Nurmalya Melati - Penyertaan Tindak Pidana Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (Kuhp) Dan Hukum Islam
Nurmalya Melati - Penyertaan Tindak Pidana Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (Kuhp) Dan Hukum Islam
SKRIPSI
Oleh:
NURMALYA MELATI
NIM. 072322014
PROGRAM STUDI
MUAMALAH JURUSAN
SYARI'AH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PURWOKERTO
2011
PERNYATAAN KEASLIAN
NIM : 072322014
Jenjang : S-1
Jurusan : Syari’ah
Menyatakan bahwa naskah skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian atau karya saya se
sumbernya.
Purwokerto,Agustus 2011
Nurmalya Melati
NIM. 072322014
2
NOTA DINAS PEMBIMBING
Dengan ini saya mohon agar skripsi saudari tersebut dapat dimunaqosyahkan.
Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Pembimbing,
3
PENGESAHAN
Skripsi berjudul:
yang disusun oleh Saudari Nurmalya Melati, NIM. 072322014, Jurusan Syari’ah Program Studi Mua
sarjana dalam Ilmu Hukum Islam oleh Sidang Dewan Penguji Skripsi:
Pembimbing/Penguji
Mengetahui/Mengesahkan
Ketua STAIN Purwokerto
4
PENYERTAAN TINDAK PIDANA
DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP)
DAN HUKUM ISLAM
Nurmalya Melati
Program Studi S1 Muamalah Jurusan Syari’ah
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)
Purwokerto
ABSTRAK
Penyertaan adalah pengertian yang meliputi semua bentuk turut serta atau
terlibatnya seorang atau beberapa orang, baik secara psikis maupun secara fisik
dengan melakukan masing-masing perbuatan sehingga melahirkan suatu tindak
pidana. Orang-orang yang terlibat dalam kerjasama yang mewujudkan tindak
pidana, perbuatan masing-masing dari mereka berbeda satu dengan yang lain,
demikian juga bisa tidak sama apa yang ada dalam sikap batin mereka terhadap
tindak pidana maupun terhadap peserta yang lain. Tetapi dari perbedaan-
perbedaan tersebut terjadilah suatu hubungan yang sedemikian rupa eratnya,
dimana perbuatan yang satu menunjang perbuatan yang lainnya yang semuanya
mengarah pada terwujudnya suatu tindak pidana. Penyertaan tindak pidana
termuat dalam pasal 55 KUHP serta pada pasal 56 KUHP.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persamaan serta perbedaan
penyertaan tindak pidana dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)
dan hukum Islam.
Penelitian ini adalah penelitian pustaka (library research) yang bersifat
deskriptif yaitu penelitian dengan cara menuliskan, mengedit, mengklasifikasikan,
mereduksi dan menjadikan data yang diperoleh dari berbagai sumber tertulis agar
meperoleh gambaran yang jelas mengenai penyertaan tindak pidana dalam KUHP
dan hukum Islam.
Hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa Hukuman/ancaman pidana
dalam Penyertaan tindak pidana baik dalam hukum Islam maupun hukum positif
ditujukan agar pelaku kejahatan jera sekaligus sebagai pelajaran pada masyarakat
lain untuk tidak meniru perbuatan tersebut.
xviii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Kebudayaan Nomor 158 tahun 1987 Nomor 0543 b/u/1987 tanggal 10 September
menjadi berikut:
1. Konsonan
ا
alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan
ب ba B be
ت ta T te
ج jim J je
د dal D de
ر ra R er
ز
zak Z zet
س sin S es
9
?
?
غ gain G ge
ف fa F ef
ق qaf Q ki
ك kaf K ka
ل lam L el
م mim M em
ن nun N en
و wawu W we
ه ha H ha
Vokal ي ya Y ye
1
??
?
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf,
Contoh:
1
Transliterasi untuk ta marbut}ah ada dua:
1) Ta marbu>t}ah hidup
2) Ta marbu>t}ah mati
Ta marbu>t}ah yang mati atau mendapat h}arakat sukun, transliterasinya adalah /h/.
