Anda di halaman 1dari 10

Analisis Kontroversi Pencabutan Hak Politik Terpidana Tindak Pidana Korupsi Di

Indonesia

Oleh:
Wiwik Utami1
Fakultas Hukum, Universitas Wisnuwardhana Malang

Abstraksi:
Dilematika Korupsi di Indonesia saat ini sudah menjadi suatu kajian bersama dalam ranah
politik, hukum dan ilmu sosial di Indonesia. Maraknya praktik korupsi di Indonesia, disertai
dengan penegakkan hukum yang dinilai lemah, membuat beberapa pihak beranggapan bahwa
pencabutan hak politik terhadap terpidana kasus tindak pidana korupsi merupakan upaya yang
perlu dilakukan dalam rangka pemberantasan korupsi di tanah air. Disisi lain beberapa pihak
beranggapan bahwa pencabutan hak politik terhadap koruptor bukanlah kebijakan yang tepat,
bahkan ada yang menilai bahwa hukuman tambahan tersebut justru bertentangan dengan nilai-
nilai Hak Asasi Manusia (HAM). Pada dasarnya penjatuhan hukuman pencabutan hak politik
terhdap terpida korupsi masih sangat jarang dilakukan oleh hakim. Pemberian sanksi yang berat
dirasa sangat tepat dilakukan, karena korupsi termasuk dalam kategori kejahatan luar biasa
(extra ordinary crime) sehingga dalam penjatuhan hukumnya harus pula dengan sanksi yang
dirasa akan sangat memberatkan para koruptor tersebut. Landasan hukum terhadap pencabutan
hak politik terpidana tindak pidana korupsi dasar-dasarnya telada ada pada Kitap Undang-
undang Hukum Pidana (KUHP), tentang pidana tambahan berupa pencabutan hak-hak tertentu,
yaitu hak dipilih dan memilih yang diadakan berdasarkan peraturan-peraturan umum. Upaya
pemberantasan korupsi merupakan suatu agenda kebijakan yang perlu diterapkan secara tegas,
sebagai upaya pemberantasan korupsi secara maksimal, dan sebagai upaya pemberantasan
terhadap penyalahgunaan hak tersebut. Pencabutan hak politik bagi terpidana tindak pidana
korupsi merupakan suatu langkah yang dirasa cukup strategis untuk memberikan efek jera
terhadap para korupto yang telah menyalah gunakan kewenangan dan kekuasaan yang dulunya
pernah di milikinya.

Kata Kunci: Pencabutan hak politik, tindak pidana, terpidana korupsi.

Abtraction:
Corruption in Indonesia today has become a study of politics, law and social science in
Indonesia. The rise of corruption practices in Indonesia, accompanied by law enforcement
which is considered weak, makes some parties think that revoking political rights to convicted
corruption cases is an effort that needs to be done in the context of eradicating corruption in
the country. On the other hand some parties think that the revocation of political rights to
corruptors is not the right policy, and some even consider that the additional punishment is
contrary to the values of Human Rights. Basically the imposition of sentences for revoking
political rights against corruption is still very rarely carried out by judges. The provision of
severe sanctions is considered very appropriate, because corruption is included in the category
of extraordinary crime so that in the imposition of the law it must also be with sanctions that
are felt to be very burdensome to the corruptors. The legal basis for the revocation of the

1
Alamat koresponden: wiwik_utamimh@gmail.com
95 JURNAL ILMIAH HUKUM, Volume 12 Nomor 2 Periode Nov 2018 Hal 94-103

political rights of convicts of criminal acts of corruption has been found in the Book of the
Criminal Law, about additional crimes in the form of revocation of certain rights, namely the
right to be elected and elected based on general regulations. Efforts to eradicate corruption are
a policy agenda that needs to be strictly implemented, as an effort to eradicate corruption to the
maximum, and as an effort to eradicate the abuse of these rights. Revocation of political rights
for convicts of corruption is a step that is considered strategic enough to provide a deterrent
effect on corruptors who have misused the authority and power that they once possessed.

Keyword : Revocation of political rights, criminal acts, convicted corruption.

