Anda di halaman 1dari 12

MODEL PENILAIAN KINERJA DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA

BERBASIS TEKS NARASI BERMUATAN PENDIDIKAN KARAKATER


CINTA BUDAYA

Tommi Yuniawan
FBS Universitas Negeri Semarang
e-mail: tommy_unnes@yahoo.co.uk

Abstrak: Sikap cinta budaya merupakan salah satu nilai karakter bangsa yang hendaknya dijunjung
tinggi dalam kurikulum sekolah. Untuk menanamkan karakter cinta budaya kepada peserta didik,
pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks membuat guru lebih leluasa. Untuk itu, guru dituntut
untuk memunyai perencanaan metode mengajar, kemampuan mengembangkan bahan ajar, dan
evaluasi pembelajaran yang baik. Model penilaian adalah penilaian otentik yang berupa penilaian
kinerja. Penilaian kinerja memerlukan pertimbangan khusus: (1) kinerja yang dilakukan siswa menun-
jukkan kompetensi tertentu; (2) ketepatan dan kelengkapan aspek kinerja yang dinilai; (3) kemam-
puan khusus yang diperlukan oleh siswa untuk menyelesaikan tugas pembelajaran; (4) indikator
esensial yang akan diamati; dan (5) urutan keterampilan yang diamati. Model penilaian kinerja pem-
belajaran membaca berbasis teks narasi bermuatan pendidikan karakter cinta budaya bagi siswa se-
kolah menengah pertama dapat diterapkan melalui tiga tahapan utama, yakni tahap kegiatan pra-
baca, tahap kegiatan membaca, dan tahap kegiatan pascabaca.

Kata Kunci: karakater cinta budaya, penilaian kinerja, pembelajaran membaca, dan teks narasi

PERFORMANCE EVALUATION MODEL IN THE TEACHING AND LEARNING


OF READING CULTURE LOVING CHARACTER EDUCATION-BASED
NARRATIVE TEXTS

Abstract: The attitude of loving culture is one of the nation’s character values that should be highly
upheld in the school curriculum. In order to implant the character of loving culture to the students,
the teaching and learning of Indonesian based on texts gives teachers more space to creativity. Teach-
ers are demanded to have a good plan on teaching methods, ability to develop teaching materials, and
an appropriate evaluation plan. The evaluation plan is an authentic evaluation in the form of perfor-
mance evaluation. It needs special considerations: (1) the student’s performance shows a particular
competence; (2) accuracy and completeness of performance aspects to be assessed; (3) particular abili-
ties the student needs in order to complete the learning tasks; (4) essential indicators to be observed;
and (5) the sequence of skills to be observed. This performance evaluation model for junior high
school students can be implemented through three main stages: pre-reading stage, reading stage, and
post-reading stage.

Keywords: character of loving culture, performance evaluation, the teaching and learning of reading, narra-
tive texts

PENDAHULUAN dapat meningkatkan sekaligus menyeim-


Dalam kurikulum 2013 pemerintah bangkan kompetensi sikap, pengetahuan,
memberikan porsi dan kedudukan istime- dan keterampilan peserta didik.
wa pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Selain pembelajaran bahasa Indone-
Bahasa Indonesia tidak sekadar diposisi- sia berbasis teks, kurikulum 2013 juga se-
kan sebagai ilmu pengetahuan semata, te- makin menekankan partisipasi aktif peser-
tapi juga sebagai penghela dan pembawa ta didik dalam kegiatan belajar mengajar
ilmu pengetahuan. Konsep pembelajaran dengan pendekatan baru yang disebut pen-
bahasa Indonesia berbasis teks, diharapkan dekatan saintifik. Peserta didik diposisikan

61
62

sebagai subjek belajar yang harus menemu- didik dalam berkomunikasi di berbagai
kan konsep-konsep materi pelajaran secara konteks yang mencerminkan situasi ke-
mandiri, guru hanya memfasilitasi dan me- hidupan sehari-hari.
motivasi peserta didik untuk menemukan Beragamnya temuan hasil penelitian
konsep tersebut. Di sinilah tantangan yang dan kajian ilmiah yang berfokus pada eva-
harus siap dihadapi oleh guru. Karena luasi pembelajaran menjadi daya pikat ter-
melalui pembelajaran saintifik yang me- sendiri bagi para pelaku dan pemerhati
nempatkan peserta didik sebagai subjek, pendidikan, khususnya para pendidik
guru dituntut untuk selalu berinovasi dan (guru/dosen). Evaluasi yang lebih popular
berpikir kreatif dalam menentukan strategi dikenal dengan kegiatan penilaian me-
pembelajaran yang akan diterapkan. mang tidak dapat dilepaskan dari rangkai-
Tidak sekadar pada penentuan stra- an kegiatan pembelajaran. Melalui evaluasi
tegi pembelajaran, tantangan guru bahasa yang baik akan mampu menunjukkan se-
Indonesia juga terletak pada proses peni- berapa baik kualitas pembelajaran yang
laian kompetensi peserta didik. Kurikulum berlangsung dan kualitas capaian hasil
2013 menggunakan penilaian otentik se- belajar peserta didik.
bagai acuan dasar untuk menilai kompe- Salah satu jenis penilaian yang saat
tensi peserta didik. Penilaian otentik harus ini mendapat banyak perhatian adalah pe-
mampu menggambarkan sikap, keteram- nilaian otentik. Penilaian otentik sebagai
pilan, dan pengetahuan apa yang sudah sebuah model penilaian atau evaluasi di-
atau belum dimiliki oleh peserta didik se- nilai mampu mengukur keberhasilan bela-
kaligus menilai kemampuan peserta didik jar peserta didik dari ranah afektif, kogni-
dalam menerapkan pengetahuannya. tif, dan psikomotor. Hal tersebut diyakini
Pada Kurikulum 2013 tidak diklasifi- karena dalam penilaian otentik, keberhasil-
kasikan secara jelas empat aspek berbahasa an peserta didik terhadap kompetensi ter-
yang ada, yaitu (1) menyimak, (2) mem- tentu diukur selama proses belajar berlang-
baca, (3) menulis, dan (4) berbicara, tetapi sung.
tetap saja kompetensi peserta didik di- Paradigma baru pembelajaran bahasa
arahkan pada keempat keterampilan dasar Indonesia saat ini tengah berupaya untuk
tersebut. Melalui pembelajaran bahasa In- mengubah orientasi pembelajaran bahasa
donesia berbasis teks, keempat keterampil- yang teoretis gramatikal ke arah fungsi ko-
an dasar berbahasa diintegrasikan menjadi munikatif. Rokhman mengemukakan bah-
satu dengan sistem tematik. wa pembelajaran berbahasa kini harus le-
Selain itu, dalam dokumen Kuriku- bih mengutamakan fungsi kumunikasi
lum 2013, penilaian otentik harus mampu yang dilakukan di masyarakat serta ruang
menggambarkan sikap, keterampilan, dan publik di dalam bidang profesional kerja
pengetahuan apa yang sudah atau belum dan industri (Yudono 2012). Pembelajaran
dimiliki oleh peserta didik, bagaimana me- bahasa Indonesia kini memiliki posisi yang
reka menerapkan pengetahuannya, dalam strategis, tidak sekadar dalam bidang pe-
hal apa mereka sudah atau belum mampu ngembangan ilmu pengetahuan, tetapi juga
menerapkan perolehan belajar, dan seba- peningkatan kecakapan hidup.
gainya. Penerapan penilaian otentik dalam Menteri Pendidikan dan Kebudaya-
matapelajaran bahasa Indonesia diharap- an, Muhammad Nuh pada tahun 2010
kan dapat menilai kemampuan peserta mencanangkan agar karakter bangsa

