Anda di halaman 1dari 4

Keperawatan Jiwa 1

POPULASI DAN SAMPLING

LEMBAR TUGAS MANDIRI


RISET KUALITATIF

Oleh:

Febri Christian Trisna Putra


NIM: 2106679021

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN FAKULTAS


ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA
2022
Keperawatan Jiwa 2

POPULASI DAN SAMPLING

Pengambilan sampel pada pendekatan kualitatif berbeda dengan pengambilan sampel


dalam pendekatan kuantitatif. Pada penelitian kuantitatif, pengambilan sampel pada
umumnya dilakukan melalui seleksi secara acak, memiliki formulasi tertentu dan wajib
ditentukan oleh peneliti pada tahap pembuatan proposal penelitian. Sementara pada penelitian
kualitatif, pengambilan sampel memiliki prinsip dasar ditujukan untuk memperoleh atau
menemukan sampel khusus kasus atau individu yang memiliki banyak informasi dan
mendalam tentnag fenomena yang diteliti. (Afiyanti & Rachmawati, 2014)

A. Pengertian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang memiliki
kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Sampel pada penelitian kualitatif adalah unit sampel yang
dapat berupa orang, suatu konsep atau program, suatu perilaku atau budaya, atau suatu kasus
yang dibatasi waktu atau sistem. Jika Populasi tersebut besar, sehingga para peneliti tentunya
tidak memungkinkan untuk mempelajari keseluruhan yang terdapat pada populasi tersebut
oleh karena beberapa kendala yang akan di hadapkan nantinya seperti: keterbatasan dana,
tenaga dan waktu. Maka dalam hal ini perlunya menggunakan sampel yang di ambil dari
populasi itu. Dan selanjutnya, apa yang dipelajari dari sampel tersebut maka akan
mendapatkan kesimpulan yang nantinya di berlakukan untuk Populasi. Oleh karena itu
sampel yang di dapatkan dari Populasi memang harus benar-benar representatif (mewakili).
(Afiyanti & Rachmawati, 2014)
Karakteristik sampel pada penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian kuantitatif. Pada
penelitian kualitatif Non-Random Sampling cenderung digunakan untuk mendapat peluang
seleksi yang tidak sama untuk semua peserta dalam populasi. Sampel pada penelitian
kualitatif tidak untuk digeneralisasi dikarenakan pada penelitian kualitatif relative kecil dan
menjawan “why” dan “how”. Sampel pada penelitian kualitatif perlu dipilih untuk menjamin
keterlibatan partisipan/data yang sesuai untuk mencapai tujuan penelitian (memahami
fenomena secara mendalam) serta memiliki keberagaman sampel untuk memperkaya hasil
temuan fenomena penelitian. (Afiyanti & Rachmawati, 2014)

B. Metode Sampling
1 Theoretical Sampling
Theoretical Sampling adalah sebuah proses dalam pengumpulan data, dimana peneliti
mengumpulkan, mengodekan, dan menganalisis, serta menentukan data apa yang perlu
dikumpulkan untuk selanjutnya dan dimana data tersebut dapat diperoleh, untuk
mengembangkan teori yang perlahan-lahan mulai muncul.
Dalam penelitian kualitatif, proses analisis data berjalan simultan dengan
pengumpulan data. Begitu data telah diperoleh, peneliti langsung melakukan transkripsi,
dan memberi kode-kode analitis terhadap segmen-segmen data yang berbicara mengenai
fenomena tertentu. Setiap kode analitis yang merepresentasikan fenomena yang sama atau
mirip, selanjutnya perlu ditambahkan ke dalam kategori-kategori tertentu. Dengan
Keperawatan Jiwa 3

demikian, kategori-kategori adalah abstraksi dari segmen-segmen fenomena yang harus


diteliti.
Setelah data dikode dan dikategorisasi, mungkin akan ada kategori tentang suatu
segmen fenomena yang hanya terdiri dari kode yang sedikit, dan ada pula yang
banyak. Hal ini akan berdampak pada kekuatan eksplanatif dari setiap kategori. Semakin
banyak data/ kode dalam sebuah kategori, maka kategori itu akan lebih mudah untuk
dijelaskan. Demikian pula sebaliknya, bila hanya terdapat sedikit data/ kode dalam sebuah
kategori, maka kategori tersebut akan sulit untuk dijelaskan secara mendalam dan
komprehensif (Lopez & Whitehead, 2012)