A. Pendahuluan
Korupsi selalu ditempatkan pada faktor negara dimana kualitas hidup rakyatnya
utama yang mampu menghambat sejahtera adil dan makmur. Oleh karena itu
pembangunan di suatu negara. Korupsi asumsi mengenai ketidakmapuan negara
memang merupakan fenomena yang tak dalam menjamin kesejahteraan rakyatnya
terelakan dibanyak negara, termasuk sebagaimana amanat konstitusi, salah
Indonesia, sebagai konsekuensi dari satunya di sebabkan oleh korupsi yang
pemerintahan yang bersifat terbuka atau terjadi.
demokratis. Sistem pemerintahan yang Berbagai survei yang dilakukan oleh
demokratis membuka sirkulasi antara ranah lembaga asing seperti Global Corruption
suprastruktur dan infrastruktur dalam sistem Indeks atau Transparancy Internasional
politik yang memberikan peluang siapa saja Index menunjukkan bahwa Indonesia
bisa untuk menjadi policy maker, maka termasuk negara dengan ranking korupsi
ruang korup terbuka lebar. Faktor tersebut cukup tinggi3. Berdasarkan Indeks Persepsi
memang tidak menjamin sepenuhnya, Korupsi (IPK) di Indonesia, pada tahun
minimal dengan kualitas manusia yang 2015 Indonesia masih menduduki peringkat
sangat materialistik dalam berpolitik, maka 88 dengan skor 36, cukup berjarak dengan
generasi selanjutnya akan mewarisi prilaku Malaysia yang berada di posisi 54 dan
korup di masa yang akan datang. Maka dari Thailand di posisi 764. Berdasarkan data
itu tidak heran apabila praktek korupsi Tranparancy International Indonesia, pada
begitu merajalela sehingga disinyalir tindak semester I (Januari-Juni) tahun 2016 telah
pidana ini merambah baik disektor publik tercatat ada 210 kasus korupsi dengan
dan swasta, dari tingkat pusat hingga jumlah tersangka 500 orang. Dari kejadian
pelosok negeri.2 tersebut nilai kerugian negara mencapai
Korupsi menjadi hal yang kronis bagi Rp.890.5 miliar dan nilai suap mencapai
Indonsia saat ini. Semua bisa Rp.28 Miliar, Singapore Dollar (SGD)
membayangkan bahwa negeri ini cukup mencapai 1,6 Juta Dolar Singapore,
berlebih dalam Sumber Daya Alam yang sedangkan United State Dollar (USD)
ditunjung dengan bonus demografi dimana
angkatan kerja juga berlimpah. Namun satu
hal yang tidak bisa disangkal bahwa
Indonesia saat ini masih belum menjadi

2
Carolina, “Sistem Anti Korupsi: Suatu Studi Indonesia, dan Perilaku Politik, (Jakarta: Yayasan
Komparatif di Indonesia, Hongkong, Singapura, dan Obor Indonesia, 2008), hlm.81.
Thailand”. Jurnal In Festasi Vol. 8 No. 1 Juni 2012, 4
Satu data Indonesia, 2017, Infografis Hari anti
hlm.108 Korupsi, <Online> http://data.go.id/
3
Mansur Semma, Negara dan Korupsi: konten/visualization/infografis-hari-anti-ko rupsi/
Pemikiran Mochtar Lubis atas Negara, Manusia Diakses 27 Desember 2017.
Analisis Kontroversi Pencabutan Hak Politik Terpidana Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia,
Wiwik Utami 96

mencapai 72 Ribu5 dolar Amerika Serikat. Hadirnya Komisi Pemberan- tasan


Masih tingginya IPK di Indonesia berlanjut Korupsi yang ber-notabane sebagai
hingga tahun 2017 dengan terbongkarnya lembaga independent, sedikit banyak
korupsi untuk mega proyek pengadaan membawa angin segar dalam upaya
Elektronik Kartu Tanda Penduduk (E-KTP) pemberantasan korupsi di tanah air. Namun,
di tubuh Kementerian Dalam Negeri. implementasi terhadap pemberan-tasan
Korupsi yang melibatkan banyak petinggi korupsi di Indonesia hingga saat ini masih
parpol dan birokrat ini telah merugikan sedikit menemui titik cerah. Lembaga
negara sebesar Rp.2,3 triliun dari nilai Transparency Internasional (TI) merilis
proyek sebesar Rp.5,9 Triliun. data index persepsi korupsi (Corruption
Upaya menekan praktek tindak pidana Perception Index) merilis data index
korupsi tidak henti-hentinya dilakukan oleh persepsi korupsi (Corruption Perception
pemerintah melalui lembaga berwenang Index) untuk tahun 2015, Indonesia
maupun melalui kebijakan. Meskipun pada menempati skor yang kurang dari standart
tahun 2017 ini, IPK Indonesia mengalami negara minim korupsi. Lebih
perbaikan, namun untuk terbebas dari memprihatinkan lagi, rendahnya penerap-an
praktek korupsi, pemerintah masih harus hukuman terhadap para koruptor di
melakukan upaya ekstra. Upaya ekstra yang Indonesia membuat praktik kotor ini masih
dilakukan oleh pemerintah harus meliputi terus tumbuh subur.7 Sedangkan di tahun
kerangka penyelesaian yang komprehensif. 2016, Indonesia mendapatkan poin 37 dan
Upaya tersebut harus meliputi upaya menempati urutan 90 dari 176 negara yang
pendidikan sebagai pencegahan dan upaya diukur. Jikalau dibandingkan dengan negara
penindakan yang bisa membuat efek jera. ASEAN lainnya, maka peringkat Indonesia
Seiring berjalannya waktu tindak berada di bawah Singapura, Brunei dan
pidana korupsi menjadi permasalahan yang Malaysia.8 Terlihat point tingkat korupsi
kian kompleks dan tak pernah ada habisnya Indonesia yang secara perlahan terus
di negeri ini. Pada tahun 2002, Komisi menurut namun dalam beberapa hal masih
Pemberantasan Korupsi (KPK) lahir pada perlu yang diperbaiki oleh pemerintah untuk
masa pemerintahan Presiden Megawati terus menekan tingkat korupsi di Indonesia.
Soekarno Putri yang berdasar pada Menurut penelitian ICW, pada 2013,
ketentuan Undang-Undang No.30 Tahun rata-rata koruptor hanya vonis 2 tahun 11
2002 tentang Komisi Pemberantas-an bulan; pada 2014, 2 tahun 8 bulan; dan 2015,
Korupsi, sebagai salah satu upaya dalam 2 tahun 2 bulan dan rata-rata koruptor hanya
penegakan pemberantasan korupsi di tanah divonis 2 tahun 2 bulan penjara selama
air. Tujuan dibentuknya KPK adalah untuk 2016. ICW juga mencatat dari pemantauan
meningkatkan daya guna dan hasil guna pada 2016, aktor pelaku korupsi dari
terhadap pemberantasan tindak pidana kalangan politik cukup siginifikan, dimana
korupsi.6 ada 39 DPR/DPRD dan 32 Kepala Daerah.9

