Anda di halaman 1dari 7

BAB 4

CERITA RAKYAT
(HIKAYAT)

Kompetensi dasar

3.7 Mengidentifikasi nilai-nilai dan isi yang terkandung dalam cerita rakyat (hikayat), baik
lisan maupun tulis
3.8 Membandingkan nilai-nilai dan kebahasaan cerita rakyat dan cerpen
4.7 Mengembangkan makna (nilai-nilai) hikayat
4.8 Mengembangkan cerita rakyat (hikayat) ke dalam bentuk cerpen dengan
memperhatikan isi dan nilai-nilai

A. Mengidentifikasi nilai-nilai dan isi yang terkandung dalam cerita rakyat (hikayat)

Hikayat merupakan cerita melayu klasik yang menonjolkan unsur penceritaan,


berciri kemustahilan dan kesaktian tokoh-tokohnya. Cerita rakyat penting dilestarikan
dan dikembangkan. Ada tiga fungsi cerita rakyat yang mengharuskan kita tetap
melestarikannya yaitu :
1. Sebagai sarana hiburan
2. Sebagai sarana pendidikan karena didalamnya terkandung banyak nilai yang dapat
diteladani dalam kehidupan.
3. Sebagia sarana menunjukkan dan melestarikan budaya bangsa karena dari cerita
rakyat dapat dikokohkan nilai sosial dan budaya suatu bangsa.

Berikut adalah contoh hikayat.


