1. energi
Hal ini dapat terjadi dikarenakan balita yang berstatus gizi normal namum memiliki tingkat konsumsi energi dengan
kategori baik dimungkinkan karena terdapat beberapa balita yang mempunyai frekuensi makan kurang dari 3 kali
sehari dan faktor faktor seperti porsi makan juga dapat mempengaruhi hal ini.
2. protein
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hendrayati et al. (2013) yang menyebutkan bahwa tidak ada hubungan
antara asupan protein dengan kejadian wasting.
3.lemak
Hal ini sejalan dengan penelitian Hendrayati et al. (2013) yang menyebutkan bahwa tidak ada hubungan antara
asupan lemak dengan kejadian wasting pada anak balita. Tidak adanya hubungan dimungkinkan karena tingginya
penyakit infeksi berupa diare sehingga mempengaruhi status gizi bahkan pada responden dengan t ingkat asupan
lemak dalam kategori baik.(Sari, Ningtyias, and Rohmawati 2016).
4. kh
Hal ini sejalan dengan penelitian Hendrayati et al. (2013) yang menyebutkan bahwa tidak ada hubungan antara
asupan karbohidrat dengan kejadian wasting .Tidak adanya hubungan dimungkinkan karena terdapat balita yang
berstatus gizi normal namun memiliki tingkat konsumsi karbohidrat kategori lebih dimungkinkan karena terdapat
beberapa balita yang mempunyai frekuensi makan lebih dari 3 kali sehari.
5. vit a
hasil penelitian (Istiana 2018) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan kecukupan vitamin C terhadap
status gizi (TB/U) berdasarkan hasil uji (nilai p = 0,592). Vitamin C berperan dalam sintesis kolagen yang
diperlukan dalam proses pertumbuhan melalui hidroksilasi prolin dan lisin menjadi hidroksiprolin.
Hidroksiprolin merupakan bahan yang penting untuk pembentukan kolagen yang mempengaruhi integritas struktur
sel di semua jaringan ikat (Granner dan Rodwell, 2012). Apabila anak mengalami defisiensi vitamin C, maka akan
menghambat pembentukan struktur protein dan kolagen yang dapat menghambat proses pertumbuhan (Maggini dan
Wenzlaff, 2010). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hartono, dkk. (2013) bahwa tidak ada
hubungan antara asupan vitamin C dan kalsium dengan kejadian stunting (Istiana 2018).
6. vit c
Dalam penelitian (Travica et al, 2017; Manggini et al,2017) menyatakan bahwa kekurangan vitamin C dapat
menurunkan fungsi imunitas sehingga dapat menyebabkan tubuh mudah terserang infeksi.
7. Fe
hasil penelitian berbanding terbalik dengan hasil penelitian (Fitriyah 2021) Uji statistik pada balita menunjukkan
bahwa nilai p value sebesar 0,032 yang berarti asupan zat besi dengan underweight (BB/U) pada balita memiliki
hubungan satu sama lain. Kurangnya variasi konsumsi pangan dapat menyebabkan asupan zat besi yang masuk ke
tubuh tergolong rendah. Siklus kehidupan yang membutuhkan dukungan untuk pertumbuhan balita cenderung
memiliki kebutuhan zat besi yang lebih tinggi. Penyimpanan zat besi terdapat pada otot dan sumsum tulang
belakang. Ketika asupan zat besi lebih rendah dari kebutuhannya, maka akan dilakukan perombakan cadangan zat
besi pada sumsum tulang belakang.