PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP-N) tahun 2005-2025,
menyatakan bahwa dalam mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan
berdaya saing, maka kesehatan bersama-sama dengan pendidikan dan peningkatan daya
beli keluarga/masyarakat adalah tiga pilar utama untuk meningkatkan kualitas SDM dan
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia. Dalam RPJP-N, dinyatakan pula
pembangunan nasional di bidang kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya dapat terwujud.
Agar pembangunan kesehatan dapat terwujud, diperlukan upaya pemenuhan
kesehatan secara komprehensif yang didukung oleh sumber daya kesehatan. Salah satu
sumber daya kesehatan yang sangat strategis adalah Sumber Daya Manusia (SDM)
Kesehatan. Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan merupakan salah satu
upaya strategis untuk menjamin pelayanan kesehatan yang bermutu dan merata
sebagaimana dicita-citakan oleh seluruh elemen bangsa. Adanya Rencana Pengembangan
Tenaga Kesehatan tahun 2011-2025 diharapkan dapat menciptakan sinergisme dan upaya
yang saling mendukung serta saling melengkapi antara pemerintah dan masyarakat
termasuk swasta, yang memiliki kepentingan terhadap pengembangan tenaga kesehatan.
Sebagaimana tercantum dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) Tahun 2012 bahwa
subsistem SDM Kesehatan adalah pengelolaan upaya pengembangan dan pemberdayaan
SDM Kesehatan meliputi upaya perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, serta
pembinaan dan pengawasan mutu SDM Kesehatan.
Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang
menyebutkan bahwa kesehatan menjadi urusan pemerintahan yang dibagi antara
Pemerintah Pusat dan Daerah Provinsi dan Kabupaten Kota, yang diharapkan akan tercipta
sinergi antara pusat, provinsi dan kabupaten/kota dari segi urusan, kelembagaan dan
personil dalam mencapai target pembangunan SDM Kesehatan di Provinsi Jawa Tengah.
Dalam menjamin keberlangsungan pembangunan kesehatan, Pemerintah dan Pemerintah
Daerah wajib memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan baik dalam jumlah, jenis maupun
kompetensinya secara merata. Dalam rangka pemenuhan tenaga kesehatan diperlukan
perencanaan SDM Kesehatan yang dapat mengantisipasi kebutuhan lokal, nasional dan
global yang dilakukan secara berjenjang berdasarkan ketersediaan tenaga kesehatan dan
kebutuhan penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Di era desentralisasi bidang
kesehatan, pemerintah daerah memiliki otoritas untuk merekrut SDM Kesehatan di masing-
B. TUJUAN
Tujuan Umum Penyusunan Dokumen Rencana Kebutuhan dan Rencana Pemenuhan SDM
Kesehatan Kabupaten/Kota…….. adalah tersusunnya data dan informasi tentang Rencana
Kebutuhan dan Rencana Pemenuhan SDM Kesehatan di Kabupaten/Kota…….. Tahun 2023.
Sedangkan tujuan khusus penyusunan sebagai berikut :
1. Adanya hasil perhitungan perencanaan kebutuhan SDM Kesehatan di puskesmas tahun
2023 berdasarkan Standar Ketenagaan Minimal sesuai pedoman yang berlaku.
2. Adanya hasil perhitungan perencanaan kebutuhan SDM Kesehatan di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan milik pemerintah kabupaten/kota berdasarkan Analisa Beban
Kerja bidang Kesehatan pada tahun 2023.
C. RUANG LINGKUP
Ruang Lingkup dalam penyusunan Dokumen Rencana Kebutuhan dan Rencana Pemenuhan
SDM Kesehatan adalah SDM Kesehatan yang ada di fasilitas pelayanan kesehatan di tingkat
provinsi maupun kabupaten/kota yaitu :
1. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
2. UPT Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (Laboratorium Kesehatan Daerah, Puskesmas,
Instalasi Farmasi dan atau UPT lainnya) - sebutkan namanya UPT selain Pkm
3. Rumah Sakit milik Pemerintah Kabupaten/Kota.
D. LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional Tahun 2005-2025.
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan.
7. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional.
8. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 26
Tahun 2011 tentang Pedoman Perhitungan Jumlah Kebutuhan Pegawai Negeri Sipil
Untuk Daerah.
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 6 Tahun 2013 tentang Kriteria Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Terpencil, Sangat Terpencil, Dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Yang Tidak
Diminati.
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2015 tentang Pedoman Penyusunan
Perencanaan Kebutuhan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat.
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2020 tentang Klasifikasi dan perizinan
Rumah Sakit.
Perhitungan kebutuhan SDM Kesehatan berdasarkan Analisa Beban Kerja Bidang Kesehatan
menggunakan Aplikasi Perencanaan Kebutuhan SDM Kesehatan versi 4.0, dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
1. Menetapkan Faskes dan Jenis SDMK
Fasilitas Kesehatan yang ditetapkan untuk penyusunan rencana kebutuhan SDMK ini
sesuai dengan ruang lingkup yang telah ditentukan terdahulu.
2. Memindahkan data tahun 2021 ke tahun 2022.
3. Melakukan perhitungan kebutuhan SDM Kesehatan dengan cara :
a. Mengidentifikasi SDM Kesehatan ke dalam jenis jabatan tertentu sesuai dengan SK
jabatan yang bersangkutan, yang terintegrasi dengan aplikasi SIstem Informasi
SDM Kesehatan.
b. Melakukan pengisian uraian tugas dengan capaian tahun 2021 dari masing-masing
kelompok jenjang jabatan fungsional dan jabatan pelaksana.
c. Melakukan perhitungan kebutuhan SDM Kesehatan yang secara otomatis akan
menghasilkan jumlah kebutuhan per jenjang jabatan fungsional dan jabatan
pelaksana, berdasarkan norma waktu, waktu kegiatan, Standar Beban Kerja (SBK)
dan Capaian.
4. Dinas Kesehatan Kabupaten Kota/Dinas Keseatan Provinsi Jawa Tengah melakukan
verifikasi terhadap hasil perhitungan pada Dinas Kesehatan dan fasilitas pelayanan
kesehatan sesuai kepemilikan kabupaten/kota atau provinsi. Hal-hal yang terkait
dengan verifikasi sebagai berikut :
a. Fasilitas pelayanan kesehatan di wilayahnya tidak dapat melakukan perubahan
perhitungan kebutuhan.
b. Apabila fasilitas pelayanan kesehatan setelah diverifikasi akan melakukan
perubahan hasil perhitungannya, maka harus meminta persetujuan dari Dinas
Kesehatan yang melakukan verifikasi.
c. Fasilitas pelayanan kesehatan tidak dapat mencetak laporan hasil perhitungan
apabila belum dilakukan verifikasi oleh Dinas Kesehatan setempat.
d. Melakukan print out laporan pada menu laporan bagi fasilitas pelayanan kesehatan
untuk disahkan dan disampaikan ke Dinas Kesehatan setempat.
Pada tahun ini ada beberapa pengembangan Aplikasi Perencanaan Kebutuhan SDM Kesehatan
meliputi :
1. Penambahan dan penyesuaianuraian tugas ebberapa jabatan fungsional kesehatan
berdasarkan regulasi yang terbaru.
2. Penghapusan capaian pada saat pindah data tahun 2021 ke tahun 2022.
3. Penyesuaian layout pada menu laporan.
4. Adanya mekanisme verifikasi, validasi dan pengesahan dalam perhitungan kebutuhan
SDM Kesehatan.
1. Membangun masyarakat Jawa Tengah yang religius, toleran dan guyup untuk menjaga
NKRI.
2. Memperluas reformasi birokrasi yang dinamis serta memperluas sasaran ke pemerintah
kabupaten/kota.
3. Memperkuat kapasitas ekonomi rakyat dan membuka lapangan kerja untuk mengurangi
kemiskinan dan pengangguran.
4. Menjadikan rakyat Jawa Tengah lebih sehat, lebih pintar, lebih berbudaya dan mencintai
lingkungan.