Hikayat Indera Bangsawan

Pada suatu hari Raja Indera Bungsu dari kerajaan Kobat Syahrila
menginginkan anak. Lantas beliau mengutus orang - orang yang diperintah oleh
patihnya untuk membaca do'a Qunut dan bersedekah.Tak lama kemudian, istrinya,
Putri Siti Kendi hamil dan melahirkan putera kembar. Putra yang sulung lahir dengan
panah dan diberi nama Syah Fri. Putra yang bungsu lahir dengan sebilah pedang dan
diberi nama Indera Bangsawan. Sejak kecil kedua anak baginda itu dididik dengan
baik. Mereka tumbuh dengan akhlak dan perilaku yang baik. Maka sang ayah
bimbang untuk menentukan siapa yang pantas menggantikannya untuk memerintah
kerajaan.     
Pada suatu malam, sang Baginda Raja bermimpi tentang buluh (bambu)
perindu. Sang Raja sangat terpesona dengan buluh (bambu) tersebut yang bersuara
sangat merdu. Keesokan harinya, Baginda Raja menceritakan mimpinya tersebut pada
kedua anaknya. Sang Baginda berkata pada kedua anaknya, bahwa barangsiapa yang
bisa mendapatkan buluh perindu maka ialah yang akan menggantikanku untuk
menjadi raja.  
Setelah mendengar itu, kedua anak Baginda Raja segera bersiap untuk
memulai pengembaraan mencari buluh perindu yang diidamkan ayahnya. Dalam
perjalanan, mereka selalu bersama, sampai pada saat angin topan, hujan lebat, dan
awan gelap gulita yang memisahkan mereka.     
Syah Fri lalu berjalan dan terus berjalan hingga ia menemukan suatu taman
dan sebuah mahligai (ruang tempat Raja atau Putri Raja dalam lingkungan istana).
Dalam mahligai itu, Syah Fri menemukan sebuah gendang, lantas ia memukul
gendang tersebut dengan keras. Pada saat dia memukul gendang itu, dia mendengar
ada suara lain yang berasal dari dalam gendang. Lalu Syah Fri merobek gendang
tersebut. Betapa kagetnya Syah Fri karena dia mendapati seorang Putri dan dayang-
dayang nya sedang bersembunyi di dalam gendang. Setelah dikeluarkan dari dalam
gendang, Sang Putri bercerita bahwa dia disembunyikan di dalam gendang oleh
ayahnya untuk menghindari serangan raksasa Garuda yang telah meluluh-lantah-kan
kerajaan mereka.     
Tak lama kemudian, raksasa Garuda datang hendak membunuh sang Putri.
Syah Fri segera menyelamatkan Sang Putri dan bertarung melawan raksasa Garuda.
Akhirnya raksasa Garuda kalah, dan Syah Fri menikahi Sang Putri dengan disaksikan
oleh dayang-dayang Sang Putri.      Di lain tempat, INdera Bangsawan menemukan
suatu padang yang tidak cukup luas. Di dalam padang itu terdapat sebuah gua yang
dihuni oleh raksasa perempuan. Indera Bangsawan lalu bertemu dengan raksasa
perempuan itu, dan menjadikan raksasa perempuan itu sebagai nenenknya.      Selama
mereka bersama, raksasa perempuan banyak memberikan pengalaman baiknya,
memberikan ilmu-ilmu, memberikan buluh perindu, dan memberikan sebuah senjata
untuk melawan Buraksa (raksasa jahat). Raksasa perempuan bercerita bahwa masih di
wilayah ini, ada sebuah kerajaan yang akan dihancurkan oleh Buraksa. Raksasa
perempuan menyuruh Indera Bangsawan untuk membantu kerajaan tersebut.     
Kerajaan itu adalah kerajaan antah-berantah yang dipimpin oleh Raja Kabir.
Raja Kabir sangat tunduk kepada Buraksa. Raja Kabir akan menyerahkan putrinya,
Putri Kemala Sari kepada Buraksa sebagai upeti agar kerajaan itu tidak di hancurkan
oleh Buraksa. Setelah Indera Bangsawan berhasil masuk di wilayah kerajaan dengan
menyamar sebagai relawan, Raja Kabir berkata, barangsiapa yang bisa membunuh
Buraksa dan membawa hidungnya yang tujuh, dan matanya yang tujuh, maka dia
akan aku kawinkan dengan putriku, Puteri Kemala Sari. Indera Bangsawan segera
bergegas untuk mengejar dan mencari Buraksa tersebut. Indera Bangsawan sudah
diberi senjata oleh raksasa perempuan yang akan dia gunakan untuk memotong
hidung buraksa yang tujuh dan mata Buraksa yang tujuh.     
Dengan taktiknya, Indera Bangsawan berhasil menemukan Buraksa lebih dulu
dari pada relawan-relawan yang lain. Indera Bangsawan segera melawan Buraksa, dan
akhirnya ia dapat mengalahkan Buraksa. Indera Bangsawan juga memotong hidung
Buraksa yang tujuh dan mata Buraksa yang tujuh untuk dibawa menghadap Raja
Kabir.      Setelah sampai di istana, Indera Bangsawan segera menghadap Raja Kabir.
Raja Kabir bahagia karena ada orang yang dapat menyelamatkan putrinya. Pada saat
itu juga, Putri Kemla Sari segera dinikahkan dengan Indera Bangsawan.      Indera
Bangsawan sudah mendapatkan buluh peribdu yang diidamkan ayahnya, maka ia
mengajak istrinya untuk kembali ke kerajaan Kobat Syahrila untuk menghadap
ayahnya. Namun, Indera Bangsawan memdadak sakit keras.     
Di tempat berbeda, Syah Fri beberapa hari tidak dapat tidur dengan nyenyak
dan selalu memimpikan adiknya, Indera Bangsawan. Dalam mimpinya, Indera
Bangsawan sedang sakit keras dan membutuhkan pertolongannya. Maka berangkatlah
ia mencari Indera Bangsawan.     
Setelah berhari-hari mencari, sampailah Syah Fri di kerajaan antah-berantah.
Lalu ia menemukakn Indera Bangsawan sedang tergeletak sakit tak berdaya dengan
ditemani istrinya. Syah Fri lalu berusaha untuk menyembuhkan Indera Bangsawan
dengan pengetahuan yang dia miliki.     
Selang beberapa hari, Indera Bangsawan berangsur-angsur sembuh. Syah Fri
dan istrinya lantas mengajak Indera Bangsawan dan istrinya untuk kembali ke
kerajaan Kobat Syahrila. Baginda raja Indera Bungsu sangat bahagia melihat
kepulangan kedua putranya yang didampingi juga oleh istrinya. Indera Bangsawan
jug alangsung menyerahkan buluh perindu yang diidamkan ayahnya. Sang ayah
bertambah bahagia dan langsung mengangkat Indera Bangsawan menjadi raja untuk
menggantikan posisinya. Untuk membalas kebaikan hati kakaknya yang mau
mencarinya untuk menyembuhkannya, Indera Bangsawan memberi Syah Fri batu
hikmat. Batu hikmat tersebut dapat dimanfaatkan Syah Fri untuk dijadikan sebuah
kerajaan lengkap dengan abdi kerajaan, rakyat, dan perlengkapan kerajaan.     
Akhirnya, kedua kerajaan itu berkembang bersama, saling bahu-membahu
untuk menciptakan kerukunan, kemakmuran, dan perdamaian.

