Jurnal - 10
Jurnal - 10
Diterima 19 Juni 2013; revisi terakhir 8 Desember 2014; disetujui 20 April 2015
ABSTRAK
Untuk meningkatkan peran aktif masyarakat lokal dalam pengelolaan hutan, manfaat jasa hutan
khususnya aliran air untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka harus dimaksimalkan. Penelitian dilaksanakan
untuk mengkaji potensi desa dengan sumberdaya hutan yang ada di dalamnya sebagai desa mandiri energi
melalui pemanfaatan aliran air yang bersumber dari kawasan hutan. Secara spesifik penelitian ini bertujuan
untuk : 1) memperoleh satu paket data potensi desa untuk pembangunan mikrohidro, 2) membangun instalasi
mikrohidro dengan memanfaatkan tenaga air, 3) memperoleh satu paket data dampak potensial dari
pembangunan mikrohidro terhadap tingkat kepedulian dan partisipasi masyarakat dengan baik. Metode
penelitian yang digunakan adalah pengamatan langsung, wawancara dan analisis deskriptif. Berdasarkan
kondisi lapangan, telah dibangun pembangkit listrik mikrohidro sebesar 10 KVA untuk memenuhi kebutuhan
listrik 131 rumah tangga. Pengguna telah membentuk kelompok untuk secara bersama mengelola operasional
turbin secara benar. Kehadiran listrik di desa telah memicu perubahan persepsi menjadi sangat positif
terhadap sumber air yang mengalir dari kawasan hutan, meningkatkan partisipasi kolektif, kepedulian dan
rasa memiliki dari masyarakat desa terhadap ekosistem hutan.
Kata kunci: Mikrohidro, desa mandiri energi, pemanfaatan tenaga air dari ekositem hutan
ABSTRACT
To enhance active participation of local communities in forest management, the benefit of forest services to
fulfill their basic need should be maximized. This research has been carried out to examine the potential of forest
and the village to be an energy self-sufficient village. The specific objectives of the research are to: 1) acquiring
data of village potential for microhydro development, 2) establishing a microhydro installation by maximizing the
benefit of water power, and 3) acquiring data of potential impact of microhydro development on well local
community participation and awareness. The research methods were direct observation, interviews and
descriptive analysis. Based on field situation, the design and manufacture of turbine engine has been assembled to
produce electricity of 10 KVA. Consumers were 131 households allied in group to operate the microhydro
properly. The establishment of microhydro have enhanced positive perception on forest-water yield, collective
participation, awareness and sense of ownership of the villagers to forest ecosystem.
Keywords: Microhydro, energy self-sufficient village, the utilization of water power from forest ecosystem
I. PENDAHULUAN
Sehubungan dengan itu pengelolaan dan
Air merupakan salah satu komponen perlindungan terhadap sumber air harus
utama kehidupan. Karena itu Majelis Umum menjadi perioritas utama. Salah satu bentuk
Perserikatan Bangsa-Bangsa pada bulan Juli dari pengelolaan dan perlindungan terhadap
tahun 2010 menyatakan air sebagai bagian sumber air adalah membangun komunitas dan
dari hak azasi manusia yang harus dipenuhi ekosistem hutan yang berpengaruh baik
oleh negara (UNDESA, 2010). Dengan prediksi terhadap tata air. Namun, kelestarian hutan
bahwa, populasi manusia pada 2050 akan tidak dapat dipisahkan dari kondisi lingkungan
meningkat menjadi 9 (sembilan) miliar dari sekitarnya, baik yang bersifat ekologis,
angka 7 (tujuh) milyar pada awal abad 21, maupun ekonomis serta sosial masyarakat
maka tanpa pengelolaan sumber air yang baik, yang berada di dalam wilayah suatu DAS yang
krisis air akan terjadi di masa datang. memengaruhi terjadinya dinamika lanskap
71
Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea
Vol. 4 No.1, April 2015: 71 - 80
hutan (Junaidi dan Maryani, 2013). Untuk pembangkit listrik dengan menggunakan
mencapai kondisi ini diperlukan keterlibatan sumber energi dari tenaga air yang
dan partisipasi aktif dari banyak pihak mempunyai ukuran kapasitas pembangkit ≤1
terutama masyarakat yang berada di dalam MW (IMIDAP,2009) dan dapat dikerjakan oleh
atau di sekitar hutan. Pada kenyataannya, masyarakat secara bergotong royong.
