Anda di halaman 1dari 4

Salah Untuk Merasa Bersalah

Bandari Alamanda

Menjadi orangtua bukan perkara mudah. Meski sudah mempersiapkan diri dan banyak
belajar, tetap ada kesalahan yang kita lakukan. Dampaknya dirasakan langsung oleh anak, kita
sendiri sebagai orangtua, dan orang lain di sekitar kita. Tahukah Ayah dan Bunda, kesalahan
orangtua tanpa disadari dan berbahaya bagi kesejahteraan keluarga dalam jangka panjang, adalah
memelihara rasa bersalah.

Menurut Barton (seorang ahli psikologi), rasa bersalah adalah kondisi emosi akibat
perbuatan menyimpang dari standar yang ditetapkan bagi dirinya atau berlaku di masyarakat. Rasa
ini bersifat internal atau subyektif, bukan karena takut akan hukuman dan konsekuensi dari luar.
Rasa bersalah membuat orang menuduh dan mencambuk dirinya sendiri dengan jangka waktu,
frekuensi, dan intensitas yang tidak pernah cukup.

Tidak serta merta rasa ini perlu dihilangkan begitu saja. Rasa bersalah tentu berguna
sebagai pengingat dan bukti bahwa kita peduli dengan batas yang ada. Namun jika rasa ini muncul
berulang, dalam jangka waktu lama, terlebih tanpa alasan, akan menghasilkan pemikiran yang
tidak masuk akal dan menjadi pemicu timbulnya gangguan emosi.

5 penyebab umum rasa bersalah pada orangtua adalah :

1. Orangtua bekerja
Ayah dan Bunda merasa bersalah karena mencintai pekerjaan. Bukan sekedar mencari
nafkah demi memenuhi kebutuhan keluarga, namun juga masih ingin mencapai cita-cita.
Merasa egois saat tidak bisa mendampingi anak melakukan segala hal yang pertama.
Belum lagi rasa sedih melihat anak memiliki kedekatan emosional dengan orang lain.
Ayah, Bunda, kebutuhan untuk aktualisasi diri juga penting. Jika kita mampu mencapai
cita-cita, kelak anak akan mengikuti usaha dan semangat kita. Lagipula, anak juga butuh
bersosialisasi dengan orang lain di sekitarnya. Kita adalah orangtuanya. Tidak mungkin
ada yang mampu menggantikan ikatan kita dengan anak.
2. Anak melakukan kesalahan di tempat umum
Ayah dan Bunda langsung merasa malu jika anak berbuat yang tidak sesuai dengan harapan
orang lain. Segera memarahi atau meminta anak untuk diam, karena kita takut dinilai tidak
mampu mengajari anak. Padahal yang dibutuhkan anak adalah dukungan orangtuanya di
depan orang lain atau justru anak sengaja melakukannya untuk mendapatkan perhatian
lebih dari kita.
Sebelum mempelajari strategi disiplin dan bicara dari hati ke hati, tolonglah untuk selalu
bersikap tenang dan menghargai apapun tingkah laku anak.

3. Bersikap galak pada anak


Meski Ayah dan Bunda sudah berusaha sabar, pasti pernah tanpa sengaja menaikkan nada
suara atau melakukan gerakan yang membuat anak takut.
Jadikan hal ini sebagai pengingat akan emosi kita yang membutuhkan perhatian lebih.
Artinya kita sedang lelah dan butuh perhatian untuk diri sendiri. Tolong jangan menunda
untuk meminta maaf kepada anak.

4. Andai saya mampu memberi lebih pada anak


Membesarkan dan mendidik seorang anak, bisa sangat menguras biaya jika terus-menerus
mengikuti trend yang dilakukan oleh orangtua lain. Selalu menuruti keinginan anak untuk
beraktivitas seperti teman yang lain, tentu sangat melelahkan batin Ayah dan Bunda.
Padahal, keinginan yang selalu dituruti membuat anak tumbuh manja dan selalu menuntut
dipenuhi kebutuhannya oleh orang lain. Anak yang bermain dan beraktivitas dengan
peralatan seadanya, justru akan melatih imajinasi untuk mencipta hal baru? Jangan-jangan,
justru kita yang ingin memenuhi ego agar tidak kalah dengan orangtua lain?
Tolong hentikan memberi kesan pada anak bahwa orangtuanya tidak seberuntung orang
lain. Ajari diri sendiri untuk bersyukur bersama anak dan fokus membangun kelebihan diri.

5. Saya tidak mampu melakukan semuanya


Siapa yang mampu? Ayah dan Bunda adalah orangtua, bukan pasangan ajaib. Tidak semua
hal harus seimbang dan adil. Tidak setiap hari semua kegiatan akan teratur dan terjadwal.
Ada masanya kita harus lebih fokus ke anak, ada kala harus memperhatikan pasangan, juga
ada waktunya hidup kita tersita oleh pekerjaan.
Jika ada tabungan, bantuan dari tenaga profesional merupakan jalan keluar (cuci-gosok
kiloan, asisten rumah tangga, penitipan anak). Namun bantuan dari luar sifatnya hanya
sementara, bukan sebagai tiang utama rumah tangga.

Jadi Ayah dan Bunda, tentu masih banyak lagi hal yang membuat kita sebagai orangtua merasa
kurang dan bersalah meski sudah berusaha sebaik-baiknya. Ayolah, setelah dilirik dan diambil
pelajarannya, kita bebaskan saja rasa itu. Jika terus dipelihara, hanya membawa kesusahan bagi
keluarga.
Wanita Indonesia yang tinggal di Spanyol Selatan ini memiliki latar belakang psikologi.
Pada tahun 2020, mengikuti proyek menulis antologi Strong and Happy Women (Farha Pustaka),
Pentigraf Semua Tentang Wanita (Pustaka Karsa), Teruntuk Orang Terkasih (Zhao Press). Saat
ini, dia menyuarakan karya tulisnya dalam Podcast SamaManda yang bisa dinikmati lewat Spotify.
Semua orang dapat menghubunginya lewat IG @SamaManda.

Anda mungkin juga menyukai