TEMA : PENDIDIKAN JUDUL : PENDIDIKAN SEBAGAI PONDASI NEGARA
OLEH:
NAMA : BAYU SUPRIANTO S.Pd
INSTANSI : SMKN 1 NUNUKAN NO HP : 082155587114 NTA PGRI : 34010300589 PENDIDIKAN SEBAGAI PONDASI NEGARA Judul di atas tentunya sah saja jika penulis ingin mengatakan bahwa pendidikan adalah pondasi dasar bagi suatu negara. Analogi pondasi sendiri memiliki makna sebagai penyangga atau tiang dalam menopang suatu beban. Pondasi yang dibuat dengan baik maka akan memperkokoh berdirinya suatu bangunan, begitupun sebaliknya. Sama halnya jika kita berbicara mengenai pendidikan. Suatu negara yang maju tentu di dasari oleh adanya pondasi pendidikan yang dijalankan dengan baik di negara tersebut. Begitupun sebaliknya, suatu negara yang rusak dan bobrok pasti dasar dari itu semua adalah pendidikan yang tidak berjalan dengan baik, karena sejatinya pendidikan menciptakan suatu akhlak bagi manusia dan akhlak akan sangat berpengaruh besar terhadap semua lini kehidupan baik secara horizontal terhadap Tuhan dan secara vertikal antara manusia dengan manusia maupun manusia dengan negara dan bangsanya. Dengan pendidikan lah karakter manusia dapat dibangun dan dipoles dengan baik. Mari kita berkaca mengenai sejarah Jepang yang porak poranda kala bom nuklir ciptaan Albert Einstein jatuh di kota Hiroshima dan Nagasaki lalu Kaisar Hirohito yang memimpin saat itu mengumpulkan para jenderalnya dan menanyakan pertanyaan yang diluar perkiraan. Berapakah jumlah guru yang tersisa?itulah pertanyaan sang Kaisar yang membuat bingung para jenderalnya. Kaisar Hirohito pun melanjutkan dengan pernyataan “kita telah jatuh, karena kita tidak belajar, kita kuat dalam strategi berperang, namun kita tidak tahu bagaimana cara membuat bom seperti itu. Maka kumpulkan para guru yang tersisa karena sekarang kita akan bertumpu pada mereka”. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bagaimana pendidikan bisa menjadi tumpuan dari berdirinya suatu negara. Sang Kaisar menyadari bahwa dengan memperbaiki pendidikan lah negaranya dapat bangkit dari keterpurukan, melalui pendidikan lah tercipta orang-orang yang cerdas dan hebat yang dapat memajukan bangsa dan negaranya dan mampu membuat penemuan-penemuan yang mutakhir dari negara yang lain. Sekarang, mari kita pikirkan kondisi Jepang saat ini. Tentu kita sudah tak asing dengan merk Yamaha, Honda, Mitsubishi dan Nokia yang dulu sempat booming sebelum android dan IOS merajalela pasaran dunia. Dapat disimpulkan melalui pendidikan lah Jepang dapat menjadi negara yang maju seperti saat ini dan tidak dianggap sebelah mata oleh negara lain Pendidikan membuat suatu negara dapat berkuasa dan menguasai negara lain, contohnya saja negara kita yang dulu pernah di jajah oleh Belanda selama 350 tahun dan Jepang 3,5 tahun. Para penjajah memanipulasi pikiran para pribumi agar mau menerima dan dengan sesuka hati mengambil kekayaan baik sumber daya alam dan manusia untuk kepentingan mereka. Kaum pribumi dapat dikatakan mempunyai pendidikan yang masih minim dibanding negara lain, sehingga bersikap legowo saja ketika tanah mereka di jajah oleh bangsa asing. Namun, melalui pendidikan pada akhirnya pribumi dapat menyadari bahwa sejatinya mereka sebagai manusia dapat bebas dan dapat memerdekakan bangsa hingga mampu mendirikan sebuah negara yang merdeka tanpa harus terkungkung oleh bangsa lain. Dengan semangat ingin mencerdaskan anak bangsa, maka lahirlah tokoh-tokoh pendidikan yang mempunyai gebrakan dalam mendobrak pendidikan di Indonesia atau Hindia di