peranan secara aktif dari masyarakat untuk
Penelitian pemanfaatan jasa aliran air
melindungi atau merehabilitasi hutan belum
dari ekosistem hutan untuk membangun desa
maksimal. Tanggung jawab dan rasa
mandiri energi ini dilaksanakan guna menggali
kepemilikan terhadap keberadaan hutan
potensi desa, masyarakat, dan hutan yang ada
sekitarnya belum optimal. Kondisi tersebut
di sekitarnya untuk menunjang program
disebabkan manfaat dan fungsi hutan belum
pemerintah dalam pengembangan Desa
dipahami dan dirasakan oleh masyarakat.
Mandiri Energi (DME). Pengembangan
Pelibatan masyarakat sejauh ini hanya Mikrohidro oleh Balai Penelitian Kehutanan
sebatas upahan kalau ada kegiatan dan Makassar dibuat dalam konteks yang utuh
mengeksploitasi kayu/hasil hutan lainnya termasuk di dalamnya pemberdayaan
serta merambah kawasan hutan meskipun kelompok masyarakat pengguna yang
kegiatan tersebut melanggar hukum. Oleh dibimbing untuk memelihara ekosistem hutan.
karena itu diperlukan perubahan pendekatan
Tujuan penelitian adalah mengkaji
(approach reorientation) agar masyarakat
potensi desa dan masyarakat yang ada di
lebih memahami manfaat dan fungsi hutan
dalamnya untuk pengembangan DME melalui
yaitu: salah satunya dengan mengajak mereka
pemanfaatan tenaga air yang bersumber dari
memanfaatkan jasa hutan seperti tenaga air
kawasan hutan. Sasaran penelitian adalah : 1)
(water power) sebagai pembangkit listrik
tersedianya data potensi desa sebagai dasar
mikrohidro (microhydro power generation).
kelayakan pengembangan mikrohidro, 2)
Diharapkan dengan adanya listrik mikrohidro
terbangunnya instalasi mikrohidro dengan
pemahaman masyarakat tentang peranan
memanfaatkan tenaga air yang berasal dari
keberadaan hutan yang ada di areal tangkapan
ekosistem hutan, 3) tersedianya data dan
air (catchment area) di atasnya dapat
informasi dampak potensial pembangunan
meningkat.
mikrohidro terhadap tingkat pemahaman,
Pemerintah mengembangkan mikrohidro kepedulian dan partisipasi masyarakat pada
melalui program Desa Mandiri Energi (DME) kelestarian fungsi hutan.
sejak tahun 2007 sebagai salah satu dari upaya
penyediaan energi berbasis energi terbarukan. II. METODE PENELITIAN
Program DME dimaksudkan sebagai entry
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
point dalam kegiatan ekonomi pedesaan
berupa penyediaan energi dengan teknologi Penelitian dilaksanakan pada bulan
yang dapat dioperasikan oleh masyarakat Pebruari 2010– November 2011, di Dusun
setempat. Pembangunan Pembangkit Listrik Malimbu, Desa Malimbu, Kecamatan Sabbang,
Tenaga Mikrohidro sangat penting dalam Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi
membantu pemerintah menanggulangi krisis Selatan. Dalam sistem hidrologi, terletak pada
energi yang sedang terjadi saat ini terutama salah satu sub-DAS Rongkong yaitu sub DAS
untuk meningkatkan rasio kelistrikan pada sungai Binuang. DAS Rongkong secara
daerah-daerah yang tidak mampu dijangkau geografis terletak antara 3o 16’- 3o 56’ Lintang
jaringan listrik PLN (Perusahaan Listrik Selatan dan 120o 3’ – 120o 46’ Bujur Timur
Negara). Dari sisi kehutanan, kegiatan yang mempunyai luas 57.125 Ha atau 571,25
pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga km2. Lokasi pembangunan mikrohidro
Mikrohidro (PLTMH) diarahkan untuk terlihat pada Gambar 1.
