Anda di halaman 1dari 2

Berdasarkan uraian tersebut di atas, jelaslah upaya penanggulangan kejahatan

kesusilaan secara preventif dengan upaya non-penal di Indonesia masih lemah dan butuh

ketegasan dari aparat penegak hukum untuk melaksanakan sanksinya secara tegas dan sekaligus

memberikan perlindungan kepada para saksi dan korban yang menjalani sendiri tindak pidana

kesusilaan. Korban kejahatan yang pada dasarnya merupakan pihak yang paling menderita dalam

suatu tindak pidana, justru tidak memperoleh perlindungan sebanyak yang diberikan oleh

undang-undang kepada pelaku kejahatan. Akibatnya, pada saat pelaku kejahatan telah dijatuhi

sanksi pidana pengadilan, kondisi korban kejahatan seperti tidak dipedulikan sama sekali.

Padahal, masalah keadilan dan penghormatan hak asasi manusia tidak hanya berlaku terhadap

pelaku kejahatan saja, tetapi juga korban kejahatan.

Perilaku kejahatan dapat diatasi dengan upaya penanggulangan secara preventif

maupun reprensif. Penanggulangan kejahatan secara preventif juga dapat dikatakan

penanggulangan kejahatan dengan menggunakan sarana non penal. Dalam kenyataannya, ada

segelintir masyarakat kita tidak mendukung usaha ini. Masih ada beberapa tindak pidana

kesusilaan yang sampai saat ini masih di sembunyikan masyarakat untuk tidak diadili karena

alasan tertentu seperti takut akan ancaman para pelaku tindak pidana dan atau bahkan malu jika

nama mereka tercemar. Sementara itu, penanggulangan secara reprensif dengan menghadirkan

pelaku ke muka sidang pengadilan dan selanjutnya penjatuhan pidana bagi seseorang yang

terbukti melakukan tindak pidana.

Sangatlah penting untuk mengatur perlindungan terhadap korban kejahatan terlebih

anak yang merupakan korban yang sangat rentan, perlindungan ini diatur di dalam peraturan

perundangundangan yang di dalamnya diatur perihal perlindungan korban kejahatan secara

komprehensif, seperti perlindungan fisik, finansial, psikis maupun medis dan yang terpenting
bahwa perlindungan ditujukan pada korban kejahatan terhadap semua jenis kejahatan. Seperti

yang sudah diberikan oleh UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang diubah

dengan UU No. 35 Tahun 2014, UU Nomor 15 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Terorisme,

UU No, 31 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU Nomor 13 Tahun 2006 tentang

Perlindungan Saksi dan Korban.

Anda mungkin juga menyukai