Anda di halaman 1dari 8

Si Untung Ber untung

Untung adalah seorang anak yang sederhana, Culun tapi Lugu. Sebagai anak sulung setelah ayahnya meninggal 6
bulan yang lalu, maka ia sekarang harus ikut memikul beban keluarga untuk membantu memenuhi kebutuhan
hidup ibu dan seorang adiknya dengan bekerja semampunya, mulai dari membersihkan halaman rumah orang,
mencari ruput serta kerja apapun yang penting halal.
Saat ini iapun masih bersekolah di SMP Dahlan untuk menggapai cita-citanya menjadi seorang pengusaha jujur
sesuai dengan harapan bapabnya sebelum meninggal.
Disekolah untung terkenal dengan anak yang baik hati dan tidak pernah menyakiti hati orang lain, sehingga
semua orang selalu mendoakan kebaikan kepadanya, dan ini juga tak luput dari perhatian seorang anak
perempuan teman sekelasnya Nina anak gadis cantik yang baik hati tidak pernah melihat seseorang dari fisik dan
hartanya namun dia senang kepada orang yang berhati dan akhlaq yang baik.
Scene : 1
Setting : Suasana Halaman Sekolah
Hari itu Untung sedang bersama-sama teman di sekolahnya dan halaman sekolah ramai dengan kegiatan anak-
anak pada saat istirahat Untung sedang melihat teman-temannya yang sedang bermain dia merasa senang
melihat semua temannya senang dan bahagia sambil membuka bekal dari ibunya (singkong rebus), namun tiba-
tiba Udin menghampirinya sambil membawakan Minuman botol untuk Untung sambil menepuk pundak Untung
Udin : “ Hei Brow tak cari di kelas eh malah di sini ! nih Minuman spesial untuk kamu.
Untung : “ Waw Terimakasih Din, kamu ini memang tau kalau aku sedang kesereten, Tak minum ya Bismillah “
Udin : “ Ketela itu sepertinya enak juga, hemmm”
Untung : “ O Ya ini ambil gurih, masakan sepesial dari ibuku tercinta “
Udin : “ Hemmm enak dan lezat memang ibu kamu jago masak.
Untung : “ Ya ibuku hanya bisa memberi bekal aku singkong rebus namun dia buat dengan kasih sayang”
Udin : “ (sambil menghela nafas kagum dengan sikap Untung) O ya Kamu nanti sepulang sekolah Abahku
menyuruhmu kerumah ada hal penting yang mau di sampaikan “
Untung : “ Abah nyuruh aku kerumahmu ada apa Ya ? apa mungkin kangen pijitan saya Heee..he... Oh Ya giama
kabar Abah sudah sehat ? “
Udin : “ Alhamdulillah Abah sudah mulai bisa duduk tapi belum bisa terlalu lama. Maklum, lambungnya masih
belum sembuh betul.”
Untung : “ Yang sabar ya kamu dan Umi kamu semoga Abah kamu segera sembuh ! Amiin ”
Bel berbunyi
Udin : “ Ayo kita masuk, jangan lupa nanti ya sepulang sekolah tak tunggu dirumah!”
Untung : “ Ok ! “
Scene : 2
Setting : Ruang kelas
Suasana di dalam kelas, menunggu jam pulang anak-anak sedang menyimak pelajaran Agama dari pak Guru
yang menerangkan tentang kejujuran.
P Guru : (sedang menenrangkan materi) “ KeJujuran ........................
Untung : (Menyimak dengan penuh kesungguhan kemudian dia berbicara lirih ) Aku harus menjadi orang yang
jujur, meskipun saya miskin aku harus punya harga diri dan tangguh.
Di sisi lain Nina sedang mengamati Untung dari bangku sebelahnya dengan penuh rasa kagum kepada sosok
Untung! Dan tak lama kemudian Bel Pulang berbunyi.
Nina : ( sambil keluar dari kelas menyapa untung ) Hei
Untung : Oh kamu Nin (sambil malu-malu)
Nina : Aku lihat sepertinya kamu menikmati pelajaran Pak Guru tadi.
Untung : Ya Nin, aku suka dengan penjelasan Pak Guru tentang kejujuran, meskipun saya orang miskin, tapi saya
harus Jujur terutama pada diri sendiri dan bekal saya dikemudian hari..
Nina : Wah hebat kamu, jiwa seperti ini yang sudah jarang dimiliki oleh orang lain.