meningkatkan komitmen masyarakat untuk
memelihara hutan. PLTMH adalah suatu sistem
72
Pemanfaatan Mikrohidro untuk Membangun Desa Mandiri Energi
M. Kudeng Sallata, Hunggul Yudono SHN, & Abd. Kadir W.
73
Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea
Vol. 4 No.1, April 2015: 71 - 80
Daya listrik yang dihasilkan harus kabupaten Luwu Utara, termasuk wilayah DAS
mampu memenuhi kebutuhan listrik minimum Rongkong yang memiliki curah hujan tinggi
masyarakat untuk penerangan dan menyebabkan sungai Rongkong terkenal selalu
menggerakkan ekonomi mikro menuju banjir. Berdasarkan pembagian administrasi,
kemandirian. Kondisi sosial ekonomi Kabupaten Luwu Utara terdiri atas 11
masyarakat dan potensi biofisik yang ada kecamatan yang terbagi 167 Desa, 4 (empat)
secara bersama akan digunakan sebagai dasar kelurahan dengan luas wilayah 7.502,58 km2.
menentukan desain instalasi mikrohidro. Luas kawasan hutan defenitif Kabupaten Luwu
Utara berdasarkan Peta Kawasan Hutan yang
2. Pembangunan mikrohidro
dikeluarkan oleh Balai Pemantapan Kawasan
Setelah data potensi desa dan rancangan
Hutan Wilayah VII Makassar tahun2009 adalah
mikrohidro tersedia, langkah selanjutnya
531.712 Ha atau 70,87 % terhadap luas
adalah pembangunan instalasi mikrohidro.
wilayah Kabupaten Luwu Utara yang terdiri
Sebagaimana konsep utuh dalam DME dimana
atas hutan lindung seluas 363.448 Ha, hutan
kemandirian menjadi kata kuncinya, maka
produksi seluas 168.264 Ha. Wilayah hulu DAS
dalam pembangunan ini partisipasi
Rongkong kurang lebih meliputi 3 (tiga)
masyarakat menjadi unsur utama.
kecamatan yaitu: Kec. Sabbang terdapat pada
bagian tengah dan kec. Limbong serta kec.
3. Pengamatan dampak pembangunan
Seko terdapat di daerah hulu dengan total luas
mikrohidro
kawasan hutan 249.119 Ha yang terbagi atas
Pengamatan dampak pembangunan
hutan lindung 169.869 Ha, hutan produksi
mikrohidro dilaksanakan dengan pendekatan
terbatas 71.254 Ha dan hutan produksi 7.996
kualitatif yang mengikuti logika penalaran
Ha. Data rataan curah hujan tahunan pada 10
induktif dengan metode primary and secondary
tahun terakhir yang diambil dari stasiun
data analysis, melalui metode pengumpulan
terdekat adalah >2800 mm dengan intensitas
data secara kualitatif (FGD, wawancara
terendah 45 mm/hari dan tertinggi 250
mendalam tokoh/ pengelola/ instansi,
mm/hari.