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun IV, Nomor 1, Februari 2014


63

masuk dalam kurikulum sekolah (Republika kesadaran dan pemahaman generasi muda
Online 2010). Pada peringatan Hari Pendi- akan karakter yang diperlukan dalam
dikan Nasional tanggal 2 Mei 2011, kem- rangka berbangsa dan bernegara.
bali ditekankan segera dilaksanakannya Wacana pendidikan karakter cinta
rencana tersebut (Suara Merdeka Cyber News budaya bertujuan untuk mengenalkan per-
2011). Adapun salah satu karakter bangsa mainan anak, cerita rakyat setempat, kisah
yang hendaknya dijunjung tinggi dalam lahirnya nama-nama tempat, kesenian dae-
kurikulum sekolah adalah sikap cinta bu- rah, dan sebagainya, mengingat kebudaya-
daya lokal. Habibie pernah menyatakan an luhur warisan nenek moyang berang-
bahwa pendidikan adalah pembudayaan. sur-angsur akan hilang terdesak oleh ke-
Senada dengan pernyataan tersebut, Wakil budayaan asing yang ditransformasikan
Presiden Boediono menilai, pendidikan oleh media elektronik. Diharapkan dengan
adalah proses transfer budaya. Boediono adanya peran dunia pendidikan dalam pe-
mengingatkan bahwa proses transfer bu- nanaman wawasan bermuatan kebudayaan
daya perlu terus berlangsung agar generasi lokal, siswa akan mempunyai pengetahuan
muda Indonesia mampu menjawab tan- yang lebih luas tentang lingkungan seki-
tangan global. Beliau juga menambahkan tarnya dan terhindar dari keterasingan ter-
bahwa substansi budaya lebih luas diban- hadap lingkungannya.
dingkan bicara soal pendidikan. Salah sa- Dukungan semua mata pelajaran ter-
tunya adalah pengembangan keterampilan, hadap suatu nilai, khususnya nilai karakter
nilai–nilai budaya dan pembentukan ka- cinta budaya, sangat diperlukan sebagai
rakter. bentuk reinforcement pada internalisasi nilai
Keseriusan pemerintah pada pro- tersebut oleh siswa, tidak dapat dipungkiri
gram pendidikan karakter sebenarnya su- bahwa semua guru mata pelajaran dituntut
dah dapat dilihat pada disusunnya Bahan untuk mempunyai: (1) perencanaan meto-
Pelatihan Pengembangan Pendidikan Bu- de mengajar; (2) kemampuan mengem-
daya dan Karakter Bangsa tahun 2010. Di bangkan bahan ajar; dan (3) evaluasi pem-
dalamnya dikatakan bahwa pendidikan belajaran yang baik untuk mendukung
adalah salah satu alternatif yang bersifat program ini, termasuk dalam pembelajaran
preventif terhadap permasalahan bangsa. membaca teks narasi untuk tingkat Sekolah
Melalui pendidikan yang mengusung pe- Menengah Pertama. Dari ketiga aspek ter-
ningkatan kualitas karakter generasi muda, sebut, penggunaan evaluasi pembelajaran,
diharapkan permasalahan terkait akhlak terutama model penilaian kinerja (perfor-
dan moralitas bangsa dapat diperkecil dan mance assessment) sebagai bagian dari mo-
dikurangi. Secara pasti diharapkan pro- del penilaian otentik (authentic assessment),
gram ini memiliki daya tahan dan dampak dipandang lebih efektif dan efisien.
positif pada masyarakat, meskipun waktu Berdasarkan latar belakang yang di-
yang diperlukan untuk menampakkan ha- paparkan, rumusan masalah dalam tulisan
silnya tidak bisa dikatakan singkat (Kem- ini yaitu bagaimana model penilaian ki-
diknas 2010). Lebih lanjut dikatakan bahwa nerja dalam pembelajaran membaca ber-
integrasi pendidikan karakter ke dalam ku- basis teks narasi bermuatan pendidikan
rikulum sekolah merupakan langkah tepat karakter cinta budaya bagi siswa Sekolah
karena kurikulum merupakan jantung Menengah Pertama?
pendidikan yang mampu memunculkan

