Anda di halaman 1dari 3

Atonia Uteri:

Pengertian, Gejala, Risiko, Penanganan Terbit: 9 August 2018

Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter DokterSehat.Com –

Apakah Anda ibu hamil yang sedang cemas akan terjadinya atonia uteri? Kecemasan
Anda merupakan hal yang wajar karena atonia uteri adalah salah satu kasus yang cukup
mengerikan bagi ibu hamil yang akan segera melahirkan. Atonia uteri ini bisa menyebabkan
pendarahan post partum yang berakibat fatal bagi ibu. Namun, sebaiknya Anda memahami
lebih jauh tentang atonia uteri agar bisa dicegah saat nanti melahirkan. Oleh karena itu,
baca terus informasi bermanfaat di bawah ini untuk mengetahui pengertian, gejala, faktor
risiko, dan cara penanganan dari atonia uteri dan pendarahan post partum. Pengertian
atonia uteri Atonia uteri adalah kegagalan otot-otot rahim untuk mempertahankan kontraksi
setelah melahirkan bayi sehingga tidak dapat menekan pembuluh darah yang berada di
tempat menempelnya plasenta.

Pengertian pendarahan post partum Akibat dari kejadian atonia uteri adalah pendarahan
post partum. Perdarahan post partum adalah pendarahan yang menyebabkan kehilangan
darah lebih dari 500 mililiter setelah melahirkan plasenta. Jangan anggap remeh kejadian
pendarahan post partum karena hal ini berpotensi menyebabkan kematian ibu setelah
melahirkan.

Gejala atonia uteri dan pendarahan post partum Gejala utama atonia uteri adalah rileksnya
rahim dan tidak berkontraksi setelah melahirkan bayi. Kejadian atonia uteri ini diikuti dengan
kejadian pendarahan post partum yang juga memiliki beberapa gejala.

Gejala pendarahan post partum: pendarahan yang berlebihan setelah melahirkan bayi,
tekanan darah menurun, meningkatnya denyut jantung, menurunnya sel darah merah
merasakan rasa sakit khususnya pada area tubuh bagian punggung nyeri di area vagina
dan perineum   Faktor risiko atonia uteri dan pendarahan post partum Atonia uteri dan
pendarahan post partum memiliki faktor risiko yang hampir sama.

Faktor risiko dari atonia uteri merupakan faktor risiko dari pendarahan post partum juga.
Sedangkan ada beberapa faktor risiko dari pendarahan post partum yang bukan merupakan
faktor risiko atonia uteri. Berikut ini adalah faktor risiko atonia uteri dan juga merupakan
faktor risiko pendarahan post partum, di antaranya: preeklampsia plasenta previa
endometrium tipis retensio plastenta rest persalinan lama atau cepat jarak kehamilan yang
pendek gangguan gizi pada ibu hamil anemia selama masa kehamilan multiparitas (lebih
dari 5 kali kehamilan) kelainan uterus seperti leiomiomata, kelainan kongenital rahim terlalu
renggang akibat anak besar, hamil kembar, gemelli, hidramnion Berikut ini adalah faktor
risiko pendarahan post partum, di antaranya: infeksi kegemukan gangguan pembekuan
darah penggunaan alat bantuan vakum memiliki latar belakang etnis Asia atau Hispanik
robek pada area serviks atau vagina robek di area pembuluh darah uterus perdarahan di
jaringan yang tersembunyi obat-obatan untuk menginduksi persalinan obat-obatan untuk
menghentikan kontraksi (untuk persalinan prematur) plasenta akreta (plasenta melekat pada
bagian dalam rahim) plasenta increta (jaringan plasenta menyerang otot rahim) plasenta
percreta (jaringan plasenta masuk ke dalam otot uterus dan dapat menembus)

Penanganan atonia uteri dan pendarahan post partum Baik atonia uteri maupun pendarahan
post partum harus segera mendapatkan penanganan yang tepat. Apabila atonia uteri tidak
segera diatasi maka akan terjadi pendarahan post partum yang membahayakan
keselamatan nyawa ibu. Penanganan atonia uteri dan pendarahan post partum Atonia uteri
dan pendarahan post partum bisa diatasi dengan beberapa cara penanganan di bawah ini:

1. Pijatan rahim/ uterus Rahim akan mendapatkan pijatan yang melibatkan dokter
kandungan Anda. Metode pijatan adalah dengan menempatkan satu tangan di vagina dan
mendorong uterus sementara tangan yang lain menekan uterus melalui dinding perut.

2. Pemberian obat uterotonika Penanganan atonia uteri adalah dengan memberikan obat-
obatan jenis uterotonika. Oba-obatan jenis uterotonika seperti oksitosin, metilergonovin, dan
prostaglandin.

3. Pemasangan infus dan transfusi darah Pemasangan infus dan transfusi darah juga
menjadi penanganan untuk atonia uteri dan pendarahan post partum. Hal ini bertujuan untuk
tetap mengembalikan cairan tubuh dan volume darah yang hilang.

4. Embolisasi arteri uterina Embolisasi artier uterina adalah tindakan menyuntikkan partikel


kecil ke dalam arteri rahim yang bertujuan untuk memblokir aliran darah rahim.

5. Penggunaan balon Bakri atau kateter Foley Penanganan atonia uteri juga bisa dilakukan
dengan mengunakan kateter foley. Alat ini memiliki tujuan untuk menekan perdarahan di
dalam rahim. Tim tenaga medis Anda juga bisa membungkus rahim dengan spons dan
bahan steril jika balon Bakri atau kateter Foley tidak tersedia.

6. Laparotomi Laparotomi adalah operasi untuk membuka perut untuk menemukan


penyebab perdarahan. Setelah diketahui penyebab maka akan diketahui solusinya.  

7. Mengikat pembuluh darah Saat tindakan laparotomi dilakukan, dokter akan menangani
pendarahan dengan mengikat pembuluh darah yang berdarah. Ini dilakukan dengan
menggunakan jahitan kompresi uterus, gel khusus, lem, atau kumparan.

8. Histerektomi Histerektomi adalah operasi untuk mengangkat rahim. Histerektomi adalah


cara penanganan yang terakhir dilakukan apabila penanganan yang lain tidak mampu
menghentikan pendarahan post partum akibat atonia uteri.  

Sumber: Ben Zion Taber. 1994. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi
(Manual of Gynecologic and Obstetric Emergencies. Penerjemah, Teddy S dan Johanes G.
Jakarta: EGC. Ida Bagus Gde Manuaba. 2003. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan
Ginekologi. Jakarta: EGC

Baca lebih lanjut di DokterSehat: Atonia Uteri: Pengertian, Gejala, Risiko, Penanganan
| https://doktersehat.com/ibu-dan-anak/kehamilan/atonia-uteri/

Anda mungkin juga menyukai