dokumentasi) yang didukung oleh data-data
kuantitatif melalui metode survei/ penyebaran Dusun Malimbu salah satu dusun dari
kuesioner. Dampak yang diukur berupa Desa Malimbu terletak di pinggir sungai utama
perubahan persepsi masyarakat terhadap DAS Rongkong dengan luas sekitar 230 ha,
kelestarian fungsi hutan dan tingkat partisipasi yang berbatasan langsung kawasan hutan
aktif dalam pengelolaan operasional “binuang” dan topgraphi bergelombang sampai
mikrohidro. bergunung. Pada saat penelitian berlangsung
Dusun Malimbu berlum terjangkau listrik PLN
D. Analisis data
dan hanya dapat dicapai dengan kendaraan
Penelititian ini tergolong penelitian roda dua melalui jembatan gantung yang
deskriptif (descriptive research) dengan menghubungkan jalan poros kota Kecamatan
menggunakan survei dan wawancara. Sabbang – Kecamatan Limbong. Terdapat
Penelitian deskriptif diartikan sebagai proses beberapa sungai kecil, salah satunya sungai
pemecahan masalah yang diteliti dengan cara Saro-saro sebagai sumber air pengairan
melukiskan kondisi subjek dan objek persawahan masyarakat Dusun Malimbu dan
penelitian pada saat pelaksanaan penelitian berpotensi menjadi lokasi pembangunan
berdasarkan fakta-fakta yang kelihatan turbin mikrohidro. Secara teknis peluang
termasuk penyebabnya (Iqbal,dkk.2007). Data membangun listrik mikrohidro di sekitar
hasil penelitian berupa hasil wawancara dan kawasan hutan sangat besar dan dapat
kuisioner kemudian ditabulasi dan dianalisis menjadi solusi pemenuhan kebutuhan listrik
secara deskriptif. Untuk mengetahui yang murah di daerah terpencil (Anwar, 2013).
sejauhmana kondisi sosial ekonomi berubah Memanfaatkan potensi alam tenaga air yang
dianalisis dengan membandingkan kondisi ada untuk energi terbarukan sebagai salah satu
sebelum dan sesudah adanya pembangkit usaha untuk mengatasi masalah kemiskinan
listrik mikrohydro. dan mengurangi ketergantungan pada energi
fosil (Jasa, 2010).
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Walaupun belum ada data yang pasti,
A. Potensi Desa Malimbu frekuensi kejadian perambahan kawasan
Desa Malimbu salah satu desa yang hutan sangat tinggi baik berupa penebangan
tergabung dalam kecamatan Sabbang liar maupun untuk dijadikan kebun kakao dan
74
Pemanfaatan Mikrohidro untuk Membangun Desa Mandiri Energi
M. Kudeng Sallata, Hunggul Yudono SHN, & Abd. Kadir W.
kopi oleh masyarakat. Berdasarkan dibutuhkan”. Pola pikir ini mirip dengan
pemantauan langsung dilokasi penelitian, persepsi masyarakat yang berada disekitar
sebagain besar kawasan hutan telah ditumbuhi Taman Nasional Aketajawe Lolobata di
tanaman “kakao” dan “kopi” baik yang Provinsi Maluku Utara yang beranggapan
dilakukan oleh penduduk asli maupun oleh bahwa hutan merupakan warisan nenek
penduduk pendatang seperti suku Bugis, moyang, tempat bermukim, dan mencari
Enrekang dan Toraja. nafkah ( Nurrani dan Tabba; 2013). Sebagian
besar kawasan hutan telah dirambah dan
B. Kondisi Masyarakat Dusun Malimbu pohon yang ada ditebang diolah menjadi papan
dan balok baik untuk digunakan sendiri
Berdasarkan hasil kuisioner dan data maupun untuk dijual.
monografi Desa Malimbu tahun 2010,
Hasil wawancara salah seorang penyuluh
penduduk di Dusun Malimbu, berjumlah 506
Dinas Kehutanan (bernama “B”) Kabupaten
jiwa (131 KK) yang terdiri dari 263 laki-laki
Luwu Utara menyatakan bahwa “sebagain
dan 243 perempuan. Jumlah tanggungan
besar penduduk Desa Malimbu itu memiliki
keluarga masyarakat di Dusun Malimbu
tanaman kakao dalam kawasan hutan dan
berkisar antara 3-5 orang per KK dengan rata-
buahnya bagus-bagus”. Penyuluh tersebut
rata 4 (empat) orang per KK. Tingkat
lebih lanjut menyampaikan bahwa sering
pendidikan masyarakat umumnya masih
terjadi konflik diwilayah “kawasan benuang”
rendah yaitu tingkat pendidikan dasar (SD –
desa Malimbu karena sangat susah untuk
SLTP) dan hanya sebagian kecil saja yang
melarang mereka berkebun dalam kawasan”.