Model Penilaian Kinerja dalam Pembelajaran Membaca Berbasis Teks Narasi Bermuatan Pendidikan Karakater
64

PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBE- untuk menanamkan nilai-nilai budaya


LAJARAN BAHASA INDONESIA yang berlaku di masyarakat, toleransi, dan
Dalam konteks pembelajaran bahasa seluruh aspek kehidupan sosial lainnya.
dan sastra Indonesia, Nurgiyantoro (2008) Selanjutnya, Wahyuni (2010) menya-
memaparkan bahwa penilaian otentik se- takan bahwa penilaian otentik perlu di-
bagai metode penilaian yang mementing- kembangkan karena memiliki banyak ke-
kan penilaian proses dan hasil sekaligus. lebihan dibandingkan dengan penilaian
Dengan demikian, seluruh tampilan peser- konvensional. Penilaian konvensional ha-
ta didik dalam rangkaian kegiatan pembe- nya menekankan tagihan penguasaan pe-
lajaran dapat dinilai secara objektif, apa ngetahuan peserta didik sebagai hasil be-
adanya, dan tidak semata-mata hanya ber- lajar yang pada umumnya hanya ditagih
dasarkan hasil akhir (produk) saja. lewat tes tulis sedangkan asesmen otentik
Konsep penilaian seperti ini tentu memungkinkan dilakukannya pengukuran
menjadi pilihan yang paling disarankan secara langsung terhadap kinerja peserta
dan aplikatif dalam pembelajaran bahasa. didik sebagai indikator capaian kompe-
Empat keterampilan bahasa yang selama tensi yang diajarkan.
ini dikenal, yaitu: membaca, menulis, me- Bertemali dengan pendapat di atas,
nyimak, dan berbicara adalah keterampilan Nurgiyantoro dan Suyata (2011) berpen-
yang menuntut adanya sebuah proses. dapat bahwa penilaian otentik merupakan
Hasil akhir dari keempat keterampilan ter- model penilaian yang sejalan dengan pen-
sebut hanya dapat diperoleh secara maksi- dekatan kontekstual. Penilaian otentik me-
mal apabila dilalui dengan proses yang nekankan pengukuran hasil pembelajaran
maksimal pula. yang berupa kompetensi peserta didik
Implementasi penilaian otentik da- untuk melakukan sesuatu, bukan sekadar
lam pembelajaran bahasa Indonesia pada mengetahui sesuatu, sesuai dengan mata
dasarnya berawal dari model pembelajaran pelajaran dan kompetensi yang dibelajar-
kontekstual dan konstruktivis yang dita- kan. Tekanan capaian kompetensi bukan
warkan KTSP. Penggunaan penilaian oten- pada pengetahuan yang dikuasai peserta
tik ini diyakini akan mampu memberikan didik, melainkan pada kemampuan peserta
kemampuan peserta didik dalam menye- didik untuk menampilkan, mendemonstra-
lesaikan persoalan nyata sekaligus mem- sikan, atau melakukan sesuatu yang me-
berikan kesempatan kepada peserta didik rupakan cerminan esensi pengetahuan dan
untuk mampu berpikir, bertindak, dan be- kemampuan yang telah dikuasainya terse-
kerja secara sistematis bukan dengan jalan but.
pintas. Terdapat empat jenis penilaian da- Abidin (2012) menyatakan bahwa pe-
lam asesmen otentik, yaitu (1) penilaian ki- nilaian otentik adalah proses pengumpulan
nerja; (2) penilaian proyek; (3) penilaian berbagai data yang bisa memberikan gam-
portofolio; dan (4) penilaian tertulis (Kem- baran perkembangan belajar siswa. Gam-
dikbud 2013). Keempat jenis penilaian baran perkembangan belajar siswa perlu
otentik tersebut menuntut adanya keter- diketahui oleh guru agar bisa memastikan
libatan dan partisipasi peserta didik yang bahwa siswa mengalami proses pembe-
tidak hanya sebatas di ruang kelas, tetapi lajaran dengan benar. Apabila data yang
juga situasi dalam kehidupan nyata. Pada dikumpulkan guru mengidentifikasikan
kondisi ini, guru mempunyai kesempatan bahwa siswa mengalami kemacetan dalam

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun IV, Nomor 1, Februari 2014


