Anda di halaman 1dari 19

Bab I

Pendahuluan
A. Latar Belakang
Kurikulum dikembangkan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan
nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan
dan warga belajar. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk
memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di
daerah.
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam
mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan
nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan,
tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian
pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI)
dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan
dalam mengembangkan kurikulum.

B. Tujuan Pengembangan KTSP

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dikembangkan antara lain agar dapat
memberi kesempatan warga belajar untuk :
(a) Belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
(b) Belajar untuk memahami dan menghayati,
(c) Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif,
(d) Belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain, dan
(e) Belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif,
kreatif, efektif dan menyenangkan.

Komponen KTSP terdiri dari:


(a) Tujuan Pendidikan Kesetaraan /Kelompok Belajar Paket C
(b) Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(c) Kalender Pendidikan
(d) Silabus
(e) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

1
C. Prinsip Pengembangan KTSP
KTSP dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh dinas dikpora Kabupaten
Purwakarta yang bertanggungjawab di bidang pendidikan sesuai dengan tingkat
kewenangannya dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholder) di bawah
koordinasi dan supervisi dinas pendidikan provinsi. Pengembangan KTSP mengacu pada SI
dan SKL dan berpedoman pada panduan penyusunan KTSP pendidikan kesetaraan yang
disusun oleh BSNP.
KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1.Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan warga belajar dan
lingkungannya.
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa warga belajar memiliki posisi sentral
untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung
pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi warga belajar disesuaikan dengan
potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan warga belajar serta tuntutan
lingkungan. Memiliki posisi sentral berarti kegiatan pembelajaran berpusat pada warga
belajar.
2.Beragam dan terpadu
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik warga belajar,
kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak diskriminatif
terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adapt istiadat, status social ekonomi, dan gender.
Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan local, dan
pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan
yang bermakna dan tepat antarsubstansi.
3.Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni yang berkembang secara dinamis. Oleh karena itu, semangat dan isi kurikulum
memberikan pengalaman belajar warga belajar untuk mengikuti dan memanfaatkan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
4.Relevan dengan kebutuhan kehidupan
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan
(stakeholder) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk
di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu,

2
pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampian social,
keterampian akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.
5.Menyeluruh dan berkesinambungan
Substansi kurikulum mencakup keseluruan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan
dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antar semua
jenjang pendidikan.
6.Belajar sepanjang hayat
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan
warga belajar agar mampu dan mau belajar yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum
mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal, dan informal
denga memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembangan serta
arah pengembangan manusia seutuhnya.
7.Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan
daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan
sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI)
8.Partisipatif

Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan


(stakeholder), agar tercipta rasa memiliki dan bertanggungjawab dalam melaksanakannya.

3
Bab II
Tujuan

A. Visi Misi Pendidikan Kesetaraan Paket A

Kurikulum disusun oleh dinas pendidikan kabupaten/kota untuk memungkinkan


penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di kabupaten/kota.
Pengelola Kelompok belajar sebagai unit penyelenggara pendidikan juga harus
memperhatikan perkembangan dan tantangan masa depan. Perkembangan dan tantangan itu
misalnya menyangkut: (1) perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, (2) globalisasi
yang memungkinkan sangat cepatnya arus perubahan dan mobilitas antar dan lintas sektor
serta tempat, (3) era informasi, (4) pengaruh globalisasi terhadap perubahan perilaku dan
moral manusia, (5) berubahnya kesadaran masyarakat dan orang tua terhadap pendidikan, (6)
dan era perdagangan bebas.

Tantangan sekaligus peluang itu harus direspon oleh dinas pendidikan Pemuda dan
Olahraga Kabupaten Purwakarta, sehingga visi lembaga diharapkan sesuai dengan arah
perkembangan tersebut. Visi tidak lain merupakan citra moral yang menggambarkan profil
lembaga yang diinginkan di masa datang. Namun demikian, visi lembaga harus tetap dalam
koridor kebijakan pendidikan nasional. Visi juga harus memperhatikan dan
mempertimbangkan (1) potensi yang dimiliki lembaga sebagai penyelenggara Kelompok
Belajar, (2) harapan masyarakat yang dilayani lembaga.

Dalam merumuskan visi, pihak-pihak yang terkait (stakeholders) bermusyawarah,


sehingga visi lembaga mewakili aspirasi berbagai kelompok yang terkait, sehingga seluruh
kelompok yang terkait (tutor, karyawan, warga belajar, orang tua, masyarakat, pemerintah)
bersama-sama berperan aktif untuk mewujudkannya.

