Normawati, AM.Keb
Samsiar Hidayanti, Am.keb
Saniah, Am.Keb
Mardaniah, Am.keb
Holiyeh, Am.Keb
Dharmawati, Am.Keb
Hasanah, Am.Keb
Fitriyani,Am.Keb
Rina Juniarti, Am.Keb
Irmawati, Am.Keb
Kerangka Penelitian
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang 1. Menurut peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 12 Tahun 2017
Masalah tentang penyelenggaraan imunisasi, upaya yang dapat dilakukan
untuk mempertahankan dan meningkatkan indikator kesehatan bagi
individu agar terhindar dari penyakit telah dilakukan berbagai upaya
seperti pemberian promosi kesehatan bagi masyarakat, penerapan
PHBS di masyarakat, hingga pemberian vaksin atau imunisasi bagi
penyakit menular, infeksi dll. Imunisasi adalah upaya untuk
menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
terhadap suatu penyakit sehingga bila suatu saat terpajan dengan
penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.
1. Pencegahan penyakit dengan imunisasi telah diakui oleh masyarakat.
Adapun jenis imunisasi yang diberikan pada bayi yaitu BCG, DPT,
HB, Hib, polio dan Campak. Vaksin DPT( Difteri,Pertusis dan
Tetanus) diberikan untuk memberikan kekebalan akktif terhadap tiga
penyakit sekaligus yakni difteri, pertusis dan tetanus yang memiliki
efek samping ringan dan berat, dimana efek samping ringan terjadi
pembengkakan dan nyeri pada tempat penyuntikan disertai demam,
sedangkan untuk efek samping berat bayi dapat menangis hebat
selama kurang lebih 4 jam, kesadaran menurun, terjadi kejang,
enselofati dan syok. (Saleha,2012)
1. Hasil survei Riskesdas 2018 didapatkan data cakupan bahwa
imunisasi terjadi peningkatan dari tahun 2013 32,1% dan pada tahun
2018 sebesar 32,9%. Bila berdasarkan jenis imunisasi yang tidak
lengkap maka DPT-Hib masih berada di angka 61,3% tahun 2018
dimana menurun dari angka 75,6% pada tahun 2013. Kalimantan
selatan sendiri dalam cakupan imunisasi masih berada di angka 70%
dari 100%.(KEMENKES RI,2018)
2. Pada literatur WHO dijelaskan bahwa KIPI dapat menimbulkan reaksi
sistemik dan lokal, dimana reaksi lokal ringan seperti nyeri, kemerahan, dan
pembengkakan dilaporkan sekitar 40-80%setelah imunisasi dengan vaksin
yang mengandung DPT. Reaksi lokal cenderung meningkat pada suntikan
berikutnya. Reaksi lokal yang ditimbulkan sangat berhubungan dengan
komponen Pertusis pada vaksin DPT. Reaksi sistemik adalah semua reaksi
yang timbul secara sistemik pasca imunisasi dapat berupa demam, rewel
atau iritabilitas.
3. Melihat dari reaksi yang dimunculkan oleh KIPI di atas, maka sangat
penting untuk seorang ibu mengetahuinya agar dapat mengambil
tindakan yang tepat. Kurangnya pengetahuan dan pemahamn ibu tentang
reaksi yang timbul serta penanganannya membuat ibu merasa cemas dan
takut dengan reaksi ini sehingga menurunkan angka kepercayaan
terhadap imunisasi.(Sri,2018 dan Mardiana,2016).
4. Berdasarkan hasil analisis laporan kasus KIPI di Indonesia tahun 2015 sd
2017 terlihat bahwa ada kenaikan jumlah kasus setiap tahun. Pada tahun
2015 jumlah kasus KIPI serius dilaporkan sebanyak 97 kasus< tahun
2016 meningkat sebanyak 158 kasus, serta tahun 2017 sebanyak 270
kasus. Data kasus KIPI tidak serius berupa demam, bengkak, merah
akibat vaksin DPT-Hib di wil kab. Tanah laut sebanyak 219 kasus dan di
puskesmas Tambang Ulang sebanyak 36 kasus(Dinkes Tala,2019).
5. Data pendukung lainnya pada tahun 2019 menunjukkan sebanyak 417
bayi dan tidak lengkap imunisasinya 25 bayi, hingga pada tahun 2020
sampai bln juli, sejumlah 272 bayi dan imunisasi yang blm lengkap 104
bayi.
Kerangka
BCG
Teoritis Program dan Hepatitis B
Penyelenggaraan Pengetahuan ibu terhadap
DPT
Imunisasi KIPI
Polio Imunisasi DPT-HIb
Campak
1.Tahu (know)
2.Memahami KIPI
: diteliti (comprehension) (kejadian Ikutan
Pengertian,
Pasca Imunisasi
frekuensi, 3. aplikasi
Cara (application)
: tidak diteliti Pemberian, 4. Analisis (analysis)
Efek/reaksi, 5. Sintesis
Dampak, (synthesis),
Syarat dan 6. Evaluasi
Penanganan (Evaluation).
Kerangka
Konsep Pengetahuan
reaksi
Ibu Tentang
Kejadian Ikutan Dampak
Pasca Imunisasi
DPT-Hib penanganan