3) Kalau pada suatu kata yang akhir katanya ta marbu>t}ah diikuti oleh kata yang menggunakan k
contoh:
5. Syaddah (tasydid)
Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda syaddah atau
tersebut dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf yang sama dengan huruf yang
Contoh:
ناÄ رب- rabbanā
لÇ – نزnazzala
6. Kata Sandang
1
yaitu ال, namun dalam transliterasinya kata sandang itu dibedakan antara kata
sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyyah dengan kata sandang yang diikuti
huruf qamariyyah.
1) Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsyiyyah, kata sandang yang diikuti
huruf /l/ diganti dengan huruf yang sama dengan huruf yang langsung
ditulis terpisah dari kata yang mengikuti dan dihubungkan dengan tanda
Contoh:
7. Hamzah
itu, hanya terletak di tengah dan di akhir kata. Bila Hamzah itu terletak di awal
Contoh:
1
Hamzah di tengah تأخذون ta’khuz|ūna
Hamzah di akhir وءÄ الن an-nau’u
8. Penulisan Kata
Pada dasarnya setiap kata, baik fi’il, isim maupun huruf, ditulis terpisah.
Bagi kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf arab yang sudah lazim
dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harakat dihilangkan maka dalam transliterasi ini penulisan kata te
Contoh:
1
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................iv
HALAMAN PERSEMBAHAN.............................................................................vi
KATA PENGANTAR...........................................................................................vii
PEDOMAN TRANSLITERASI.............................................................................ix
DAFTAR ISI..........................................................................................................xv
ABSTRAK..........................................................................................................xviii
BAB I PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah......................................................................... 6
C. Penegasan Istilah.......................................................................... 6
F. Metode Penelitian...............................................................................10
G. Sistematika Penulisan.........................................................................13
1
1. Pengertian...........................................................17
2. Bentuk-bentuk Penyertaan.................................19
3. Ancaman Pidana.................................................38
1. Pengertian...........................................................44
2. Bentuk-bentuk Penyertaan.................................46
3. Ancaman Pidana.................................................59
A. Pengertian...........................................................................................64
C. Ancaman Pidana.................................................................................67
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................73
B. Saran-saran.........................................................................................74
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
DAFTAR BAGAN
Bagan 3. Hudud.............................................................................................
Bagan4. Qisas...............................................................................................
Bagan5. Ta’zir...............................................................................................
1
BAB I
PENDAHULUAN
tentunya tidak lepas dari pola hidup yang ditentukan oleh sikap dirinya sendiri
dan aturan yang ada sebagai petunjuk hidup. Manusia sebagai makhluk sosial
masyarakat. Salah satu dari akibat itu adalah rasa tanggungjawab masing-
masing individu akan keutuhan dan kelancaran hidup serta stabilitas sosial.1
dan dikenakan bagi pelanggar peraturan hukum. Sanksi hukum yang diberikan
dengan ancaman pidana yang biasa disebut dengan hukum pidana (materiil).
Dalam hukum inilah diatur mengenai perbuatan-perbuatan apa saja yang dapat
kunjung mereda. Ada yang pro penerapan syariat Islam, ada yang kontra, dan
ada pula yang tidak memihak keduanya. Kondisi tersebut diperkeruh oleh
1 Ok. Choerudin, Sosiologi Hukum, Cet I (Jakarta: Sinar Grafika, 1991), hlm. 92.
1
2
propaganda hukum pidana Islam kejam, sadis, melanggar hak asasi manusia,
tulisan para orientalis karena melihat hukum pidana Islam secara tidak utuh
hukum yang lain. Namun demikian, tidak serta merta sistem hukum Islam
dapat diterima oleh para ahli hukum, bahkan sebagian menolak dan berusaha
Menurut Abdul Qadir Audah, ada dua kelompok yang membenci dan
kesimpulan yang sama bahwa hukum Islam tidak selaras lagi dengan
tidak mempunyai pengetahuan sama sekali, baik hukum Barat maupun hukum
Islam. Kelompok kedua, mereka yang hanya mengenal hukum Barat, tetapi
sama sekali tidak mengenal hukum Islam. Dengan demikian, kedua kelompok
ini tidak kompeten mengkritik hukum Islam karena mereka sendiri tidak
diperintahkan.5
Dalam kehidupan dunia Islam saat ini diakui memang ada banyak
meskipun kenyataannya kejahatan tidak dapat sirna sama sekali dari negara
dilarang oleh suatu aturan hukum larangan yang disertai ancaman (sanksi)
yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa yang melanggar larangan
tersebut.6
6 Mahrus Ali, Dasar-dasar Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm.
97.