2 Purposive Sampling
Pemilihan partisipan, keadaan atau unit waktu yang menjadi sampel penelitian harus
berdasarkan kriteria, yaitu kriteria tertentu yang diterapkan dan sampel dipilih
berdasarkan itu. Unit sampling diseleksi untuk tujuan tertentu di awal, oleh karena itu
digunakan istilah purposeful atau purposive. Purposive sampling adalah metode
pengambilan sampel non-probabilitas dan ini terjadi ketika “elemen yang dipilih untuk
sampel dipilih berdasarkan penilaian peneliti. Para peneliti sering percaya bahwa mereka
dapat memperoleh sampel yang representatif dengan menggunakan penilaian yang tepat.
Adapun Tujuan terpenting dari pengambilan sampelidengan caraaini iialah (Arikunto,
Suharsimi, 2003).
 Berpusat padaaciri tersendiri dari sebuah populasi yang menarik, yang hendak
membolehkan periset menanggapi persoalan riset.
 Sampel yanggditeliti diharpakanntidak mewakilippopulasi, namun periset yang
mengejarrdesain riset tata cara kualitatif ataupun kombinasi, perihal inittidak dikira
sebuah kkelemahan.
Berikut adalah pemaparan mengenai keuntungan dan kerugian menggunakan
purposive sampling dalam penelitian Anda.
Keuntungan Purposive Sampling (Judgment Sampling):
 Pengambilan sampel dengan tujuan adalah salah satu metode pengambilan sampel
yang paling hemat biaya dan hemat waktu
 Purposive sampling mungkin merupakan satu-satunya metode yang sesuai yang
tersedia jika sumber data primer yang dapat berkontribusi untuk penelitian terbatas
jumlahnya
 Teknik pengambilan sampel ini dapat efektif dalam mengeksplorasi situasi
antropologis di mana penemuan makna dapat memperoleh manfaat dari pendekatan
intuitif
Kerugian Purposive Sampling (Judgment Sampling):
 Kerentanan terhadap kesalahan dalam penilaian oleh peneliti
 Tingkat keandalan yang rendah dan tingkat bias yang tinggi.
 Ketidakmampuan untuk menggeneralisasi temuan penelitian
Karena kekurangan tersebut metode purposive sampling (judgement sampling) tidak
terlalu populer dalam studi bisnis, dan mayoritas pembimbing disertasi biasanya
melakukan saran pemilihan metode sampling alternatif dengan tingkat reliabilitas yang
Keperawatan Jiwa 4

lebih tinggi dan bias yang rendah seperti kuota, cluster, dan metode sampling sistematis.
(Etikan & Musa, 2016)

3 Convenience Sampling
Dalam memilih sampel, peneliti tidak mempunyai pertimbangan lain kecuali
berdasarkan kemudahan saja. Seseorang diambil sebagai sampel karena kebetulan orang
tadi ada di situ atau kebetulan dia mengenal orang tersebut. Oleh karena itu ada beberapa
penulis menggunakan istilah accidental sampling – tidak disengaja – atau juga captive
sample (man-on-the-street) Jenis sampel ini sangat baik jika dimanfaatkan untuk
penelitian penjajagan, yang kemudian diikuti oleh penelitian lanjutan yang sampelnya
diambil secara acak (random). Beberapa kasus penelitian yang menggunakan jenis sampel
ini, hasilnya ternyata kurang obyektif. (Etikan & Musa, 2016)

C. Ukuran Sampel pada Penelitian Kualitatif


Tidak seperti pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk menetapkan signifikansi
statistik dari jumlah (banyaknya) sampel yang ditentukan, penelitian kualitatif biasanya tidak
memulai sebuah proyek dengan ukuran sampel yang ditentukan sebelumnya. Dalam
penelitian kualitatif, tidak ada kriteria resmi keseluruhan untuk menentukan ukuran sampel
dan, oleh karena itu, tidak ada aturan untuk menyarankan ketika ukuran sampel kecil atau
cukup besar dalam sebuah penelitian. Pada dasarnya, 'kekayaan' data yang dikumpulkan jauh
lebih penting daripada jumlah partisipan. Namun demikian, sang peneliti masih
membutuhkan pemahaman tentang ukuran yang paling mungkin untuk mencapai tujuan,
konteks, dan data yang kaya. (Lopez & Whitehead, 2012)
Pada penelitian kualitatif, jumlah sampel umumnya berkisar dari 8 sampai 15 peserta,
tetapi akan bervariasi baik di dalam maupun di luar kisaran ini. Akan tetapi, sejumlah
metodologis kualitatif menyediakan petunjuk ukuran sampel untuk rancangan penelitian
kualitatif. Creswell (2007) menyarankan 3-5 partisipan untuk studi kasus, 10 untuk studi
fenomena dan 15-20 untuk studi teori dasar, sedangkan Morse (1995) menyarankan ukuran
sampel yang berkisar dari enam partisipan untuk studi fenomena dan 30-50 untuk studi
etnografik (Lopez & Whitehead, 2012)

Daftar Pustaka

Afiyanti, Y., & Rachmawati, I. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Riset Keper-
awatan. Depok: Rajawali Pers.
Etikan, I., & Musa, S. A. (2016). Comparison of Convenience Sampling and Purposive Sampling.
American Journal of Theoretical and Applied Statistics, 1-4.
Lopez, V., & Whitehead, D. (2012). Sampling data and data collection in qualitative research.
Nursing and Midwifery Research.

Anda mungkin juga menyukai