sampai pada tingkat pendidikan SLTA dan
Pemerintah sebagai pengelola kawasan hutan
Perguruan Tinggi. Mata pencaharian
telah banyak membawa konflik dengan
masyarakat Dusun Malimbu umumnya adalah
masyarakat sekitarnya akibat terjadinya
petani (85%). Berdasarkan hasil kuisioner
perbedaan kepentingan, seperti yang terjadi di
diketahui bahwa jenis komoditas pertanian
kawasan Taman Nasional Bantimurung
yang dikembangkan oleh petani di Dusun
Bulusaraung (Wakka, 2013).
Malimbu hanya tanaman padi pada lahan
berpengairan, sedikit tanaman sayur-sayuran Hasil wawancara juga diketahui
sekitar rumah mereka, sedangkan komoditas kebutuhan penerangan masyarakat di malam
perkebunan dikembangkan umumnya adalah hari umumnya menggunakan lampu minyak.
tanaman kakao dan kopi. Pada umumnya Hanya sebagian kecil saja yang menggunakan
kakao dan kopi ditanam di dalam kawasan generator listrik namun disisi lain mereka
hutan. Hal ini terkait dengan persepsi mengeluh biaya eksploitasinya mahal. Kondisi
masyarakat bahwa manfaat kawasan hutan ini membuat antusiasme masyarakat terhadap
bagi masyarakat adalah sebagai tempat untuk rencana pembangunan PLTMH menjadi tinggi.
berkebun, tempat mencari kayu bakar dan Masyarakat siap bergotong royong dan
kayu untuk bangunan rumah. mengerahkan tenaga yang mereka miliki dan
berkontribusi jika pendanaan pemerintah
Hasil kuisioner diketahui umumnya
terbatas. Disisi lain kepala Dinas Kehutanan
penduduk Dusun Malimbu memiliki persepsi
Kabupaten Luwu Utara saat itu dengan
bahwa kawasan hutan itu hanya tempat
mengetahui tujuan penelitian ini maka sangat
mencari kayu bakar, lokasi berkebun,
setuju apabila dilakukan di Desa Malimbu agar
mengambil kayu bangunan dan lokasi
berdampak positip kepada penduduk Malimbu.
perburuan bahan kehidupan lainnya misalnya
madu, rusa, babi hutan; hal ini antara lain yang C. Kelayakan Pembangunan Mikrohidro
disampaikan oleh “Z” seorang pengurus Dusun,
Berdasarkan kriteria awal perencanaan
“M” seorang petani, “H” juga petani dan “S”
yaitu terletak di pinggir hutan, belum
pengurus mesjid setempat menjawab salah
terjangkau listrik PLN serta memiliki sumber
satu pertanyaan dalam kuisioner yaitu:
air diperoleh calon lokasi yaitu: 1 lokasi di
menurut pendapat anda apa manfaat hutan
Desa Sepakat, dan 3 lokasi di Desa Malimbu.
yang ada disekitar desa anda? Jawaban sebagai
Dari hasil survei lokasi dan pengukuran
berikut: “Hutan itu tempat mencari kayu bakar,
diperoleh data karakteristik lokasi sebagai
tanah belum bertuan hanya dijaga oleh
dasar perancangan desain Mikrohidro
pemerintah, tempat berkebun, tempat mencari
sebagaimana tercantum dalam Tabel 1.
