Makalah Hudud
Makalah Hudud
RIDDAH
H
(D
DALAM PANDANG
P GAN YŪS
SUF AL-QARD{A<WII>><
DAN ‘A
ABDULLA<
A<HI AH{MED AN-NA’I<M)
SKRIPSI
DIAJUKKAN KEPA
ADA FAKULLTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLA
AM NEGERRI SUNAN KALIJAG
GA YOGYAKKARTA
UNTUK
U MEEMENUHI SEBAGIANN SYARAT
T-SYARAT
MEMPERO OLEH GEL
LAR SARJAANA STRA
ATA SATU
DALAMM HUKUM ISLAM
I
OLEH:
ABDUL
LLAH KHA ARAFI
01360715
EMBIMBING
PE
“Bijak lah”
v
PERSEMBAHAN
Teman-teman yang selalu setia berbagi ilmu pengetahuan dan kasih sayang :
Tempat berteduhku :
vi
ABSTRAK
Riddah atau keluar dari agama Islam ke agama lain, sebagai salah satu
tindak pidana, secara konseptual masih banyak menimbulkan kontroversi, hal ini
berkaitan dengan sanksi bagi pelakunya yaitu hukuman mati. Kenyataan ini jelas
menimbulkan keresahan jika dikaitkan dengan hak asasi manusia dan keberadaan
Islam yang pada dasarnya amat menghormati agama lain dan juga tidak ada
pemaksaan untuk memeluk suatu agama tertentu termasuk Islam. Sehingga
dengan dimasukkanya riddah sebagai salah satu materi hukum pidana Islam dan
sanksi pidana mati bagi pelakunya, dianggap oleh sebagian kalangan bertentangan
dengan hak asasi manusia dan prinsip dasar agama Islam.
Mengkaji ulang masalah riddah adalah hal yang sangat mendesak untuk
dilakukan. Sehingga dapat melahirkan suatu konsep hukum Islam yang dinamis
tanpa harus mengorbankan syari>'ah. Sebab adanya tuntutan realitas sosio-politik
yang menghendaki pelaksanaan syari>'ah secara ka>ffah pada satu sisi dan
menjunjung hak kebebasan beragama dalam konsep Hak Asasi Manusia (HAM)
pada sisi lainnya. Hal ini juga yang menjadi perhatian sosok ulama besar seperti
Yu>suf al-Qarad}a>wī dan Abdulla>hi Ah}med an-Na’i>m. Pemikiran dua cendikiawan
ini (al-Qarad}aw
> ī dan an-Na’īm), sepintas lalu terlihat sangat berseberangan.
Namun hal inilah yang menarik bagi penulis untuk menelitinya lebih jauh.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat persamaan dan perbedaan
pendapat al-Qarad}a>wī dan an-Na’īm mengenai konsep riddah yaitu riddah dalam
pandangan al-Qarad}a>wī dianggap sebagai suatu tindak pidana, sehingga bagi
pelaku harus diberi hukuman yaitu hukuman mati dan hukuman terhapusnya
kepemilikan terhadap hartanya. Pandangan al-Qarad}aw > ī tidak menekankan
adanya hak asasi manusia dalam pemberlakuan syari>'ah berkenaan dengan riddah.
Pandangan al-Qarad}a>wī mengenai maqas}id> al-syari>'ah termasuk dalam kaitannya
dengan riddah merupakan perlindungan berkaitan dengan posisi manusia secara
individual bukan manusia makhluk sosial yang plural. Sementara riddah menurut
an-Na’īm, adalah tidak cukup memadai alasan-alasan untuk mendukung sebagai
materi hukum pidana Islam karena hanya bersandar pada hadis|. Riddah
dilegitimasi dari ayat-ayat periode tahun-tahun pertama periode Madinah adalah
gambaran Islam yang terkesan tidak toleran. Pandangan an-Na’īm amat
dipengaruhi oleh kondisi sosial masyarakat Sudan, sehingga pemberlakuan
jari>mah hudu>d terhadap pelaku riddah sangat kental nuansa politis daripada
teologis. Pandangan mengenai hifz}u ad-di>n tidak hanya di maknai hak untuk
beragama dan berkeyakinan serta mengamalkan ajaran agamanya, tetapi juga
menyangkut memelihara dan melindungi hak orang lain untuk beragama.