Visi pada umumnya dirumuskan dengan kalimat : (1) filosofis, (2) khas, (3) mudah diingat.
Berikut ini merupakan visi yang dirumuskan oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga
Kabupaten Purwakarta.
1. VISI
Visi
“Terwujudnya masyarakat yang lebih cerdas dan terampil, lebih kreatif dan
produktif, serta selalu ingin mengembangkan diri secara positif untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat”

Dinas pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Purwakarta memilih visi ini
untuk tujuan jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek. Visi ini menjiwai seluruh

4
warga di lembaga penyelenggara program Paket A untuk selalu mewujudkannya setiap saat
dan berkelanjutan dalam mencapai tujuan lembaga.

Untuk mencapai visi tersebut, perlu dilakukan suatu misi berupa kegiatan
jangka panjang dengan arah yang jelas. Berikut ini merupakan misi yang dirumuskan
berdasarkan visi di atas.
2. MISI
1. Menanamkan minat belajar
2. Meningkatkan kesejahteraan Masyarakat
3. Membangun masyarakat yang cerdas, berkualitas dengan bekal ilmu dan
keterampilan.
4. Mengurangi kegiatan yang bersifat negatif dengan mengisi waktu untuk belajar.
Di setiap kerja komunitas pendidikan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaaan
Kabupaten Purwakarta berusaha menfasilitasi secara maksimal dan selalu
menumbuhkan disiplin sesuai aturan bidang kerja masing-masing, saling
menghormati dan saling percaya dan tetap menjaga hubungan kerja yang harmonis
dengan berdasarkan pelayanan prima, kerjasama, dan silaturahmi. Penjabaran misi di
atas dalam kegiatan pendidikan kesetaraan paket A meliputi :

Misi merupakan kegiatan jangka panjang yang masih perlu diuraikan menjadi
beberapa kegiatan yang memiliki tujuan lebih detil dan lebih jelas. Berikut ini jabaran
tujuan yang diuraikan dari visi dan misi di atas

C. Tujuan Pendidikan Kesetaraan Paket C PKBM AL FIIL

Tujuan Program umum dari Paket A adalah :


1. Memberikan bekal pengetahuan, kemampuan, dan sikap yang memungkinkan
warga belajar mengikuti pendidikan lanjutan di Universitas atau mandiri dan
siap di dunia kerja.
2. Menjamin penyelesaian pendidikan menengah yang bermutu bagi warga
belajar yang kurang beruntung (putus sekolah, putus lanjut).
3. Menjamin pemenuhan kebutuhan belajar bagi semua manusia muda dan orang
dewasa melalui akses yang adil pada program-program belajar dan kecakapan
hidup.
4. Melayani warga belajar yang memerlukan pendidikan akademik dan
kecakapan hidup secara fleksibel untuk meningkatkan mutu kehidupannya.

5
5. Menghargai Budaya Lokal dan Nasional.
Tujuan khusus dari Kelompok belajar Paket A PKBM AL FIIL Kabupaten
Purwakarta merupakan jabaran dari visi dan misi lembaga yang disinergikan dengan
tujuan umum sehingga menjadi lebih komunikatif dan bisa diukur sebagai berikut :

1. Unggul dalam kegiatan pembelajaran akademik dengan pola tatap muka dan mandiri
terstruktur.

2. Unggul dalam perolehan nilai UN Paket A.

3. Unggul dalam penerapan ilmu pengetahuan, teknologi, Informasi dan Komunikasi.

1. Unggul dalam keterampilan fungsional, sehingga dapat bekerja atau berusaha.

2. Unggul dalam menghargai Budaya Bangsa.

Tujuan tersebut secara bertahap akan dimonitoring, dievaluasi, dan


dikendalikan setiap kurun waktu tertentu, untuk mencapai Standar Kompetensi
Lulusan (SKL) Pendidikan Kesetaraan Paket A setara SMA yang dibakukan secara
nasional yang mempunyai kompetensi sebagai berikut :

1. Keyakinan, ketaqwaan dan mewujudkannya dalam berfikir, serta berprilaku sesuai


dengan ajaran agama masing-masing.