4
besar ada dua golongan, yaitu perbuatan-perbuatan aktif atau positif yang
disyaratkan adanya gerakan nyata dari tubuh atau bagian dari tubuh orang,
berbuat secara fisik yang justru melanggar suatu kewajiban hukum yang mana
seperti “membiarkan dalam keadaan sengsara” dalam pasal 304 KUHP,8 maka
Dalam suatu kejahatan bisa terlibat lebih dari satu orang. Hukum
pidana. Pasal 55 KUHP menyebut beberapa cara turut serta melakukan tindak
pidana, yaitu:
1. Pelaku (dader)
7 Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2002),
hlm. 5.
2. Penyuruh (doenpleger)
4. Membujuk (uitlokker)
menyebutkan:
5. Pembantu (medeplichtige)
melakukan. Jadi penyuruh, pembujuk, dan orang yang turut serta melakukan
kedua menjadi sebab adanya tindak pidana, baik karena janji-janji atau
menyuruh, menghasut, atau memberi bantuan, tetapi tidak ikut serta secara
g g
undang Hukum Pidana (KUHP) dengan hukum Islam serta masih banyak
B. Rumusam Masalah
C. Penegasan Istilah
1. Penyertaan (Deelneming)
Penyertaan merupakan suatu tindakan yang terlibat lebih dari satu orang.10
2. Tindak Pidana
Hukum yang berlaku disuatu tempat (negara) Indonesia pada suatu saat, yang dimaksud disini yaitu ketentuan-kete
Hukum Islam
tentang tingkah laku manusia mukallaf yang diakui dan diyakini berlaku dan
yaitu hanya yang berkaitan dengan Penyertaan Tindak Pidana dalam Kitab
1. Tujuan Penelitian
2. Manfaat Penelitian
(KUHP) dan hukum Islam serta apa saja persamaan dan perbedaan dari
E. Telaah Pustaka
berkaitan dengannya.
Hukum Pidana Islam; buku tulisan Asadulloh Al Faruk, Hukum Pidana dalam
sistem Hukum Islam; dan buku tulisan Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah. Di dalam
karya tulis yang secara khusus membahas tentang penyertaan tindak pidana
Hukum Pidana di Indonesia; dan buku tulisan Ahmad Bahiej, Buku Hukum
penyertaan tindak pidana yang selama ini di anut oleh negara-negara Islam.
pidana dan pemidanaan menurut hukum Positif dan hukum Islam. Skripsi ini
dalam hukum Islam. Oleh karena itu penyusun tertarik untuk meneliti bahasan
penelitian ini.
F. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Hukum Islam.15
2. Sifat Penelitian
3. Sumber Data
adalah berdasarkan klasifikasi menurut isi yaitu sumber data primer dan
Isla>mi.
itu sesungguhnya data asli. Dalam hal ini data yang di gunakan antara
lain:
MH.
MH.
Prodjodikoro, S.H.
Halal dan Haram dalam Islam, karangan Syekh Muhammad Yusuf Qardhawi.
Fiqih sunnah, karangan Sayyid Sabiq.
4. Analisis Data
komparatif, yaitu suatu metode yang menganalisa data-data atau pendapat yang
komprehensif.18 Dalam hal ini penulis mencoba menganalisis dari segi pengertian,
G. Sistematika Pembahasan
(KUHP).
hukum Islam.
serta perbedaan dari keduanya. Di bagian akhir tulisan ini akan diberikan
Dalam hukum pidana terdapat dua hal yaitu hukum pidana materiil
procedure).
tertentu berupa pidana atau tindakan karena telah melakukan perbuatan yang
dilarang itu, dan berisi ketentuan mengenai sanksi hukum berupa ancaman
pidana baik sanksi pidana maupun sanksi tindakan. Ketiga hal tersebut dalam
hal khazanah teori hukum pidana lazim disebut dengan perbuatan pidana
tata cara atau prosedur penjatuhan sanksi pidana atau tindakan bagi seseorang
yang diduga telah melanggar aturan dalam hukum acara pidana. Istilah hukum
suatu sanksi pidana yang telah dijatuhkan terhadap seorang pelanggar hukum
1 Mahrus Ali, Dasar-dasar Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm.
5.
1
2
para ahli hukum pidana. Pengertian perbuatan pidana semata menunjuk pada
didefinisikan sebagai:2
undang Hukum Pidana (KUHP). KUHP ini mempunyai nama asli Wetboek
Pidana.3
hukum larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu,
dengan pidana.
berujud suatu kelakuan baik aktif maupin pasif yang berakibat pada
timbulnya suatu hal atau keadaan yang dilarang oleh hukum. Kedua, kelakuan
dan akibat yang timbul tersebut harus bersifat melawan hukum baik dalam
pengertiannya yang formil maupun yang materil. Ketiga, adanya hal-hal atau
1. Pengertian
turt sertanya seorang atau lebih pada waktu orang lain melakukan suatu
tindak pidana hanya ada seorang pelaku yang akan kena hukuman pidana.7
yang meliputi semua bentuk turut serta atau terlibatnya orang atau orang-
orang baik secara psikis maupun secara pisik dengan melakukan masing-
masing-masing dari mereka berbeda satu dengan yang lain, demikian juga
bisa tidak sama apa yang ada dalam sikap batin mereka terhadap tindak
yang terlibat, sudah barang tentu peranan atau andil yang timbul dari
berbeda.
2. Bentuk-bentuk Penyertaan
1) Pelaku (dader)
2) Penyuruh (doenpleger)
4) Membujuk (uitlokker)
a. Pelaku (Pleger)
atas kejahatan.9 Tentu saja jika pada saat melakukan perbuatan pidana
semua unsur delik, termasuk juga bila dilakukan melalui orang lain
kasus semacam ini, Hoge Raad dalam putusannya (19 Januari 1931)
terlarang itu adalah orang ketiga yang paling ditengah jalan (di
Hoge Raad (Arrest tanggal 9 Maret 1948) dalam kasus tiga orang
alat. Dengan demikian ada dua pihak, yaitu pembuat langsung (Manus
domina/auctor intellectualis).12
a) Tanpa kesengajaan
kesengajaan)
a) Tanpa kealpaan
keadaan tidaklah mungkin ada dan tidak pernah ada orang yang
pula dilakukannya.
olehnya sendiri, atau waktu diterimanya diketahui bahwa tidak tulen atau dipalsu,
ataupun barangsiapa menyimpan atau memasukkan ke Indonesia, mata uang dan uang
kertas yang demikian, dengan maksud untuk mengedarkan atau menyuruh edarkan
sebagai uang tulen dan tidak dipalsu, diancam dengan pidana penjara paling lama lima
belas tahun.
1
penyuruh.
menjatuhkan pidana.
itu diancam dengan pidana mati atau penjara seumur hidup, maka
dijatuhkan pidana penjara paling lama 15 tahun. Hakim pun hanya bisa
juga diajukan kesidang anak apabila anak itu dinilai tidak dapat
dibina lagi oleh orang tua, wali, atau orang tua asuhnya.
yang bukan pidana mati atau penjara seumur hidup maka dikenai
organisasi sosial.
belum kawin.
disuruhnya itu.16
16 Ibid, hlm.
1
televisi oleh hanya satu orang. Jelas perbuatan mereka telah sama-
Bentuk turut serta ini terdapat dua orang atau lebih yang
arrest), berisi:18
namun juga tetap tidak dapat membakar. Namun setelah beberapa kali
membakar rumput kering itu, dan seterusnya api menjalar dan meluas
dia bukanlah sebagai orang yang membakar kandang kuda19, dia tidak
d. Penganjur (Uitlokker)
Pengajuran yang gagal tetap dipidana berdasarkan pasal 163 bis KUHP.
Sedangkan dalam bukunya Adami Chazawi merumuskannya lebih rinci. Unsur-unsur u
Unsur-unsur obyektif, terdiri dari:
biaya A.
Acara
simpananya itu.
pembuat penganjur.
ayolah curi saja benda itu dari dalam gudang, nanti saya
gudang.
hal, yaitu:
penganjuran.
e. Pembantuan (Medeplichtige)
perbuatan pelaksanaan.
dipidana.
dipidana sama.
nasabah yang baru saja mengambil uang dari loket kasir, dengan
dan mati.
pembunuhan C.