Hikayat merupakan sebuah teks narasi yang berbeda dengan narasi lain.
Adapun karakteristik hikayat antara lain :
1. Kemustahilan 
Kemustahilan dalam teks, baik dari segi bahasa maupun dari segi cerita.
Kemustahilan berarti hal yang tidak logis atau tidak diterima nalar.
Perhatikan contoh berikut.

Kemustahilan Kutipan teks

Bayi lahir disertai pedang dan Hatta beberapa lamanya, Tuan Puteri Siti Kendi
panah pun hamillah dan bersalin dua orang putra laki-
laki. adapun yang tua kaeluarnya dengan panah
dan yang muda dengan pedang.

Seorang putri keluar dari Lalu diambilnya dan ditorehnya gendang itu, maka
gendang Puteri Ratna Sari pun keluarlah dari gendang itu.
Ia ditaruh orang tuanya dalam gendang itu dengan
suatu cembul.
2. Kesaktian
Seringkali dapat kita temukan kesaktian para tokoh dalam hikayat.
Contoh :
a. Syah Peri mengalahkan Garuda yang mampu merusak sebuah kerajaan.
b. Raksasa memberi sarung kesaktian untuk mengubah wujud dan kuda hijau.
c. Indera Bangsawan mengalahkan Buraksa.
3. Anonim 
Anonim berarti tidak diketahui secara jelas nama pencerita atau pengarang.
Hal tersebut disebabkan cerita disampaikan secara lisan.
4. Istana sentris 
Hikayat seringkali bertema dan berlatar kerajaan. Hal tersebut dapat
dibuktikan dengan tokoh yang diceritakan adalah raja dan anak raja. Selain itu,
latar tempat dalam cerita tersebut adalah negeri yang dipimpin oleh raja serta
istana dalam suatu kerajaan.