5 /6547/potret-buram-korupsi-indonesia/0/infografis
Corruption Perceptions Index 2016,
http://www.ti.or.id/index.php/publication/2 <online>, diakses dikases pada 27 Desember 2017.
8
Detik News, 2017, Corruption Perception
017/01/25/corruption-perceptions-index- Index 2016: Indonesia Dibawah Malaysia <Online>
2016 <online>, diakses pada 27 Desember < https://news.detik.com/ berita/3405348/corruption-
2017. perceptions-index-2016-indonesia-di-bawah-
6
Moch.Abd. Wachid, “Penegakan Hukum malaysia> Diakses Pada 27 Desember 2017.
Tindak Pidana Korupsi Oleh KPK”, Maksigama 9
Martahan Sohuturon, 2017, ICW: Koruptor
Jurnal Hukum Tahun 18 No. 1 periode Nov. 2015, Rata-rata Divonis 26 Bulan Penjara <online> <
hlm. 94 https://www.cnnindonesia.com
7 /nasional/20170304184616-12-197873/icw-
Kominfo, 2015, Potret Buram Korupsi
Indonesia, https://kominfo.go.id/content/detail koruptor-rata-rata-divonis-26-bulan-penjara>
diakses pada 27 Desember 2017.
97Analisis
JURNALKontroversi
ILMIAH HUKUM, Volume Hak
Pencabutan 12 Nomor
Politik2 Terpidana
Periode NovTindak
2018 Hal 94-103
Pidana Korupsi Di Indonesia,
Wiwik Utami 96