Makna Misi “Menjadikan Rakyat Jawa Tengah Lebih Sehat” adalah meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yaitu :
1. Melaksanakan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) yaitu suatu tindakan yang
sistematis dan terencana yang dilakukan secara bersamasama oleh seluruh komponen
bangsa dengan kesadaran, kemauan dan kemampuan berperilaku sehat untuk
meningkatkan kualitas hidup. Gerakan Masyarakat untuk Hidup Sehat (GERMAS)
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari dengan melakukan aktivitas fisik secara
rutin, melakukan deteksi dini penyakit dengan cara melakukan cek kesehatan secara
rutin serta memperbanyak konsumsi makan sayur dan buah. Salah bentuk bentuk
operasional dilapangan adalah dengan memperkuat Upaya Kesehatan Berbasis
Masyarakat (UKBM).
2. Peningkatan akses pelayanan kesehatan untuk lapisan masyarakat antara lain dengan
pemanfaatan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) rujukan online.
3. Peningkatan dan pemerataan sarana dan prasarana kesehatan.
Salah satu makna program kerja yang akan dilakukan yaitu “Rumah Sakit Tanpa Dinding”,
artinya Rumah Sakit yang memberikan pelayanan berbasis masyarakat (community based),
RS akan mendapat keleluasaan dalam perencanaan dan tata laksana perawatan kesehatan
yang melibatkan semua pihak secara komprehensif dan efektif. Implementasi Rumah Sakit
Tanpa Dinding sebagai berikut :
1. Mampu membina Fasyankes Primer dalam upaya promotif dan preventif dengan upaya
penguatan UKM melalui TimTerpadu Rumah Sakit.
2. Mampu membina dengan SDM jejaring dalam rangka meningkatkan kapasitas misalnya
dengan kegiatan diklat.
3. Membangun sistem rujukan balik paripurna dan terpadu dengan memberikan pelayanan
perawatan paripurna dan terpadu mobile pasca Rumah Sakit.
4. Pelayanan kelompok populasi beresiko tinggi secara paripurna dan terpadu dengan
membentuk konselor kelompok mobile.
5. Aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan semakin mudah dengan
memberikan layanan didalam gedung dan keluar gedung dengan pendekatan keluarga
(PIS-PK).
6. Akses terbuka Rumah Sakit untuk masyarakat sebagai pusat rujukan Upaya Kesehatan
Perorangan (UKP) dan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK).
7. Pengembangan PSC 119 Kab/Kota dalam pelayanan pre hospital sebagai respon cepat
dalam pelayanan emergensi sehari-hari.
8. Transfer of knowlodge kepada masyarakat/ keluarga/ perorangan dengan memberikan
penyuluhan, pendampingan, sosialisasi, seminar, pelatihan untuk penyegaran kembali
ilmu pengetahuan.
Dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) dijelaskan bahwa sub sistem sumber daya
manusia kesehatan merupakan tatanan yang menghimpun berbagai upaya perencanaan,
pendidikan dan pelatihan serta pendayagunaan tenaga kesehatan secara terpadu dan
saling mendukung guna mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan adalah seseorang yang bekerja secara aktif di
bidang kesehatan baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan maupun tidak, yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan. SDM
Kesehatan dikelompokkan menjadi tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan. Adapun
tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan/ketrampilan melalui pendidikan formal di bidang kesehatan
yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan.
1. Adanya penafsiran yang berbeda oleh pemangku kepentingan yang terkait dan para
perencana SDM Kesehatan terhadap kebijakan-kebijakan perencanaan kebutuhan SDM
Kesehatan.
2. Belum optimalnya kapasitas para perencana SDM Kesehatan dalam merencanakan
kebutuhan SDM Kesehatan di berbagai tingkatan administrasi pemerintahan.
3. Dukungan pemangku kepentingan terhadap pemanfaatan sistem informasi SDM
Kesehatan.
4. Tim Perencana SDM Kesehatan di daerah belum berfungsi secara optimal dalam
perencanaan kebutuhan SDM Kesehatan.
Hasil rekapitulasi Institusi Kesehatan dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan milik Pemerintah
Kabupaten/Kota………, dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 2.1.