Relevansi pandangan kedua tokoh tersebut dalam konteks keindonesiaan
adalah perlunya penelaahan kembali konsep riddah yang ada. Jika riddah menjadi
salah satu materi pembahasan hukum pidana Islam, keadaan ini jelas paradoks
dengan wacana kebebasan beragama yang berkembang di tengah masyarakat
muslim dewasa ini khususnya Indonesia yang dikenal sebagai masyarakat
multikultural.
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam. S{alawat dan salam
semoga senantiasa tercurah pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, para
sahabat, keluarga dan seluruh pengikutnya.
Setelah melalui proses yang panjang, akhirnya Skripsi yang berjudul
“Riddah dalam Pandangan Yūsuf Al-Qarada>wī dan 'Abdullāhi Ahmed An-Na'īm”
dapat terselesaikan. Penyusunan skripsi ini adalah dalam rangka menyelesaikan
purna tugas yang merupakan salah satu syarat pada jurusan Perbandingan Maz\hab
dan Hukum Islam Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga guna memperoleh gelar
Sarjana Strata Satu dalam Ilmu Hukum Islam.
Dengan terselesaikannya skripsi ini, penyusun mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah banyak membantu,
karena tanpa bantuan dan kerja sama, mustahil skripsi ini akan dapat
terselesaikan. Beliau adalah:
1. Bapak Drs. Yudian Wahyudi, M.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Syari’ah
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
2. Bapak Agus Muh. Najib, S.Ag, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Perbandingan
Mazhab dan Hukum Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
3. Bapak Dr. Susiknan Azhari, selaku Penasehat Akademik sekaligus selaku
Pembimbing I yang senantiasa memberikan masukan, saran, motivasi dan
nasehat selama penyusun menempuh studi dan menyusun skripsi ini.
viii
4. Bapak Drs. Ocktoberrinsyah, selaku Pembimbing II yang telah meluangkan
waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan dalam menyusun skripsi
ini.
5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan dalam skripsi ini, yang turut
membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.
Penyusun
Abdullah Kharafi
01360715
ix
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN
dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 158 Tahun
1987 dan No. 0543b/U/1987. secara garis besar uraiannya adalah sebagai berikut:
A. Konsonan Tunggal
ب Ba’ B Be
ت Ta’ T Te
ج Jim J Je
د Dal D De
ر Ra’ R Er
س Sin S Es
x
ض D{ad D{ De (titik di bawah)
غ Gain G Ge
ف Fa’ F Ef
ق Qaf Q Qi
ك Kaf K Ka
ل Lam L El
م Mim M Em
ن Nun N En
و Wau W We
هـ Ha’ H Ha
ي Ya Y Ye
B. Konsonan Rangkap
ﻦ
ّ ﺑﻬditulis bihinna.
C. Vokal Pendek
Fathah ( _َ_ ) ditulis a, Kasrah ( _ِ_ ) ditulis i, dan Dammah ( _ُ_ ) ditulis u.
xi
رﻓِﻖditulis rafiqa.
ﺹﻠُﺢditulis s}aluha.
D. Vokal Panjang
Bunyi a panjang ditulis a>, bunyi i panjang ditulis i> dan bunyi u panjang ditulis
ﻣﻴﺜﺎقditulis mi>s}aq
أﺹﻮلditulis us}u>l
E. Vokal Rangkap
اﻟﺰﺣﻴﻠﻲditulis az-Zuh}aili>
ﻃﻮقditulis t}auq.
Kalau pada kata yang terakhir dengan ta’ marbutah diikuti oleh kata
yang menggunakan kata sandang “al” serta bacaan kedua kata itu terpisah,
xii
G. Hamzah
1. Bila terletak di awal kata, maka ditulis berdasarkan bunyi vokal yang
mengiringinya.
