Anda di halaman 1dari 6

Hasil Rangkuman Dari BAB III

A. Pengaturan Mengenai Imigrasi dalam Kerangka Hukum Internasional & Hukum Nasional

di Indonesia dalam Pengawasan dan Penegakan Hukum Terhadap Orang Asing

Hukum Internasional memberikan hak dan wewenang kepada semua negara untuk menjalankan
yurisdiksi atas orang dan benda serta perbuatan yang terjadi di dalam wilayah negara tersebut.
Untuk mengatur berbagai macam warga negara asing yang keluar dan masuk ke wilayah
Indonesia, kebijakan pemerintah di bidang keimigrasian menganut prinsip selective policy yaitu
suatu kebijakan berdasarkan prinsip selektif. Pengaturan terhadap lalu lintas antar negara yang
menyangkut orang di suatu wilayah negara, adalah berkaitan dengan aspek keimigrasian yang
berlaku di setiap negara memiliki sifat universal maupun kekhususan masing-masing negara
sesuai dengan nilai dan kebutuhan kenegaraannya. semua aspek keimigrasian harus didasarkan
pada apa yang telah digariskan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 sebagai hukum dasar
untuk pengaturan implementasi tugas-tugas keimigrasian secara operasional. Jika dikaji dasar
pertimbangan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang keimigrasian, maka pengaturan dan
pelayanan di bidang keimigrasian merupakan hak dan kedaulatan negara Republik Indonesia
sebagai negara hukum.

B. Proses Pengawasan & Penegakan Hukum Bagi Warga Negara Asing yang

Menyalahgunakan Izin Tinggal Kunjungan Wisata Untuk Bekerja di Indonesia Khususnya

Di Wilayah Kota Palembang

Menurut peraturan perundang-undangan di Indonesia, setiap Warga Negara Asing yang


berkunjung ke Indonesia harus mendapatkan izin dari Pejabat Imigrasi Kota Palembang sesuai
dengan visa serta tujuan mereka datang ke Indonesia. Hal itu sesuai dengan ketentuan Pasal 8
ayat (2) Undang-Undang Nomor 6 tahun 2011 tentang Keimigrasian

Pengawasan Warga Negara Asing adalah seluruh rangkaian kegiatan yang ditujukan
untuk mengontrol masuk dan keluarnya wilayah Indonesia melalui Tempat Pemeriksaan Imigrasi
Kota Palembang serta keberadaan Warga Negara Asing di Indonesia telah atau tidak sesuai
maksud dan tujuan. Begitu juga dengan Badan Keimigrasian Palembang yang diberikan
wewenang untuk mengamati dan melakukan penegakan hukum apabila ada hal atau kegiatan
yang bertentangan dengan Pasal 50 Undang Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang keimigrasian
mengenai diberikannya Izin Kunjungan dan Izin tinggal menurut Pasal 48 ayat (3) UU No.6
tahun 2011 tentang Keimigrasian

Apabila terjadi Pelanggaran yang sudah ditetapkan oleh undang undang maka hal ini
akan berakibat bagaimana jalannya pengadilan,bisa di deportasi atau dijatuhi Pidana yang
berlaku.

Pengawasan keimigrasian tidak hanya pada saat mereka masuk dan keluar dari wilayah
Indonesia, tetapi juga selama mereka berada di wilayah Indonesia termasuk kegiatan-
kegiatannya. Pengawasan adalah suatu kegiatan yang menentukan apa yang sedang
diselenggarakan yakni mengevaluasi penyelenggaraan dan bilamana perlu mengambil tindakan
korektif sehingga penyelenggaraan itu berlangsung sesuai dengan rencana. Pengawasan pertama
dilakukan saat orang asing mengajukan permohonan pembuatan visa di Kedutaan Republik
Indonesia di luar negeri. Setelah dikabulkan permohonannya, pengawasan selanjutnya yaitu
memeriksa kelengkapan adminis-trasi seperti paspor dan visa di Tempat Pemeriksaan Imigrasi
(TPI) Kota Palembang yang ada di Bandar udara atau pelabuhan.

C. Faktor Yang Menjadi Penghambat Tidak Efektifnya Pengawasan Dan Penegakan Hukum

Terhadap Warga Negara Asing Yang Menyalahgunakan Izin Kunjungan Wisata Untuk

Menjadi Tenaga Kerja Asing Di Indonesia Khususnya Wilayah Kota Palembang

1. Sumber Daya Manusia

Jumlah petugas Imigrasi yang melakukan pengawasan serta monitoring terhadap keberadaan

Orang Asing dirasa kurang, dan kurangnya PPNS Imigrasi yang menguasai bahasa asing

selain bahasa Inggris, terbatasnya jumlah sarana penunjang operasional dan masyarakatnya

kurang kooperatif di mana laporan ataupun pengaduan dari masyarakat mengenai keberadaan

atau kegiatan Orang Asing yang ada disekitarnya masih sangat sedikit.