65

belajar, guru segera bisa mengambil tin- tuasi atau konteks dunia “nyata” yang me-
dakan yang tepat agar siswa terbebas dari merlukan berbagai macam pendekatan un-
kemacetan belajar. Karena gambaran ten- tuk memecahkan masalah yang memberi-
tang kemajuan belajar itu diperlukan di kan kemungkinan bahwa satu masalah bisa
sepanjang proses pembelajaran, penilaian mempunyai lebih dari satu macam peme-
ini tidak dilakukan di akhir periode saja cahan. Dengan kata lain, asesmen otentik
(akhir semester). Kegiatan penilaian di- memonitor dan mengukur kemampuan
lakukan bersamaan dengan kegiatan pem- siswa dalam bermacam-macam kemung-
belajaran. Hal ini berimplikasi bahwa pe- kinan pemecahan masalah yang dihadapi
nilaian otentik merupakan saluran yang dalam situasi atau konteks dunia nyata dan
paling penting dalam pembelajaran karena dalam suatu proses pembelajaran nyata.
dalam mengaplikasikan penilaian ini akan Dalam suatu proses pembelajaran, penilai-
mencakup pemilihan bahan ajar dan model an otentik mengukur, memonitor dan me-
pembelajaran. Penilaian otentik memandu nilai semua aspek hasil belajar (yang ter-
pembelajaran melalui pengkreasian ber- cakup dalam domain kognitif, afektif dan
bagai aktivitas belajar yang dilakukan pe- psikomotor), baik yang tampak sebagai
serta didik selama kegiatan pembelajaran hasil akhir dari suatu proses pembelajaran,
berlangsung. maupun berupa perubahan dan perkem-
Berkaitan dengan pendapat tersebut, bangan aktivitas, dan perolehan belajar
dapat ditarik sebuah pemikiran bahwa selama proses pembelajaran di dalam kelas
pada dasarnya, kompetensi yang diajarkan maupun di luar kelas.
kepada peserta didik haruslah dekat de- Dalam rangka melaksanakan penilai-
ngan dunia mereka. Konsep pembelajaran an otentik yang baik, sebagai bagian dari
dan materi harus disinkronkan dengan apa evaluasi pembelajaran atau penilaian pem-
yang dibutuhkan dalam kehidupan, misal- belajaran, guru harus memahami secara
nya dalam dunia pekerjaan atau kehidupan jelas tujuan yang ingin dicapai. Untuk itu,
sosial dalam bermasyarakat. Jadi, keber- guru harus bertanya pada diri sendiri, khu-
hasilan capaian kompetensi peserta didik susnya berkaitan dengan: (1) sikap, kete-
diukur dengan menampilkan pengetahuan, rampilan dan pengetahuan apa yang akan
kemampuan, dan keterampilan yang ke- dinilai; (2) fokus penilaian akan dilakukan,
semuanya itu harus bermakna. misalnya, berkaitan dengan sikap, kete-
Pada titik ini, penilaian otentik se- rampilan dan pengetahuan; dan (3) tingkat
bagai sebuah rangkaian proses harus di- pengetahuan apa yang akan dinilai, seperti
kembalikan pada hakikatnya yang tidak penalaran, memori atau proses. Sesuai de-
mungkin terpisah dari seperangkat pem- ngan Kurikulum 2013, perencanaan me-
belajaran lainnya. Bahan ajar dan pende- ngenai jenis-jenis penilaian otentik ini di-
katan kontekstual dalam pembelajaran tuangkan dalam Rencana Pelaksanaan
menjadi tumpuan lain yang sudah seharus- Pembelajaran.
nya memantapkan penilaian otentik se- Bertemali dengan pendidikan karak-
bagai penilaian yang menuntut kecakapan ter cinta budaya, pendidikan karakter cinta
hidup. budaya bertujuan agar siswa mampu men-
Mueller (Abidin, 2012) mengemuka- jadi orang yang mempunyai rasa kepemi-
kan bahwa penilaian otentik adalah suatu likan (sense of belonging) terhadap budaya
penilaian belajar yang merujuk pada si- yang dimiliki. Usaha pengembangan ka-

Model Penilaian Kinerja dalam Pembelajaran Membaca Berbasis Teks Narasi Bermuatan Pendidikan Karakater
66

rakter ini harus dilakukan secara berke- nya: 5 = baik sekali, 4 = baik, 3 = cukup,
sinambungan dalam proses pembelajaran. 2 = kurang, 1 = kurang sekali.
Secara praktisnya, pembentukan dan pe-  Memori atau ingatan (memory approach).
ngembangan karakter ini bersifat integratif Digunakan oleh guru dengan cara
dengan aktivitas belajar yang dilakukan mengamati siswa ketika melakukan
siswa. Oleh sebab itu, penilaian otentik sesuatu, dengan tanpa membuat catat-
pada dasarnya digunakan untuk meng- an. Guru menggunakan informasi dari
kreasikan berbagai aktivitas belajar yang memorinya untuk menentukan apakah
bermuatan karakter dan sekaligus meng- siswa sudah berhasil atau belum. Cara
ukur keberhasilan aktivitas tersebut serta seperti itu tetap ada manfaatnya, tetapi
mengukur kemunculan karakter pada diri tidak cukup dianjurkan.
siswa. Penilaian kinerja memerlukan per-
timbangan khusus. Pertama, langkah-lang-
MODEL PENILAIAN KINERJA kah kinerja harus dilakukan siswa untuk
Penilaian otentik sebisa mungkin me- menunjukkan kinerja yang nyata untuk
libatkan partisipasi siswa, khususnya da- suatu atau beberapa jenis kompetensi ter-
lam proses dan aspek-aspek yang akan tentu. Kedua, ketepatan dan kelengkapan
dinilai. Guru dapat melakukannya dengan aspek kinerja yang dinilai. Ketiga, kemam-
meminta para siswa menyebutkan unsur- puan-kemampuan khusus yang diperlukan
unsur proyek atau tugas yang akan mereka oleh siswa untuk menyelesaikan tugas-tu-
gunakan untuk menentukan kriteria pe- gas pembelajaran. Keempat, fokus utama
nyelesaiannya. Dengan menggunakan in- dari kinerja yang akan dinilai, khususnya
formasi ini, guru dapat memberikan um- indikator esensial yang akan diamati. Ke-
pan balik terhadap kinerja siswa, baik da- lima, urutan dari kemampuan atau kete-
lam bentuk laporan naratif maupun la- rampilan siswa yang akan diamati.
poran kelas. Ada beberapa cara untuk me- Pengamatan atas kinerja siswa perlu
rekam hasil penilaian berbasis kinerja, dilakukan dalam berbagai konteks untuk
yaitu sebagai berikut ini. menetapkan tingkat pencapaian kemampu-
 Daftar cek (checklist). Digunakan untuk an tertentu. Untuk menilai keterampilan
mengetahui muncul atau tidaknya berbahasa siswa, dari aspek keterampilan
unsur-unsur tertentu dari indikator berbicara, misalnya, guru dapat mengob-
atau subindikator yang harus muncul servasinya pada konteks tertentu, seperti
dalam sebuah peristiwa atau tindakan. berpidato, berdiskusi, bercerita, dan wa-
 Catatan anekdot/narasi (anecdotal/nara- wancara. Dari sini akan diperoleh keutuh-
tive records). Digunakan dengan cara an mengenai keterampilan berbicara yang
guru menulis laporan narasi tentang dimaksud. Untuk mengamati kinerja siswa
apa yang dilakukan oleh masing-ma- dapat menggunakan alat atau instrumen,
sing siswa selama melakukan tindakan. seperti penilaian sikap, observasi perilaku,
Dari laporan tersebut, guru dapat me- pertanyaan langsung, atau pertanyaan pri-
nentukan seberapa baik siswa meme- badi.
nuhi standar yang ditetapkan. Penilaian diri termasuk dalam rum-
 Skala penilaian (rating scale). Biasanya pun penilaian kinerja. Penilaian diri me-
digunakan dengan menggunakan skala rupakan suatu teknik penilaian di mana
numerik berikut predikatnya. Misal- siswa diminta untuk menilai dirinya sen-