Rekam jejak rendahnya vonis hakim A. PEMBAHASAN


terhadap aktor-aktor terpidana korupsi, Hak Asasi Politik atau yang akrab
membuat berbagai pihak beropini bahwa disebut Hak Politik merupakan hak-hak
penjatuhan hukuman tambahan berupa dasar setiap manusia dalam kehidupan
pencabutan hak politik terhadap terpidana berpolitik. Hak politik merupakan hak
kasus tindak pidana korupsi menjadi salah peroranganyang tidak bisa dirampas begitu
satu harapan dalam menegakkan saja, bahkan merupakan sub-bagian dari
pemberantasan korupsi di tanah air. Namun Hak Asasi Manusia, dimana kita ketahui
pada kenyataannya menurut penelitian bahwa Hak Asasi Manusia merupakan hak
Indonesia Corruption Watch (ICW), dari perorangan yang wajib dihormati serta
576 vonis kasus korupsi yang terjadi pada dilindungi. Hak Asasi Politik berdasarkan
tahun 2016, hanya ada tujuh vonis yang Universal Declaration of Human
menjatuhkan pidana tambahan berupa Rights(Pernyataan Umum Tentang Hak-
pencabutan hak politik. Vonis itu di Hak Asasi Manusia) dapat diklasifikasikan
antaranya dijatuhkan kepada mantan Ketua menjadi: (1) Hak untuk memilih dan dipilih
Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar, dalam suatu pemilihan; (2) Hak ikut serta
mantan Kepala Korps Lalu Lintas dalam kegiatan pemerintahan; (3) Hak
Kepolisian RI Djoko Susilo, mantan membuat dan mendirikan partai politik atau
Presiden Partai Keadilan Sejahtera Lutfi organisasi politik lainnya; (4) Hak untuk
Hasan Ishaaq, dan mantan anggota Dewan membuat dan mengajukan suatu usulan
Perwakilan Rakyat Dewi Yasin Limpo. petisi.
Berbagai opini berkembang di kalangan Korupsi berdasarkan Undnag-Undang
masyarakat. Ada yang pro terhadap No.31 tahun 1999 tentang Pemberantasan
penerapan pencabutan hak politik tersebut, Tindak Pidana Korupsi dapat diartikan
namun juga ada yang kontra. Beberapa sebagai tindakan setiap orang yang
kalangan yang pro terhadap pencabutan hak dikategorikan melawan hukum melakukan
politik terhadap terpidana kasus korupsi perbuatan memperkaya diri sendiri,
dikarenakan telah menghianti kepercayaan menguntungkan diri sendiri atau orang lain
rakyat sehingga tidak tepat untuk diberikan atau suatu korporasi, menyalahgunakan
kesempatan lagi untuk mendapatkan hak kewenangan maupun kesempatan atau
politik yang telah dipercayakan kepadanya sarana yang ada padanya karena jabatan atau
sebelumnya. Namun, tidak semua pihak kedudukan yang dapat merugikan keuangan
setuju terhadap pencabutan hak politik negara atau perekonomian Negara.
terhadap terpidana kasus tindak pidana Maraknya praktik korupsi di Indonesia,
korupsi. Berbagai alasan dijadikan acuan. disertai dengan penegakan hukum yang
Mulai daripenalaran opini pribadi bahwa masih dinilai lemah, membuat beberapa
setiap orang bisa saja suatu saat nanti pihak beranggapan bahwa pencabutan hak
berubah menjadi pribadi yang lebih baik politik terhadap terpidana kasus tindak
daripada dirinya yang sebelumnya, hingga pisana korupsi merupakan upaya yang perlu
pedoman terhadap nilai-nilai yang dilakukan dalam rangka pemberantasan
terkandung dalam asas-asas serta peraturan korupsi ditanah air. Namun, tak sedikit juga
perundangan yang mengatur mengenai Hak yang beranggapan bahwa pencabutan hak
Asasi Manusia (HAM). Beralasan bahwa politik terhadap koruptor bukanlah
pencabutan hak politik terhadap terpidana kebijakan yang tepat untuk bukanlah
kasus tindak pidana korupsi bukan kebijakan yang tepat untuk diambil, bahkan
merupakan solusi yang tepat, sehingga beberapa diantara mereka beranggapan
mereka secara tegas menolak. bahwa hukuman tersebut justru
Analisis Kontroversi Pencabutan Hak Politik Terpidana Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia,
Wiwik Utami 98

bertentangan dengan nilai-nilai Hak Asasi peraturan perundang-undangan;


Manusia. Polemik terkait pencabutan hak (3)Setiap warga ne-gara dapat
politik terhadap terpidana kasus tindak diangkat dalam setiap jabatan
pidana korupsi tersebut menciptakan dua pemerintahan.”
kubu, yaitu kubu “pro” dan kubu “kontra”. Seperti yang dapat kita lihat bahwa setiap
Penolakan terhadap pencabu tan hak ketentuan tersebut menyatakan bahwa setiap
politik bagi terpidana kasus korupsi orang memiliki kesempatan yang sama
memiliki beberapa faktor untuk untuk berpolitik. Tidak terkecuali bagi
dipertimbangkan.Mulai dari faktor terpidana kasus korupsi sekalipun. Terlebih
ekonomi, sosiologi, psikologi dan lain- lagi mengenai pencabutan hak politik
lain.Namun yang paling dominan berupa pencabutan hak memilih, yang
diantaranya adalah Hak Asasi Manusia merupakan implement-tasi dari kebebasan
(HAM). Hak Asasi Manusia sebagaimana berpendapat. Tertulis dalam Pasal 28E UUD
tercantum dalam Pasal 1 ayat (1) Undang- NRI Tahun 1945 ayat (3), yaitu:
undang No.39 tahun 1999 tentang HAM “Setiap orang berhak atas kebebasan
memiliki pengertian sebagai berikut: berserikat, berkum-pul, dan
“Hak Asasi Manusia adalah mengeluarkan pendapat.”
seperangkat hak yang melekat pada Sudah menjadi hak mendasar bagi manusia
hakikat dan keberadaan manusia untuk didengar pendapatnya, dan jika hak
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha itu dicabut, tentu saja merupakan
Esa dan merupakan anugerah-Nya diskriminasi tersendiri bagi si manusia itu
yang wajib dihormati, dijunjung tinggi sendiri. UUD NRI Tahun 1945 pada Pasal
dan dilindungi oleh negara, hukum 28I ayat (2) menolak segala bentuk tindakan
dan pemerintah, dan setiap orang demi diskriminatif, sebagaimana tertulis:
kehormatan serta perlindungan harkat “Setiap orang berhak bebas atas
dan martabat manusia.” perlakuan yang bersifat diskri-minatif
Hak politik sejatinya memang merupakan atas dasar apa pun dan berhak
bagian dari HAM. Eksistensinya dapat kita mendapatkan perlindung an terhadap
temukan dalam Undang-Undang Dasar perlakuan yang bersifat
Negara Republik Indonesia tahun 1945 diskriminatifitu.”
(selanjutnya disebut UUD NRI 1945) Pasal Maka jelas bahwa setiap orang berhak untuk
28D ayat (3) yang tertulis, “Setiap warga mempertahankan hak politiknya, terutama
negara berhak memperoleh kesempatan hak untuk memilih, sebagai salah-satu
yang sama dalam pemerintahan,” ataupun sarana dalam memperjuangkan hak
dalam peraturan perundangan lainnya berpendapat dan hak untuk tidak
seperti yang tercantum dalam Undang- mendapatkan perlakuan diskriminatif.
Undang No.39 tahun 1999 tentang Hak Pendapat ini secara yuridis juga mengacu
Asasi Manusia Pasal 43 yang tertulis: berdasarkan Pancasila sila ke-5, “Keadilan
“(1)Setiap warga negara berhak untuk sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,”
dipilih dan memilih dalam pemilihan mengingat terpidana korupsi juga
umum ber dasarkan persamaan hak merupakan bagian dari rakyat Indonesia
me-lalui pemungutan suara yang sebagai mana dimaksud dalam ketentuan
langsung, umum, bebas, raha-sia, jujur tersebut, maka perlu dijamin pula keadilan
dan adil sesuai dengan ketentuan bagi mereka. Pandangan yang sepakat
peraturan perundang-undangan; terhadap pencabutan hak politik terpidana
(2)Setiap warga ne-gara berhak turut kasus korupsi pastinya bukan tanpa sebab.
serta dalam pemerintahan dengan Ada beberapa faktor yang melatar belakangi
langsung atau dengan perantaraan hal tersebut. Adapun faktor-faktor itu
wakil yang dipilihnya dengan bebas, diantaranya:
menurut cara yang ditentukan dalam a. Faktor Psikologis
99 JURNAL ILMIAH HUKUM, Volume 12 Nomor 2 Periode Nov 2018 Hal 94-103

