NIM : 856231455
2. Bagaimana cara yang dapat dilakukan untuk mengajarkan demokrasi kepada peserta didik?
Jawaban:
Gandal dan Finn (1992) menegaskan bahwa "democracy does not teach itself If the
strengts, benefits, and responsibilities of democracy are not made clear to citizens, they will
be ill-equipped to defend on it". Dengan kata lain, demokrasi tidak bisa mengajarkannya
sendiri. Kalau kekuatan, kemanfaatan dan tanggung jawab demokrasi tidak dipahami dan
dihayati dengan baik oleh warga negara, sukar diharapkan mereka mau berjuang untuk
mempertahankannya. Thomas Jefferson sebagai penulis Deklarasi Kemerdekaan Amerika,
dalam Wahab (2001), menyatakan bahwa: "that the knowledge, skills, behaviors of
democratic citizenship do not just occur naturality in oneself-but rather they must be taught
consciously through schooling to teach new generation, ie they are learned behaviors",
maksudnya pengetahuan, skill, perilaku warga negara yang demokratis tidak akan terjadi
dengan sendirinya, tetapi harus diajarkan kepada generasi penerus Winataputra (2001) dalam
disertasinya memberikan penjelasan bawa Pendidikan demokrasi adalah upaya sistematis
yang dilaukan negara dan masyarakat untuk memfasilitasi individu warga negara agar
memahami menghayati, mengamalkan dan mengembangkan konsep, prinsip dan nilai
demokrasi sesuai dengan status perannya dalam masyarakat.
Hasil penelitian Gandal and Finn (1992) bahwa: bukan saja di negara-negara berkembang,
di negara-negara maju sekalipun, education for democracy sangat penting. Namun sering
dilupakan. "it is often taken for granted or ignored tapi sering dianggap enteng atau
dilupakan. Oleh karena itu, education for democracy, therefore, must be approached in a
conscious and serious maner, pendidikan demokrasi hares disikapi secara sadar dan sungguh-
sungguh. Gandal and Finn (1992) dalam Winataputra (2001) mengatakan: "seek only to
familiarize people with the precepts of democracy, but also to produce citizens who are
principled, independent, inquisitive, and analytic in their outlook" yakni pendidikan bukan
hanya sekadar memberikan pengetahuan dan praktik demokrasi, tetapi juga menghasilkan
warga negaranya yang berpendirian teguh, mandiri, memiliki sikap selalu ingin tahu, dan
berpandangan jauh ke depan. pendidikan demokrasi ini jangan hanya dilihat sebagai isolated
rubject yang diajarkan dalam waktu terjadwal yang cenderung diabaikan lagi, tetapi "it is link
to nearly everything else that students learn in school-whether it be history, civics, ethics, or
economics and too much that goes on outside of school. Jadi, jangan hanya dilihat sebagai
mata pelajaran yang terisolasi, tetapi harus dikaitkan dengan banyak hal yang dipelajari siswa,
mungkin dalam pelajaran Sejarah. Kewarganegaraan. Etika atau Ekonomi dan lebih banyak
terjadi di luar sekolah. Dengan kata lain". good democracy education is a part of good
education in general", pendidikan demokrasi yang baik adalah bagian dari pendidikan yang
baik secara umum.
Berkenaan dengan hal tersebut disarankan Gandal and Finn, (1992) perlu
dikembangkannya model "school baced democracy education". paling tidak dalam empat
bentuk alternatif (1) the root and brances of the democratic idea, perhatian yang cermat yaitu
landasan dan bentuk-bentuk demokrasi, (2) "how the ideas of democracy have been
translated into institutions and practices around the world and through the age" bagaimana
ide demokrasi telah diterjemahkan ke dalam bentuk-bentuk kelembagaan dan praktik di
berbagai belahan bumi dalam berbagai kurun waktu Dengan demikian siswa akan mengetahui
dan memahami kekuatan dan kelemahan demokrasi dalam berbagai konteks ruang dan
waktu, (3) adanya kurikulum yang memungkinkan siswa dapat mengeksplorasi sejarah
demokrasi di negaranya untuk dapat menjawab persoalan apakah kekuatan dan kelemahan
demokrasi yang diterapkan di negaranya dalam berbagai kurun waktu. (4) tersedianya
kesempatan baga siswa untuk memahami kondisi demokrasi yang diterapkan di negara-
negara di dunia sehingga para siswa memiliki wawasan luas tentang aneka ragam sistem sosial
demokrasi dalam berbagai konteks.
Sanusi (1998:3) dalam memahami demokrasi harus memaknai aspek-aspek demokrasi
secara menyeluruh diperlukan kecerdasan ruhaniyah, kecerdasan nagliyah, kecerdasan
aqliyak fotak logis-rasional), kecerdasan emosional (nafrivah), kecerdasan menimbang
(judgment), kecerdasan membuat keputusan dan memecahkan masalah (decision making
and problem solving) dan kecerdasan membahasakan serta mengkomunikasikannya. Dengan
kata lain, perlu dikembangkannya pendidikan demokrasi yang bersifat multidimensional, yang
memungkinkan para siswa dapat mengembangkan dan menggunakan seluruh potensinya
sebagai individu dan warga negara dalam masyarakat bangsa dan negara yang demokratis.
Dalam kepustakaan asing Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) disebut Civic Education
yang batasannya ialah seluruh kegiatan sekolah, rumah, dan masyarakat yang dapat
menumbuhkan demokrasi (Somantri, 2001). Artinya bahwa PKn merupakan pendidikan
demokrasi atau disebut juga pendidikan demokrasi merupakan esensi dari Pendidikan
Kewarganegaraan. Pendidikan Kewarganegaraan yang disusun melalui hierarki tingkat
pengetahuan ilmu sosial, yaitu fakta, konsep, generalisasi dan teori-hukum sehingga
membentuk ide fundamental Ilmu Kewarganegaraan (IKN).