3) Ancaman Pidana
Sanksi juga berarti bagian dari (aturan) hukum yang dirancang secara
melanggar aturan hukum itu, atau memberikan suatu hadiah bagi yang
ada konsekuensi yang timbul dari perbuatan tersebut. Ada sanksi yang
harus diterima bagi seorang itu. Dibawah ini penulis akan memaparkan
berikut ini:27
JENIS
HUKUM
JENIS PENYERTAAN TINDAK
POSITIF
PIDANA
Turut
serta
Menyuru
Membantu
h
Membuj
uk
ancaman pidana.
hukuman ini adalah hukuman mati atau hukuman penjara seumur hidup,
2
“pembantuan” ini pada perbuatan-perbuatan yang oleh si pembantu dipermudah atau di dorong dengan sengaja. D
Meskipun dalam pasal 56 KUHP hanya disebutkan bantuan pada “kejahatan”, namun oleh pasal 60 ditegaskan la
mereka kecuali jika seluruh unsur dan faktor perkembangan terpenuhi, dengan
begitu manusia dapat memperoleh haknya secara penuh. Salah satu yang
paling asasi dan diusung tinggi oleh Islam adalah hak hidup, hak memiliki,
hak menjaga kehormatan diri, hak kebebasan, hak persamaan, dan hak
yang tinggi berupa hak perlindungan untuk hidup secara hormat dan
dari tindak kejahatan atau yang kita kenal dengan istilah jari>mah (tindak
1 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah (Jakarta: Pena Ilmu dan Amal, 2008), hlm. 270.
41
2
berbunyi:
ر+ي$ز+ت"ع$وب$"أ
“Jari>mah adalah perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh syara’, yang
diancam Allah dengan hukuman h}add atau ta’zi>r”.
merugikan tata aturan masyarakat, kepercayaan dan agama, harta benda, nama
Dalam hukum Islam ada dua istilah yang kerap digunakan untuk tindak
pidana ini yaitu Jinayah dan Jari>mah. Dapat dikatakan bahwa kata ‘jinayah’
tindak pidana adalah tindak pidana hanya jika merupakan suatu perbuatan
yang dilarang oleh syariat. Dengan kata lain, melakukan (commission) atau
dan qiyas. Jadi kitab suci al-Qur’an berada pada puncaknya sebagai sumber
pertama dari syariat Islam, sunnah sebagai sumber kedua, ijma’ atau
konsensus sebagai sumber ketiga dan qiyas atau analogi sebagai sumber
keempat.
Sedangkan maksud dari tercela adalah apa yang dicela oleh pembuat syariat
(yaitu Allah). Suatu perbuatan tidak dianggap sebagai kejahatan kecuali jika
ditetapkan oleh syara’ bahwa perbuatan itu tercela. Ketika syara’ telah
menetapkan suatu perbuatan adalah tercela, maka sudah pasti perbuatan itu
murtad.
4 Ibid.
4
oragan tubuh.
3. Tindak pidana ta’zi>r, meliputi semua tindak pidana yang tidak termasuk
1.Pengertian
adakalanya oleh beberapa orang. Dan inilah yang disebut turut berbuat
melaksanakan jari>mah.
jari>mah.
kejahatan.
7 Ibid.., hlm.
6
kedua menjadi sebab adanya tindak pidana, baik karena janji-janji atau
g
g
2. Bentuk-bentuk Penyertaan
fuqaha mengenal dua macam turut berbuat jarimah langsung, yaitu al-
masing.
yang terjadi adalah dilakukan oleh satu orang sendiri, maka itu
14 Ibid, hlm.
1
bersamaan, maka itulah yang disebut turut berbuat jari>mah. Hal ini
yang bisa berpotensi dijadikan sebagai pintu masuk pada sesuatu yang
orang.15
tindak pidana karena ia gila, atau karena ia membela diri, atau karena
y
bantuan.20
a) Persepakatan
itu tidak dibawah umur, tidak dungu atau gila, dan yang
pertanggung jawaban.
mati karena pukulan itu. Maka dalam kasus ini apakah A bertanggung
fonis hukuman mati yang tidak jujur dari seorang hakim terhadap
seseorang.