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun IV, Nomor 1, Februari 2014


67

diri berkaitan dengan status, proses dan dari cerita itu (Suparno dan Yunus 2009:
tingkat pencapaian kompetensi yang di- 4.31). Keraf (2010:136) membatasi penger-
pelajarinya dalam mata pelajaran tertentu. tian narasi sebagai suatu bentuk wacana
Teknik penilaian diri dapat digunakan un- yang sasaran utamanya adalah tindak tan-
tuk mengukur kompetensi kognitif, afektif duk yang dijalin serta dirangkaikan men-
dan psikomotor. jadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam
 Penilaian ranah sikap. Misalnya, siswa satu kesatuan waktu. Struktur narasi dapat
diminta untuk mengungkapkan curah- dilihat dari komponen-komponen yang
an perasaannya terhadap suatu objek membentuknya: perbuatan, penokohan,
tertentu berdasarkan kriteria atau acuan latar, dan sudut pandang, tetapi dapat juga
yang telah disiapkan. dianalisis berdasarkan alur (plot) narasi
 Penilaian ranah keterampilan. Misalnya, (Keraf, 2010:145).
siswa diminta untuk menilai kecakapan Unsur-unsur karangan narasi antara
atau keterampilan yang telah dikuasai lain adalah sebagai berikut.
oleh dirinya berdasarkan kriteria atau  Tema
acuan yang telah disiapkan. Tema adalah suatu perumusan dari to-
 Penilaian ranah pengetahuan. Misalnya, pik yang akan dijadikan landasan pem-
siswa diminta untuk menilai penguasa- bicaraan dan tujuan yang akan dicapai
an pengetahuan dan keterampilan ber- melalui topik tadi (Keraf 2004:122). Te-
pikir sebagai hasil belajar dari suatu ma dalam karangan narasi adalah gam-
mata pelajaran tertentu berdasarkan baran umum mengenai suatu hal yang
atas kriteria atau acuan yang telah di- akan diceritakan.
siapkan.  Alur
Teknik penilaian diri memiliki bebe- Alur mengatur bagaimana tindakan-
rapa manfaat positif. Pertama, menumbuh- tindakan harus bertalian satu sama lain,
kan rasa percaya diri siswa. Kedua, peserta bagaimana suatu insiden mempunyai
didik menyadari kekuatan dan kelemahan hubungan dengan insiden yang lain, ba-
dirinya. Ketiga, mendorong, membiasakan gaimana tokoh-tokoh harus digambar-
dan melatih siswa berperilaku jujur. Ke- kan dan berperan dalam tindakan-tin-
empat, menumbuhkan semangat untuk dakan itu, dan bagaimana situasi dan
maju secara personal. perasaan karakter (tokoh) yang terlibat
dalam tindakan itu yang terikat dalam
TEKS NARASI BERMUATAN PENDI- suatu kesatuan waktu.
DIKAN KARAKTER CINTA BUDAYA  Karakter (penokohan)
Istilah narasi atau sering juga disebut Cara mengungkapkan sebuah karakter
naratif berasal dari kata bahasa inggris dapat dilakukan melalui pernyataan-
narration (cerita) dan narrative (yang men- pernyataan langsung, peristiwa-peristi-
ceritakan). Karangan yang disebut narasi wa melalui pidato, percakapan, melalui
menyajikan serangkaian peristiwa. Karang- monolog batin, tanggapan atas pernya-
an ini berusaha menyampaikan serang- taan atau perbuatan dari karakter lain,
kaian kejadian menurut urutan terjadinya dan melalui kiasan atau sindiran-sin-
(kronologis), dengan maksud memberi arti diran.
kepada sebuah atau serentetan kejadian,
sehingga pembaca dapat memetik hikmah  Waktu

Model Penilaian Kinerja dalam Pembelajaran Membaca Berbasis Teks Narasi Bermuatan Pendidikan Karakater
68