2. Fasilitas Penunjang
ketersediaan fasilitas penunjang operasional seperti kendaraan, masih minim Berdasarkan

pendapat oleh Muammar Reza, selaku Analis Keimigrasian Pertama Bidang Intelijen dan

Penindakan Keimigrasian

3. Waktu yang relatif lama dalam menyelesaikan berkas perkara

Setiap perkara keimigrasian biasanya membutuhkan waktu minimal 3 (tiga) bulan untuk

menyelesaikan perkara tersebut, tetapi penegakan hukum keimigrasian tidak berjalan

sebagaimana diharapkan tanpa ada Sumber Daya Manusia yang sesuai, sistem hukum yang

jelas dan sarana yang memadai, tanpa adanya aparat penegak hukum yang bermoral baik dan

berintegritas tinggi, maka tujuan dari pembentukan Undang-Undang Keimigrasian yang ada

tidak akan tercapai secara optimal.

D. Upaya Hukum Dalam Hal Penegakan Hukum Yang Ditempuh Warga Negara Asing

Terhadap Penjatuhan Sanksi Administratif Oleh Pejaba Imigrasi

Tindakan Yuridis (pro justisia)

Penegakan hukum khususnya hukum pidana apabila dilihat dari suatu proses kebijakan maka

penegakan hukum pada hakekatnya merupakan penegakan kebijakan melalui beberapa tahap,

yaitu: Indonesia lebih dari 60 (enam puluh) hari dari batas waktu Izin Tinggal dikenai Tindakan

Administratif Keimigrasian berupa deportasi dan penangkalan. Berdasarkan penjelasan di atas

sudah dijelaskan bahwa WNA yang tinggal di Indonesia tetapi melebihi batas waktu yang sudah

ditentukan akan dikenai sanksi administratif. Dalam pasal ini WNA adalah subyek hukum yang

menjadi pelaku penyalahgunaan izin tinggal. Jenis penyalahgunaan izin tinggal ini adalah

overstay atau berakhirnya masa berlaku izin tinggal dan masih berada di wilayah Indonesia lebih

dari 60 puluh hari. Sedangkan untuk overstay yang kurang dari 60 hari hanya dikenakan dikenai

biaya beban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.


Pasal 122 menjelaskan pula:

“Dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling

paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah):

a. setiap Orang Asing yang dengan sengaja menyalahgunakan atau melakukan


kegiatan yang tidak sesuai dengan maksud dan tujuan pemberian izin tinggal yang
diberikan kepadanya;
b. setiap orang yang menyuruh atau memberikan kesempatan kepada Orang Asing
menyalahgunakan atau melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan maksud
atau tujuan pemberian Izin Tinggal yang diberikan kepadanya.”

Dalam ketentuan umum Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 menyebutkan subyek-

subyek hukum dalam keimigrasian. Dengan demikian tidak hanya WNA pelaku dalam

Pasal 122, namun juga ada pelaku lainnya seperti Penjamin WNA tersebut atau pihak

perusahaan yang mempekerjakan WNA tersebut.

2.Tindakan Administratif Keimigrasian

Tindakan yang dilakukan oleh Pejabat keimigrasian terhadap orang asing yang berada di

wilayah Indonesia, apabila melakukan kegiatan yang berbahaya atau patut diduga akan

berbahaya bagi keamanan dan ketertiban umum atau tidak menghormati atau menaati

peraturan perundang-undangan yang berlaku, tindakan administrati yang dilakukan dapat

berupa:

a. Pembatasan, perubahan, atau pembatalan izin keberadaan;

b. Larangan untuk berada disuatu atau beberapa tempat tertentu diwilayah

Indonesia;

c. Keharusan untuk berada di suatu atau beberapa tempat tertentu di wilayah

Indonesia;
d. Pengusiran atau deportasi dari wilayah Indonesia atau penolakan masuk ke

wilayah Indonesia.

Keputusan deportasi dikeluarkan oleh pejabat imigrasi yang berwenang yaitu Kepala

Kantor Imigrasi, dan keputusan tersebut harus disampaikan kepada Warga Negara Asing

yang dikenakan tindakan keimigrasian selambat-lambarnya 7 (tujuh) hari sejak tanggal

penetapan. Selama Warga Negara Asing yang dikenakan tindakan keimigrasian tersebut

menunggu proses pendeportasian

3. Sanksi Tindak Pidana

upaya hukum projusticia sesuai dengan Undang-Undang Nomor 6 tahun 2011 tentang

Keimigrasian, dalam Pasal 122:

“Dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling

paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah):

1. setiap Orang Asing yang dengan sengaja menyalahgunakan atau melakukan

kegiatan yang tidak sesuai dengan maksud dan tujuan pemberian Izin Tinggal yang

diberikan kepadanya;

2. setiap orang yang menyuruh atau memberikan kesempatan kepada Orang Asing

menyalahgunakan atau melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan maksud atau tujuan

pemberian Izin Tinggal yang diberikan kepadanya.

Penyelesaian yang kurang efektif ini justru dapat menambah angka pelanggaran izin

tinggal yang masuk ke wilayah Indonesia, karena tidak ada penerapan pidana lebih lanjut

selain deportasi. Apabila penyelesaian masih tidak efektif maka akan berimbas negatif

terhadap Negara seperti meningkatnya pengangguran di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai