Anda di halaman 1dari 4

1.

Komitmen dan rencana pasca studi yang akan saya berikan ke negara Indonesia setelah
menyelesaikan program studi magister Kenotariatan yakni bekerja sebagai notaris Pejabat
Pembuat Akta Tanah (PPAT). Selain itu saya berkeinginan menjadi ahli hukum bidang pidana.
Saya sewaktu kuliah sudah menemukan ide dan meneliti untuk pembaharuan hukum positif di
Republik Indonesia yakni tentang pidana khusus untuk kesusilaan. Saya sudah pernah meneliti
sewaktu kuliah. Saya ingin mengembangkan hasil penelitian saya untuk kemajuan hukum positif
di Indonesia karena kesusilaan merupakan faktor penting dari manusia maka harus
diperjuangkan dan harus dilindungi. Lebih jelasnya saya jabarkan di bawah ini.

Lingkungan kehidupan sekitar dapat berpengaruh serta berperan begitu besar terhadap dalam
proses pembentukan perilaku dari seorang anak. Maka dari itu dibutuhkan bimbingan,
pembinaan serta perlindungan oleh semua kalangan, yaitu: orang tua kandung, wali, guru, serta
masyarakat luas maupun Negara, hal itu dibutuhkan oleh anak dalam proses tumbuh dan
berkembang. Perlindungan kepada anak tentunya sudah diterapkan oleh pemerintah Republik
Indonesia untuk mengatasi tindak pidana kesusilaan maupun kekerasan seksual. walaupun aturan
Perundang-Undangan sudah diterapkan dalam perlindungan kepada anak, tetapi para penjahat
serta pelaku tindak pinada kesusilaan masih berani untuk melakukan tindak pidana.

Masalah tersebut telah menjadi perhatian besar secara nasional maupun internasional. Kenyataan
yang terjadi selama ini adalah terjadinya tindak pidana kesusilaan terhadap perempuan serta anak
korban. Tindak pidana kesusilaan terhadap anak menjadi permasalahan serius sehingga
seharusnya segera ditanggulangi supaya kekerasan seksual tidak terjadi serta terulang kembali
serta dapat memberi sanksi kepada pelaku. Hukum sebagai tumpuan dasar dijadikan sebagai
mengungkap tabir permasalahan terkait upaya dalam menanggulangi tindak pidana kesusilaan
kepada anak sebagai korban. Anak korban tindak pidana kesusilaan mendapat perlindungan
secara hukum menyebabkan anak merasa aman dan tegaknya nilai keadilan.

Fakta di lapangan ada beberapa kasus yang terselesaikan dan masih ada kasus yang belum dapat
diselesaikan secara baik karena kurang suatu bentuk kesadaran diri dari pihak orang tua anak
sebagai korban, masyarakat, dan lembaga yang sangat dibutuhkan perannya dalam melakukan
upaya perlindungan bagi anak korban tindak pidana kesusilaan untuk dapat teratasinya kekerasan
seksual yang sedang terjadi.

Tindak pidana kesusilaan yang paling banyak dialami oleh anak dan yang paling mengerikan
dampaknya terhadap anak adalah tindak pidana kesusilaan berupa pemerkosaan. Pemerkosaan
sendiri dipandang suatu bentuk tindakan kejahatan yang dikategorikan level-nya tinggi dan
sangat kejam serta dikategorikan suatu tindakan merendahkan suatu harkat serta martabat hak
asasi terkhusus perempuan, karena hukuman bagi pelaku tindak pidana kesusilaan tidak dapat
menghilangkan akan rasa sakit trauma yang dirasakan oleh korban tindak pidana kesusilaan
khususnya pemerkosaan.

