Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN

PEMASANGAN OROPHARINGEAL AIRWAY (OPA)

DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD H SOEWONDO KENDAL

Inisial pasien : Tn. k

Diagnosa medis : Kejang Stroke

Tanggal masuk : 7 april 2022

1. Diagnosa Keperawatan dan Dasar Pemikiran


Data Subjektif :
-
Data Objektif ;
1. Terdapat sumbatan jalan napas lidah jatuh
2. Terdengar suara napas snoring
3. Klien mengalami penurunan kesadaran, nilai GCS 4 (E1M1V1) Coma
4. Klien mengalami kejang saat datang di IGD
Diagnosa keperawatan yang muncul dari data tersebut adalah ketidakefektifan pola nafas
berhubungan dengan status neurologis.
Dasar Pemikiran :
Penurunan kesadaran merupakan kasus gawat darurat yang sering dijumpai di
Instalasi Gawat Darurat. Penurunan kesadaran dapat disebabkan oleh gangguan pada otak
dan sekitarnya atau karena pengaruh gangguan metabolik. Penurunan kesadaran dapat
terjadi secara akut/cepat atau secara kronik/progresif. Penurunan kesadaran yang terjadi
secara cepat ini yang biasanya merupakan kasus gawat darurat dan butuh penanganan
sesegera mungkin (Harris, S. 2004). Pada kasus, saat dilakukan primary survey ABCDE
pasien menunjukkan suara snoring atau mendengkur.
Snoring atau mendengkur adalah bunyi yang keluar akibat adanya gangguan pada
saluran udara yang melewati hidung dan faring (sepanjang jalan napas bagian atas).
Mendengkur terjadi karena masuknya aliran udara pernapasan ke paru-paru terhalang.
Halangan bisa berada di rongga hidung, mulut dan tenggorok. Halangan tersebut
menyebabkan terjadinya penyempitan aliran udara pernapasan yang menetap atau hanya
sementara. Halangan yang ada terjadi akibat kegagalan otot-otot dilator saluran
pernapasan atas untuk menstabilkan jalan pernapasan, pada saat otot-otot faring
relaksasi, sehingga lidah jatuh ke belakang dan terjadi obstruksi (Kotecha & Shneerson,
2003).
Pasien yang mengalami penurunan kesadaran beresiko mengalami adanya
obstruksi pada saluran pernapasan atas yaitu berupa lidah jatuh, ditambah dengan kejang
yang muncul. Dari data diatas maka dapat diangkat sebuah diagnosa keperawatan
Ketidakefektifan bersihan jalan napas (00031) berhubungan dengan lidah jatuh.
2. Tindakan keperawatan yang dilakukan
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada kasus untuk membebaskan jalan napas
pasien ialah pemasangan oropharingeal airway/tube (OPA). OPA adalah sebuah tabung /
pipa yang dipasang diantara mulut dan pharynx pada orang yang tidak sadar yang
berfungsi untuk membebaskan jalan nafas. Pembebasan jalan nafas dengan
oropharyngeal tube adalah cara yang digunakan untuk mengembalikan kepatenan jalan
nafas yang terhambat oleh lidah pasien yang tidak sadar atau untuk membantu ventilasi
(Clinical quality & Patient Safety Unit, 2018).
Pada pasien tidak sadar, lidah biasanya jatuh ke bagian pharynx posterior sehingga
menghalangi jalan nafas, sehingga pemasangan oropharyngeal tube yang bentuknya telah
disesuaikan dengan palatum / langit-langit mulut mampu membebaskan dan
mengedarkan jalan nafas melalui tabung / lubang pipa. Dapat juga berfungsi untuk
memfasilitasi pelaksanaan suction. Pembebasan jalan nafas dengan oropharingeal tube
digunakan dalam jangka waktu pendek pada post-anastesi. Penggunaan jangka panjang
dimungkinkan pada pasien yang terpasang endotracheal tube untuk menghindari gigitan
pada selang endotraceal (SHR , 2016).
a. Indikasi
Adapun indikasi pemasangan oropharyngeal tube adalah sebagai berikut :
1) Membebaskan jalan napas pada pasien yang mengalami penurunan kesadaran.
2) Mencegah tergigitnya selang endotrakeal pada pasien yang terintubasi
3) Memfasilitasi suction pada jalan nafas (Clinical quality & Patient Safety Unit,
2018)
b. Kontraindikasi
Sedangkan kontraindikasi dari pemasangan oropharyngeal tube adalah :
1) Tidak boleh diberikan pada pasien dengan keadaan sadar ataupun semi sadar
karena dapat merangsang muntah, spasme laring.
2) Harus berhati-hati bila terdapat trauma oral (Clinical quality & Patient Safety
Unit, 2018)
3. Prosedur Pemasangan OPA
a. Persiapan Alat
Oropharyngeal tube berbagai ukuran, handscoon, plaster, bengkok, toungue
spatel, kassa.