Untung : Insya Allah saya akan selalu berusaha Jujur, semoga Allah selalu memberikan kekuatan kepada saya.
Nina : (sambil berjalan keluar pintu gerbang Nina Melihat sudah dijeput sopir pribadi) nah itu saya sudah
dijemput, saya duluan ya ! sampai ketemu besok !
Untung : Iya, hati-hati Nin (memandang dengan sedikit tersenyum) kamu memang cantik Nin dan Baik hati,
meskipun kaya tapi masih mau berteman dengan aku.
Scene : 3
Setting : Jalan depan rumah untung
Untung pulang dengan jalan kaki setibanya depan rumahnya mengucap salam ke Ibunya.
Untung : Assalamu’alaikum
Ibu : Waalaikumsalam (sambil menyambut dengan jabat tangan)
Untung : Bu, Adik dimana ?
Ibu : itu sedang mekan, kamu juga cepat makan ibu masak bobor bayam kesukaan kamu.
Untung : Alhamdulillah ibu memang tahu yang aku suka, (sambil mencopot pakaian Untung langsung menuju ke
dapus untuk menghampiri Adik mengambil piring dan kemudian makan bersama)
Adik : Mas disekolah tadi aku lihat ada orang jual Es Cincau, teman-temanku semua beli aku jadi pingin
Untung : Besok kalau mas punya uang kamu bisa beli Es Cincau,
Adik : Terimakasih masku yang baik
Ibu : Ibu senang kamu perhatian sekali pada adikmu, siapa lagi yang bisa menyenangkan hatinya kalau bukan
kita. Setelah ayah kamu meninggal ibu tidak bisa memberikan kalian uang jajan dan lauk yang enak,
maafkan ibu ya.
Untung : sudahlah Bu, saya merasa bahagia dengan kasih sayang ibu itu sudah lebih dari cukup.
Adik : Alhamdulillah saya sudah kenyang, bu aku mau bubuk dulu,
Ibu : Y istirahat dulu sana biar nanti malam bisa belajar
Untung : Jangan ngompol he....he...
Adik : mas itu yang suka ngompol ha...ha...
Ibu : (tersenyum melihat keakrban kedua anaknya) sudah jangn ganggu mas Untung sana cepat istirahat
Untung : Bu saya dipanggil Pak H. Rokhim tadi Udin yang bilang ke saya emmm.....ada apa ya bu ?
Ibu : Mungkin kamu mau di suruh bersihkan halam rumahnya le..
Untung : Tapi katanya ada yang akan disampaikan ke saya bu..
Ibu : Alah ya kalau dipanggil ya segera kesana mungkin memang ada yang penting, kamu pasti capek, rumah
Pak H. Rokhim kan jauh kamu pakai saja motor Bapak sepertinya bensinnya masih cukup kalau kerumah
Pak H. Rokhim
Untung : Iya bu, terimaka kasih, tapi untung takut bu kalau orang yang narik sepeda soalnya motor kita kan belum
lunas, masih kurang 2 angsuran lagi.
Ibu : Hemmmm....bismillah nanti kalau ibu sudah punya rejeki kita lunasi motornya, ini baw saja dompet
Ayahmu STNnya ada di sana. kamu hati-hati saja le.. berdo’a semoga tidak ada halangan dijalan
Untung : Iya bu saya berangkat dulu Assalamu’alaikum (menuntun motor keluar dan menghidupkannya)
Setelah beberapa waktu ibu teringat
Ibu : “ o iya tadi pagi motornya saya pakai untuk beli minyak, waduh bensinnya apa cukup ya, semoga saja
cukup. Ya Allah semoga Untung tidak kehabisan bensin.”
Scene : 4
Setting : Kamar Rumah Pak H. Rokhim
Pak H. : Udin..udin
Udin : Iya Bi Ada apa ?
Pak H. : Apa kamu tadi sudah bilang ke Untung kalau Abi Panggil ?
Udin : Sudah Bi, tenang saj Bi Untung itu anaknya tanggung jawab Insya Allah pasti datang.
Pak H. : O ya sudah kalau gitu (sambil memegang perutnya yang masih sakit)
Scene : 5
Setting : Teras rumah Pak H. Rokhim
Sambil menggerutu si Udin menunggu di ters rumah, tak lama kemudian
Udin : Untung ini apa lupa ya kalau disuruh datang Abi sekarang kok lama sekali, padahal Abi sudah menunggu.