2. Perasaan dan tanggung jawab sosial

3. Pengetahuan, ketrampilan, sikap dan kemampuan untuk bekerja usaha mandiri atau
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

4. Kemampuan bekerja atau berusaha mandiri dengan membuka lapangan kerja bagi
dirinya dan bagi sesamanya.

5. Percaya akan kemampuannya dengan berpikir terbuka, kreatif dan inovatif.

6. Kemampuan dapat berpikir, memberi alasan dan menghadapi masa depan dengan
penuh percaya diri.

7. Pemahaman terhadap hak dan kewajibannya untuk bekerja produktif, kompetitif


kooperatif dan bertanggungjawab.

8. Suka bekerja keras, merasa bangga akan pekerjaan, dan menghargai bekerjasama
dengan orang lain.

9. Pemahaman tentang kepemimpinan/leadership.


6
10. Kemampuan berolahraga atau menjaga kesehatan dan membangun ketahanan dan
kebugaran jasmani.

11. Berekspresi dan penghargaan terhadap seni dan keindahan

Selanjutnya, atas keputusan bersama unsur lembaga, tutor dan warga belajar
SKL tersebut difokuskan sebagai profil warga belajar Paket A PKBM AL FIIL
Kabupaten Purwakarta sebagai berikut :

1. Mampu menampilkan kebiasaan sopan santun dan berbudi pekerti sebagai cerminan
akhlak mulia dan iman taqwa.

2. Mampu mengaktualisasikan diri dalam berbagai seni dan olah raga, sesuai pilihannya.

3. Mampu mendalami keterampilan fungsional yang dipilih, sehingga mempunyai bekal


dalam bekerja ataupun berusaha.

4. Mampu mengoperasikan komputer.

5. Mampu menentukan pilihan terbaik antara melanjutkan ke Perkuliahan atau bekerja


sesuai kebutuhan hidupnya.

6. Mampu bersaing dalam mengikuti berbagai kompetisi akademik dan non akademik
yang dilaksanakan oleh pendidikan nonformal.Mampu memiliki kecakapan hidup
personal, sosial, akademik dan vokasional.
Tujuan tersebut secara bertahap akan dimonitoring, dievaluasi, dan
dikendalikan setiap kurun waktu tertentu, untuk mencapai Standar Kompetensi
Lulusan (SKL) Pendidikan Kesetaraan Paket A setara SD.

D. Landasan

Kemajuan informasi, komunikasi dan teknologi, pada era globalisasi telah


menyebabkan perkembangan ekonomi berbasis pengetahuan yang menuntut
kemampuan intelektual, sosial, pengetahuan dan kecakapan hidup serta kredibilitas
suatu bangsa sebagai modal utama bagi kesejahteraan dan kemajuan.

Pendidikan nonformal sebagai satu cara untuk mengembangkan potensi


warga belajar dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan
fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional. Pendidikan
nonformal dituntut memberikan kesempatan kepada masyarakat dengan

7
memberdayakan peran serta masyarakat dalam memenuhi kebutuhan belajar
sepanjang hayat sesuai dengan potensi, situasi dan kondisi konteks lokal.

Dengan demikian satuan pendidikan kesetaraan harus memberikan peluang


berkembangnya potensi warga belajar sesuai dengan konteks lokal dan kebutuhan,
sehingga perlu disusun suatu kurikulum yang mampu mengakomodasi semua hal
tersebut, dengan didasarkan pada :
1. UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dimana pendidikan
nonformal berfungsi mengembangkan potensi warga belajar dengan penekanan pada
penguasaan pengetahuan danketerampilan fungsional serta pengembangan sikap dan
kepribadian profesional.
2. Peraturan Pemerintah No. 73 tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Sekolah.
3. PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi,
proses, kompetensi kelulusan, pendiidikan dan tenaga kependidikan, sarana dan
prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan.
4. Inpres Nomor 1 tahun 1994 tentang Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun.
5. Permendiknas No. 14 Tahun 2007 tentang Standar Isi untuk Program Paket A,
Program Paket B, dan Program Paket C.
6. Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah.
7. Keputusan Mendiknas no. 0132/U/2004 tentang program paket A
8. Surat Edaran Mendiknas No. 107/MPN/MS/2006 tentang eligibilitas Program
Kesetaraan.

E. Pengertian

Pendidikan nonformal adalah pendidikan yang menekankan pada


pengetahuan dan keterampilan fungsional serta sikap dan kepribadian profesional.

