CERITA RAKYAT
(HIKAYAT)
Kompetensi dasar
3.7 Mengidentifikasi nilai-nilai dan isi yang terkandung dalam cerita rakyat (hikayat), baik
lisan maupun tulis
3.8 Membandingkan nilai-nilai dan kebahasaan cerita rakyat dan cerpen
4.7 Mengembangkan makna (nilai-nilai) hikayat
4.8 Mengembangkan cerita rakyat (hikayat) ke dalam bentuk cerpen dengan
memperhatikan isi dan nilai-nilai
A. Mengidentifikasi nilai-nilai dan isi yang terkandung dalam cerita rakyat (hikayat)
Pada suatu hari Raja Indera Bungsu dari kerajaan Kobat Syahrila
menginginkan anak. Lantas beliau mengutus orang - orang yang diperintah oleh
patihnya untuk membaca do'a Qunut dan bersedekah.Tak lama kemudian, istrinya,
Putri Siti Kendi hamil dan melahirkan putera kembar. Putra yang sulung lahir dengan
panah dan diberi nama Syah Fri. Putra yang bungsu lahir dengan sebilah pedang dan
diberi nama Indera Bangsawan. Sejak kecil kedua anak baginda itu dididik dengan
baik. Mereka tumbuh dengan akhlak dan perilaku yang baik. Maka sang ayah
bimbang untuk menentukan siapa yang pantas menggantikannya untuk memerintah
kerajaan.
Pada suatu malam, sang Baginda Raja bermimpi tentang buluh (bambu)
perindu. Sang Raja sangat terpesona dengan buluh (bambu) tersebut yang bersuara
sangat merdu. Keesokan harinya, Baginda Raja menceritakan mimpinya tersebut pada
kedua anaknya. Sang Baginda berkata pada kedua anaknya, bahwa barangsiapa yang
bisa mendapatkan buluh perindu maka ialah yang akan menggantikanku untuk
menjadi raja.
Setelah mendengar itu, kedua anak Baginda Raja segera bersiap untuk
memulai pengembaraan mencari buluh perindu yang diidamkan ayahnya. Dalam
perjalanan, mereka selalu bersama, sampai pada saat angin topan, hujan lebat, dan
awan gelap gulita yang memisahkan mereka.
Syah Fri lalu berjalan dan terus berjalan hingga ia menemukan suatu taman
dan sebuah mahligai (ruang tempat Raja atau Putri Raja dalam lingkungan istana).
Dalam mahligai itu, Syah Fri menemukan sebuah gendang, lantas ia memukul
gendang tersebut dengan keras. Pada saat dia memukul gendang itu, dia mendengar
ada suara lain yang berasal dari dalam gendang. Lalu Syah Fri merobek gendang
tersebut. Betapa kagetnya Syah Fri karena dia mendapati seorang Putri dan dayang-
dayang nya sedang bersembunyi di dalam gendang. Setelah dikeluarkan dari dalam
gendang, Sang Putri bercerita bahwa dia disembunyikan di dalam gendang oleh
ayahnya untuk menghindari serangan raksasa Garuda yang telah meluluh-lantah-kan
kerajaan mereka.
Tak lama kemudian, raksasa Garuda datang hendak membunuh sang Putri.
Syah Fri segera menyelamatkan Sang Putri dan bertarung melawan raksasa Garuda.
Akhirnya raksasa Garuda kalah, dan Syah Fri menikahi Sang Putri dengan disaksikan
oleh dayang-dayang Sang Putri. Di lain tempat, INdera Bangsawan menemukan
suatu padang yang tidak cukup luas. Di dalam padang itu terdapat sebuah gua yang
dihuni oleh raksasa perempuan. Indera Bangsawan lalu bertemu dengan raksasa
perempuan itu, dan menjadikan raksasa perempuan itu sebagai nenenknya. Selama
mereka bersama, raksasa perempuan banyak memberikan pengalaman baiknya,
memberikan ilmu-ilmu, memberikan buluh perindu, dan memberikan sebuah senjata
untuk melawan Buraksa (raksasa jahat). Raksasa perempuan bercerita bahwa masih di
wilayah ini, ada sebuah kerajaan yang akan dihancurkan oleh Buraksa. Raksasa
perempuan menyuruh Indera Bangsawan untuk membantu kerajaan tersebut.
Kerajaan itu adalah kerajaan antah-berantah yang dipimpin oleh Raja Kabir.
Raja Kabir sangat tunduk kepada Buraksa. Raja Kabir akan menyerahkan putrinya,
Putri Kemala Sari kepada Buraksa sebagai upeti agar kerajaan itu tidak di hancurkan
oleh Buraksa. Setelah Indera Bangsawan berhasil masuk di wilayah kerajaan dengan
menyamar sebagai relawan, Raja Kabir berkata, barangsiapa yang bisa membunuh
Buraksa dan membawa hidungnya yang tujuh, dan matanya yang tujuh, maka dia
akan aku kawinkan dengan putriku, Puteri Kemala Sari. Indera Bangsawan segera
bergegas untuk mengejar dan mencari Buraksa tersebut. Indera Bangsawan sudah
diberi senjata oleh raksasa perempuan yang akan dia gunakan untuk memotong
hidung buraksa yang tujuh dan mata Buraksa yang tujuh.
