A. Pengaturan Mengenai Imigrasi dalam Kerangka Hukum Internasional & Hukum Nasional
Hukum Internasional memberikan hak dan wewenang kepada semua negara untuk menjalankan
yurisdiksi atas orang dan benda serta perbuatan yang terjadi di dalam wilayah negara tersebut.
Untuk mengatur berbagai macam warga negara asing yang keluar dan masuk ke wilayah
Indonesia, kebijakan pemerintah di bidang keimigrasian menganut prinsip selective policy yaitu
suatu kebijakan berdasarkan prinsip selektif. Pengaturan terhadap lalu lintas antar negara yang
menyangkut orang di suatu wilayah negara, adalah berkaitan dengan aspek keimigrasian yang
berlaku di setiap negara memiliki sifat universal maupun kekhususan masing-masing negara
sesuai dengan nilai dan kebutuhan kenegaraannya. semua aspek keimigrasian harus didasarkan
pada apa yang telah digariskan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 sebagai hukum dasar
untuk pengaturan implementasi tugas-tugas keimigrasian secara operasional. Jika dikaji dasar
pertimbangan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang keimigrasian, maka pengaturan dan
pelayanan di bidang keimigrasian merupakan hak dan kedaulatan negara Republik Indonesia
sebagai negara hukum.
B. Proses Pengawasan & Penegakan Hukum Bagi Warga Negara Asing yang
Pengawasan Warga Negara Asing adalah seluruh rangkaian kegiatan yang ditujukan
untuk mengontrol masuk dan keluarnya wilayah Indonesia melalui Tempat Pemeriksaan Imigrasi
Kota Palembang serta keberadaan Warga Negara Asing di Indonesia telah atau tidak sesuai
maksud dan tujuan. Begitu juga dengan Badan Keimigrasian Palembang yang diberikan
wewenang untuk mengamati dan melakukan penegakan hukum apabila ada hal atau kegiatan
yang bertentangan dengan Pasal 50 Undang Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang keimigrasian
mengenai diberikannya Izin Kunjungan dan Izin tinggal menurut Pasal 48 ayat (3) UU No.6
tahun 2011 tentang Keimigrasian
Apabila terjadi Pelanggaran yang sudah ditetapkan oleh undang undang maka hal ini
akan berakibat bagaimana jalannya pengadilan,bisa di deportasi atau dijatuhi Pidana yang
berlaku.
Pengawasan keimigrasian tidak hanya pada saat mereka masuk dan keluar dari wilayah
Indonesia, tetapi juga selama mereka berada di wilayah Indonesia termasuk kegiatan-
kegiatannya. Pengawasan adalah suatu kegiatan yang menentukan apa yang sedang
diselenggarakan yakni mengevaluasi penyelenggaraan dan bilamana perlu mengambil tindakan
korektif sehingga penyelenggaraan itu berlangsung sesuai dengan rencana. Pengawasan pertama
dilakukan saat orang asing mengajukan permohonan pembuatan visa di Kedutaan Republik
Indonesia di luar negeri. Setelah dikabulkan permohonannya, pengawasan selanjutnya yaitu
memeriksa kelengkapan adminis-trasi seperti paspor dan visa di Tempat Pemeriksaan Imigrasi
(TPI) Kota Palembang yang ada di Bandar udara atau pelabuhan.
C. Faktor Yang Menjadi Penghambat Tidak Efektifnya Pengawasan Dan Penegakan Hukum
Terhadap Warga Negara Asing Yang Menyalahgunakan Izin Kunjungan Wisata Untuk
Jumlah petugas Imigrasi yang melakukan pengawasan serta monitoring terhadap keberadaan
Orang Asing dirasa kurang, dan kurangnya PPNS Imigrasi yang menguasai bahasa asing
selain bahasa Inggris, terbatasnya jumlah sarana penunjang operasional dan masyarakatnya
kurang kooperatif di mana laporan ataupun pengaduan dari masyarakat mengenai keberadaan
atau kegiatan Orang Asing yang ada disekitarnya masih sangat sedikit.
2. Fasilitas Penunjang
ketersediaan fasilitas penunjang operasional seperti kendaraan, masih minim Berdasarkan
pendapat oleh Muammar Reza, selaku Analis Keimigrasian Pertama Bidang Intelijen dan
Penindakan Keimigrasian
Setiap perkara keimigrasian biasanya membutuhkan waktu minimal 3 (tiga) bulan untuk
sebagaimana diharapkan tanpa ada Sumber Daya Manusia yang sesuai, sistem hukum yang
jelas dan sarana yang memadai, tanpa adanya aparat penegak hukum yang bermoral baik dan
berintegritas tinggi, maka tujuan dari pembentukan Undang-Undang Keimigrasian yang ada
D. Upaya Hukum Dalam Hal Penegakan Hukum Yang Ditempuh Warga Negara Asing
Penegakan hukum khususnya hukum pidana apabila dilihat dari suatu proses kebijakan maka
penegakan hukum pada hakekatnya merupakan penegakan kebijakan melalui beberapa tahap,
yaitu: Indonesia lebih dari 60 (enam puluh) hari dari batas waktu Izin Tinggal dikenai Tindakan
sudah dijelaskan bahwa WNA yang tinggal di Indonesia tetapi melebihi batas waktu yang sudah
ditentukan akan dikenai sanksi administratif. Dalam pasal ini WNA adalah subyek hukum yang
menjadi pelaku penyalahgunaan izin tinggal. Jenis penyalahgunaan izin tinggal ini adalah
overstay atau berakhirnya masa berlaku izin tinggal dan masih berada di wilayah Indonesia lebih
dari 60 puluh hari. Sedangkan untuk overstay yang kurang dari 60 hari hanya dikenakan dikenai
“Dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling
subyek hukum dalam keimigrasian. Dengan demikian tidak hanya WNA pelaku dalam
Pasal 122, namun juga ada pelaku lainnya seperti Penjamin WNA tersebut atau pihak
Tindakan yang dilakukan oleh Pejabat keimigrasian terhadap orang asing yang berada di
wilayah Indonesia, apabila melakukan kegiatan yang berbahaya atau patut diduga akan
berbahaya bagi keamanan dan ketertiban umum atau tidak menghormati atau menaati
berupa:
Indonesia;
Indonesia;
d. Pengusiran atau deportasi dari wilayah Indonesia atau penolakan masuk ke
wilayah Indonesia.
Keputusan deportasi dikeluarkan oleh pejabat imigrasi yang berwenang yaitu Kepala
Kantor Imigrasi, dan keputusan tersebut harus disampaikan kepada Warga Negara Asing
penetapan. Selama Warga Negara Asing yang dikenakan tindakan keimigrasian tersebut
upaya hukum projusticia sesuai dengan Undang-Undang Nomor 6 tahun 2011 tentang
“Dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling
kegiatan yang tidak sesuai dengan maksud dan tujuan pemberian Izin Tinggal yang
diberikan kepadanya;
2. setiap orang yang menyuruh atau memberikan kesempatan kepada Orang Asing
menyalahgunakan atau melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan maksud atau tujuan
Penyelesaian yang kurang efektif ini justru dapat menambah angka pelanggaran izin
tinggal yang masuk ke wilayah Indonesia, karena tidak ada penerapan pidana lebih lanjut
selain deportasi. Apabila penyelesaian masih tidak efektif maka akan berimbas negatif