ن
ّإ ditulis inna
3. Bila terletak di tengah kata dan berada setelah vokal hidup, maka ditulis
رﺑﺎﺋﺐditulis rabâ’îb
4. Bila terletak di tengah kata dan dimatikan, maka ditulis dengan lambang
apostrof ( ’ ).
ﺕﺄﺧﺬونditulis ta’khużûna.
اﻟﺒﻘﺮةditulis al-Baqarah.
yang bersangkutan.
اﻟﻨﺴﺎءditulis an-Nisa’.
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
xiv
BAB II YU<SUF AL-QARAD}A<WI< DAN PEMIKIRANNYA
TENTANG RIDDAH
TENTANG RIDDAH
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 66
B. Saran-saran .............................................................................. 68
LAMPIRAN
xv
BAB I
PENDAHULUAN
Islam. Isu-isu global seperti HAM, demokrasi, poligami, dan berbagai aspek
Riddah dalam bingkai konsep merupakan salah satu isu aktual yang
hukum Islam yang dinamis tanpa harus mengorbankan syari>'ah. Hal tersebut
dipandang serius dan sangat mendesak untuk dijawab, sebab adanya tuntutan
pada satu sisi dan menjunjung hak kebebasan beragama dalam konsep Hak
persoalan hak asasi manusia. Namun di balik itu, dalam Islam ada beberapa
syari’at), yang di antara poin pentingnya adalah hifz ad-di>n, yaitu menjaga
agama. Riddah sangat erat kaitannya dengan menjaga agama. Hal ini mau
nama agama dan juga sebaliknya, banyak terjadi pelanggaran syari>'ah atas
1
2
dimana pada satu sisi, Islam berdasarkan al-Qur’a>n dan as-Sunnah, sedangkan
Universal hak asasi manusia1. Sehingga, perlu dilakukan suatu usaha guna
dalam Islam, dimana hal tersebut terkait dan berimplikasi terhadap hukum
seorang aktivis HAM asal Sudan yang bernama Abdulla>hi Ahmed An-Na'īm
dengan pemikir dan ulama Islam dalam berbagai mazhab mengenai konsep
hukum Islam (Us}u>l al-Fiqh) yang ada sudah tidak lagi memadai atau tidak
1
Deklarasi Universal PBB tentang HAM, pasal 18. (Article 18) “everyone has the right to
freedom of thought, conscience and religion; this right includes freedom to change his religion or
belief, and freedom eitheralone or in community with others and in public or private, to manifestb
his religion or belief in teaching, practice, worship and observance.” Dikutip dari Adang Djumhur
Salikin, Reformasi Syari>'ah dan HAM dalam Islam: Bacaan Kritis terhadap Pemikiran an-Na'īm
(Yogyakarta: Gama Media, 2004), hlm. 302-303.
2
Mahmoud Muhammed Taha adalah pendiri dan tokoh sentral Partai Persaudaraan
Republik (The Republican Brotherhood). Pemikiran-pemikirannya sangat dominan dalam
mewarnai pemikiran-pemikiran an-Na'īm. Ia dihukum mati lantaran pemikiran-pemikiranya yang
kontroversi sehingga rezim yang berkuasa (Presiden Numeiri) pada 18 Januari 1985 menjatuhinya
hukuman mati (dengan alasan murtad). Lihat Salikin, Reformasi Syari>'ah, hlm. 21
3
Dia beranggapan bahwa syari>'ah yang ada merupakan produk syariah historis yang di
bangun oleh para fuqaha pada kisaran pertengahan abad VII hingga akhir abad IX M atau abad II
dan III H. Hal ini bisa dilihat dalam bukunya Dekonstruksi Syari>'ah (Yogyakarta: LKiS, 2001)
dimana dia banyak berbicara tentang perlunya reformasi terhadap Syariah historis.
3
konsep riddah yang ada perlu dilakukan perubahan, kendati didalam al-
mengenai sanksi riddah itu hanya terdapat dalam h}adi>s ah}ad Lebih jelas ia
menyatakan:
Dalam pada itu, seorang mufti kontemporer dari golongan salaf yakni
nas yang berkaitan dengan masalah riddah memang tergolong sedikit dan
dalam memutuskan sanksi riddah diambil tidak dari nas al-Qur`an melainkan
dari hadis ah}ad5 dimana sebagian ulama tidak membolehkan berhujjah dengan
4
Abdulla>hi Ahmed an-Na'īm, Dekonstruksi Syari>'ah (Yogyakarta: LKiS, 2001), hlm.
207.
5
H}adi>s ah}ad menurut istilah yang banyak didefinisikan oleh para ulama ialah : khabar
yang jumlah perawinya tidak sebanyak jumlah perawi h}adi>s mutawatir, baik perawinya itu satu,
dua, tiga, empat, lima dan seterusnya yang memberi pengertian bahwa jumlah perawi tersebut
4
h}adi>s ah}ad, apalagi dalam masalah hudu>d. Dalam hal ini dia mengemukakan
tidak mencapai jumlah perawi h}adi>s mutawattir. Lihat, H Mudasir, Ilmu Hadis, (Bandung: CV
Pustaka Setia) hlm. 124-125.
6
> i , Jari>matul Riddah wa ‘Uqu>batul Murtaddi fi> Dhau’il Qur’a>ni Was-
Yu>suf al-Qarad}aw
Sunnati, cet I (Kairo : Maktabah Wahbah, 1416 H/1996M), Hukum Murtad (Tinjauan al-Qur’a>n
dan as-Sunnah) penj. Irafan Salim dan Hayyie al-Kattanie cet. I (Jakarta, Gema Insani Press,
1418H/1998M), hlm. 68-69
5
B. Rumusan Masalah
konteks keindonesiaan
bagi penulis sendiri dan bagi siapa saja yang nantinya membaca skripsi ini.
Juga diharapkan dengan adanya penelitian ini akan mempermudah bagi siapa
D. Telaah Pustaka
pendapat kedua tokoh tersebut di atas tentang riddah, hal tersebut dilakukan
demi mencegah terjadinya penulisan ulang tentang sebuah kajian yang sama
dengan tokoh yang sama pula dan juga untuk menjegah adanya duplikasi
terhadap penulisan skripsi ini. Setelah melakukan kajian pustaka terhadap hal
ditulis oleh Saudara Ibi Satibi dari fakultas syari>'ah UIN Sunan Kalijaga,
dengan judul Riddah dalam Islam (studi Pemikiran an-Na'īm dan Komaruddin
antara dua orang tokoh yang kontroversial. Selain itu, pendekatan yang
digunakan hanya sejauh analisis sosio historis dari pemikiran kedua tokoh,
skripsi ini juga banyak meninjau dari segi sosio historis yang pada akhir
7
Ibi Satibi, “Riddah dalam Islam ; Studi Pemikiran Abdulla>hi Ahmed An-Na'īm dan
Komaruddin Hidayat” skripsi, Fakultas Syari>'ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (1997).
8
Siti Umamah, “Reaktualisasi Jarimah Riddah dalam Perspektif Fuqoha” skripsi,
(Fakultas Syari>'ah, IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,1998).
7
belum terlalu mengena. Lainnya adalah sebuah skripsi yang berkaitan dengan
masalah riddah yang ditulis oleh Agus Mubarok yang berjudul “Pemikiran
tersebut mengenai hukuman riddah, akan tetapi walau sederhana banyak yang
Selain skripsi ada sebuah tesis yang ditulis oleh Ocktoberrinsyah yang
banyak berbicara tentang riddah pada sudut sosio historis dari masa nabi
sahabat dan seterusnya. Dari berbagai penulis tentang riddah masih ada
sebagian tulisan yang berkaitan tentang riddah diantaranya skripsi yang ditulis
oleh Nanang Kosim yang berjudul “HAM dalam perspekif Islam, studi
deklarasi universal Hak Asasi Manusia.”11 Dan skripsi Siti Masrukah yang
9
Agus Mubarok “Pemikiran Mahmud Syaltut tentang ancaman hukum riddah dalam
hukum Islam” Skripsi, (Fakultas Syari>'ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 1996).
10
Ocktoberrinsyah, “Riddah dan Kebebasan Beragama” Tesis (Program Pasca Sarjana
IAIN Sunan Kalijaga 1997)
11
Nanang Kosim, “HAM dalam perspekif Islam, studi perbandingan pemikiran antara al-
Maududi dan an-Na'īm dalam merespon deklarasi universal Hak Asasi Manusia.” Skripsi,
(Fakultas Syari>'ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 1995).
8
Madinah”12 dimana kedua skripsi tersebut sangat berkaitan erat dengan konsep
riddah yang akan penulis lakukan, yakni dari segi konsep HAM.
HAM. Lebih dari itu, kajian ini akan memberi perhatian pada implikasi dan
HAM. Dan dari hasil penelitian pustaka tersebut, maka melahirkan sebuah
riddah, sehingga skripsi yang penulis buat ini bukan hasil dari repetisi ataupun
plagiasi.
E. Kerangka Teoretik
tidak dapat lepas dari pemahaman riddah dalam konteks hukum pidana Islam.
Adapun aspek-aspek riddah sebagai salah satu materi hukum pidana Islam
12
Siti Masrukah, “Kebebasan Beragama, analisis perbandingan UUD 1945 dan piagam
Madinah” Skripsi, (Fakultas Syari>'ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 1998).
9
1. Pengertian riddah
atau murtad adalah keluar dari agama Islam menjadi kafir, baik dengan
bisa dikategorikan kufur atau kafir. Atau dalam definisi Wahbah az-
Zuh}aili, adalah kembali dari agama Islam kepada kekafiran, baik dengan
13
Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir, cet. 25 (Surabaya : Penerbit Pustaka
Progressif), hlm. 486.
14
Wahbah Zuahaili, Al-Fiqh al-Isla>mi wa Adillatuhu, (Damaskus, Dar al-Fikr, 1989), VI:
183
15
Ibid., hlm. 183.
16
Abd al-Qa>dir ‘Audah, al-Tasyri>’ al-Jina>i> al-Isla>m Muqa>ranah bi al-Qa>nu>n al-Wad’i>
(Beirut: Muasasah ar-Risalah, 1994), hlm. 706.
17
Ibid., hlm. 184-186.
10
a) Orang yang berakal, sehingga tidak sah murtadnya seorang yang gila
b) Telah baligh atau dewasa, sehingga tidak sah murtadnya anak yang
dipaksa. Dalam hal ini adasatu riwayat bahwa sahabat yang bernama
ﻦ ﺑﺎﻹﻳﻤﺎن وﻝﻜﻦ
ّ ﻣﻦ آﻔﺮ ﺑﺎﷲ ﻣﻦ ﺑﻌﺪ إﻳﻤﺎﻧﻪ إﻻ ﻣﻦ أآﺮﻩ وﻗﻠﺒﻪ ﻣﻄﻤﺌ
18
ﻣﻦ ﺷﺮح ﺑﺎﻝﻜﻔﺮ ﺻﺪرا ﻓﻌﻠﻴﻬﻢ ﻏﻀﺐ ّﻣﻦ اﷲ وﻝﻬﻢ ﻋﺬاب ﻋﻈﻴﻢ
lainnya.
18
An-Nahl (16): 106
19
Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, VII: 454.
11
d) Mendustakan Rasulullah
4. Sanksi riddah
pelaku murtad adalah sanksi utama yaitu dihukum mati dan sanksi
a) Sanksi Utama
sanksi utama yaitu hukuman mati. Pendapat ini didasarkan pada h}adi>s
- h}adi>s berikut:
20
(ﻣﻦ ﺑﺪل دﻳﻨﻪ ﻓﺎﻗﺘﻠﻮﻩ )رواﻩ اﻝﺒﺨﺎرى
20
Hadis} dari Ibnu Abbas R.A, Al-Hafidh Ibnu Hajar Al-‘Asqolani, Bulu>gu al-Mara>m, tt.
Tp, penj. H. Makhrus Ali (Mutiara Ilmu, Surabaya, 1995), hlm.
