Anda di halaman 1dari 3

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka Kematian Bayi merupakan salah satu variabel yang memiliki banyak
pengaruh terhadap kesehatan Angka kematian bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi
dalam usia 1 tahun pertama kehidupan per 1000 kelahiran hidup. Angka ini merupakan
salah satu indikator derajat kesehatan suatu bangsa. Menurut WHO (World Health
Organization) (2016) pada negara ASEAN (Association of South East Asia Nations)
seperti di Singapura 3 per 1000 kh, Malaysia 5,5 per 1000 kh, Thailand 17 per 1000 kh,
Vietnam 18 per 1000 kh, dan Indonesia 27 per 1000 kh. Angka kematian bayi di
Indonesia masih tinggi dari negara ASEAN lainnya, jika dibandingkan dengan target
Suistainable Development Goals (SDGs) yaitu 12 per 1000 kelahiran hidup pada tahun
2030 (Yasril et al., 2021).
Penyebab kematian neonatal terbanyak adalah kondisi berat badan lahir rendah
(BBLR) 35,2%, Asfiksia (27,4%), infeksi (3.4%), kelainan kongenital (11,4%), tetanus
neonatorium (0,3%), dan lainnya. Data badan kesehatan dunia (World Health
Organization), menyatakan bahwa prevalensi bayi dengan BBLR di dunia yaitu 15,5%
atau sekitar 20 juta bayi yang lahir setiap tahun, sekitar 96,5% diantaranya terjadi di
negara berkembang (WHO, 2018) (Novitasari et al., 2020). (Kementrian Kesehatan
bahwa peningkatan angka kejadian BBLR di Indonesia pada tahun 2018 yakni sebesar
6,2% dibanding tahun 2013 yakni sebesar 3,7% (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2018), sedangkan Kasus BBLR tahun 2018 di Kalimantan Selatan sebanyak
4,53%. Berdasarkan data dinas kesehatan dari 669 bayi lahir, sebanyak 223 (33.33%)
bayi mengalami BBLR (Hestiyana & Razy, 2019).
WHO mendefinisikan bahwa bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500
gram disebut sebagai berat badan lahir rendah (BBLR). Bayi berat lahir rendah adalah
kelahiran bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia
kehamilan atau yang disebabkan karena 2 bentuk yaitu karena umur kehamilan kurang
dari 37 minggu, berat badan lebih rendah dari semestinya sekalipun cukup umur atau
karena kombinasi keduanya (Eka Maya Saputri,2017).

Faktor Penyebab terjadinya BBLR adalah faktor ibu yaitu riwayat kelahiran
premature sebelumnya, perdarahan ante partum, malnutrisi, kelainan
uterus,hidramnion,penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi, umur ibu kurang
dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, jarak dua kehamilan yang terlalu dekat, infeksi
trauma, dan lain- lain, faktor janin cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramnion, ketuban
pecah dini, keadaan sosial ekonomi rendah, pekerjaan yang melelahkan, merokok dan
tidak diketahui (Ab et al., 2021).
BBLR merupakan salah satu faktor resiko yang mempunyai kontribusi terhadap
kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Selain itu bayi BBLR dapat mengalami
gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya sehingga
membutuhkan biaya perawatan yang tinggi. BBLR hingga saat ini masih merupakan
masalah di seluruh dunia karena merupakan penyebab kesakitan dan kematian pada
masa bayi baru lahir (Nisma et al., 2018).
Upaya pemerintah dalam menurunkan angka kejadian BBLR adalah dengan
meningkatkan pemeriksaan kehamilan (antenatal care) minimal 4 kali selama kehamilan,
dan melakukan orientasi Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
(P4K) (Depkes, 2015). Tujuan dari antenatal care adalah untuk mendeteksi dini
komplikasi kehamilan, untuk memberikan konseling terkait gizi pada ibu hamil, untuk
menyiapkan persalinan yang aman dan bersih, untuk merencanakan antisipasi dan
persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi penyulit/komplikasi, dan untuk dapat
melibatkan ibu/suami dalam menjaga kesehatan gizi ibu hamil (Pasundani, 2016).
Berdasarkan data di RSD Idaman Banjarbaru pada tanggal 06 Desember 2021
diperoleh dari register terdapat jumlah kelahiran sejak 01 Oktober 2021 sampai dengan
03 Desember 2021 jumlah bayi baru lahir sebanyak 80 bayi terdapat 25 (20%) kelahiran
bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah.
Berdasarkan dengan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk membahas
dalam laporan kasus dengan judul “Laporan Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir By. Ny.
S umur 3 hari dengan Berat Badan Lahir Rendah Di Ruang Cendrawasih RSD Idaman
Banjarbaru”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka dapat dirumuskan yaitu
“Bagaimana Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir pada By. Ny. S Umur 3 hari dengan
Berat Badan Lahir Rendah Di Ruang Cendrawasih RSD Idaman Banjarbaru?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan berat badan lahir
rendah di Rumah Sakit Daerah Banjarbaru
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian kepada klien dengan asuhan kebidanan pada bayi baru
lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah
b. Melakukan menetapkan Diagnosa pada bayi baru lahir dengan Berat Badan Lahir
Rendah
c. Melakukan perencanaan asuhan kebidanan untuk mengatasi masalah yang
terjadi sesuai dengan prioritas masalah pada klien dengan kasus Berat Badan
Lahir Rendah
d. Melaksanakan tindakan kebidanan sesuai dengan rencana tindakan
e. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan pada bayi dengan Berat Badan Lahir
Rendah

D. Manfaat
1. Secara Teori
Hasil penulisan dapat digunakan untuk mengidentifikasi kasus Berat Badan Lahir
Rendah pada bayi baru lahir.
2. Secara Praktik
a. Bagi penulis
Agar mampu mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang nyata
pada asuhan kebidanan pada kasus Berat Badan Lahir Rendah pada bayi baru
lahir.
b. Bagi Profesi
Agar dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan sebagai bahan
pertimbangan dalam pembelajaran asuhan kebidanan serta meningkatkan
keterampilan dalam memberikan dan melaksanakan asuhan kebidanan Berat
Badan Lahir Rendah pada bayi baru lahir.
c. Bagi Rumah Sakit
Agar dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam melaksanakan
asuhan kebidanan pada Berat Badan Lahir Rendah pada bayi baru lahir.
d. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber referensi, sumber bacaan dan bahan pengajaran terutama yang

berkaitan dengan mata kuliah neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah

Anda mungkin juga menyukai