Anda di halaman 1dari 1

Essai Kontribusi

Saya Bekti Nugraheni, saya adalah pribadi yang mudah bergaul, senang berinteraksi dengan
orang lain, dan tekun dalam mengerjakan tugas saya. Saya juga seorang pribadi yang terbuka, serta
memiliki kepedulian yang tinggi terhadap apa yang ada di sekitar saya. Terkadang apabila tugas saya
sudah selesai, saya menawarkan bantuan kepada rekan saya untuk membantu menyelesaikan
pekerjaannya.

Sejak duduk di bangku sekolah dan kuliah saya sudah menjadi guru les. Orang tua saya
mengajarkan nilai kemandirian dan bertanggung jawab dalam mengatur waktu. Saya memiliki cita-cita
sejak kecil, menjadi dosen adalah pilihan saya, karena saya juga diddukung dengan latar belakang
keluarga besar saya sebagai pendidik. Sejak sekolah pula, saya tertarik pada bidang kimia sehingga
ketika mendaftar kuliah saya memilih farmasi yang banyak kaitan ilmu kimia. Saat ini, saya adalah
seorang dosen di sebuah perguruan tinggi swasta yaitu Stifar Yayasan Pharmasi Semarang. Sebagai
seorang dosen, mata kuliah yang saya ampu terkait analisis kimia, yaitu analisis obat dan makanan serta
instrumentasi analisis.

Salah satu pengembangan dalam perguruan tinggi adalah sumber daya manusianya yaitu
memiliki dasar berkualitas saat ini. Kondisi instansi tempat saya bekerja untuk bidang kimia tidak banyak
lulusan apoteker dengan linieritas studi di farmasi, apalagi yang memiliki gelar doktor ilmu farmasi.
Dosen bergelar Doktor Ilmu Farmasi hanya ada satu, sedangkan dosen bergelar Doktor kebanyakan tidak
linier dengan gelar sebelumnya. Oleh karena itu, saya mengisi peluang berkaitan dengan hal tersebut.
Apalagi analisis obat dan makanan semakin berkembang dalam IPTEK. Maka, saya kira perlu untuk
update ilmu yang saya ajarkan di sekolah vokasi khususnya prodi D3 Analisis Farmasi dan Makanan.

Sebagai dosen pendidikan vokasi D3 Analisis Farmasi dan Makanan, saya mengenalkan kepada
masyarakat program studi ini, yang mana di Indonesia saat ini hanya 16 program studi. Bergabungnya
saya di asosiasi profesi Persatuan Ahli Farmasi Indonesia (PAFI) di Jawa sebagai pengurus daerah
membuat saya diajak pengurus pusat memikirkan Standar Kompetensi Analisis Farmasi dan Makanan.
Masukan dari stakeholder, alumni, dan tentu pemerintah mendorong saya untuk memikirkan kurikulum
berbasis perkembangan IPTEK. Apalagi salah satu profil lulusannya adalah pengawas dan pemastian
mutu farmasi. Maka dari itu, semakin berkembangnya metode analisis yang digunakan, harus dibarengi
dengan berkembangnya sumber daya manusia di perguruan tinggi, siapa lagi kalo bukan dimulai dari
Dosen.

Dosen yang mengupdate dan mengupgrade ilmu pengetahuan dan teknologi akan membantu
memahamkan mahasiswa dalam pembelajaran terupdate. Realistisnya, 16 program Studi Analisis
Farmasi dan Makanan tidak semuanya menerapkan IPTEK. Hal itu terkendala instansi yang tidak banyak
bekerja sama dengan Industri Obat dan Makanan. Alasan instrumentasi analisis yang mahal adalah
kendala umum dalam penyelenggaraan pendidikan. Oleh karena itu, kerjasama antara industri dan
pemerintah adalah satu solusi yang harus disegerakan agar perkembangan IPTEK terkait penjaminan
mutu obat dan makanan dapat diterapkan secara menyeluruh kepada mahasiswa dalam pembelajaran,
sebelum masuk ke dunia kerja. Instansi kerja saya, bisa dibilang salah satu yang cukup update dengan
perkembangan instrumen analisis sehingga kurikulum berbasis industri ini diterapkan. Oleh karenanya,
dengan studi lanjut saya di program studi Doktor Ilmu Farmasi nantinya dapat menerapkan ilmu dan
bermanfaat bagi mahasiswa saya.

Anda mungkin juga menyukai