Anak yang menjadi korban tindak pidana kesusilaan menderita berulang kali dan memerlukan
penanganan yang sangat serius dari pihak berwajib dan kompeten. Anak sebagai harapan
generasi penerus keluarga serta penerus bangsa yang seharusnya wajib dilindungi pemerintah.
Namun faktanya masih banyak kasus tindak pidana kesusilaan yang menjadikan kewaspadaan
bagi semua kalangan bahwa anak perlu untuk mendapat perlindungan.
Fakta yang terjadi, anak sebagai korban yang mengalami tindak pidana kesusilaan keadaan batin
anak tersebut terdapat rasa yang sangat malu. Bahkan terdapat rasa membenci diri sendiri
mengakibatkan depresi. Oleh karena itu, dalam mengatasi rasa trauma dalam diri korban, anak
sebagai korban terpaksa menggunakan obat-obatan, bahkan ada yang sengaja serta dengan tega
untuk melukai dirinya sendiri. Akibatnya timbulnya gangguan jiwa yang istilanhnya stress pasca
traumatic. Maka dari itu, perlu adanya suatu tindakan rehabilitasi psyco-social. Psyco-social
adalah upaya diberikan dokter maupun psykolog untuk anak sebagai korban yang telah
menderita traumatic serta gangguan kejiwaan berguna memulihkan kondisi kejiwaan anak
sebagai pasien korban tindak pidana kesusilaan walaupun tidak dapat seperti semula.

Di Negara Hukum Republik Indonesia ini kejahatan telah menjadi fenomena dalam kehidupan
masyarakat di Indonesia. Kejahatan sangat erat kaitannya dengan tindakan pidana atau tindak
pidana yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Undang-undang yang
berlaku yang secara khusus mengatur mengenai tindak pidana kejahatan. Kejahatan yang terjadi
sehari-hari pada dasarnya kejahatan satu dengan yang lain itu berbeda-beda dari baik dari segi
unsur kerugian yang ditimbulkan, proses pemidanaan, serta pertanggung jawaban di muka
pengadilan oleh hakim terhadap terdakwa pun berbeda. Salah satu tindak pidana yang diatur
dalam KUHP adalah tindak pidana Kejahatan terhadap Kesusilaan.

Anak sebagai korban tindak pidana kesusilaan wajib mendapat rasa simpati, empati yang bisa
untuk menenangkan serta menumbuhkan kepercayaan diri dalam anak, yakni tentunya dengan
memberikan perlindungan hukum kepada anak sebagai korban tindak pidana kesusilaan dengan
maksimal perlindungan. Persoalannya sejauh mana pemenuhan hak-hak kepada anak sebagai
korban serta perlindungan secara hukum kepada anak sebagai dari korban tindak pidana
kesusilaan yang diberikan Pemerintah Indonesia untuk melindungi anak dan memenuhi hak-hak
anak. 

2. Rencana kontribusi di Indonesia

Kontribusi yang akan saya berikan untuk kemajuan hukum di positif di Indonesia antara lain
memajukan dunia kenotariatan, melindungi hak anak dan perempuan secara umum, dan hak
korban tindak pidana kesusilaan secara spesifik. 

Saat bekerja sebagai notaris tugas yang akan saya lakukan antara lain mengesahkan tanda tangan
dan menetapkan kepastian tanggal surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus
(legalisasi), membukukan surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus, membuat
salinan dari asli surat di bawah tangan berupa salinan yang memuat uraian sebagaimana ditulis
dan digambarkan dalam surat yang bersangkutan, melakukan pengesahan kecocokan fotokopi
dengan surat aslinya, memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta,
membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan, atau membuat akta risalah lelang.

Berdasarkan perumusan masalah dan pembahasan yang telah diuraikan oleh penulis di atas,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Hak-hak anak sebagai korban tindak pidana kesusilaan di Dinas Sosial Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Kulon Progo, Kepolisian Sektor Galur, serta
Balai Pemasyarakatan Kelas I Yogyakarta sudah terpenuhi dengan baik sesuai Undang-Undang.