masa itu. Sebut saja seperti RA Kartini, dengan semangat tinggi ingin mengupayakan agar perempuan mempunyai hak yang sama seperti laki-laki untuk bersekolah walaupun keinginan tersebut harus mendobrak begitu banyak peraturan adat budaya Jawa yang kaku saat itu. Dengan segala upaya ia mendirikan sekolah bagi perempuan karena ia menyadari bahwa perempuan juga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan dan agar dapat menjalankan peranan tersebut dengan baik maka perempuan harus mendapatkan pendidikan yang baik pula, maka lahirlah istilah emansipasi wanita yang kita kenal di masa sekarang. Tokoh lain yang juga sangat identik dengan pendidikan Indonesia yaitu Raden Mas Soerwardi Soeryaningrat atau yang lebih kita kenal dengan nama Ki Hajar Dewantara. Dengan Jargonnya “tut wuri handayani, ing madya mangun karsa, ing ngarsa sung tulada” yang berarti di belakang memberi dorongan, di tengah menciptakan peluang untuk berprakarsa, di depan memberi teladan. Beliau merupakan salah satu dari pendiri organisasi Indische Partij yang mempunyai tujuan untuk mencapai Indonesia merdeka. Melalui karyanya, ia juga berhasil dalam meletakan dasar-dasar pendidikan bangsa Indonesia saat menduduki jabatan sebagai Menteri Pendidikan. Perjuangan tokoh-tokoh pendidikan tersebut pada akhirnya menjadi salah satu andil dalam upaya bangsa kita merdeka dan dapat terbebas dari penjajahan Jepang dan Belanda. Suatu negara yang maju tak terlepas dari adanya pendidikan. Pendidikan merupakan kunci kemajuan bagi suatu negara. Tidak ada negara yang maju yang tidak di dukung oleh pendidikan yang baik. Dari pendidikan suatu bangsa dapat bertahan dan menjadi kuat dan tercetak generasi-gerenasi penerus bangsa yang berkualitas. Jika ingin menjadi bangsa yang besar dan disegani maka pemimpin bangsa harus berpartisipasi aktif dan memberikan kontribusi terbaik untuk memajukan pendidikan. Hal ini tentu merupakan tantangan bagi pemerintah saat ini dan menjadi pekerjaan rumah utama bagi pemerintah Indonesia untuk memperbaiki kualitas pendidikan guna mencapai salah satu tujuan negara Indonesia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Namun begitu banyak sekali permasalahan yang harus di hadapai agar pendidikan berkualitas lebih baik. Di era digital 4.0 saat ini saja masih sering terdengar begitu banyak anak-anak yang tidak bersekolah. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan mencatat tak kurang dari 4,1 juta anak usia 6-21 tahun yang tidak bersekolah. Walaupun pemerintah sudah memberikan solusi dengan pendidikan gratis dan pendidikan wajib 12 tahun, dengan masih adanya biaya yang lain seperti membeli seragam, buku dan peralatan sekolah yang mengeluarkan biaya tidak sedikit tentu ini masih menjadi masalah mengingat mayoritas penduduk Indonesia masih berada di bawah garis kemiskinan. Hal ini akan membuat semakin bertambahnya jumlah penduduk yang tidak memiliki pendidikan dan berdampak pada kesadaran rakyat Indonesia akan pentingnya memperoleh pendidikan. Masalah yang juga di hadapi pemerintah adalah minimnya kesadaran orang tua akan pendidikan bagi putra-putri mereka dan malah mengarahkan anak-anak untuk membantu mencari nafkah yang seharusnya mereka berkesempatan untuk mengenyam bangku pendidikan. Padahal pendidikan dapat memperbaiki taraf kehidupan ekonomi dalam sebuah keluarga. Penulis menilai masalah dari peran orang tua dapat diselesaikan dengan cara memberikan informasi secara merata dan terus menerus mengenai pentingnya pendidikan. Sebab orang