b. Persiapan klien
1) Informasikan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan
2) Posisikan klien terlentang, upayakan sedekat mungkin dengan bagian atas empat
tidur
3) Pastikan pasien dalam keadaan aman untuk dilakukan tindakan
4) Pastikan tidak terdapat reflek faring
c. Prosedur Tindakan Pemasangan oropharyngeal tube
1) Cuci tangan 6 langkah, gunakan sarung tangan bersih.
2) Posisikan kepala pasien lurus dengan tubuh
3) Lakukan suction pada mulut dan pharynx terlebih dahulu untuk membersihkan
saluran nafas dari sekresi jika diperlukan
4) Untuk mencegah trauma pada mulut saat insersi, buka jalan napas dengan teknik
head tilt chin lift atau jaw trust untuk membuka mulut pasien dengan lebar.
5) Pilih ukuran pipa orofaring sesuai dengan ukuran pasien. Dilakukan dengan
menyesuaikan ukuran pipa orofaring dari tragus (anak telinga) sampai ke sudut
bibir.
6) Masukkan tube ke mulut dengan posisi terbalik sehingga bagian atasnya
menghadap kemuka.

7) Mulai masukkan tube ke mulut. Saat tube mendekati dinding posterior faring
dekat lidah belakang putar tube sejauh 180⁰.

8) Masukkan tube sampai bagian pangkal tube tertanam


9) Jika reflek cegukan pasien terangsang, cabut jalan nafas dengan segera
10) Periksa dan pastikan jalan nafas bebas dengan teknik look, listen, feel
11) Fiksasi jalan napas dengan plester dan letakkan di pipi dengan melintasi bagian
datar dari tube, pada bibir pasien. Jangan menutupi bagian terbuka dari tube
(Clinical quality & Patient Safety Unit, 2018)

4. Analisa tindakan keperawatan


Pembebasan jalan napas menggunakan oropharingeal airway bertujuan untuk
membantu mematenkan jalan napas pada pasien yang mengalami penurunan kesadaran
dimana lidah jatuh ke bagian belakang. Namun dari itu, dampak dari pemasangan
oropharingeal yang kurang tepat tidak bisa dianggap remeh seperti pada tingkat
sterilisasi dari alat dimana dapat menjadi sumber koloni bakteri.
Pada kasus, Tn. K datang ke IGD dengan keadaan tidak sadar yang kemudian
tidak lama setelah itu Tn. K mengalami kejang. Dari hasil pengkajian didapatkan data
terdapat sumbatan pada jalan napas berupa lidah jatuh dan terdengar suara snoring. Tn. K
mendapatkan tindakan berupa pemasangan OPA yang bertujuan untuk membebaskan
jalan napas dan untuk mematenkan jalan napas.
Hasil pengamatan tindakan pemasangan OPA yang dilakukan oleh perawat sudah
dilakukan dengan baik dimana dari setiap tahap pada prosedur pemasangan OPA sudah
berhasil dilakukan. Perawat sudah menerapkan prinsip aman diri aman lingkungan dan
aman pasien. Selanjutnya perawat diharapkan dapat tetap mengkaji kepatenan jalan napas
dan keefektifan pernapasan pasien setelah pemasangan OPA selesai dilakukan.
Kepatenan jalan napas dan keefektifan pernapasan yang dimaksud yaitu tentang
bagaimana kemampuan pasien untuk bernapas secara spontan, melihat pergerakan dada
antara sisi kanan dan kiri, mengamati warna kulit pasien (apakah ada sianosis atau tidak),
melihat keadaan umum dan kedalaman respirasi , melihat penggunaan otot bantu, melihat
nilai SpO2 , mendengar suara napas tambahan pada auskultasi dada (SHR, 2016).
Perawat juga diharapkan dapat menyampaikan pada pasien dan keluarga secara lisan
tentang fungsi dari penggunaan OPA sehingga keluarga mampu mengerti serta tidak
cemas terhadap kondisi pasien terkait penggunaan OPA.
5. Bahaya yang dapat terjadi
a. Dapat menyebabkan trauma pada jalan napas
b. Cara pemasangan yang tidak tepat dapat mendorong lidah ke belakang
c. Apabila ukuran terlampau panjang, epiglotis akan tertekan sehingga menyebabkan
jalan nafas tersumbat
d. Hindarkan terjepitnya lidah dan bibir antara gigi dan alat
e. Jangan gunakan alat ini pada pasien dimana refleks faring masih ada karena dapat
menyebabkan muntah dan spasme laring.