Suatu perbuatan atau suatu tindak-tan- yang sesuai dengan perkembangan kogni-
duk selalu terjadi dalam waktu. Gerak tif peserta didik. Hal ini berimplikasi bah-
laju suatu peristiwa selalu dihitung dari wa teks bacaan yang diberikan kepada pe-
suatu titik waktu tertentu menuju ke serta didik merupakan wacana yang sudah
suatu titik waktu yang lain. diseleksi oleh guru. Wacana tersebut berisi
 Konflik informasi yang bermanfaat yang disesuai-
Narasi disusun dari rangkaian tindak- kan dengan kebutuhan peserta didik. Un-
tanduk yang bertalian dengan sebuah tuk Model penilaian kinerja dalam pembe-
makna. Makna ini hampir selalu muncul lajaran membaca berbasis teks narasi ber-
dari suatu pertikaian atau konflik ke- muatan nilai cinta budaya ini meliputi tiga
kuatan-kekuatan yang merangsang per- tahapan, yaitu: (1) kegiatan prabaca (pre-
hatian kita untuk melihat bagaimana si- reading activity); (2) kegiatan membaca
tuasi itu akan diselesaikan. (reading activity); serta (3) kegiatan pasca-
 Sudut pandang baca (post-reading activity).
Sudut pandang dalam narasi menyata-
kan bagaimana fungsi seorang pengisah Tahap 1: Kegiatan Prabaca
(narator) dalam sebuah narasi, apakah Abidin (2012) menyatakan bahwa ke-
ia mengambil bagian langsung dalam giatan prabaca adalah kegiatan pengajaran
seluruh rangkaian kejadian (yaitu se- yang dilaksanakan sebelum siswa melaku-
bagai partisipan), atau sebagai peng- kan kegiatan membaca. Dalam kegiatan
amat (observer) terhadap objek dari se- prabaca guru mengarahkan perhatian pada
luruh aksi atau tindak-tanduk dalam pengaktifan skemata siswa yang berhu-
narasi. bungan dengan teks bacaan. Teks bacaan,
Adapun yang dinamakan teks narasi sebagai bahan pembelajaran membaca, se-
bermuatan pendidikan karakter cinta bu- baiknya memiliki karakteristik yang jelas
daya adalah sebuah karangan narasi yang sehingga cukup kaya bila digunakan se-
memaparkan cerita rakyat suatu daerah. bagai latihan pengenalan kata sampai pada
Penggunaan teks semacam ini mempunyai strategi-strategi membaca. Teks yang dipi-
fungsi edukatif, yaitu sebagai salah satu lih sebagai bahan bacaan yang berisi kata-
materi ajar dalam pembelajaran membaca kata, kalimat dan paragraf dalam teks yang
bagi siswa Sekolah Menengah Pertama. utuh. Dengan demikian, teks narasi ber-
Hal ini dilakukan demi mengusung karak- muatan nilai cinta budaya tepat digunakan
ter cinta budaya dan meredam hegemoni sebagai bahan bacaan yang ideal dan mem-
cerita populer dari luar negeri, seperti Cin- punyai nilai tambah karena bermuatan ke-
derella, Putri Salju, Pangeran Katak, dan arifan lokal.
lain sebagainya. Beberapa kegiatan prabaca yang di-
lakukan siswa selama pembelajaran antara
MODEL PENILAIAN KINERJA DALAM lain dikemukakan Hadley (Abidin, 2012)
PEMBELAJARAN MEMBACA BERBA- bahwa minimal ada tiga kegiatan prabaca
SIS TEKS NARASI BERMUATAN PEN- yang dapat diterapkan dalam proses pem-
DIDIKAN KARAKTER CINTA BUDAYA belajaran membaca, yakni (1) curah pen-
Nurgiyantoro (2011:7) menyatakan dapat untuk membangkitkan ide yang me-
bahwa untuk megukur kompetensi mem- miliki kemungkinan besar ada dalam teks;
baca harus dipilihkan wacana atau teks (2) melihat judul tulisan, headline bacaan,

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun IV, Nomor 1, Februari 2014


69

grafik, gambar, atau unsur visual lain yang baca. Pada tahap ini banyak sekali variasi
ada dalam bacaan; dan (3) merumuskan yang dapat dilakukan guru sejalan dengan
prediksi isi bacaan. Nuttall dan Cox (Abi- strategi baca yang dipilih guru atau siswa.
din (2012) menambahkan beberapa kegiat- Penentuan strategi baca ini sangat bergan-
an prabaca yang dapat dilakukan antara tung pada strategi pembelajaran membaca
lain (1) menyusun pertanyaan pemandu; yang dipilih guru (Abidin 2012).
(2) pembuatan peta konsep; (3) simulasi se- Dalam penilaian kinerja yang dilaku-
belum membaca; dan (4) menulis sebelum kan terhadap siswa dapat diterapkan stra-
membaca. tegi membaca intensif, dimana siswa di-
Dalam penilaian kinerja yang dite- berikan alokasi waktu tertentu untuk me-
rapkan kepada siswa dapat dirumuskan nyelesaikan dua teks bacaan yang telah
tiga kegiatan prabaca yang meliputi hal-hal diketahui judul ceritanya pada tahap pra-
berikut. baca sebelumnya. Pada tahap ini, siswa da-
 Siwa melakukan curah pendapat terkait pat menggunakan teknik membaca cepat,
teks narasi yang digunakan, yakni cerita misalkan scanning atau skimming. Siswa
rakyat. Kegiatan ini dilakukan secara juga diharapkan dapat: (1) menjawab per-
lisan melalui diskusi ringan dan tanya tanyaan yang diajukannya pada tahap pra-
jawab. baca; (2) menuliskan ide-ide utama bacaan;
 Siswa melihat judul cerita dan gambar (3) menguji/mengoreksi prediksi bacaan
yang disajikan. Hal ini dilakukan untuk yang telah dibuatnya; (4) memberikan tan-
menumbuhkan minat dan semangat da berupa garis bawah atau penanda lain
untuk membaca teks narasi yang di- yang menunjukkan bagian penting waca-
gunakan. na; (5) mendata kembali (menemukan) ka-
 Siswa merumuskan prediksi isi bacaan ta-kata sulit yang ditemukannya; (6) menu-
dipandu oleh guru. Dua teks narasi liskan struktur cerita; dan (7) menuliskan
yang dijadikan bahan bacaan merupa- kutipan dari isi bacaan, dan sebagainya.
kan cerita rakyat yang saat ini jarang Guru menggunakan metode diskusi
diakses oleh siswa. Cerita tersebut me- dan tanya-jawab dalam tahap membaca
representasikan cerita yang ada di dengan rubrik skoring yang sama seperti
daerah asal siswa belajar sehingga siswa pada tahap prabaca. Adapun nilai rerata
merasa tergelitik untuk menduga apa siswa yang menjadi subjek penelitian pada
yang terkandung dalam isi bacaan. tahap ini adalah B (Baik).
Kemudian, rubrik skoring untuk ke-
giatan prabaca ini disajikan melalui skala Tahap 3: Kegiatan Pascabaca
penilaian menggunakan huruf A (Sangat Abidin (2012) mengungkapkan bah-
Baik), B (Baik), C (Cukup), dan K (Kurang). wa kegiatan pascabaca merupakan kegiat-
Kesepuluh siswa yang menjadi subjek an pemantapan terhadap hasil belajar yang
penelitian ini memperoleh nilai rerata B telah diperoleh sebelumnya. Kegiatan pas-
(Baik). cabaca digunakan untuk membantu siswa
memadukan informasi baru yang dibaca-
Tahap 2: Kegiatan Membaca nya ke dalam skemata sehingga diperoleh
Setelah kegiatan prabaca, dilaksana- tingkat pemahaman yang lebih tinggi.
kan kegiatan inti pembelajaran membaca. Nuttal (Abidin, 2012) memberikan alterna-
Tahapan ini sering disebut tahapan mem- tif yang dapat guru pilih pada kegiatan