tua juga turut andil dalam menunjang proses pendidikan agar berjalan dengan baik. Selain itu, fasilitas pendidikan yang kurang memadai menjadi masalah dalam dunia pendidikan Indonesia, sebagai contoh banyaknya bangunan sekolah yang tak laik untuk belajar. Berdasarkan data Laporan Kilasan Kinerja 2018 Kemdikbud tercatat bahwa dari 1,7 juta ruang kelas di seluruh Indonesia, sekitar 1,2 juta atau 69 persen di antaranya tergolong rusak. Seyogyanya ruang kelas yang berkualitas baik tentu berdampak dalam proses pendidikan yang baik pula. Kurangnya pemerataan dalam fasilitas pendidikan juga dirasakan oleh para guru yang mengajar di sekolah 3T (Terdepan, Tertinggal, Terluar) yang mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan belajar mengajar, misalnya saja ketersediaan buku belajar yang menjadi sumber pengetahuan bagi peserta didik yang kurang lengkap disekolah-sekolah tersebut,. Sebenarnya hal ini bisa di atasi dengan menggunakan buku elektronik, namun di era serba teknologi seperti sekarang, masih banyak sekali daerah yang tidak dapat mengakses internet. UU SISBUK yang dikeluarkan oleh pemerintah pada tahun 2017 sebagai solusi untuk mendapatkan buku bermutu, murah dan merata ternyata belum mampu untuk memecahkan masalah tersebut. Belum lagi masalah guru honorer yang dibayar dengan upah kecil dan tidak mendapatkan jaminan penghidupan yang layak padahal melalui mereka generasi-generasi terbaik bangsa dapat tercetak. Masalah dalam fasilitas pendidikan ini menjadi sebuah tanda Tanya besar daam benak kita mengingat pemerintah menganggarkan dana yang tidak sedikit yaitu sekitar 20 persen dari APBN atau sekitar Rp.444 triliun untuk perbaikan fasilitas pendidikan di Indonesia. Tentunya ini akan munculkan isu negatif di masyarakat yang santer terdengar mengenai korupsi program dana BOS yang terjadi dalam dunia pendidikan di Indonesia saat ini. Kebijakan kurikulum yang sering bergonta-ganti mengikuti pergantian kepemerintahan dan kerap kali harus mengalami revisi juga menjadi pemicu masalah bagi guru dalam melakukan proses kegiatan belajar mengajar. Upaya yang dilakukan pemerintah saat ini dengan menerapkan kurikulum 2013 adalah sebuah langkah yang baik guna memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia, namun penulis berpendapat bahwa masih ada yang harus dibenahi dan masih ada pula yang harus dikembangkan. Misalnya saja kesiapan guru dan siswa dalam menerapkan kurikulum ini sebagai standar dalam proses pembelajaran disekolah. Siswa yang terbiasa mendapatkan pengetahuan dari guru kini harus siap untuk mencari tahu sendiri mengenai materi yang akan di ajarkan oleh guru. Guru pun juga harus siap dalam menerapkan dan memahami isi dari kurikulum tersebut. Dibutuhkan sosialisasi dan pelatihan berjenjang baik ditingkat kabupaten, provinsi hingga nasional agar guru dapat mengetahui apa yang hendak di ajarkan oleh peserta didiknya. Pemahaman tentang kurikulum ini tentu akan membuat guru menjadi lebih percaya diri, inovatif dan kreatif dalam melakukan kegiatan belajar mengajar dikelas. Permasalahan lain yang muncul, guru menjadi kurang fokus dalam mengajar dikarenakan urusan administrasi yang lumayan menyita banyak waktu adan kualitas guru yang masih tergolong rendah dibandingkan dengan negara berkembang lainnya. Tercatat berdasarkan data UNESCO di tahun 2016 pendidikan Indonesia menempati urutan ke-10 dari 14 negara berkembang dan kualitas guru berada di peringkat 14 dari 14 negara berkembang lainnya di dunia. Program Peningkatan