Tiba-tiba dari jalan Untung datang naik sepeda motor dan memakirkannya kemudian masuk ke rumah Pak H.
Rokhim disambut Udin.
Untung : Assalamu’alaikum
Udin : Waalaikum salam,
Untung : Maaf menunggu ya ?
Udin : Iya Brow tapi nggap apa-apa yang penting kamu sudah datang itu ditunggu Abi di Kamar ! ayo masuk
aja !
Untung : Ok...
Scene 6: Kamar P. Rokhim
Untung : Assalamu’alaikum Wr Wb
P. Haji : Waalakikumsalam wr wb. Nah ternyata kamu datang juga sini masuk (mengulurkan tangan berjabat
tangan.)
Untung : Maaf pak menunggu,
P. Haji : Ah ... nggak apa-apa silahkan duduk dulu !...... nah sebelumnya Bapak minta maaf sama kamu kalau
ngerepotin kamu, begini bapak mau minta tolong ke kamu apa kamu mau ?
Untung : Insya Allah saya siap pak Haji, selama saya masih bisa lakukan saya siap pak.
P. Haji : Terima kasih.... Begini, sebenarnya Bapak sekarang waktunya membayar Uang Tanah ke Pak Haji Junadi,
dan saya berjanji untuk membayar secara tunai dan saya antar sendiri kepada beliau, namun melihat
kondisi saya sekarang masih sakit, jangankan untuk kesana, jalan saja masih belum sanggup. Sedangkan
hubungan saya dengan Haji Junaidi itu sudah sangat baik, saya tidak mau mengecewakan beliau.
Utung : ee..maaf pak, kenapa bukan Udin yang mengantarkan ?
P. Haji : o Ya Udin tidak berani membawa uang banyak apalagi jumlahnya 350juta, sangat juga tidak mau
mengambil resiko.
Untung : uang Rp. 350 juta itu sangat banyak sekali Pak.
P. Haji : Tapi saya yakin dan percaya kepada kamu, dan saya mohon kamu mau melaksanakannya !
Untung : (sambil berfikir) Insya Allah saya siap.
P. Haji : Alhamdullillah terimakasih, Din Tolong panggil Umi
Udin : Iya Bi......
P. Haji : Tung,...untuk keperluan kamu di jalan tolong terima ini
Untung : Maaf pak saya belum menjalankan tugas kenapa sudah di beri uang ?
P. haji : Sudah terima saja siapa tahu nnti dijalan ada apa-apa bisa kamu pakai, tolong terima saja.
Ibu Haji : Iya Bi kenapa ?
P. Haji : Tolong ambilkan uang yang mau diberikan ke H. Junaidi biar diantarkan Untung.
Ibu Haji : Yang di tas biru itu Bi ? (pergi mengambil uang)
P. Haji : Kamu naik apa Tung ?
Untung : Saya membawa motor, tadi sama ibu disuruh memakai motor.
P. Haji : O iya sudah di isi bensin ?
Untung : Kata ibu sudah ada bensinnya.
Ibu Haji : Ini Bi uangnya
P. Haji : Berikan ke Untung
Ibu Haji : Tung hati-hati yang bawa uang sebanyak ini, dan jangan lupa berdo’a supaya selamat !
Untung : Iya Bu (sambil menerima uang dari Ibu Haji)
P. Haji : Sekarang kamu bisa segera berangkat, dan tolong sampaikan salam saya untuk Haji Junaidi.
Untung : Iya Pak Haji, kalau gitu saya berangkat dulu, Assalamu’alaikum wr wb.
Berangkatlah si untung dengan membawa uangnya, dengan rasa cemas dan takut namun ia harus kerjakn karena
itu merupakan amanah, Udin pun mengantarnya sampai halaman rumah dimana untung Untung memarkir
sepedahnya.
Scene : 7
Setting : Halaman rumah Pak H. Rokhim diparkir sepeda motor
Untung bingung menaruh uang tersebut, namun ia punya ide setelah melihat batu bata dan kardus di dekatnya....
Untung menata uang di dalam kardus
Untung : Din aku boleh minta kardus itu (sambil menunjuk kardus di smpingnya)
Udin : Ambil aja kan itu sudah gak kepake
Untung : tolong bantu aku ya menatanya !
Udin : OK !
Untung mengambil tali di dalam Jok sepedanya kemudian dia letakkan kardus ke atas jok memasukkan tas uang
ke dalamnya dan menumpuknya dengan batu bata diatasnya supaya tidak mencurigakan..