Pendidikan Kesetaraan adalah pendidikan nonformal yang menyelenggarakan


pendidikan umum, meliputi program Paket A Setara SD/MI, Paket B Setara
SMP/MTs, dan Paket C Setara SMA/MA.

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,


dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

8
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional
yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP
terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan
kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.

Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata


pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan
sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan
kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan
indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran merupakan bagian dari perencanaan


proses pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi
ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar.

Satuan Kredit Kompetensi (SKK) merupakan penghargaan terhadap


pencapaian kompetensi sebagai hasil belajar warga belajar dalam menguasai suatu
mata pelajaran. Satu SKK adalah satu satuan kompetensi yang dicapai melalui
pembelajaran 1 jam tatap muka atau 2 jam tutorial atau 3 jam mandiri, atau kombinasi
secara proporsional. Satu jam pembelajaran sama dengan 40 menit.

Tingkatan dan Derajat Kompetensi merupakan sistem pelaksanaan kurikulum


yang setara dengan sistem kelas pada pendidikan formal. Tingkat dan derajat Paket A
terdiri dari: Tingkatan I dengan Derajat Kompetensi Mahir 1 setara dengan Kelas I
s.d III. Tingkat dengan Derajat Kompetensi Mahir 2 setara dengan Kelas IV s.d VI.

Tatap muka merupakan kegiatan pembelajaran dalam interaksi langsung antara


warga belajar dengan pendidik sebagai kegiatan tutorial untuk pendalaman materi
yang sulit, penguatan motivasi, dan peningkatan ketuntasan belajar, serta penilaian
hasil belajar.

Belajar mandiri merupakan kegiatan pembelajaran yang dirancang dan


dilaksanakan oleh warga belajar dengan bimbingan pendidik atau disesuaikan dengan
kebutuhan, kesempatan, penyelesaian dan ketuntasan yang diatur oleh warga belajar.

9
10
Bab III
Struktur dan Muatan Kurikulum

A. Struktur Kurikulum
Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh
oleh peserta didik pada satuan pendidikan dalam kegiatan pembelajaran. Struktur
kurikulum Paket A dimaksudkan untuk mencapai standar kompetensi lulusan sesuai
dengan Permen Diknas 23/2006 dengan orientasi pengembangan olahkarya untuk
mencapai keterampilan fungsional yang menjadi kekhasan program Paket A yaitu
memiliki keterampilan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Pencapaian kompetensi keterampilan fungsional dikembangkan melalui mata
pelajaran keterampilan fungsional yang disesuaikan dengan potensi dan kebutuhan secara
terintegritas dan/atau dalam bentuk mata pelajaran tersendiri.
Pengembangan kepribadian profesional merupakan kemampuan mengembangkan diri
untuk meningkatkan kualitas hidup dengan mengelola potensi, bakat, minat, prakarsa,
kemandirian, tindakan, dan waktu secara profesional sesuai tujuan dan kebutuhan yang
dapat dilakukan antara lain melalui pelayanan konseling.
Adapun struktur kurikulum Program Paket A sebagaimana tersaji pada tabel berikut :

11
Tabel 1. Struktur Kurikulum Paket A

Bobot Satuan Kredit Kompetensi (SKK)

Tingkatan 1 / Tingkatan 2 /
Mata Pelajaran Jumlah
Derajat Awal Derajat Dasar
Setara Kelas I-III Setara Kelas IV-VI

1. Pendidikan Agama 9 9 18

2. Pendidikan Kewarganegaraan 9 9 18

3. Bahasa Indonesia 15 15 30

4. Matematika 15 15 30

5. Ilmu Pengetahuan Alam 12 12 24

6. Ilmu Pengetahuan Sosial 9 9 18

7. Seni Budaya 6 6 12

8. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan 6 6 12


Kesehatan
9. Keterampilan Fungsional *) 9 9 18
9.1. Kerajinan Tangan
10. Muatan Lokal **) 6**) 6**) 12**)
10.1. Bahasa Inggris
11. Pengembangan Kepribadian 6 6 12
11.1. Bimbingan Konseling

Jumlah 102 102 204


Keterangan:
*)
Pilihan mata pelajaran
**)
Substansinya dapat menjadi bagian dari mata pelajaran yang ada, baik mata pelajaran wajib maupun pilihan.
SKK untuk subtansi muatan lokal termasuk ke dalam SKK mata pelajaran yang dimuati.