Korupsi menimbulkan efek negatife, mentasinya dikehidupan nyata, manusia


salah satunya adalah efek transmutasi. Efek sudah selayaknya menjalan kan semua
ini merupakan implikasi psikologis terhadap perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-
kejahatan korupsi dimana orang Nya.
menganggap bahwa tindakan korupsi Di dalam ajaran Ketuhanan Yang Maha
merupakan tindakan yang menguntungkan Esa tidak dibenarkan adanya sikap dan
sehingga orang berlomba untuk perbuatan yang anti Tuhan Yang Maha Esa
melakukannya. Efek inilah yang tampaknya dan anti agama, atau dengan kata lain tidak
masih merajalela dikalangan sebagian menerima adanya faham yang meniadakan
aparatur pemerintah kita saat ini, walaupun Tuhan Yang Maha Esa (atheisme), dan yang
keberadaannya sangat terselubung.10 seharusnya ada setelah melaksanakan semua
Suatu hal akan menjadi suatu kebiasaan perintah Tuhan dan menjauhi segala
jika dilakukan terus-menerus dalam waktu larangan-Nya sehingga menjadi kebiasaan
yang lama. Teori ini juga dapat berlaku adalah toleransi terhadap kebebasan untuk
terhadap aktivitas korupsi.Bisa jadi jika memeluk agama sesuai dengan
terus dibiarkan berulang, tindak pidana keyakinannya, tidak ada paksaan dan tidak
korupsi oleh pejabat menjadi “gaya hidup” dibenarkan tanpa ajaran agama, dan antara
dalam tatanan berbangsa dan bernegara kita. penganut agama harus saling hormat-
Pembiaran terhadap korupsi yang berulang menghormati dan bekerja sama.11 Korupsi
kali yang dilakukan oleh orang yang sama tentu bertentangan dengan sila I Pancasila
tentu saja akan menciptakan kondisi yang semestinya menjadi arahan dalam
psikologis tersendiri pada orang tersebut, penyelenggaraan berbangsa dan bernegara.
sehingga tindakan korupsi menjadi hal yang Pada “sumpah pejabat”, wakil rakyat
lumrah baginya. Pencabutan hak politik bersumpah akan bertanggung jawab penuh
merupakan pidana tambahan yang tepat pada amanah yang diberikan rakyat. Bila
dalam upaya pencegahan terhadap tindakan korupsi dilakukan artinya sumpah itu tanpa
korupsi berulang yang dilakukan oleh arah dan tidak lagi diikutik oleh pemilik
pejabat negara yang sejatinya telah sumpah. Antara keyakinan, pengakuan dan
mendapat kepercayaan dari rakyat, namun perwujudan atau pengekspresian dalam
mengkhianatinya. perbuatan ini merupakan hal-hal pokok yang
b. Faktor Filosofis harus diperhatikan dalam penghayatan
Memandang faktor filosofis terhadap setiap butir dari sila pertama, karena jika
kasus pencabutan hak politik para koruptor keyakinan ada tanpa disertai dengan
maka akan lebih tepat dengan menggunakan pengakuan dan perbuatan-perbuatannya
dasar filosofis negara Indonesia yakni disebut ingkar terhadap keyakinan.
Pancasila. Sebagai dasar filosofi Negara, Dikatakan melanggar sila pertama karena
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila korupsi merupakan tindakan tercela yang
memiliki peran penting dalam pembahasan tak satupun dalam ajaran setiap agama yang
mengenai pencabutan hak politik, dalam hal diakui keberadaannya di Indonesia yang
ini ditujukan kepada para terpidana kasus menganjurkan hal tersebut, tapi justru
tindak pidana korupsi. Sila pertama yang menolaknya.
berbunyi “Ketuhanan yang Maha Esa” dapat Demikian pula dalam sila kedua
diartikan bahwa adanya keyakinan serta Pancasila, korupsi jelas merupakan tindakan
pengakuan masyarakat Indonesia terhadap yang bertentangan dengan isi sila tersebut
Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai imple- yang sebagaimana kita ketahui berbunyi