25 Ibid, hal.
2
langsung.
dan hal ini bisa saja terjadi apabila perbuatan langsung bukan
tidak ada pemaksa tentunya orang kedua tidak berbuat, tetapi juga
kalau sekiranya tidak ada orang kedua, belum tentu paksaan orang
dikalangan fuqaha, seperti apabila ada orang yang menahan orang lain
3. Ancaman Pidana
hakim jika belum dinyatakan secara jelas oleh sutu hukum pidana sebelum
jumlahnya yakni dalam tindak pidana h}udu<d dan qis}as} dijatuhkan atas
aturan tersebut maka siapa yang turut berbuat dalam tindak pidana
2
hukuman ta’zi>r.27
dan qisas ialah karena pada umumnya hukuman yang telah ditentukan
tidak langsung.28
pembuat pertama tersebut masih di bawah umur atau gila atau sebaliknya.
diancam dengan pidana yang sama yaitu ta’zi>r. Dalam hal ini hakim
langsung dan pembuat tidak langsung dalam jenis tindak pidana ini.
berikut ini:
HUKUM JENIS
PIDANA JENIS PENYERTAAN TINDAK
ISLAM PIDANA
Turut berbuat
langsung : Turut berbuat
Turut, tidak langsung :
serta Membujuk
Menyu Membantu
ruh
Sama dengan Tindak
Tidak sama
Ancaman pelaku Pidana
dengan pelaku
Hukuman (H}udu<d/ H}udu<d dan
(Pidana Ta’zi>r)
Qis}as}) Qis}as}
Sama dengan pelaku (Pidana Ta’zi>r) Tindak
Ancaman
Hakim mempunyai kewenangan untuk Pidana
Hukuman
memutuskan berat ringannya. Ta’zi>r
Di dalam tabel tersebut diterangkan bahwa pada jenis tindak pidana h}udu<d dan qis}as}, bagi turut berbuat langs
pelaku.
2
dan yang dikuasai oleh rasa saling menghormati dan mencintai antara
pembuat tidak lain merupakan salah satu cara menyatakan reaksi dan
harus dialami oleh pembuat, sebagai alat penyuci dirinya, dan dengan
dengan jelas dari kata-kata para fuqaha dan dari jiwa aturan-aturan
A. Pengertian
pengertian yang meliputi semua bentuk turut serta atau terlibatnya orang atau
demikian juga bisa tidak sama apa yang ada dalam sikap batin mereka
terhadap tindak pidana maupun terhadap peserta yang lain. Tetapi dari
eratnya, dimana perbuatan yang satu menunjang perbuatan yang lainnya yang
keterlibatan lebih dari satu orang dalam tindak pidana h}udu>d, jinayat,
64
2
dengan hukum Islam. Pada dasarnya adalah sama, yaitu sama-sama terlibat
golongan yang disebut dengan mededader (para peserta atau para pembuat), dan pasal 56 KUH
Berdasarkan pasal-pasal tersebut, penyertaaan dibedakan dalam dua
kelompok, yaitu:
a. Pelaku (pleger)
b. Penyuruh (doenpleger)
Membujuk (uitlokker)
fuqaha membedakan penyertaan tindak pidana dalam dua bagian, yaitu: turut
sya>rik mutasabbib.3
3 Ibid, hlm. 154.
3
mengenal dua macam turut berbuat jarimah langsung, yaitu al-tawafuq dan al-
tama>lu’.
karena adanya pengaruh psikologis dan pemikiran yang datang secara tiba-
Dalam kasus seperti ini, para pelaku kejahatan hanya bertanggungjawab atas
perbuatan masing-masing.
Pidana (KUHP) maupun Hukum Islam, akan tetapi terdapat perbedaan yang
menonjol yaitu pada pembagiannya. Pada hukum Islam hanya terdapat dua
pembagian penyertaan, yaitu turut serta berbuat langsung, dan turut serta
hukuman lebih ringan dari pelaku. Padahal dalam hukum positif (KUHP)
C. Ancaman Pidana
ada konsekuensi yang timbul dari perbuatan tersebut. Ada sanksi yang harus
pidana.
ini adalah hukuman mati atau hukuman penjara seumur hidup, maka
lamanya 15 tahun.
jenis tindak pidana h}udu<d dan qisas, bagi turut berbuat langsung dikenai
berbuat tidak langsung, dikenai ancaman hukuman tidak sama dengan pelaku
pelaku.
