Anda di halaman 1dari 3

Kerangka Acuan Kegiatan

Penelitian “Memahami Praktik Perekrutan dan


Penempatan Pekerja Lulusan SMK di Jawa Tengah”

A. Latar Belakang

Perbudakan modern telah meningkat dalam beberapa dekade terakhir. Perbudakan


modern merupakan bentuk eksploitasi dari perdagangan orang. International Labour
Organization (ILO) mengestimasi bahwa sekitar 40,3 juta kasus terjadi di dunia yang
dikategorikan sebagai kerja paksa dan perkawinan paksa, di mana 24,9 juta terjadi di
sektor industri dan rantai pasok tenaga kerja pada tahun 2016 (ILO, 2017). Lebih
lanjut lagi, laporan menyebutkan bahwa sektor pekerja rumah tangga, konstruksi,
manufaktur, perkebunan, dan perikanan merupakan yang paling dominan di antara
sektor ketenagakerjaan lainnya. Kawasan Asia Pasifik merupakan yang paling tinggi,
di mana dilaporkan bahwa setiap 4 orang dari 1.000 penduduk merupakan korban
perbudakan modern.

Di kawasan Asia Pasifik, hampir semua indikator kerja paksa dialami oleh korban.
Hal itu mencakup penyalahgunaan kerentanan, penipuan, pembatasan gerakan, isolasi,
kekerasan fisik dan seksual, intimidasi dan ancaman, penyimpanan/penahan dokumen
identitas, pemotongan gaji, jeratan hutang, kondisi kerja dan kehidupan yang kasar,
dan lembur berlebihan. Sementara itu, kasus kerja paksa yang paling mencolok terjadi
di sektor perikanan yang bekerja di kapal penangkap ikan berbendera asing. SBMI
dan Greenpeace (2021) menyebut 338 kasus terjadi yang menimpa awak kapal
perikanan dalam kurun waktu 2014 – 2021. Laporan juga menduga banyak korban
yang tidak melapor karena mereka tidak menyadari bahwa dirinya adalah korban.

Fakta tersebut sungguh ironis pada saat Indonesia sedang surplus angkatan kerja
melalui peningkatan kualifikasi kerja dan perluasan kesempatan kerja, baik di sektor
formal maupun non-formal. Di sektor formal, Indonesia telah meletakkan model
institusi pendidikan menengah melalui Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang
dipersiapkan untuk siap kerja bagi setiap lulusannya. Dengan didirikannya Bursa
Kerja Khusus (BKK) di SMK yang berfungsi sebagai unit pelaksana yang
memberikan pelayanan dan informasi lowongan kerja, pelaksana pemasaran,
penyaluran dan penempatan tenaga kerja; justeru eksistensinya membuat para lulusan
SMK dan penduduk yang baru memasuki usia dewasa rentan menjadi korban
perdagangan orang dan kerja paksa.

Pada tahun 2018, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) melaporkan 138
kasus perdagangan anak dengan modus magang di tempat kerja di luar negeri.
Semuanya merupakan pelajar SMK di daerah Jawa Tengah dan Nusa Tenggara
Timur. Kasus bermula ketika PT Sofia yang merupakan perusahaan perekrutan
pekerja migran Indonesia (P3MI) menawarkan kesempatan penyaluran dan
penempatan magang di perusahaan manufaktur di Malaysia melalui BKK.
Kesempatan itu mewajibkan bagi pelajar SMK untuk menyiapkan biaya penempatan
yang tinggi. Namun jika tidak memiliki biaya, para pelajar bisa berhutang kepada
P3MI. Hal ini merupakan praktik jeratan hutang yang diterapkan. Sementara di
tempat kerja, mereka tidak diberikan jam istirahat yang cukup, pemotongan gaji dan
penahanan gaji.
Di beberapa SMK, BKK tidak hanya melayani bagi para siswa di sekolah tersebut,
melainkan mereka telah mengembangkan model sendiri dengan menjaring non pelajar
SMK yang ingin meningkatkan kualifikasi kerja melalui skema non-formal. Di salah
satu sekolah di Cirebon misalnya, BKK di sebuah SMK tersebut menawarkan
program pelatihan kerja di sektor perikanan. Setelah mereka mendapatkan pelatihan
kerja, BKK menyediakan sejumlah lowongan kerja yang dapat dilamar oleh para
pelajar non-formal yang telah mengikuti program pelatihan. Praktik yang demikian
meningkatkan risiko pelajar, baik formal dan non-formal, terhadap praktik
perdagangan orang atau perbudakan modern jika BKK tidak mengembangkan dan
menyiapkan bahan ajar yang spesifik di dalam program pelatihan.