Perlindungan hukum kepada anak korban tindak pidana kesusilaan di wilayah Hukum Kabupaten
Kulon Progo yang dilakukan oleh Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak Kabupaten Kulon Progo, Kepolisian Sektor Galur, Balai Pemasyarakatan Kelas I
Yogyakarta serta Pengadilan Negeri Wates sudah sesuai dengan Undang-Undang. Penjatuhan
sanksi pidana oleh Pengadilan Negeri Wates kepada pelaku termasuk bentuk dari perlindungan
hukum kepada korban tindak pidana kesusilaan.

Semua instansi tersebut untuk melindungi hak anak sebagai korban tindak pidana kesusilaan
serta untuk melakukan perlindungan hukum kepada anak korban tindak pidana kesusilaan diatur
dalam Undang-Undang, sebagai berikut:

Hak Asasi Anak diatur dalam Pasal 28B Undang-Undang Dasar Tahun 1945

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 13


Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban

Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23


tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Anak

Disimpulkan bahwa dari aturan Undang-Undang pengkhususan dari masing-masing instansi


adalah sebagai berikut:

Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Kulon Progo:

Peraturan daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 14 Tahun 2016 mengenai Pembentukan serta
susunan perangkat daerah dengan amanat berdasar ketentuan Pasal 3 ayat (1) Peraturan
Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah

Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 3 Tahun 2012 tentang
Perlindungan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan

Peraturan bupati Kulon Progo Nomor 66 tahun 2013 tentang pembentukan Pusat Pelayanan
Terpadu Pelindungan Perempuan dan Anak korban kekerasan (P2TP2A)

Kepolisian Sektor Galur:

Kepolisian Republik Indonesia (RI) menurut Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia

Balai Pemasyarakatan Kelas I Yogyakarta:


Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. Regulasi
aturan Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 serta Undang-Undang Nomor 3
Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak

Permenkumham Nomor 18 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia Nomor 3 Tahun 2018 tentang Syarat dan Tata Cara Pemberian Remisi,
Asimilasi, Cuti Mengunjungi Keluarga, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti
Bersyarat

Permenpan-RB Nomor 22 tahun 2016 tentang Jabatan Fungsional Pembimbing Kemasyarakatan,


dan Permenpan-RB no. 23 tahun 2016 tentang Jabatan Fungsional Asisten Pembimbing
Kemasyarakatan.

Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Kulon Progo,
Kepolisian Sektor Galur Kulon Progo, serta Balai Pemasyarakatan Kelas I Yogyakarta dapat
mempertahankan kinerjanya serta meningkatkan kinerja dalam memberikan pemenuhan hak
kepada anak sebagai korban tindak pidana kesusilaan yang tentunya anak sangat membutuhkan
bantuan secara maksimal agar setiap anak yang menjadi korban dapat dilindungi sesuai Undang-
Undang Republik Indonesia. Selain itu, diharapkan Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Kabupaten Kulon Progo, Kepolisian Sektor Galur Kulon Progo, serta Balai
Pemasyarakatan Kelas I Yogyakarta dapat mempertahankan kinerja dan meningkatkan kinerja
dalam melakukan perlindungan hukum terhadap anak korban tindak pidana kesusilaan di
wilayah hukum Kabupaten Kulon Progo.

Saran saya pribadi diluar dari saran untuk setiap instansi demi kebaikan hukum Bangsa
Indonesia, seharusnya untuk tindak pidana kesusilaan ada Undang-Undang khusus atau pidana
khusus mengenai tindak pidana kesusilaan seperti halnya dengan pidana khusus Human
Trafficking Undang-Undang Nomor 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang. Dapat dikomparasikan bahwa kedua tindak pidana tersebut sama-sama
membela Hak Asasi Manusia (HAM) yang artinya pelanggaran HAM dikategorikan pelanggaran
berat. Sedangkan pelanggaran tindak pidana kesusilaan lebih banyak merenggut daripada human
trafficking karena korban tindak pidana kesusilaan bisa dikatakan sama menderitanya dengan
korban human trafficking bahkan bisa lebih menderita kalau korbannya adalah anak.

Anda mungkin juga menyukai