Model Penilaian Kinerja dalam Pembelajaran Membaca Berbasis Teks Narasi Bermuatan Pendidikan Karakater
70

pascabaca. Beberapa alternatif tersebut ya- yaitu refleksi diri, guru menggunakan me-
itu sebagai berikut ini. tode wawancara demi mengefektifkan
 Membandingkan hipotesis/prediksi waktu pembelajaran. Berikut ini adalah ha-
yang disusun pada tahap prabaca de- sil penilaian terhadap lembar kerja siswa.
ngan isi bacaan sehingga jika prediksi Selanjutnya, terkait refleksi diri, guru
tersebut meleset siswa diajak untuk dapat merumuskan satu bentuk wawan-
membangun pemahaman baru atas isi cara tersembunyi dengan poin-poin perta-
wacana. nyaan yang mengarah kepada ketercapaian
 Membangun respons atas isi bacaan. pembentukan karakter cinta baca dan cinta
 Diskusi dan adu argumen tentang isi budaya yang diusung dalam pembelajaran
bacaan. membaca berbasis teks narasi bermuatan
 Membahas isi wacana secara utuh dan nilai cinta budaya seperti yang tersajikan
menyeluruh. dalam Tabel 1.
 Membuat tulisan reproduksi atau rang- Berdasarkan hasil wawancara ter-
kuman atas isi wacana. sembunyi yang dituangkan dalam tabel
 Menguji pemahaman membaca. daftar pertanyaan tersebut dapat diguna-
Pada tahap pascabaca ini, guru dapat kan untuk mengukur pembelajaran mem-
menggunakan worksheet atau lembar kerja baca pemahaman siswa dan memicu rasa
yang terdiri atas beberapa jenis soal, yakni cinta terhadap kebudayaan daerah. Indi-
(1) Pernyataan Benar-Salah; (2) Pilihan Ber- kator dan penyekoran rubrik dapat dibuat
ganda; (3) Mengisi Baris Kosong; (4) Me- sesuai dengan pertimbangan guru. Dalam
masangkan Kata-Keterangan; dan (5) Re- hal penentuan skor aktivitas (skor penilai-
fleksi Diri. Namun, untuk jenis soal kelima, an proses) dapat dilakukan dengan men-

Tabel 1. Wawancara Pembentukan Karakter Nilai Cinta Baca dan Cinta Budaya
Jawaban
No. Pertanyaan
Ya Tidak
1. Apakah kalian merasa kesulitan dalam menggunakan teks narasi bermuatan
pendidikan karakter cinta budaya sebagai bahan bacaan?
2. Apakah teks narasi bermuatan pendidikan karakter cinta budaya yang
disajikan menjadikan kalian tertarik dalam kegiatan membaca?
3. Apakah kalian merasa kesulitan untuk memahami kalimat-kalimat dalam teks
bermuatan pendidikan karakter cinta budaya?
4. Apakah kalian menemukan banyak kesulitan dalam memahami makna kata
yang terdapat dalam teks narasi bermuatan pendidikan karakter cinta budaya?
5. Apakah kalian merasa kesulitan dengan tata bahasa yang ada dalam teks
narasi bermuatan pendidikan karakter cinta budaya?
6. Apakah teks narasi bermuatan pendidikan karakter cinta budaya membuat
kalian lebih mencintai kearifan lokal kalian, terutama cerita rakyat di daerah
kalian?
7. Apakah sisipan-sisipan informasi mengenai kearifan lokal yang lain (rumah
adat, pakaian tradisional, tari daerah, batik khas, dan acara tradisional) me-
nambah pengetahuan kalian akan hasil budaya daerah kalian?
8. Apakah kalian mengalami kesulitan saat mengerjakan tugas-tugas yang di-
berikan yang berkaitan denga teks narasi bermuatan pendidikan karakter cinta
budaya?
9. Apakah teks narasi bermuatan pendidikan karakter cinta budaya perlu dijadi-
kan sebagai salah satu bahan ajar pendukung materi pelajaran?

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun IV, Nomor 1, Februari 2014