kayu bangunan rumah dan tempat berburu
rusa, babi hutan, madu dan lainnya yang
75
Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea
Vol. 4 No.1, April 2015: 71 - 80
Dari sisi teknis semua lokasi layak di saro yang berlokasi di Dusun Malimbu
bangun PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga memiliki debit potensial 300 m3 dan beda
Mikrohidro). Namun dari sisi kemampuan dan tinggi (head) 5,8 m, desain turbin yang dibuat
kesediaan masyarakat untuk membangun dan adalah tipe Crossflow dengan kincir (rotor)
mengelola listrik mikrohidro, efisiensi (rasio berdiameter 200 mm, lebar 530 mm dan
manfaat daya listrik yang dihasilkan dengan jumlah runner 28. Penstok yang digunakan
biaya yang digunakan), dan tingkat tekanan adalah pipa diameter 10 inchi sepanjang 22
terhadap hutan dipilih Dusun Malimbu sebagai meter dibangun berpasangan. Bangunan
lokasi pembangunan turbin. Dusun Malimbu PLTMH tersebut mampu memenuhi kebutuhan
mempunyai potensi yang sangat optimal listrik terhadap penduduk dusun Malimbu
apabila dibandingkan ketiga lokasi lainnya sebanyak 131 KK. Panjang saluran terbuka
karena memiliki penduduk sebanyak 131 yang mengalirkan air dari sungai utama ke bak
kepala keluarga (KK), jarak jaringan kabel penampungan adalah 200 m (pasangan batu)
hanya 2(dua) km dari lokasi, beda tinggi dengan asupan (intake) dari bendung air di
terjunan air setinggi 5,8 meter, debit aliran air sungai Saro-saro dengan lebar bendung 8
300 m3/detik dan dapat menghasilkan listrik meter. Bak penenang dan penampung air
sebesar 10 kva (Tabel.1). Menurut Indarto, berukuran lebar 1,5 meter, panjang 5 meter
dkk.(2012), bahwa untuk memperoleh skala dengan kedalaman bak 1,5 meter. Pondok
optimal dalam pembangunan PLTMH perlu turbin (Power house) berukuran 3 m x 4 m
dilakukan optimasi debit pembangkitan dan dibangun sebagai tempat perlindungan unit
unit pembangkit agar mendapatkan PLTMH turbin dan panel instalasi . PEMDA setempat
yang ekonomis. Hal ini penting karena telah melalui Dinas ESDM Kabupaten Luwu Utara
banyak PLTMH yang berhenti pelayanannya telah membantu masyarakat 1 (satu) set kabel
akibat tidak ekonomis seperti PLMTH di Desa listrik tipe 4x16 mm dan 14 buah tiang pipa
Karangtengah, Kecamatan Cilongkoh, besi yang dipasang mulai dari lokasi bangunan
Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah turbin sampai ke pemukiman Malimbu dan
yang secara finansial tidak layak,(Purwanto, juga bantuan sejumlah MCB (miniature circuit
2011). Demikian juga PLTMH di Desa Depok breaker) sebagai pengatur arus listrik masuk
Kecamatan Lebakbarang, Kabupaten setiap rumah penduduk. PLTMH tersebut telah
Pekalongan yang tidak beroperasi lagi karena beroperasi dengan baik sejak Juni 2010 dengan
tidak ekonomis dalam pengelolaannya kapasitas 10 kW (10.000 watt) dan
(Aribowo, et al, 2012). dioperasikan oleh ”kelompok turbin malimbu”.
Kendala yang dialami kelompok selama
D. Membangun Instalasi Mikrohidro
PLTMH beroperasi tidak banyak; hanya van-
Instalasi PLTMH telah dibangun di pinggir belt putus, keboron-kebocoran kecil pada
sungai Saro-saro sesuai rancangan yang telah mesin Turbin, kurangnya gemuk pada bagian-
dibuat berdasarkan data karakteristik pada bagian mesin yang berputar, namun semua
Tabel 1. Berdasarkan data higrografi dan dapat diatasi oleh operator dengan
topografi yang menjadi rancangan turbin menggunakan dana kelompok.