Jumlah Muatan Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dicapai pada setiap
tingkatan, dapat dilihat pada tabel berikut :

12
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasay (KD) Paket A

SK/SD
Mata Pelajaran

Tingkatan 1/ Tingkatan 2/
Derajat Awal Derajat Dasar Jumlah
Setara Kelas I-III Setara Kelas IV-VI
1. Pendidikan Agama 26/24 30/69 56/133
2. Pendidikan Kewarganeg 12/28 12/29 24/57
3. Bahasa Indonesia 24/56 24/57 48/116
4. Matematika 15/50 21/77 36/127

5. Ilmu Pengetahuan Alam 16/43 27/77 43/120

6. Ilmu Pengetahuan Sosial 6/22 7/26 13/48


7. Seni Budaya 40/97 48/120 88/217
8. Pendidikan Jasmani, Olahraga 36/74 36/87 72/161
dan Kewarganegaraan
9. Keterampilan Fungsional *)
9.1. Kerajinan Tangan
10. Muatan Lokal **)
10.1. Bahasa Inggris
11. Pengembangan Kepribadian
Profesional

13
11.1. Bimbingan Konseling

B. Muatan Kurikulum

Muatan kurikulum Paket A meliputi 9 mata pelajaran, 1 muatan lokal, dan 1


pengembangan kepribadian profesional.

1.Mata Pelajaran
Mata Pelajaran Paket A terdiri dari 9 mata pelajaran yaitu :
1. Pendidikan Agama
2. Pendidikan Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia
4. Matematika
5. Ilmu Pengetahuan Alam
6. Ilmu Pengetahuan Sosial
7. Seni Budaya
8. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
9. Keterampilan Fungsional

2. Keterampilan fungsional

Keterampilan fungsional merupakan kegiatan pembelajaran untuk memberikan bekal


kemampuan bekerja atau berusaha yang menjadi ciri khas dari Paket A, sehingga standar
kompetensi dan kompentensi dasar yang ingin dicapai perlu disusun sendiri oleh satuan
pendidikan.

Mata pelajaran ini merupakan pilihan yang harus diikuti oleh setiap peserta didik
berdasarkan minat, potensi dan kebutuhan peserta didik melalui analisis minat dan kebutuhan
belajar, sehingga dijadikan kesepakatan bersama antara pengelola kelompok belajar, tutor dan
peserta didik. Satuan pendidikan dapat menyelenggarakan satu mata pelajaran keterampilan
fungsional, atau dua mata pelajaran keterampilan dalam satu tahun pelajaran.

Berdasarkan hasil analisis minat, potensi dan kebutuhan belajar yang dilakukan
Kabupaten Purwakarta, jenis keterampilan fungsional yang dilaksanakan adalah kerajinan
tangan.

3. Muatan Lokal

Muatan lokal merupakan kegiatan pembelajaran untuk mengembangkan kompetensi


yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang
substansi materinya dapat disesuaikan dan menjadi bagian dari mata pelajaran lain atau mata
pelajaran sendiri.

14
Muatan lokal yang menjadi ciri khas daerah dan diterapkan di kelompok belajar
adalah : Bahasa Jawa yang diberikan melalui mata pelajaran seni budaya dan ketrampilan
fungsional. Muatan lokal wajib bagi semua warga belajar.

4. Kegiatan Pengembangan Kepribadian Profesional

Pengembangan kepribadian profesional merupakan kemampuan mengembangkan diri


untuk meningkatkan kualitas hidup dengan mengelola potensi, bakat, minat, prakarsa,
kemandirian, tindakan, dan waktu secara profesional sesuai tujuan dan kebutuhan, yang dapat
dilakukan antara lain melalui layanan konseling.

Kegiatan pengembangan kepribadian profesional di Kabupaten Purwakarta


dilakukan di bawah bimbingan konselor, tutor, atau tenaga kependidikan yang dilakukan
dalam bentuk kegiatan bimbingan dan penyuluhan. Kegiatan pengembangan kepribadian
profesional dilakukan antara lain melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan
dengan masalah pribadi, kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karier warga belajar.
Kegiatan layanan konseling dilaksanakan dalam bentuk penyuluhan kelompok dan atau
bimbingan personal warga belajar sesuai kebutuhan.