TUGAS 1

Bacalah hikayat berikut ini, kemudian jawab pertanyaannya sesuai dengan


instruksinya !
Hikayat Bayan Budiman
Sebermula ada saudagar di negara Ajam.Khojan Mubarok namanya, terlalu
amat kaya, akantetapi ia tiada beranak. Tak seberapa lama setelah ia berdoa
kepada Tuhan, maka saudagar Mubarok pun beranaklah istrinya seorang anak
laki-laki yang diberi nama Khojan Maimun.
Setelah umurnya Khojan maimun lima tahun, maka di serahkan oleh bapaknya
mengaji kepada banyak guru sehingga sampai umur Khojan Maimun lima belas
tahun, ia di pinangkan dengan anak saudagar yang kaya, amat elok parasnya,
namanya Bibi Zainab.Hatta beberapa lamanya Khojan Maimun beristri itu, ia
membeli seekor burung bayan jantan. Maka beberapa di antara itu ia juga
membeli seekor tiung betina, lalu di bawanya ke rumah dan ditaruhnya hampir
sangkaran bayan juga.
Pada suatu hari Khojan Maimun tertarik akan perniagaan di laut, lalu minta
izinlah diakepada istrinya. Sebelum dia pergi, berpesanlah dia pada istrinya itu,
jika ada barang suatu pekerjaan, mufakatlah dengan dua ekor unggas itu, hubaya-
hubaya jangan tiada, karena fitnah didunia amat besar lagi tajam dari pada
senjata.
Hatta beberapa lama di tinggal suaminya, ada anak Raja Ajam berkuda lalu
melihatnya rupa Bibi Zainab yang terlalu elok. Berkencanlah mereka untuk
bertemu melalui seorang perempuan tua. Maka pada suatu malam, pamitlah Bibi
Zainab kepada burung tiung itu hendak menemui anak raja itu, maka
bernasehatkah di tentang perbuatanya yang melanggar aturan Allah SWT. Maka
marahlah istri Khojan Maimun dan disentakkannya tiung itu dari sangkarnya dan
dihempaskannya sampai mati.
Lalu Bibi Zainab pun pergi mendapatkan bayan yang sedang berpura-pura
tidur. Maka bayan pun berpura-pura terkejut dan mendengar kehendak hati Bibi
Zainab pergi mendapatkan anak raja. Maka bayan pun berpikir bila ia menjawab
seperti tiung maka ia juga akan binasa. Setelah ia sudah berpikir demikian itu,
maka ujarnya, "Aduhai Siti yang baik paras, pergilah dengan segeranya
mendapatkan anak raja itu. Apapun hamba ini haraplah tuan, jikalau jahat
sekalipun pekerjaan tuan, Insya Allah di atas kepala hambalah menanggungnya.
Baiklah tuan pergi, karena sudah di nanti anak raja itu. Apatah di cara oleh segala
manusia di dunia ini selain martabat, kesabaran, dan kekayaan?
Adapun akan hamba, tuan ini adalah seperti hikayat seekor unggas bayan yang
dicabut bulunya oleh tuannya seorang istri saudagar.”Maka berkeinginanlah istri
Khojan Maimun untuk mendengarkan cerita tersebut. Maka Bayan pun
berceritalah kepada Bibi Zainab dengan maksud agar ia dapat memperlalaikan
perempuan itu. Hatta setiap malam, Bibi Zainab yang selalu ingin mendapatkan
anak raja itu, dan setiap berpamitan dengan bayan, maka di berilah ia cerita-cerita
hingga sampai 24 kisah dan 24 malam burung tersebut bercerita, hingga akhirnya
lah Bibi Zainab pun insaf terhadap perbuatanya dan menunggu suaminya Khojan
Maimun pulang dari rantauannya.
Burung Bayan tidak melarang malah dia menyuruh Bibi Zainab meneruskan
rancangannya itu, tetapi dia berjaya menarik perhatian serta melalaikan Bibi
Zainab dengan cerita-ceritanya. Bibi Zainab terpaksa menangguh dari satu malam
ke satu malam pertemuannya dengan putera raja. begitulah seterunya sehingga
Khoja Maimun pulang dari pelayarannya.
Bayan yang bijak bukan sahaja dapat menyelamatkan nyawanya tetapi juga
dapat menyekat isteri tuannya daripada menjadi isteri yang curang. Dia juga dapat
menjaga nama baik tuannya serta menyelamatkan rumah tangga tuannya.