PLTMH (Sudargana,et al. 2005), sungai Saro-
76
Pemanfaatan Mikrohidro untuk Membangun Desa Mandiri Energi
M. Kudeng Sallata, Hunggul Yudono SHN, & Abd. Kadir W.
a b c
Gambar 2. a. Mesin turbin. b. Bak penampung dan c. Hasil uji coba listrik mikrohidro
Figure 2. a.Turbine engine. b.Forebay and c. Electricity trial
77
Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea
Vol. 4 No.1, April 2015: 71 - 80
78
Pemanfaatan Mikrohidro untuk Membangun Desa Mandiri Energi
M. Kudeng Sallata, Hunggul Yudono SHN, & Abd. Kadir W.
bergelombang sampai bergunung terdapat menyediakan bibit jenis hutan kepada anggota
banyak sungai kecil yang mengalirkan air Kelompok Turbin Malimbu.
berpotensi untuk pembangunan pembangkit
listrik tenaga mikrohidro. Sungai Saro-saro DAFTAR PUSTAKA
salah satunya yang menjadi lokasi
Anwar. (2013). Knowledge management system
pembangunan PLTMH. Masyarakat dusun untuk pembangkit Listrik tenaga mikrohidro.
Malimbu belum menikmati listrik PLN, 85% Politeknologi, 12(2), 153-159.
mata pencahariannya petani dan umumnya
berpendidikan rendah. Di sisi lain mereka Aribowo, A. A., Hermawan, & Purnaweni, H. (2012).
Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan
merambah kawasan hutan untuk dijadikan
Pltmh di Desa Depok Kecamatan Lebakbarang
kebun kakao karena belum menyadari manfaat Kabupaten Pekalongan. Jurnal Ekosains, 4 (2),
langsung hutan. PLTMH yang dibangun melalui 35-42.
partisipasi masyarakat berdasarkan potensi
aliran air yang tersedia yaitu debit aliran air Deviyanti, D. (2013). Studi tentang Partisipasi
Masyarakat dalam Pembangunan di Kelurahan
>300 m3/detik. Kapasitas daya listrik
Karang Jati, Kecamatan Balikpapan Tengah.
mikrohidro terpasang adalah 10 kva (10.000 Journal Administrasi Negara, 1(2), 380 -394.
watt) yang telah digunakan oleh penduduk
dusun malimbu yang berjumlah 131 kk dan 2 Integrated Microhydro Development and
(dua) fasilitas umum (Mesjid dan Pusat Application Program (IMIDAP), (2009).
Pedoman Studi Kelayakan PLTMH. Jakarta:
Kesehatan Desa). Partisipasi masyarakat
Dirjen Listrik dan Pemanfaatan Energi
dimulai dari survei lokasi sampai pada Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.
pembangunan turbin sangat tinggi. Hasil
evaluasi menunjukkan persepsi masyarakat Indarto. A; P.T. Juwono; dan Rispiningtati. (2012).
khususnya yang ada dalam kelompok turbin Kajian potensi sungai Srinjing untuk
pembangkit listrik tenaga mikrohidro (pltmh)
menjadi positif terhadap fungsi hutan sebagai
brumbung di kabupaten Kediri. Jurnal Teknik
sumber air bagi kehidupan dan juga sebagai Pengairan, 3(2), 174–184.
sumber energi.
Iqbal, M, Dan G.S. Budhi. (2007). Esensi dan Urgensi
B. Saran Kaji Tindak Partisipatif dalam Pemberdayaan
Masyarakat Perdesaan Berbasis Sumberdaya
Dari hasil penelitian dan kegiatan ini
Pertanian. Forum Penelitian Agro Ekonomi.,
maka dapat disarankan perlunya upaya-upaya 25(2), 73 - 88.
monitoring dan pembinaan secara
berkelanjutan dari berbagai pihak terutama Jasa, L. (2010). Mengatasi Krisis Energi dengan
Pemerintah Kabupaten Luwu Utara. Secara Memanfaatkan Aliran Pangkung Sebagai
Sumber Pembangkit Listrik Alternatif.
khusus dengan terbentuknya kelompok
Teknologi Elektro, 9 (2), 182-190.
pengelola turbin di Dusun Malimbu dapat
digunakan sebagai media komunikasi Junaidi. E dan R. Maryani. (2013). Pengaruh
pemerintah dengan masyarakat untuk Dinamika Spasial Sosial Ekonomi pada Suatu
memelihara fungsi hutan. Lanskap Daerah Aliran Sungai (DAS)
Terhadap Keberadaan Hutan (Studi kasus
UCAPAN TERIMA KASIH pada DAS Citanduy Hulu dan DAS Ciseel, Jawa
Barat. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi
Ucapan terimakasih disampaikan kepada Kehutanan, 10(2), 122 – 139.