5. Mata Pelajaran yang diujikan

Mata pelajaran yang diujikan merupakan penilaian hasil belajar yang dilakukan
secara nasional oleh Pemerintah, meliputi :
 Pendidikan Agama
 Pendidikan Kewarganegaraan
 Bahasa Indonesia
 Bahasa Inggris

 Matematika

 Fisika

 Kimia

 Biologi

 Sejarah

 Geografi

 Ekonomi

 Sosiologi

 Seni budaya

 Pendidikan Jasmani, Olah raga dan Kesehatan

15
 Ketrampilan Fungsional

 Muatan Lokal

 Pengembangan Kepribadian fungsional

6. Beban Belajar

Beban belajar dinyatakan dalam Satuan Kredit Kompetensi (SKK) yang menunjukan
kompetensi yang harus dicapai warga belajar dalam mengiktui program pembelajaran baik
melalui tatap muka, tutorial, dan/atau mandiri. Pencapaian beban belajar menggunakan sistem
modular yang menekankan pada belajar mandiri, ketuntasan belajar, dan maju berkelanjutan.

Program pembelajaran Paket A di Kabupaten Purwakarta dilakukan melalui sistem


pembelajaran tatap muka dan mandiri. Adapun pengaturan beban belajar pada sistem tersebut
sebagai berikut:

a. Satuan Kredit Kompetensi (SKK) untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana
tertera dalam struktur kurikulum. Pengaturan alokasi waktu untuk mencapai SKK setiap
mata pelajaran satu tahun ajaran dapat dilakukan secara fleksibel dengan jumlah beban
belajar yang tetap. Satuan pendidikan dimungkinkan mengatur pencapaian SKK sesuai
pola pembelajaran yang dilaksanakan.

b. Alokasi waktu untuk penugasan atau kegiatan mandiri dalam sistem pembelajaran Paket A
untuk setiap mata pelajaran dikelola oleh warga belajar. Pemanfaatan alokasi waktu
tersebut mempertimbangkan potensi dan kebutuhan warga belajar dalam mencapai
kompetensi.

c. Alokasi waktu untuk praktik keterampilan disesuaikan dengan kebutuhan, hal ini
dilakukan untuk mendukung pencapaian kompetensi keterampilan fungsional dan
kepribadian profesional.

7. Ketuntasan Belajar

Ketuntasan belajar setiap indikator yang dikembangkan sebagai suatu pencapaian hasil
belajar dari suatu kompetensi dasar berkisar antara 0-100%. Kriteria ideal ketuntasan
untuk masing-masing indikator 70 %. Pengelola Kelompok belajar harus menentukan
kriteria ketuntasan minimal sebagai target pencapaian kompetensi (TPK) dengan
mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata warga belajar serta kemampuan sumber
daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran. Kelompok belajar secara bertahap
dan berkelanjutan selalu mengusahakan peningkatan kriteria ketuntasan belajar untuk
mencapai kriteria ketuntasan ideal.
16
Berikut ini tabel nilai ketuntasan belajar minimal yang menjadi target pencapaian
kompetensi (TPK) di Paket A setara SD Kabupaten Purwakarta yang berlaku saat ini :
NILAI KETUNTASAN
No. Mata Pelajaran Nilai TPK (%)
1 Pendidikan Agama 70
2 Pendidikan Kewarganegaraan 70
3 Bahasa Indonesia 70
4 Matematika 65
5 Ilmu Pengetahuan Alam 65
6 Ilmu Pengetahuan Sosial 70
7 Seni Budaya 70
8 Pend. Jasmani Olahraga dan Kesehatan 70
9 Keterampilan Fungsional : Komputer 65
10 Muatan Lokal : Bahasa Inggris 65
11 Pengembangan Kepribadian Profesional 70
Bimbingan Konseling

8. Kenaikan Kesetaraan Tingkatan dan Derajat

Kenaikan tingkatan berdasarkan ketuntasan belajar sebagai hasil belajar yang dapat
diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak pada setiap tingkatan.

a. Kriteria kenaikan tingkatan

 Nilai raport diambil dari nilai pengamata, nilai tugas/PR, dan nilai tes akhir pada
tiap mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan kepribadian profesional.

b. Penentuan kenaikan tingakatan

 Penentuan peserta didik yang naik tingkat dilakukan oleh satuan pendidikan
nonformal dalam suatu rapat yang dihadiri oleh penyelenggara dan tutor dengan
mempertimbangkan sikap/penilaian/budipekerti dan kehadiran peserta didik yang
bersangkutan.