Setelah Anda membacanya, identifikasi karakteristik hikayat dalam Hikayat


Bayan Budiaman dengan menggunakan tabel berikut.
Karakteristik Kutipan teks
Kemustahilan .....................................................
Kesaktian .....................................................
Istana sentris ......................................................
B. Mengembangkan Makna (Nilai-Nilai) dalam Hikayat
Hikayat banyak mengandung nilai kehidupan. Nilai-nilai yang ada pada hikayat
yaitu :
1. Nilai religi adalah nilai yang dikaitkan dengan ajaran agama. Nilai religi biasanya
ditandai dengan penggunaan kata dan konsep Tuhan, mahluk ghaib, dosa-pahala,
serta surga-neraka.
2. Nilai-nilai moral adalah nasihat-nasihat yang berkaitan dengan budi pekerti,
perilaku, atau tata susila yang dapat diperoleh pembaca dari cerita yang dibaca
atau dinikmatinya.
3. Nilai sosial adalah nasihat-nasihat yang berkaitan dengan kemasyarakatan.
Indikasi nilai sosial dikaitkan dengan kepatuhan dan kepantasan bila diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari (berhubungan dengan kehidupan sesama atau sosial
kita).
4. Nilai budaya adalah nilai yang diambil dari budaya yang berkembang secara
turun menurun di masyarakat. Ciri khas nilai-nilai bidaya dibandingkan nilai
lainnya adalah masyarakt takut meninggalkan atau menentang nilai tersebut
karena ‘takut’ sesuatu yang buruk akan menimpanya.
5. Nilai edukasi adalah nilai berkaitan dengan pendidikan Misalnya nasihat untuk
mencari ilmu seluas-luasnya selagi hidup di dunia.

TUGAS 2

Baca kembali “Hikayat Bayan Budiman” dan temukan nilai-nilai yang


terkandung didalmnya ! kerjakan dengan menggunakan tabel berikut.
Nilai Kutipan teks
Religi .............................................................
Moral ..............................................................
Sosial ..............................................................
Budaya ................................................................
Pendidikan ................................................................

C. Membandingkan Nilai-Nilai dan Kebahasaan Cerita Rakyat serta


Cerpen
Hikayat disajikan dengan menggunakan bahasa Melayu Klasik. Di antara ciri
bahasa yang dominan dalam hikayat adalah banyak menggunakan konjungsi hampir
pada setiap awal kalimat.
Perhatikan contoh kutipan hikayat berikut ini.

Maka berkeinginanlah istri Khojan Maimun untuk mendengarkan cerita


tersebut. Maka Bayanpun berceritalah kepada Bibi Zainab dengan maksud agar
ia dapat memperlalaikan perempuan itu. Hatta setiap malam, Bibi Zainab yang
selalu ingin medapatkan anak raja itu, dan setiap berpamitan dengan
bayan. Maka diberilah ia cerita-cerita hingga sampai 24 kisah dan 24 malam.
Burung tersebut bercerita, hingga akhirnyalah Bibi Zainab pun insaf terhadap
perbuatannya dan menunggu suaminya Khojan Maimum pulang dari
rantauannya

Selain banyak menggunakan konjungsi, hikayat menggunakan kata-kata


arkais. Hikayat merupakan karya sastra klasik. Artinya, usia hikayat jauh lebih tua
dibandingkan usia Negara Indonesia. Meskipun bahasa yang digunakan adalah bahasa
Indonesia (berasal dari bahasa Melayu), tidak semua kata dalam hikayat kita jumpai
dalam bahasa Indonesia sekarang. Kata-kata yang sudah jarang digunakan atau
bahkan sudah asing tersebut disebut sebagai kata-kata arkais.

Contoh Kata Arkais dan Makna Kamus


1) Beroleh = mendapat
2) Titah = kata, perintah
3) Buluh = tanaman berumpun, berakar serabut, batangnya beruas-ruas, berongga, dan
keras; bambu; aur
4) Mahligai = tempat kediaman raja atau putri-putri raja di dalam istana
5) Ditoreh = diiris, digores
6) Cembul = tonjolan kecil dan bundar
7) Inang = induk
8) Upeti = pajak
9) Selit = berliku-liku, berbelit-belit
10) Bejana = wadah air, jambang

Anda mungkin juga menyukai