Anda di halaman 1dari 2

“akara”

Derap sejuta jejak, merekah bunyi dalam lampau terpejam sunyi... Kala Daksa
gerak meronta, lalu kian menepis lelap, seraya merekah pelipis dalam lelap
mengucur rintik...
Di sela derai tutur melebur selaras bersama deras serta dersik sedari imaji
hendak bersenggama dalam ambu-ambu daksa dan jelita paras rupa...
Atas pinta yang berandai ada rapal berbentuk skeptis dalam ungkap diseuntai
diksi walau seorang diri memadu kasih...
Pelipis kerap saling singgung dalam semu dan jenuh saat waktu mulai meramu,
Sembari acuh dalam sepetak spasi...
Ingin,tandang, dalam tempo singkat namun pikat tak lagi pekat,hilang rekat, lalu
rentah di sekitar kawi yang mendekat....
demikian Sekejap Lamun dalam buai hayal terus menerjal lalu kian pesimis
dalam dersik gerimis...
Jika senyum hanya sebuah wacana akibat candu maka biarkan kalbu tersurut
dalam bayang semakin larut dan jika relasi terus renggang kan kutuai puja
dalam kontra sembari munajat kala nadi mengais puing temu lalu kian risih di
sungkur yang begitu eksplisit....
Apabila semua pupuk telah pupus, marangkak jejak baru menjelma di kilau
cahaya ina saat kantup mata mulai terbuka...
Derap Lenggang lentik di setapak, sembari memantik, dan condong berkoar
diketerpapasan retina, melongo, bisu dan gapah seirama.....
Seusai lirik memecah kalbu merambat memutik, maka raga pinta menyimpul
asa mengisi hampa menutup rongga...
Teluh sepelekan lalu, jegal syahdu, akal memandu sepintas pilu larakan malu
agar harap tak lagi liku...

By : Farhan letsoin
Tual 5 oktober 2021

Anda mungkin juga menyukai