hukuman sama dengan pelaku tindak pidana. Sedangkan turut berbuat tidak
ancaman hukumannya lebih ringan dari pelaku yaitu dikurangi sepertiga dari
dan uitlokker hukumannya sama dengan pelaku. Pada ancaman pidana ini
1. Hukum manusia adalah kreasi dari manusia, sementara syariah berasal dari
masing. Karena hasil usaha manusia, ia tidak sempurna, lemah dan tidak
proses yang biasa disebut evolusi. Dengan kata lain hukum ini tidak
2. Dalam man made law yang aturan-aturannya sementara dan tidak abadi itu,
dari aturan-aturan yang termuat dalam Syariat Islam adalah fleksibel dan
kebiasaan, tradisi dan latar belakang sejarahnya. Dengan kata lain, hukum
Indonesia, pasal 45 apabila seseorang anak dibawah umur kurang dari eman
menetapkan salah satu dari dua hal, yaitu mengembalikan kepada orang tua
diancam dengan hukuman mati atau hukuman penjara seumur hidup, maka
PENUTUP
A. Kesimpulan
(KUHP) dan hukum Islam terdapat perbedaan dan persamaan antara lain:
positif dengan hukum Islam. Pada dasarnya adalah sama, yaitu sama-sama
hukum Islam, akan tetapi terdapat perbedaan yang menonjol yaitu pada
penyertaan, yaitu turut serta berbuat langsung, dan turut serta berbuat tidak
ancaman hukuman lebih ringan dari pelaku. Padahal dalam hukum positif
dengan pelaku. Ancaman pidana ini tidak terdapat persamaan antara Kitab
B. Saran-saran
73
2
suatu perbuatan,
tindak pidana saat ini sedang trend dalam masyarakat, sehingga mahasiswa
(tunggal).
Penulis,
Nurmalya Melati
NIM. 072322014
DAFTAR PUSTAKA
Al Faruk, Asadulloh. Hukum Pidana Dalam Sistem Hukum Islam. Bogor: Ghalia
Indonesia. 2009.
Ali, Mahrus. Dasar-dasar Hukum Pidana. Jakarta: Sinar Grafika. 2011.
Ali, Zainuddin. Hukum Pidana Islam. Jakarta: Sinar Grafika. 2007.
Asikin, Zainal,. Amiruddin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta : PT RajaGrafindo
Persada, 2006.
Audah, Abdul Qadir, At-Tasyri>’ al-Jina>’i al-Isla>mi, Beirut: Dar al-Fikr, 1963.
Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian, Cet VII. Jakarta: Rineka Cipta. 2005.
Choerudin, Ok. Sosiologi Hukum. Cet I. Jakarta: Sinar Grafika. 1991.
Az-Zuhali, Wahbah. Fiqih Islam Wa Adillatuhu. Jakarta: Gema Insani. 2011.
Bahiej, Ahmad. Hukum Pidana. Yogyakarta: Bidang Akademik UIN Sunan Kalijaga.
2008
Chazawi, Adami. Pelajaran Hukum Pidana. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
2002.
Djamil, Fathurahman. Filsafat Hukum Islam. Jakarta: Wacana Ilmu. 1997.
Djazuli, A. Fiqh Jinayah. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 1997.
Hanafi, Ahmad. Asas-asas Hukum Pidana Islam. Jakarta: Bulan Bintang. 1990.
Keraf, Gorys. Komposisi. Jakarta: Nusa Indah. 1994.
Moeljatno. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2003.
. Asas-asas Hukum Pidana, Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
Muhadjir, Noeng. Metodologi Penelitian Kuantitatif- Kualitatif. Yogyakarta:
Rake Sarasin. 1996.
Prodjodikoro, Wirjono. Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia. Bandung: PT Refika
Aditama. 2003.
Simorangkir, S.C.T, dkk, Kamus Hukum, Cet VIII, Jakarta: Sinar Grafika, 2004.
Suryabrata, Sumadi. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Press. 1992.
Susanto, Topo. Menggagas Hukum Pidana Islam. Bandung: Asy Syaamil & Grafika.
2001.
. Membumikan Hukum Pidana Islam. Jakarta: Gema Insani. 2003.
Sabiq, Sayyid. Fiqih Sunnah. Jakarta: Pena Ilmu dan Amal. 2008.