng sebagai sarana informasi dalam pencegahan dan
penanganan COVID-19.
5. Penyampaian informasi melalui media promosi seputar pencegahan dan penanganan
COVID-19 termasuk vaksinasi COVID-19. Deteksi Mandiri Cepat COVID-19 adalah
salah satu cara untuk mengetahui apakah yang bersangkutan memiliki gejala yang
memerlukan pemeriksaan dan pengujian lebih lanjut mengenai COVID-19 atau tidak,
berupa pengisian kuesioner tentang gejala yang dirasakan, riwayat kontak dan riwayat
mobilitas.
6. Melakukan perekrutan relawan tenaga kesehatan di beberapa lokasi yaitu :
a. Tenaga promosi kesehatan dan tenaga surveilans/epidemiolog yang ditempatkan
di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bulan Januari dan Februari 2021,
menggunakan dana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Jawa
Tengah.
b. Tenaga ahli teknologi laboratorium medik yang ditempatkan di Balai Laboratorium
Kesehatan dan Pengujian Alat Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, RSUD dr.
Moewardi dan RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Provinsi Jawa Tengah,
menggunakan dana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Jawa
Tengah dan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
c. Dokter dan perawat yang ditempatkan di Isolasi terpusat di Bahan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Daerah dan Asrama Haji Donohudan, menggunakan dana
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Jawa Tengah dan Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
d. Dokter, perawat, bidan, radiografer dan perekam medis dan informasi kesehatan
yang ditempatkan di RS Darurat Covid Donohudan, dengan menggunakan dana
dari Kementerian Kesehatan RI.
e. Inputer data yang ditempatkan di Sentra Vaksinasi Gradhika Provinsi Jawa Tengah,
dengan menggunakan dana dari Dana Alokasi Umum Provinsi Jawa Tengah.
f. Data manager yang ditempatkan di Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah dengan
menggunakan dana dari Dana Alokasi Umum Provinsi Jawa Tengah.

E. KAJIAN KEBUTUHAN TENAGA KESEHATAN DAN NON TENAGA KESEHATAN

Dokumen Rencana Kebutuhan dan Rencana Pemenuhan SDMK Kab/Kota……. Th 2023 24

Anda mungkin juga menyukai