Dengan taktiknya, Indera Bangsawan berhasil menemukan Buraksa lebih dulu
dari pada relawan-relawan yang lain. Indera Bangsawan segera melawan Buraksa, dan
akhirnya ia dapat mengalahkan Buraksa. Indera Bangsawan juga memotong hidung
Buraksa yang tujuh dan mata Buraksa yang tujuh untuk dibawa menghadap Raja
Kabir. Setelah sampai di istana, Indera Bangsawan segera menghadap Raja Kabir.
Raja Kabir bahagia karena ada orang yang dapat menyelamatkan putrinya. Pada saat
itu juga, Putri Kemla Sari segera dinikahkan dengan Indera Bangsawan. Indera
Bangsawan sudah mendapatkan buluh peribdu yang diidamkan ayahnya, maka ia
mengajak istrinya untuk kembali ke kerajaan Kobat Syahrila untuk menghadap
ayahnya. Namun, Indera Bangsawan memdadak sakit keras.
Di tempat berbeda, Syah Fri beberapa hari tidak dapat tidur dengan nyenyak
dan selalu memimpikan adiknya, Indera Bangsawan. Dalam mimpinya, Indera
Bangsawan sedang sakit keras dan membutuhkan pertolongannya. Maka berangkatlah
ia mencari Indera Bangsawan.
Setelah berhari-hari mencari, sampailah Syah Fri di kerajaan antah-berantah.
Lalu ia menemukakn Indera Bangsawan sedang tergeletak sakit tak berdaya dengan
ditemani istrinya. Syah Fri lalu berusaha untuk menyembuhkan Indera Bangsawan
dengan pengetahuan yang dia miliki.
Selang beberapa hari, Indera Bangsawan berangsur-angsur sembuh. Syah Fri
dan istrinya lantas mengajak Indera Bangsawan dan istrinya untuk kembali ke
kerajaan Kobat Syahrila. Baginda raja Indera Bungsu sangat bahagia melihat
kepulangan kedua putranya yang didampingi juga oleh istrinya. Indera Bangsawan
jug alangsung menyerahkan buluh perindu yang diidamkan ayahnya. Sang ayah
bertambah bahagia dan langsung mengangkat Indera Bangsawan menjadi raja untuk
menggantikan posisinya. Untuk membalas kebaikan hati kakaknya yang mau
mencarinya untuk menyembuhkannya, Indera Bangsawan memberi Syah Fri batu
hikmat. Batu hikmat tersebut dapat dimanfaatkan Syah Fri untuk dijadikan sebuah
kerajaan lengkap dengan abdi kerajaan, rakyat, dan perlengkapan kerajaan.
Akhirnya, kedua kerajaan itu berkembang bersama, saling bahu-membahu
untuk menciptakan kerukunan, kemakmuran, dan perdamaian.
Hikayat merupakan sebuah teks narasi yang berbeda dengan narasi lain.
Adapun karakteristik hikayat antara lain :
1. Kemustahilan
Kemustahilan dalam teks, baik dari segi bahasa maupun dari segi cerita.
Kemustahilan berarti hal yang tidak logis atau tidak diterima nalar.
Perhatikan contoh berikut.
Bayi lahir disertai pedang dan Hatta beberapa lamanya, Tuan Puteri Siti Kendi
panah pun hamillah dan bersalin dua orang putra laki-
laki. adapun yang tua kaeluarnya dengan panah
dan yang muda dengan pedang.
Seorang putri keluar dari Lalu diambilnya dan ditorehnya gendang itu, maka
gendang Puteri Ratna Sari pun keluarlah dari gendang itu.
Ia ditaruh orang tuanya dalam gendang itu dengan
suatu cembul.
2. Kesaktian
Seringkali dapat kita temukan kesaktian para tokoh dalam hikayat.
Contoh :
a. Syah Peri mengalahkan Garuda yang mampu merusak sebuah kerajaan.
b. Raksasa memberi sarung kesaktian untuk mengubah wujud dan kuda hijau.
c. Indera Bangsawan mengalahkan Buraksa.
3. Anonim
Anonim berarti tidak diketahui secara jelas nama pencerita atau pengarang.
Hal tersebut disebabkan cerita disampaikan secara lisan.
4. Istana sentris
Hikayat seringkali bertema dan berlatar kerajaan. Hal tersebut dapat
dibuktikan dengan tokoh yang diceritakan adalah raja dan anak raja. Selain itu,
latar tempat dalam cerita tersebut adalah negeri yang dipimpin oleh raja serta
istana dalam suatu kerajaan.
TUGAS 1
TUGAS 2