10
Encep Syarief Nurdin, “Membangun Tata
Kelola Pemerintah yang baik (Good Governance) 11
Dagmar. 2011. Pandangan Pancasila terhadap
dan Pemberantasan Korupsi”, Jurnal Negarawan No.
Korupsi. Jurnal Ilmiah Vol.7 No. 2
18 Edisi Januari-April 2010. Jakarta: Sekretariat
Negara RI, hlm. 108.)
Analisis Kontroversi Pencabutan Hak Politik Terpidana Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia,
Wiwik Utami 100
“Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”. rakyat dengan penyalahgunaan arti
Dagmar mendefinisikan menjadi 2 pokok jabatannya.14 Sebagaimana kita ketahui
dalam sila kedua Pancasila ini, yaitu:12 Sila bahwa para pejabat negara berperan sebagai
ke-dua pokok pertama, Kemanusiaan yang “wakil rakyat” yang seharusnya membela
adil mengatakan korupsi menyebabkan kepentingan rakyat, sejatinya harus
kemiskiann dimana-mana dan kerusakan memiliki martabat untuk mempertanggung
dimana-mana. Sehingga korupsi pantas jawabkan segala bentuk tanggungjawab
disebut sebagai penyakit sosial. Pada Sila yang diembannya.Namun pada praktiknya,
kedua pokok kedua, Kemanusiaan yang seiring berjalannya waktu, kegiatan korupsi
beradab. Menurut Kamus Besar Bahasa oleh oknum penyandang gelar wakil rakyat
Indonesia (KBBI), Beradab artinya berlaku tersebut kian marak dan terus merugikan
baik, sopan, serta perbuatannya selalu baik. masyarakat.Selalu muncul wajah-wajah
Korupsi merupakan tindakan yang hanya baru sebagai aktor korupsi yang jelas
mementingkan kepentingannya sendiri menodai faktor kepemimpinan berdasarkan
tanpa mau memperdulikan kepentingan hikmat kebijaksanaan dan permusya-
orang lain. Koruptor juga menyebabkan waratan perwakilan sebagaimana tercantum
kerugian untuk orang lain dengan pada sila ke lima Pancasila, sehingga citra
mengambil uang negara dan perbuatan yang wakil rakyat tersebut berujung pada
tidak mencerminkan sikap yang beradab.13 ketidakpercayaan publik sebagai pihak yang
Tindak pidana korupsi tentunya juga diwakilinya.
tidak selaras dengan nilai-nilai yang Sila kelima, “Keadilan sosial bagi
terkandung dalam Sila ke tiga Pancasila, seluruh rakyat Indonesia”. Sebagai mana
“Persatuan Indonesia,” dikarenakan dapat kita ketahui bahwa praktik korupsi yang
memecah belah bangsa.Praktik korupsi jika dilakukan pejabat negara tentu saja
terus dibiarkan dapat menyebabkan merugikan masyarakat umum, terutama
meningkatnya gejolak di masyarakat, masya-rakat miskin.Sebut saja kasus
terutama bagi mereka yang kepentingannya korupsi beras miskin (raskin) yang
dirugikan. Bukan hal mustahil jika gejolak- dilakukan oleh beberapa oknum kepala desa
gejolak ini akan terus meningkat di Pemekasan, Madura, Jawa Timur, pada
kedepannya seiring lemahnya upaya tahun 2015. Para kepala desa umumnya
terhadap pemberantasan tindak pidana tidak mencairkan bantuan raskin sesuai
korupsi tersebut, hingga berpotensi dengan ketentuan, yakni setiap bulan
menimbulkan kerusuhan besar-besaran, sebanyak 15 kilogram per rumah tangga
sebagaimana sejarah pernah mencatat sasaran penerima manfaat (RTS-PM). Ada
mengenai hal yang pernah terjadi pada masa kepala desa yang hanya menyerahkan
orde baru. bantuan raskin selama tiga bulan dalam
Sila kelima Pancasila, “Kerakyatan setahun, itupun jumlahnya tidak sesuai
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dengan ketentuan yakni 15 kilogram per
dalam permusyawaratan perwakilan,” bulan.15 Berdasarkan fakta dilapangan
mengajarkan bahwa seluruh warga tersebut, maka jelas bahwa korupsi
indonesia diajarkan untuk menjaga merupakan tindakan tercela yang merugikan
kedaulatan dan berdemokrasi bukan malah banayak sekali masyarakat kecil, dan
terlibat didalamnya. Artinya para koruptor tentunya bertentangan dengan nilai-nilai
telah melampaui batasnya sebagai wakil