12
b) Sanksi Tambahan
F. Metode Penelitian
suatu metode yang jelas, begitu juga dengan penelitian ini. Berikut beberapa
1. Jenis Penelitian
22
Wahbah Wahbah Zuahaili, Al-Fiqh al-Isla>mi wa Adillatuhu, VI: 188.
13
tidak terbatas pada tulisan dua tokoh yang menjadi objek kajian dalam
tulisan orang lain yang mempunyai kaitan dengan apa yang sedang diteliti.
2. Sifat Penelitian
3. Pendekatan
Pendekatan ini juga berusaha untuk melihat sejauh mana relevansi dan
23
Untuk lebih jelas tentang penelitian yang bersifat deskriptif-komparatif-analitis lihat
Sudarto, Metode Penelitian Filsafat, cet. ke-3 (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), hlm. 47-59.
dan lihat juga Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999) hlm 6.
14
4. Sumber Data
berjudul Hukum murtad, tinjauan al-Qur’a>n dan as-Sunnah dan buku an-
serta tulisan lain (baik yang ditulis kedua tokoh atau bukan), yang
5. Analisis Data.
G. Sistematika Pembahasan
Skripsi ini terdiri dari lima Bab dengan penjelasan sebagai berikut:
24
Komparasi adalah langkah analisa dengan memperbandingkan objek-objek yang
sedang dikaji sehingga didapat kejelasan mengenai masing-masing objek dan teranglah baik
persamaan maupun perbedaannya. Sedang deduksi adalah langkah analisis yang berpijak dari hal-
hal umum menuju hal-hal khusus. lihat Anton Bakker dan Achmad Charris Zubair, Metodologi
Penelitian Filsafat (Yogyakarta: Kanisius, 1990), hlm. 44-45 dan 50-51. Lihat juga Sudarto,
Metode, hlm. 42-43.
15
Bab dua berisi kajian tentang biografi, latar belakang pemikiran Yūsuf
Bab empat merupakan analisis. Pada bab ini dianalisa sejauh mana
yang ada. Pada bab ini juga disertakan saran–saran dan rekomendasi.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan.
konsep riddah
tindak pidana, sehingga bagi pelaku harus diberi hukuman yaitu hukuman
yang plural.
pada h}adi>s
66
67
konteks keindonesiaan.
Qur’a>n, dan dalam ayat-ayat tersebut juga tidak ditegaskan secara pasti
hukuman bagi pelakunya. Namun dalam kesempatan yang lain Islam juga
yang mendorong perlu adanya penelitian lebih lanjut terhadap riddah. Karena
di satu sisi riddah menjadi salah satu materi pembahasan hukum pidana
Islam, keadaan ini jelas paradoks dengan wacana kebebasan beragama yang
B. Saran
Indonesia sudah semestinya para ulama mengikuti apa yang sudah menjadi
ketetapan dari ketentuan hukum, dan sudah menjadi ketetapan para ulama
a. Selama si murtad tidak mengajak orang lain untuk ikut keluar dari Islam
atau tidak mengejek, mencaci yang disertai dengan rasa dendam atau
benci terhadap Islam, maka hukuman yang pantas baginya ialah terserah
murtad.
hanya terhadap Allah SWT, akan tetapi juga terhadap semua umat Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Qattan, Manna Khalil, Maba>his fi> ulu>mil Qur’a>n, terj. Drs. Mudzakir AS. Studi Ilmu-
ilmu Al-Qur’an. Jakarta; PT. Pustaka AntarNusa, 2001.
B. Hadis
Al-‘Asqolani, Al-Hafidh Ibnu Hajar, Bulu>gu al-Mara>m, tt. tp, penj. H. Makhrus Ali
Mutiara Ilmu, Surabaya, 1995.
Qaradawī, Yūsuf, Bagaimana Memahami Hadis Nabi SAW, alih bahasa Muhammad
al-Baqir Bandung: Karisma, 1995.
Hakim, Rahmat, Hukum Pidana Islam (Fiqh Jinayah), Bandung : CV. Pustaka Setia,
2000.