Udin : Wah asyik juga ide kamu tung
Untung : Doakan semoga perjalanannya lancar ya Din
Udin : Ya Tung hati-hati ya...
Scene : 8
Setting : Jalan raya dan depan toko
Untung mengendarai sepda motornya dengan penuh hati-hati, namun tanpa disadari didepan ada razia polisi
tanpa pikir panjang dengan kepanikan Untung langsung belok ketepi jalan dan mematikan mototornya, karena
sangat panik jadi ia lupa mengambil kunci motornya dan ditinggalkan begitu saja.
Dengan rasa takut diapun mengumpat di balik tembok.
Untung : Ya Allah, tolong hambamu semoga Pak Polisi tidak melihatku disini. Bagaimana nanti kalau sampai saya
ditangkap pak Polisi, Ibuku akan sangat sedih Ya Allah, (sambil terus ber doa tanpa disadari motornya
sudah diincar preman)
Scene : 9
Setting : depan toko
2 orang preman sedang mengintai motor Untung tanpa basa basi ia mendekat kan akan mengambil motor Untung
Prema1: Rejeki nomplok kuncinya nggak dicopot brow orang sembunyi takut sama polisi razia, padahal Polisinya
udah pergi
Prem2 : Udah jangan banyak omong ayo sikat aja motor ini
Prem1 : La apa ini dasar orang gak waras batu bata di bonceng (mencopot kardus dan meletakkan di bawah
motor)
Prem2 : Ayo cepat sebelum orangnya keluar !
Mereka segera pergi dengan wajah senng
Tak lama kemudian Untung keluar
Untung : Apa Pak Polisi sudah pergi ya coba saya lihat (berjalan keluar dengan hati-hati menoleh ke arah Pk Polisi)
Untung : Alhamdulillah aman sudah pergi (tanpa disadari motonya sudah lenyap kemudian ia menoleh ke
motornya) Astaghfirllah motor saya tidak ada Ya Allah (kemudian ia melihat jardus itu ternyata masih
ada disitu Alhamdulillah ternyata kardusnya masih ada terimakasih ya Allah.
Di sebenarnya dia sangat bersedih kehilangan motor peninggalan Bapaknya, namun disisilain ia merasa senang
karena uang yang diamanhkan kepadanya selamat dengan jumlah yang jauh lebih banyak dan harus dia antarkan
Sambil menggendong kardus itu Untung terus berjalanmenuju rumah haji Junaidi dengan perasaan yang campur
aduk antar sedih, takut dan harus menunaikan amanahnya.

Scene : 10
Setting : Jalan raya
Di tempat lain maling yang mengambil moto Untung sedang bersenang, namun tanpa disadari ternyata
motornya kehabisa bensin dan secara otomatis motor benhenti tepat di depan Depcolektor yang sedang
mengincar motor bermasalah..
Prem 1 : eee....eee kenapa ini motor ? hae....eee..eee...
Prem2 : kok berhenti kang ? paleng bensinnya habis.aduuuh
Prem 1 : Lihat dilu bensinnya, sek......sek..............la tenan kosong brow..
(sambil menoleh kekanan dan kiri tidak ada penjual bensin)
Prem2 : Apes, apes
Dari depan datanglah dua orang Depkolektor bertubuh besar
Dep 1 : Mas kenapa motornya ?
Prem 1 : Bensine habis mas.
Dep 1 : Oalah disini gaka ada penjual bensin, oh ya ini motor mas ya ?
Prem 1 : Ya iya no mas, wong saya bawa berarti ini motor saya dong !
Dep 2 : O gitu ya, gini mas motor ini harus kami amankan karena terlambat menyetor selama 2 bulan dan
berjalan 3 bulan ini.
Prem 1 : Waduh terus giman mas ya
Dep 1 : Gini mas, mas bisa bawa motor ini pulang beserta suratnya lengkap asal melunasi cicilan yang kurang
tinggal 2 bulan saja mas, masa nggak eman. ?
Prem 2 : Kang sembentar sini deh...(sambil memanggil Preman 1) sepertinya ini rejeki kita kang, kalau kita bayar
kekurangannya mungkin satu jutaan, tapi motor ini dapat surat lengkap ka kalau kita jual harganya bisa
jauh lebih tinggi !
Prem 1 : Tumben kamu pintar... oya bener juga ya. Kita tanya berapa kekurangannya
Kemudian mereka kembali ke depkolektor menanyakan kekurangannya.
Dep 1 : Gimana mas ?
Prem 1 : Ya mas kami akan bayar kan sayang hanya 2 bulan, berapa kekurangannya mas ?
Dep 2 : O ya sebentar saya lihat dulu emmmm sekitar Rp. 1.200.000,-
Prem 1 : O segitu ya....Wah aku hanya bawa 300.000 saja, kamu ada uang berapa brow ?
Prem 2 : sek tak lihat kang ...........ada ini 600.000 kang masih kurang 300000
Dep 1 : Ok mas kalau memang sudah ada uang cukup bisa ke kantor untuk mengurus administrasinya. Kantornya
perempatan depan belok kiri 6 gedung sudah sampai
prem 1 : Motornya bisa kami bawa dulu mas ?
Dep 2 : o maaf mtornya kami bawa kami tunggu di kantor setelah pelunasan baru motor ini bisa sampean bawa.
Untuk uang yang sudah ada bisa di titipkan ke kami supaya aman mas untuk kepercayaan biar urusannya
cepat selesai.
Prem 1 : Ia mas, .....brow mana uang kamu supaya nanti lancar (menyrehkan uang ke Depkolektor) ini mas
900.000 berarti kurang 300.000 mas ya sebentar kami cari kekurangnnya.
Dep 1 : Ok Mas kami tunggu di kantor mas (mereka pergi meninggalkan 2 preman tersebut dengan membawa
motornya)
Prem 2 : Wah memang rejeki kang ayo cepat cari pinjaman uang, mungkin istriku atau istri sampean punya
simpanan uang.
Mereka segera mncari uang denagn harapan untuk mengambil motor
Scene : 11
Setting : Kantor Finacial Agensi
Dengan rasa sedih dan penyesalan Untung terus berjalan menuju rumah pak Haji Junaidi.
Tiba-tiba secara sadar dia terkejut melihat motornya terparkir didepan kantor Fianancial tempat dia bersama
aalmarhum ayahnya membayar cicilan motor, sehingga langsung saja dia menghampiri motornya tanpa rasa
ragu di mendekat.
Untung : (sambil menggumam ) itu kantor tempat ayah membayar cicilan motor, maaf yah sekarang motornya
hilang. Suatu saat pasti akan saya beli yang lebih bagus lagi. Ha...(dia terkejut melihat motornya ada
disana dia langsung menuju motornya) Alhamdulillah...terimakasih ya Allah.(dia senang dan terus
mendekati motornya)...
Salles : Maaf Dik...
Untung : O ya mbak ini motor saya kenapa ada disini ?
Salles : Tadi Depkoektor menarik dari jalan dan membawanya kesini katanya pemiliknya akan melunasi
angsurannya. Apa kamu pemiliknya ?
Untung : Ia mbak, ini motor Almarhum ayah saya, tapi saya balum bisa melunasinya.
Salles : Sudah mari ikut saya ke dalam untuk membicarakannya.(untung mengiukuti salles tersebut masuk ke
kantor)
Scene : 12
Setting : Dalam kantor Finansial Agen
Salles : Silahkan Duduk Dik....
Untung : Ia mbak ...maaf ini saya taruh di atas meja ya ? (menaruh kardus di atas meja)
Salles : O iya Dik nggak apa-apa tarus saja...
Untung : maaf mbak tadi motor saya hilang e ternyata disini.. tapi saya belum bisa melunasi angsuran setelah ayh
saya meninggal kami tidak punya uang.
Salles : O begitu ya, begini dik angsuran motor ini kurang dua bulan dengan nominal Rp 1.200.000,- , namun tadi
Depkolektor sudah memberikan uang kepada kami Rp. 900.00,- jadi Adik tinggal membayar
kekurangannya Rp. 300.000,-
Untung : (bengong dan bingung) e...kalau boleh tahu siapa yang membayar tadi ? kok baik banget orang itu ya
semoga diganti rejeki oleh Allah SWT.
Sallaes : Tidak tahu Dik yang penting uang ini sudah dibayarkan atas motor itu. Apa adik mau leunasinya ?
mungkin membawa surat angsuran terakhir dan bisa menunjukkan KTP Ayahnya ?
Untung : (mengingat bahwa dia membawa dompet Ayahnya dan mendapat uang 300.000 dari Pak H. Rokhim) o
iya mbak, saya membawa dompet Ayah KTP dan STNK ada sebentar saya ambilkan. Dan ini uang yang
Rp. 300.000,-
Salles : Baik saya terima (dan menandatangani pelunasan serta pengambilan BPKB)
Untung : (Menunggu proses untung, melihat-lihat sekitar)
Salles : Dik silahkan tanda tangan di sini (untung tanda tangan dan setelah itu Salles menyerahkan BPKB dan
surat-suratnya)
Salles : nah ini berkasnya sudah selesai, saya berikan ke Adik,
Untung : Terima kasih mbak, saya pamit dulu.....Assalamu’alaikum
Untung keluar dari kantor dengn rasa senang dan melanjutkan perjalanan ke rumah H. Junaidi.
Scene : 12
Setting : Rumah H. Junaidi
Untung tiba di ruamh H. Junaidi
Untung : Alhamdulillah, akhirnya sampai terima kasih ya Allah telah memudahkan saya untuk sampai disini.
(dia berhenti dan kemudian memarkirkan motornya lalu berjalan ke pintu rumah pak H. Junaidi)
Untung : Assalamu’alaikum 2x
Ibu Jun : Waalaikum salam (membukakan pintu) o ya ada apa Dik ?
Untung : Saya Untung diutus Pak H. Rokhim untuk menemui Pak H. Junaidi,
Ibu Jun : O iya silahkan masuk, ayo masuk saja dan silahkan duduk...
Untung : Baik terima kasih bu, (dia melangkahkan kaki masuk)
Ibu Jun : Saya panggilkan Bapak dulu ya, sebentar
Untung : Iya bu
(Tak lama kemudian, Pak H. Junaidi datang)
H. Jun : Ya Nak cari saya ?
Untung : (sambil berjabat tangan) Saya Untung saya diutus Pak H. Rokhim menyampaikan ini kepada Bapak.
H. Jun : H. Rokhim ya...ya...itu sahabat baik saya, tapi bagaimana keadaannya sudah sehat saya lama tidak
menelfonnya.
Untung : Alahamdulillah sudah mulai sehat, namun maaf belum bisa kesini secara langsung beliau belum bisa
berjalan.
H. Jun : Alhamdulillah, saya seharusnya yang datang sendiri kesana, ya itulah H. Rokhim saya sudah Faham
dengannya. Coba saya telpon. (mengeluarkan HP dan menelpon H. Rokhim),
H. Roh : Assalamualaikum, wah saudaraku (suara di telpon)
H. Jun : Waalaikumsalam wah saudaraku bagaimana kabar kesehatannya ?
H. Roh : Alhamdulillah baik, berkat doa njenengan.
H. Jun : Terimakasih kirimannya sudah saya terima, wah kenapa tidak bilangsaja kalau g bisa antar, kan nanti
saya yang kesana.
H. Roh : Sudahlah itu sudah janji saya harus saya tepati, tapi saya mengirim orang yang tepat insya Allah amanah.
H. Jun : Subhanallah kamu ini masih berprinsip, insya Allah uang dari sampean ini barokah
H. Roh : Amiin ya robbal alamiin terimakasih
H. Jun : Justru saya yang terima, ya sudah istirahat dulu, salam untuk keluarganya. Assalamu’alaikum
H. Roh. : Waalaikum salam.
H. Jun : Wah maaf Nak, belum dibuatkan minum. Bu mana minumnya ?.
Bu Jun : Sebentar lagi di antar Nina,
H. Jun : Terimakasih Nak sudah mengantarkan kririman dari H. Rokhim,
Tak lama kemudian Nina keluar dengan membawakan Minuman)
Untung : (terperangah dengan adanya Nina) Nin kamu ?.....
Nina : Untung ternyata kamu ! (tersipu malu)
H. jun : Apa kalian sudah kenal ?
Nina : Untung ini teman sekelasku yang sering Nina ceritakan..
H. Jun : o.....ternyata ini si Untung, tidak salah H. Rokhim memilih orang....o ya silahkan diminum
Untung semakin malu dan sekian !!!

Cast :
No Peran Actress
1. Untung
2. Rifqi
3. Nina
4. Guru
5. Ibu Untung
6. Adik Untung
7. Pak Haji Rokhim
8. Bu Haji Rokhim
9. Preman 1
10 Preman 2
11. Depkolektor 1
12. Depkolektor 2
13. Salles
14. H. Junaidi
15. Bu H. Junaidi

Anda mungkin juga menyukai