Keprofesian Berkelanjutan yang dibuat untuk meningkatkan kualitas guru pada kenyataannya masih banyak guru yang malas dan enggan untuk mengembangkan diri dalam meningkatkan pengetahuan dan kompetensi dalam mengajar. Perlu di garis bawahi bahwasannya guru di tuntut untuk terus belajar dan dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman. Dengan adanya peningkatan kualitas guru maka pendidikan di Indonesia dapat ke arah yang semakin baik. Karena sebaik apapun program kurikulum yang direncanakan oleh pemerintah jika tidak didukung dengan kualitas guru yang mumpuni maka hal itu dapat dikatakan sia-sia belaka. Diperlukan tekad yang kuat dalam memperbaiki pendidikan Indonesia ke arah yang lebih baik. Tidak hanya peran dari pemerintah, namun seluruh warga negara Indonesia harus turut berpartisipasi demi majunya pendidikan di Indonesia. Pendidikan menjadi ujung tombak kemajuan negara, tercetaknya generasi penerus bangsa yang cerdas dan dapat membawa negara Indonesia berdiri kokoh. Suatu negara agar tidak tergilas oleh kemajuan zaman yang semakin canggih, maka pendidikan harus menjadi poin utama karena dengan adanya pendidikan yang baik tentu akan berpengaruh terhadap sektor-sektor yang lain. Apalagi negara Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang masih harus banyak pembenahan dalam hal pendidikan. upaya pemerintah masih harus dilakukan dalam meningkatkan mutu pendidikan dan perbaikan sistem yang ada saat ini misalnya saja untuk mengatasi tingginya angka putus sekolah, pemerintah mencanangkan Program Indonesia Pintar dengan mengeluarkan fasilitias Kartu Indonesia Pintar (KIP) bagi keluarga kurang mampu. Penulis mengharapkan agar program ini akan terus berjalan dan tepat sasaran sesuai dengan target pemerintah. Selain itu juga, peningkatan kualitas guru dengan memperbanyak program pelatihan baik seminar, workshop maupun diklat yang dapat mengasah dan meningkatkan pengetahuan serta kreativitas guru dalam mengajar, karena tidak dapat dipungkiri ditangan mereka negara bertumpu. Sebagai kesimpulan diakhir dari penulis, perbaikan dalam mutu kualitas pendidikan Indonesia masih menjadi catatan yang panjang untuk pemerintahan Indonesia. Jangan lupa dengan sejarah bahwa negara Indonesia dapat merdeka karena tak lepas dari adanya pendidikan. Negara kita, Indonesia saat ini masih dapat berdiri juga dikarenakan adanya pendidikan. Maka dari itu, penulis meletakkan pendidikan adalah pondasi dasar bagi suatu negara. BIODATA PENULIS
BAYU SUPRIANTO, lahir pada tanggal 09 Maret 1991 di
kota Balikpapan, Kalimantan Timur. Penulis merupakan putra sulung dari tiga besaudara oleh pasangan Bapak Mardi Wiratno dan Ibu Susanti. Penulis memulai pendidikan formal pada tahun 997 di SDN 025 Balikpapan, lalu pindah ke SDN 006 Tarakan pada tahun 2001 dan lulus pada tahun 2003. Kemudian di tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMPN 3 Tarakan dan lulus pada tahun 2006. Penulis melanjutkan ke SMAN 2 Tarakan dan lulus pada tahun 2009. Jenjang pendidikan tinggi dimulai pada tahun 2009 di Universitas Borneo Tarakan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) program studi pendidikan biologi dengan jenjang studi Strata 1 (S1). Kemudian pada tahun 2010 sampai 2014 mulai bekerja di LBB Primagama Tarakan sebagai mentor untuk mata pelajaran matematika dan biologi. Pada tahun 2014 sampai 2018 penulis bekerja sebagai karyawan swasta di PT FIFGROUP Cabang Tarakan. Pada tahun 2019 lulus sebagai CPNS dan bertugas di SMKN 1 Nunukan.