71

jumlahkan seluruh skor yang diperoleh sis- mampu mengeksplorasi segenap kemam-
wa dari tiap tahapan pembelajaran mem- puan berbahasa peserta didik melalui pe-
baca. Jika skor tersebut ingin diubah ke da- nilaian berbasis unjuk kerja atau perfor-
lam bentuk nilai, guru tinggal menentukan mansi.
jenis skala penilaian yang akan digunakan Untuk itu, guru bahasa Indonesia di-
dan mengalikan jumlah skor yang dicapai harapkan mampu membuat dan mengim-
dibagi jumlah skor ideal dikali skala pe- plementasikan alat penilaian pembelajaran
nilaian yang diharapkan. Dalam kaitannya membaca pada setiap tahapan. Melalui pe-
dengan penilaian karakter cinta budaya, rencanaan dan implementasi evaluasi pem-
guru dapat memantau dari proses pem- belajaran yang baik, siswa akan mendapat-
belajaran yang dilakukan oleh siswa dan kan hasil belajar yang relevan dan mampu
menetapkan standar penilaian berdasarkan mencerminkan ketercapaian kompetensi
ranah sikap, keterampilan dan pengeta- dan keterampilan pada jangka waktu ter-
huan. tentu.
Kemudian, dengan adanya penanam-
PENUTUP an karakter cinta budaya dalam penilaian
Model penilaian kinerja dalam pem- kinerja pembelajaran membaca teks narasi
belajaran membaca berbasis teks narasi ini, siswa diharapkan mempunyai penge-
bermuatan pendidikan karakter cinta bu- tahuan yang lebih luas tentang lingkungan
daya bagi siswa sekolah menengah per- sekitarnya dan terhindar dari keterasingan
tama dapat diterapkan melalui tiga tahap- terhadap lingkungannya. Selain itu, guru
an utama, yakni tahap kegiatan prabaca, juga diharapkan untuk terus meningkatkan
tahap kegiatan membaca dan tahap kegiat- kualitas evaluasi pembelajaran yang akan
an pascabaca. Penilaian kinerja memerlu- diterapkan pada masa-masa yang akan da-
kan pertimbangan khusus. Pertama, lang- tang demi mewujudkan pendidikan Indo-
kah-langkah kinerja harus dilakukan siswa nesia yang prospektif dan kompetitif.
untuk menunjukkan kinerja yang nyata un-
tuk suatu kompetensi tertentu. Kedua, ke- UCAPAN TERIMA KASIH
tepatan dan kelengkapan aspek kinerja Ucapan terima kasih disampaikan
yang dinilai. Ketiga, kemampuan khusus kepada Prof. Dr. Burhan Nurgiyantoro
yang diperlukan oleh siswa untuk menye- yang telah memberikan wawasan dan pe-
lesaikan tugas pembelajaran. Keempat, fo- ngetahuan tentang penilain otentik. Kolega
kus utama dari kinerja yang akan dinilai, sejawat di Jurusan Pendidikan Bahasa dan
khususnya indikator esensial yang akan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni,
diamati. Kelima, urutan dari kemampuan Universitas Negeri Semarang dan berbagai
atau keterampilan siswa yang akan di- pihak yang telah membantu penulisan
amati. Hal ini berimplikasi bahwa penilai- artikel ini, baik secara langsung maupun
an kinerja mampu meningkatkan kemam- tidak langsung sehingga menghasilkan
puan membaca siswa sekaligus mampu tulisan yang tersaji di hadapan pembaca.
benar-benar mengukur kemampuan baca
siswa yang sesungguhnya serta mampu
pula membangun karakter siswa, khusus-
nya karakter cinta budaya. Penilaian kiner-
ja memiliki banyak keunggulan karena

Model Penilaian Kinerja dalam Pembelajaran Membaca Berbasis Teks Narasi Bermuatan Pendidikan Karakater
72

DAFTAR PUSTAKA Nurgiyantoro, Burhan. 2011. Penilaian


Otentik dalam Pembelajaran Bahasa.
Abidin, Yunus. 2012. “Model Penlaian
Yogyakarta: Gadjah Mada University
Otentik dalam Pembelajaran Memba-
Press.
ca Pemahaman Berorientasi Pendi-
dikan Karakter”. Jurnal Pendidikan Ka-
rakter, Tahun II, Nomor 2, Tahun Nurgiyantoro, Burhan dan Suyata, Pujiati.
2011. “Model Penilaian Otentik da-
2012.
lam Pembelajaran Bahasa Indonesia”.
Litera, Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra,
Anonim. 2013. “Jenis-jenis Penilaian Oten-
dan Pengajarannya, Volume 10, No-
tik”. Diakses 25 Desember 2013. Di-
mor 2, Oktober 2011.
unduh dari http://pembelajaranku.-
com/jenis-jenis-penilaian-otentik
Suara Merdeka Cyber News 2011. Diunduh
/Efendi, Anwar. 2009. ”Beberapa Ca-
25 Desember 2013.
tatan tentang Buku Teks di Sekolah”.
Jurnal Pemikiran Alternatif Pendidikan
Volume 14, Nomor 2, Mei-Agustus Suparno dan Mohamad Yunus. 2009. Ke-
terampilan Dasar Menulis. Jakarta: UT.
2009.

English, Wikipedia. 2010. Narrative. Di- Republika Online. 2010. Diunduh 26 Desem-
akses pada 19 Februari 2012. Di- ber 2013.
unduh dari http://en.wikipedia.org-
/wiki/Narrative, 25 Desember 2013. Rohim, Fathur. 2009. Teaching Reading. Ja-
karta: Pusat Pengembangan dan
Kementerian Pendidikan Nasional Repu- Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
blik Indonesia. 2010. Disain Induk Kependidikan (PPPPTK) Bahasa.
Pendidikan Karakter. Jakarta.
Wahyuni, Sri. 2010. “Pengembangan Model
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Asesmen Otentik dalam Pembela-
Republik Indonesia. 2013. Implemen- jaran Keterampilan Berbahasa Indo-
tasi Kurikulum 2013. Jakarta. nesia Lisan di Sekolah Menengah
Atas”. Litera, Jurnal Penelitian Bahasa,
Keraf, Gorys. 2004. Komposisi: sebuah Pe- Sastra, dan Pengajarannya.Volume 9,
ngantar Kemahiran Berbahasa. Ende: Nomor 1, April 2010.
Nusa Indah.
Yudono, Jodhi (Ed). 2012. Pembelajaran
Keraf, Gorys. 2010. Argumentasi dan Narasi. Bahasa Indonesia Harus Komunikatif.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. dalamhttp://edukasi.kompas.com/r
ead/2012/11/02/1557403/Pembelaja
Nurgiyantoro, Burhan. 2008. “Penilaian ra.Bahasa.Indonesia.Harus.Komunik
Otentik” dalam Cakrawala Pendidikan, atif diakses pada 28 Januari 2013.
November 2008, Th. XXVII, Nomor 3.

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun IV, Nomor 1, Februari 2014

Anda mungkin juga menyukai