Pemda Kabupaten Luwu Utara yang atas
kerjasamanya dalam pembangunan Kurniawan, D. T., Manar, D. G., dan Kushadayani.
(2013). Inovasi Pemberdayaan Masyarakat
mikrohidro sehingga masyarakat Dusun
Perdesaan Studi Kasus pada Unit Pengelola
Malimbu telah dapat menikmati listrik hasil Kegiatan (UPK) dalam Pelaksanaan Program
mikrohidro. Ucapan yang sama juga juga Nasional Pemberdayaan Masyarakat-Mandiri
disampaikan kepada Kepala Dinas ESDM Perdesaan (PNPMMPD) Kecamatan
Kabupaten Luwu Utara dan khususnya bidang Wonosalam Kabupaten Demak. Jurnal Ilmu
energy dan kelistrikan yang telah banyak Pemerintahan, 2(2), 1-12.
membantu baik instalasi kabel listrik, tenaga Nurrani.L dan S. Tabba. (2013). Persepsi dan tingkat
maupun informasi potensi wilayah. Demikian ketergantungan masyarakat terhadap
juga terima kasih disampaikan kepada Kepala sumberdaya alam taman nasional Aketajawe
Dinas Kehutanan Kabupaten Luwu Utara Lolobata di Provinsi Maluku Utara. Jurnal
bersama jajarannya yang telah membantu Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan,
dalam pembangunan PLTMH dan telah bersiap 10(1), 61 -73.
79
Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea
Vol. 4 No.1, April 2015: 71 - 80
Purwanto, (2011). Analisis Finansial dan Ekonomi Pengelolaan Hutan Kemiri Kawasan
Pembangkit Listrik Mikrohidro di Beberapa Pegunungan Bulusaraung Kabupaten Maros
Lokasi, Propinsi Jawa Tengah, Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Penelitian
(Financial And Economic Analysis Of Sosial dan Ekonomi Kehutanan, 8(3), 176 –
Microhydro Electricity Plants, At Some 195.
Locations, Central Java Province, Indonesia).
UNDESA. (2010). The Human Right to Water and
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi
Sanitation. International Decades for Action
Kehutanan, 8(4), 251 – 264.
‘Water for Life’ 2005 – 2015. United Nation
Salman, D. (2005). Pembangunan Partisipatoris. Department of Economic and Social Affairs
Makassar: Program Studi Administrasi (UNDESA). Retrieved 21 Desember 2010.
Pembangunan. Universitas Hasanuddin. http://www.un.org/waterforlifedecade/huma
n_right_to_water.shtml.
Sudargana; Karnoto dan H. Nugroho. (2005). Studi
kelayakan dan prancangan pembangkit listrik Wakka, Abdul. Kadir. (2013). Masyarakat dan
tenaga mikrohidro, di Dukuh Pekuluran Kec. Taman Nasional; Akomodasi Kepentingan
Doro Kab. Pekalongan. Rotasi, 7(2)1-4. Masyarakat dalam Pengelolaan Taman
Nasional Bantimurung Balusaraung
Suprayitno. A. R; Sumardjo; Darwis S. Gani; B.G
(Disertasi). Yogyakarta: Fakultas Kehutanan
Sugihen. (2013). Model peningkatan
Program Sarjana; Universitas Gajah Mada.
partisipasi petani sekitar hutan dalam (Tidak diterbitkan).
pengelolaan hutan kemiri rakyat: Kasus
80