6. Hasil yang didapat dan maknanya


Hasil yang didapat dari prosedur pemasangan OPA ialah :
S :
-
O :
Airway
Look : tidak ada sumbatan pada jalan napas,
Listen : tidak terdengar suara napas tambahan
Feel : terasa hembusan napas
Breathing
Look : pasien bernapas spontan, pergerakan dada sisi kanan-kiri simetris, RR 30x/m,
napas irregular, tidak ada tanda sianosis
Listen : suara napas vesikuler
Feel : terasa hembusan napas
A : masalah teratasi
P : Pertahankan pemasangan OPA dan lakukan perawatan pada OPA, evaluasi
kepatenan jalan napas dan status pernapasan klien.
Hasil yang didapat dari pemasangan OPA pada Tn. G ialah jalan napas sudah mampu
bebas dan sudah tidak terdengar suara napas snoring. Langkah selanjutnya ialah tetap
evaluasi pemasangan OPA dengan :
a. Kaji status neurologi pasien secara berkala.
b. Monitor pasien dari penumpukan sekresi oral dan penghisapan rongga mulut
c. Jika keadaan pasien memungkinkan, pemakaian jangka panjang memerlukan
pelepasan tube untuk dilakukan perawatan oral.
7. Tindakan keperawatan lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi diagnosa
keperawatan diatas (mandiri dan kolaboratif)
a. Tindakan mandiri : Pembukaan Jalan nafas secara manual
Teknik dasar pembukaan jalan napas atas adalah dengan mengangkat kepala-
angkat dagu (Head Tilt-Chin Lift). Teknik dasar ini akan efektif bila obstruksi napas
disebabkan lidah atau relaksasi otot pada jalan napas atas. Dalam melakukan teknik
membebaskan jalan nafas agar selalu diingat untuk melakukan proteksi Cervical-
spine terutama pada pasien trauma/multipel trauma. Jalan napas pasien tidak sadar
sering tersumbat oleh lidah, epiglotis, dan juga cairan, agar jalan napas tetap terbuka
perlu dilakukan manuver head tilt,chin lift dan juga jaw thrust. Bisa sebagian atau
kombinasi ketiganya (tripple airway manouver). Head tilt dan chin lift adalah teknik
yang sederhana dan efektif untuk membuka jalan napas tetapi harus dihindari pada
kasus cedera tulang leher/servikal.
b. Tindakan Kolaborasi : Intubasi Endotrakhea
Adalah proses memasukkan pipa endotrakeal ke dalam trakea pasien. Kegunaan
Pipa endotrakea adalah :
1) Memelihara jalan napas atas terbuka (paten)
2) Membantu pemberian oksigen konsentrasi tinggi
3) Memfasilitasi pemberian ventilasi dengan volume tidal yang tepat untuk
memelihara pengembangan paru yang adekuat
4) Mencegah jalan napas dari aspirasi isi lambung atau benda padat atau cairan dari
mulut, kerongkongan atau jalan napas atas
5) Mempermudah penyedotan dalam trakea
6) Sebagai alternatif untuk memasukkan obat (Nalokson, Atropin, Vassopresin,
epinefrin dan lidokain ; NAVEL) pada waktu resusitasi jantung paru bila akses
intravena atau intraosseus belum ada.
8. Kepustakaan
Clinical quality & Patient Safety Unit. (2018). Clinical practice procedure Airway
Management Oropharingeal airway insertion. QAS
Harris, S. (2004). Penatalaksanaan Pada Kesadaran Menurun dalam Updates in
Neuroemergencies. FKUI. Jakarta. Hal.1-7
Kotecha B, Shneerson JM. Treatment options for snoring and sleep apnea. Journal of
Royal Society of Medicine 2003; 96: 343-4
Prasenohadi. Manajemen Jalan Napas; Pulmonologi Intervensi dan Gawat Darurat Napas.
FK UI, Jakarta, 2010.
SHR, Nursing, Practice, Committee. (2016). Airway – oropharyngeal: insertion;
maintenance; suction; removal. Saskatoon Health Region. 1159 .

Anda mungkin juga menyukai