Jumlah Institusi Kesehatan dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Milik Pemerintah Kabupaten/Kota …………………………. Tahun 2021
1
2
3
dst
Sumber Data : Aplikasi Renbut SDMK versi 4.0 per Februari 2022
Eksisting Kesenjang
No Jabatan Jenjang Kebutuhan Keterangan
ASN Non ASN an
1
2
3
dst
Sumber Data : Aplikasi Renbut SDMK versi 4.0 per Februari 2022
b. Puskesmas ………
Menceritakan ketersediaan SDM Kesehatan (perjenjang bagi jabfung kesehatan dan
non kesehatan) berdasarkan status kepegawaian (ASN dan Non ASN). Non ASN
dipilah lagi sesuai yang ada di masing-masing puskesmas.
Format tabel :
Eksisting Kesenjang
No Jabatan Jenjang Kebutuhan Keterangan
ASN Non ASN an
1
2
3
dst
Eksisting Kesenjang
No Jabatan Jenjang Kebutuhan Keterangan
ASN Non ASN an
1
2
3
dst
Sumber Data : Aplikasi Renbut SDMK versi 4.0 per Februari 2022
Eksisting Kesenjang
No Jabatan Jenjang Kebutuhan Keterangan
ASN Non ASN an
1
2
3
dst
Sumber Data : Aplikasi Renbut SDMK versi 4.0 per Februari 2022
Eksisting Kesenjang
No Jabatan Jenjang Kebutuhan Keterangan
ASN Non ASN an
1
2
3
dst
Eksisting Kesenjang
No Jabatan Jenjang Kebutuhan Keterangan
ASN Non ASN an
1
2
3
dst
Sumber Data : Aplikasi Renbut SDMK versi 4.0 per Februari 2022
Eksisting Kesenjang
No Jabatan Jenjang Kebutuhan Keterangan
ASN Non ASN an
1
2
3
dst
Sumber Data : Aplikasi Renbut SDMK versi 4.0 per Februari 2022
BAB III
PEMENUHAN TENAGA KESEHATAN TAHUN 2022
Dibawah ini gambaran pemenuhan tenaga kesehatan dan non kesehatan sebagai
berikut :
1. Pemenuhan SDM Kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota :
a. Pemenuhan Tenaga Kesehatan
Tabel 2. ….. (urutan tebal sesuai urutan sblmnya)
Jumlah PemenuhanTenaga Kesehatan/Jabatan Fungsional Kesehatan
Di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ……………… Tahun 2021
tabel sda
dst
b. Pemenuhan Non Tenaga Kesehatan
Ceritakan sama dengan point a. Isikan sampai no 4
2. Pemenuhan SDM Kesehatan di Puskesmas (digabung semua puskesmas)
a. Pemenuhan Tenaga Kesehatan
b. Pemenuhan Non Tenaga Kesehatan
3. Pemenuhan SDM Kesehatan di UPTD ……………………..
a. Pemenuhan Tenaga Kesehatan
b. Pemenuhan Non Tenaga Kesehatan
4. Pemenuhan SDM Kesehatan di RSUD ……………………..
a. Pemenuhan Tenaga Kesehatan
BAB IV
ANALISA KEBUTUHAN TENAGA KESEHATAN
BERDASARKAN ANALISA BEBAN KERJA
A. REGULASI
C. KEADAAN DEMOGRAFIS
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, proyeksi jumlah
penduduk Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2018 sebesar 34.490.835 jiwa, dengan luas
wilayah sebesar 32.544,1 kilometer persegi (km²), rata-rata kepadatan penduduk sebesar
1.060 jiwa per km². Wilayah terpadat adalah Kabupaten Pekalongan dengan rata-rata
kepadatan penduduk sekitar 9.369 jiwa per km². Wilayah terlapang adalah Kota Tegal
dengan tingkat kepadatan penduduk sekitar 14 jiwa per km². Dengan demikian persebaran
penduduk di Jawa Tengah belum merata. Jensi demografi belum tentu berpengaruh
terhadap persebaran penduduk.