Kamali, Hasyim, Prinsip dan Teori-Teori Hukum Islam (Us}u>l Fiqh) ,alih bahasa Nur
Haidi Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996.
Qarad}a>wi>, Yu>suf, Jari>matul Riddah wa ‘Uqu>batul Murtaddi fi> Dhau’il Qur’a>ni Was-
Sunnati, cet I (Kairo : Maktabah Wahbah, 1416 H/1996M), Hukum Murtad
(Tinjauan al-Qur’an dan as-Sunnah) penj. Irafan Salim dan Hayyie al-
Kattanie cet. I, Jakarta, Gema Insani Press, 1418H/1998M.
70
Zuhaili, Wahbah, Al-Fiqh Al-Isla>mi> wa Adillatuhu, Juz VI, Damaskus, Dar al-Fikr,
1989.
D. Lain-lain
Basyir, Ahmad Azhar, Hukum Adat Bagi Umat Islam, Yogyakarta: Perpustakaan
UII, 1990.
Farial, Miftah dan Agus Syihabuddin, Al-Qur’an Sumber Islam yang Pertama,
Bandung: PT Pustaka, 1989.
Kosim, Nanang, “HAM dalam perspekif Islam ; studi perbandingan pemikiran antara
al-Maududi dan an-Na'īm dalam merespon deklarasi universal Hak Asasi
Manusia” Skripsi, Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 1995.
Mahmasani, Subhi, Konsep dasar Hak Asasi Manusia, alih bahasa Hasannuddin
Bogor: Tinta Mas, 1993.
Mahmud, Ali Abdul Halim, Ikhwanul Muslimin : Konsep Gerakan Terpadu, alih
bahasa Syafril Halim, cet. 1, Gema Insani Press, 1997.
Malaikah, Mustahafa, Fi> Us}ulid Da’wati Muktabisa>ti min Kita>bid Duktu>r Yu>suf al
Qarad}a>wi>, (Mesir, Darut Taqwa, 1997), Penj; Samson Rahman, Manhaj
Dakwah Yusuf al-Qordhowi (Harmoni Antara Kelembutan dan Ketegasan),
Cet 1 Pustaka al-Kautsar, Jakarta, 2001.
Marly, Martin E, “Agama dan Amerika”, dalam Luther S Luetdke (ed), Mengenal
Masyarakat dan Budaya Amerikan Serikat, alih bahasa Hermoyo dan Musari
Muril, Jakarta: Yayaasan Obor Indonesia, 1994.
71
Mohideen, M. Mazzalim, “Islam Anti Kekerasan dan Hubungan Antar Iman”, dalam
Glenn D Paige dkk, IslamTanpa Kekerasan, Yogyakarta: LKiS, 1998.
Mukri, Barmawi, “HAM dan Kebebasan Beragama dalam Islam”, dalam Jurnal Al-
Syir’ah, Vol. 36. No.I Tahun 2002
Peter Bachr dkk (ed), Instrumen International Pokok Hak Asasi Manusia, alih bahasa
Burhan Tsani dan S Maimoen, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1997.
Qaradawī, Yūsuf, Al-a’iyyah al-’Ulya fil Islam lil Qur’an was-Sunnah (Dhawabith
wa Mahadzir fil Fahmi Wat-Tafsir), (Kairo: Maktabah Wahbah, tt) penj.
Bahharuddin Fannani, AlQur’an dan As-Sunnah Referensi Tertinggi Umat
Islam, Jakarta: Robbani Press, 1997.
Qaradawī, Yūsuf, Imam Ghozali : Antara Pro dan Kontra, alih bahasa Hasan
Abroni, cet. 1, Surabaya : Pustaka Progressif, 1997.
Salikin, Adang Djumhur, Reformasi Syari’ah dan HAM dalam Islam: Bacaan Kritis
terhadap Pemikiran an-Na'īm, Yogyakarta: Gama Media, 2004.
Sudarto, Metode Penelitian Filsafat, cet. ke-3, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997.
Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, Bandung: Citra
Umbara, 2006.