12 15
Ibid. Eko Prasetya. 2015. 3 Kades dan Pejabat
13 Bulog Kompak Korupsi Beras Raskin <Online>
Ibid.
14
Khoirul. 2006. Korupsi menurut Tinjauan https://www.merdeka.com/peris tiwa/3-kades-dan-
Pancasila. Jurnal Ilmiah : Sekolah Tinggi pejabat-bulog-kompak -korupsi-beras-raskin.html
AkutansiNegara Diakses Pada 27 Desember 2017.
101 JURNAL ILMIAH HUKUM, Volume 12 Nomor 2 Periode Nov 2018 Hal 94-103

keadilan sosial yang terkandung dalam sila terdakwa kasus tipikor juga dapat dijatuhi
ke lima Pancasila. pidana tambahan. Pemba hasan lebih lanjut
c. Faktor Yuridis mengenai apa saja pidana tambahan tersebut
Ketentuan Pasal 10 Kitab Undang- tercantum pada Pasal 18 Undang-Undang
undang Hukum Pidana (KUHP) No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
menyatakan bahwa pidana terdiri atas (a) Tindak Pidana Korupsi. Mengenai
pidana pokok; dan (b) pidana tambahan. pencabutan hak-hak tertentu diatur dalam
Tercantum dalam Pasal 10 huruf b KUHP Pasal 18 huruf d Undang-Undang a quo
bahwa salah satu bentuk pidana tambahan, menyatakan bahwa:
yaitu: “pencabutan seluruh atau sebagian
1) Pencabutan hak-hak tertentu; hak-hak tertentu atau penghapusan
2) Perampasan barang-barang tertentu; seluruhatau sebagian keuntungan
3) Pengumuman putusan hakim. tertentu, yang telah atau dapat
Dalam hal pencabutan hak-hak tertentu diberikan olehPemerintah kepada
tersebut, lebih lanjut lagi diatur dalam Pasal terpidana.”
35 ayat (1) KUHP, beberapa diantaranya Pada penerapannya, penca-butan hak politik
pada butir (1) tertulis“pencabutan hak seringkali ditentang karena dianggap
politik berupa pencabutan terhadap hak berbenturan dengan aspek-aspek Hak Asasi
memegang jabatan pada umumnya atau Manusia (HAM).Namun yang perlu diper-
jabatan yang tertentu”serta pada butir (3) hatikan bahwa setiap perorangan yang
yaitu“hak memilih dan dipilih dalam memiliki HAM juga harus meng-hormati
pemilihan yang diadakan berdasarkan aspek-aspek yang menjadi HAM
aturan-aturan umum.”Mengenai lamanya perorangan lainnya. Hal ini diatur dalam
penerapan pencabutan hak-hak tertentu Pasal 28J Ayat (1) UUD NRI TAHUN 1945
tersebut juga diatur dalam Pasal 38 KUHP yang tertulis, “Setiap orang wajib meng-
ayat (1) dan (2)yang tertulis: hormati Hak Asasi Manusia orang lain
(1) Jika dilakukan pencabutan hak, hakim dalam tertib kehidupan bermasyarakat,
menentukan lamanya pencabutan berbangsa, dan bernegara.”
sebagai berikut: Maka dari itu sejatinya terdapat
1. Dalam hal pidana mati atau pidana batas-batas tertentu dalam menerapkan
seumur hidup, lamanya pencabutan HAM sehingga penera pannya tidak
seumur hidup; melampui batas dan ditakutkan justru akan
2. Dalam hal pidana penjara untuk menjadi tindakan sewenang-wenang dalam
waktu tertentu atau pidana kurungan, praktik kehidupan berbangsa dan bernegara.
lamanya pencabutan paling sedikit Hal ini tercantum pada UUD NRI TAHUN
dua tahun dan paling banyak lima 1945 Pasal 28J ayat (2) yang tertulis,
tahun lebih lama dari pidana “Dalam menjalankan hak dan kebebasan
pokoknya; nya, setiap orang wajib tunduk kepada
3. Dalam hal pidana denda, lamanya pembatasan yang ditetapkan dengan
pencabutan paling sedikit dua tahun Undang-Undang dengan maksud semata-
dan paling banyak lima tahun. mata untuk menjamin pengakuan serta
(2) Pencabutan hak mulai berlaku pada hari penghor matan atas hak dan kebebasan
putusan hakim dapat dijalankan. orang lain dan untuk memenuhi tuntutan
Undang-Undang khusus Tindak yang adil sesuai dengan pertimbangan
Pidana Korupsi (Tipikor) juga mengatur moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan
mengenai pidana tambahan selain pidana ketertiban umum dalam suatu masyarakat
pokok. Menurut Pasal 17 Undang-Undang demokratis”.