 Peserta didik yang dinyatakan naik tingkat, raportnya dituliskan naik tingkat.

 Peserta didik yang tidak naik tingkat harus mengulang ditingkatnya..


9. Kelulusan

17
Sesuai dengan ketentuan PP 19/2005 Pasal 72 Ayat (1), peserta didik dinyatakan lulus dari
satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah setelah:

 Menyelesaikan seluruh program pembelajaran;


 Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh
mata pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia,
kelompok kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran
estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan
kesehatan;
 Lulus Ujian Nasional
10. Penentuan kelulusan
 Kriteria kelulusan
. - Memiliki raport tingkatan II.
- Telah mengikuti ujian nasional dan memiliki nilai untuk seluruh mata
pelajaran yang diujikan, minimal nilai masing-masing mata pelajaran
disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku.
 Penentuan kelulusan
. - Penentuan peserta didik yang lulus dilakukan dengan
mempertimbangkan nilai raport, nilai ujian, sikap/prilaku/ budi pekerti
peserta didik yang bersangkutan dan memenuhi kriteria kelulusan.
.- Peserta didik yang dinyatakan lulus diberi ijazah, dan raport tingkatan II
Peserta didik yang tidak lulus tidak memperoleh ijazah dan mengulang
ditingkatan II

Bab IV
Kalender Pendidikan

Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran warga belajar selama
satu tahun ajaran. Kalender pendidikan mencakup permulaan tahun ajaran, minggu efektif
belajar, waktu pembelajaran efektif dan hari libur.
Setiap permulaan tahun pelajaran, tim penyusun program di Kabupaten Purwakarta menyusun
kalender pendidikan untuk mengatur waktu kegiatan pembelajaran selama satu tahun ajaran yang
mencakup permulaan tahun pelajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif dan hari

18
libur. Pengaturan waktu belajar di Paket A Kabupaten Purwakarta mengacu kepada Standar Isi
dan disesuaikan dengan kebutuhan daerah, karakteristik Kelompok belajar, kebutuhan warga
belajar dan masyarakat, serta ketentuan dari pemerintah/pemerintah daerah.
Beberapa aspek penting yang menjadi pertimbangan dalam menyusun kalender pendidikan yaitu
sebagai berikut :
- Permulaan tahun pelajaran adalah waktu dimulainya kegiatan pembelajaran pada awal tahun

pelajaran pada setiap satuan pendidikan. Permulaan tahun pelajaran telah ditetapkan oleh
Pemerintah yaitu bulan Juli setiap tahun.
- Warga belajar dapat mengikuti kegiatan pembelajaran sesuai dengan kesempatan masing-

masing dengan memperhatikan beban belajar dan cara menempuhnya sesuai dengan peraturan
yang berlaku.
- Minggu efektif belajar merupakan penjadwalan layanan tutorial dalam rangka pendalaman

materi belajar yang disediakan oleh penyelenggara. Penyelenggara Kelompok belajar dapat
mengalokasikan lamanya minggu efektif belajar sesuai dengan kebutuhannya.
- Waktu pembelajaran efektif diperhitungkan sesuai dengan waktu pencapaian SKK masing-

masing mata pelajaran.


- Waktu libur adalah waktu yang ditetapkan untuk tidak diadakan kegiatan pembelajaran

terjadwal. Hari libur Kejar ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional,
dan/atau Menteri Agama dalam hal yang terkait dengan hari raya keagamaan, Kepala Daerah
tingkat Kabupaten/Kota, dan/atau organisasi penyelenggara pendidikan dapat menetapkan
hari libur khusus.
- Waktu libur dapat berbentuk libur antara satuan waktu pencapaian kompetensi, libur akhir

tahun pelajaran, hari libur nasional.


- Libur antara satuan waktu pencapaian kompetensi, libur akhir tahun pelajaran digunakan

untuk penyiapan kegiatan dan administrasi akhir dan awal tahun.


- Kelompok belajar pada daerah tertentu yang memerlukan libur keagamaan lebih panjang

dapat mengatur hari libur keagamaan sendiri tanpa mengurangi jumlah minggu efektif belajar
dan waktu pembelajaran efektif.
- Bagi kelompok belajar yang memerlukan kegiatan khusus dapat mengalokasikan waktu

secara khusus tanpa mengurangi jumlah minggu efektif belajar dan waktu pembelajaran
efektif.

19

Anda mungkin juga menyukai