Pada bulan Juli tahun 2021, berkembang varian baru COVID-19 yaitu varian Delta. Puncak
tertinggi kasus kembali bertambah terjadi pada bulan Juli 2021. Sampai dengan bulan
November mulai terjadi trend kasus yang landai dan sampai dengan tanggal 1 Desember
2021 akumulasi data pasien COVID-19 yang dirawat di Jawa Tengah sejumlah 486.855
kasus terkonfirmasi (993 dalam perawatan/isolasi, 453.346 sembuh/selesai isolasi dan
32.516 meninggal) serta 4.793 suspek. Data diatas berdasarkan corona.jatengprov.go.id
Kementerian Kesehatan mengeluarkan panduan terbaru untuk pelaksanaan 4 kategori
penanganan kasus Covid-19, yakni Pemeriksaan, Pelacakan, Karantina, dan Isolasi.
Panduan ini termuat di Keputusan Menteri Kesehatan Nomor Hk.01.07/Menkes/4641/2021.
Menteri Kesehatan Budi Sadikin menetapkan Surat Keputusan (SK) tersebut pada tanggal
11 Mei 2021. Isi Keputusan Menkes itu menjadi panduan untuk pemerintah pusat,
pemerintah daerah provinsi maupun kabupaten/kota, tenaga kesehatan dan pemangku
kepentingan lainnya dalam melakukan Pemeriksaan, Pelacakan, Karantina, dan Isolasi
kasus COVID-19. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan itu, Pemeriksaan disebutkan sebagai
kegiatan yang dilakukan untuk penegakan diagnosis dari kasus COVID-19 melalui uji
laboratorium. Sementara definisi Pelacakan ialah kegiatan yang dilakukan untuk mencari
dan memantau kontak erat dari kasus konfirmasi atau kasus probable. Selanjutnya,
Karantina didefinisikasi sebagai upaya memisahkan seseorang yang terpapar COVID-19
(baik dari riwayat kontak atau bepergian ke wilayah lokasi transmisi komunitas), meski
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menerbitkan Peraturan Gubernur mengenai sanksi bagi
yang tidak menggunakan masker baik bagi masyarakat maupun perusahaan. Sanksi
tersebut berupa teguran dan lisan. Hal ini sebagai salahsatu edukasi agar masyarakat
bertindak benar untuk menekan penularan Covid-19. Langkah-langkah yang dilakukan oleh
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam rangka pencegahan dan penanganan COVID-19
sebagai berikut :
1. Membentuk satuan koordinasi wilayah (satkorwil) untuk percepatan penanganan
Covid-19. Enam satkorwil telah dibentuk di enam eks keresidenan, yaitu eks
karesidenan Pati, eks karesidenan Semarang, eks karesidenan Pekalongan, eks
karesidenan Banyumas, eks karesidenan Kedu, dan eks karesidenan Surakarta. Tugas
satkorwil adalah melakukan sinkronisasi, koordinasi serta percepatan penanganan
Covid-19 di 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah, serta difungsikan untuk
penanggulangan dampak sosial, ekonomi maupun kesehatan.
2. Menyediakan sarana Call Center yang merupakan layanan informasi penanganan
COVID-19 Provinsi Jawa Tengah (Call Center) 1 x 24 jam, yang memuat :
a. Data stok obat, link dengan Farma Plus Kementerian Kesehatan.
b. Data Fasilitas Pelayanan Kesehatan yaitu Data Umum RS dan Data Public Savety
Center (PSC) 119.
c. Data 28 lokasi Sentra Vaksinasi di Jawa Tengah.
d. Data 63 tempat isolasi terpusat yang mencantumkan nama tempat, kapasitas
tempat tidur, kelurahan, kecamatan dan kabupaten tempat isolasi terpusat
tersebut berada.
e. Grafik Laporan Harian dan Grafik laporan berdasarkan jenis aduan (rujukan ke
Rumah Sakit, Informasi TT/IGD kosong, konsultasi isolasi mandiri, permintaan
informasi vaksin, permintaan bantuan dari puskesmas setempat, permintaan
ambulans, informasi kamar isolasi terpusat).