Yayasan Lembaga Kajian Pengembangan Pendidikan, Sosial, Agama dan


Kebudayaan (INFEST) Yogyakarta turut prihatin dalam kondisi yang mengancam
generasi muda Indonesia dalam memasuki dunia kerja tersebut. Oleh sebab itu,
Yayasan INFEST Yogyakarta ingin berkontribusi untuk penciptaan praktik kondisi
kerja yang manusiawi melalui program perbaikan partisipasi SMK untuk pencegahan
perekrutan dan penempatan kerja yang tidak bertanggung jawab terhadap pelajar atau
lulusan SMK. Melalui program yang dijalankan bersama Pemerintah Kabupaten
Wonosobo sebagai percontohan dan permulaan di wilayah Jawa Tengah, Yayasan
INFEST Yogyakarta bermaksud untuk mengidentifikasi dan menggali praktik dan
pengetahuan serta peluang pencegahan perdagangan orang dan kerja yang ada di
lingkungan SMK.

Selain penguatan kapasitas pengajar SMK, Yayasan INFEST Yogyakarta juga


melakukan penelitian bertajuk “Memahami Praktik Perekrutan Pekerja Lulusan SMK
di Jawa Tengah”. Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Kendal akan menjadi lokasi
penelitian sebagai representasi daerah di Jawa Tengah.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Diketahuinya praktik-praktik penyebaran informasi lowongan kerja, pelatihan,
penyaluran, dan penempatan kerja yang dilakukan oleh SMK;
2. Teridentifikasinya praktik penyaluran dan penempatan kerja pelajar dan
lulusan SMK di dalam maupun luar negeri; dan
3. Tersedianya saran dan rekomendasi berbasis bukti dan rujukan dalam
formulasi kebijakan dalam orientasi pra kerja di lingkungan SMK.

C. Pertanyaan Penelitian

Penelitian ini hendak mengajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut:


Bagaimana calon lulusan dan lulusan SMK di Jawa Tengah mengakses pekerjaan di
tengah tren turunnya angka penyerapan tenaga kerja berlatar belakang pendidikan
SMK?

Untuk menjawab pertanyaan di atas, penelitian ini merumuskan beberapa pertanyaan


operasional untuk menjadi sasaran utama dalam penelitian ini. Berikut adalah
pertanyaan turunannya:
1. Siapa saja pihak-pihak yang terlibat dalam proses perekrutan/akses terhadap
pekerjaan?
2. Bagaimana sekolah merespon rendahnya penyerapan kerja? Sejauh apa
sekolah menyiapkan lulusannya untuk bekerja?
3. Bagaimana pemerintah merespon rendahnya penyerapan tenaga kerja lulusan
SMK?
4. Bagaimana sektor swasta melakukan rekrutmen terhadap tenaga kerja SMK,
baik permagangan ataupun lulusannya? Kendala apa saja yang mengemuka
dalam proses perekrutan tersebut?

Untuk informasi dan klarifikasi lebih lanjut dapat menghubungi Muhammad Sofwan
Hadi (sofwan@infest.or.id | +62 812-2977-5519)

Anda mungkin juga menyukai