No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi yang menyatakan
bahwa selain dapat dijatuhi pidana pokok,
Analisis Kontroversi Pencabutan Hak Politik Terpidana Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia,
Wiwik Utami 102
B. Penutup Governance) dan Pemberantasan
Korupsi, Jurnal Negarawan No.18
Hak politik merupakan bagian dari Edisi Januari-April 2010. Jakarta:
HAM. HAM setiap perorangan dalam Sekretariat Negara RI, hlm. 108.
implementasinya memiliki batasan-batasan
tertentu, demi meng hormati HAM B. Internet:
perorangan lainnya. Pencabutan hak politik Prasetya, Eko. 2015. 3 Kades dan Pejabat
terhadap terpidana tindak korupsi Bulog Kompak Korupsi Beras
merupakan hal yang perlu diterapkan secara Raskin.https://www.merdeka.com/p
tegas, sebagai upaya pemberantasan korupsi eristiwa/3-kades-dan-pejabat-bulog-
secara maksimal, dan sebagai upaya kompak-korupsi-beras-
pembatasan terhadap penyalah gunaan hak raskin.html.(11 mei 2017)
tersebut. Perlu adanya revisi khusus Infografis Hari Anti Korupsi,
terhadap pencabutan hak politik berupa hak http://data.go.id/konten/visualizatio
memilih agar tidak dapat diganggu gugat, n/infografis-hari-anti-korupsi/
berasaskan keadilan dan kebebasan dalam <Online>, diakses pada 27
berpendapat. Perlu adanya peraturan Desember 2017
perundang-undangan khu-sus yang Kominfo, 2015, Potret Buram Korupsi
mengatur secara tegas mengenai pencabutan Indonesia,
hak politik bagi terpidana kasus tertentu, https://kominfo.go.id/content/detail/
terutama dalam kasus tindak pidana korupsi. 6547/potret-buram-korupsi-
indonesia/0/infografis <online>,
C. Daftar Rujukan diakses dikases pada 27 Desember
A. Artikel Jurnal: 2017.
Abd.Wachid, Moch, Penegakan Hukum Corruption Perceptions Index 2016,
Tindak Pidana Korupsi Oleh KPK, http://www.ti.or.id/index.php/public
Maksigama Jurnal Hukum Tahun 18 ation/2017/01/25/corruption-
No.1 periode Nov. 2015, hlm. 94 perceptions-index-2016 <online>,
Anjahari, Warih, 2015, Pencabutan Hak diakses pada 27 Desember 2017.
Politik Terpidana Korupsi Dalam Detik News, 2017, Corruption Perception
Perspektif Hak Asasi Manusia, Index 2016: Indonesia Dibawah
Jurnal Yudisial, Vol 8, No.1. Malaysia <Online> <
Dagmar. 2011,“Pandangan Pancasila https://news.detik.com/
terhadap Korupsi”, Jurnal Ilmiah berita/3405348 /corruption-
Vol.7 No.2 perceptions-index-2016-indo nesia-
Ibrahim, Aji Lukman, 2014, Analisis Yuridis di-bawah-malaysia> Diakses Pada
terhadap Penjatuhan Pidana 27 Desember 2017.
Tambahan Pencabutan Hak Memilih Martahan Sohuturon, 2017, ICW: Koruptor
dan Dipilih Dalam Jabatan Publik Rata-rata Divonis 26 Bulan Penjara
Djoko Susilo, Jurnal Supremasi <online> <https://www.cnn
Hukum, Vol.3, No.1. indonesia.com
Khoirul, 2006, Korupsi menurut Tinjauan /nasional/20170304184616-12-
Pancasila, Jurnal Ilmiah : Sekolah 197873/icw-koruptor-rata-rata-
Tinggi Akutansi Negara. divonis-26-bulan-penjara> diakses
Suharso, dkk, 2016, Pencabutan Hak Politik pada 27 Desember 2017.
terhadap Terpidana Korupsi Dalam
Perspektif Hukum Tata Negara, The C. Peraturan Perundang-undangan:
4th University Research Coloquium. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Syarief Nurdin, Encep, Membangun Tata (KUHP).
Kelola Pemerintah yang baik (Good
103JURNAL ILMIAH HUKUM, Volume 12 Nomor 2 Periode Nov 2018 Hal 94-103

Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945. 2007.
Jakarta, Skeretaris jenderal dan
Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi
republik Indonesia.
Undang-Undang No.30 Tahun 2002 tentang
Komisi Pemberan tasan Tindak
Pidana Korupsi.
Undang-Undang No.31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi.

Anda mungkin juga menyukai