Indonesia
Oleh:
Wiwik Utami1
Fakultas Hukum, Universitas Wisnuwardhana Malang
Abstraksi:
Dilematika Korupsi di Indonesia saat ini sudah menjadi suatu kajian bersama dalam ranah
politik, hukum dan ilmu sosial di Indonesia. Maraknya praktik korupsi di Indonesia, disertai
dengan penegakkan hukum yang dinilai lemah, membuat beberapa pihak beranggapan bahwa
pencabutan hak politik terhadap terpidana kasus tindak pidana korupsi merupakan upaya yang
perlu dilakukan dalam rangka pemberantasan korupsi di tanah air. Disisi lain beberapa pihak
beranggapan bahwa pencabutan hak politik terhadap koruptor bukanlah kebijakan yang tepat,
bahkan ada yang menilai bahwa hukuman tambahan tersebut justru bertentangan dengan nilai-
nilai Hak Asasi Manusia (HAM). Pada dasarnya penjatuhan hukuman pencabutan hak politik
terhdap terpida korupsi masih sangat jarang dilakukan oleh hakim. Pemberian sanksi yang berat
dirasa sangat tepat dilakukan, karena korupsi termasuk dalam kategori kejahatan luar biasa
(extra ordinary crime) sehingga dalam penjatuhan hukumnya harus pula dengan sanksi yang
dirasa akan sangat memberatkan para koruptor tersebut. Landasan hukum terhadap pencabutan
hak politik terpidana tindak pidana korupsi dasar-dasarnya telada ada pada Kitap Undang-
undang Hukum Pidana (KUHP), tentang pidana tambahan berupa pencabutan hak-hak tertentu,
yaitu hak dipilih dan memilih yang diadakan berdasarkan peraturan-peraturan umum. Upaya
pemberantasan korupsi merupakan suatu agenda kebijakan yang perlu diterapkan secara tegas,
sebagai upaya pemberantasan korupsi secara maksimal, dan sebagai upaya pemberantasan
terhadap penyalahgunaan hak tersebut. Pencabutan hak politik bagi terpidana tindak pidana
korupsi merupakan suatu langkah yang dirasa cukup strategis untuk memberikan efek jera
terhadap para korupto yang telah menyalah gunakan kewenangan dan kekuasaan yang dulunya
pernah di milikinya.
Abtraction:
Corruption in Indonesia today has become a study of politics, law and social science in
Indonesia. The rise of corruption practices in Indonesia, accompanied by law enforcement
which is considered weak, makes some parties think that revoking political rights to convicted
corruption cases is an effort that needs to be done in the context of eradicating corruption in
the country. On the other hand some parties think that the revocation of political rights to
corruptors is not the right policy, and some even consider that the additional punishment is
contrary to the values of Human Rights. Basically the imposition of sentences for revoking
political rights against corruption is still very rarely carried out by judges. The provision of
severe sanctions is considered very appropriate, because corruption is included in the category
of extraordinary crime so that in the imposition of the law it must also be with sanctions that
are felt to be very burdensome to the corruptors. The legal basis for the revocation of the
1
Alamat koresponden: wiwik_utamimh@gmail.com
95 JURNAL ILMIAH HUKUM, Volume 12 Nomor 2 Periode Nov 2018 Hal 94-103
political rights of convicts of criminal acts of corruption has been found in the Book of the
Criminal Law, about additional crimes in the form of revocation of certain rights, namely the
right to be elected and elected based on general regulations. Efforts to eradicate corruption are
a policy agenda that needs to be strictly implemented, as an effort to eradicate corruption to the
maximum, and as an effort to eradicate the abuse of these rights. Revocation of political rights
for convicts of corruption is a step that is considered strategic enough to provide a deterrent
effect on corruptors who have misused the authority and power that they once possessed.
A. Pendahuluan
Korupsi selalu ditempatkan pada faktor negara dimana kualitas hidup rakyatnya
utama yang mampu menghambat sejahtera adil dan makmur. Oleh karena itu
pembangunan di suatu negara. Korupsi asumsi mengenai ketidakmapuan negara
memang merupakan fenomena yang tak dalam menjamin kesejahteraan rakyatnya
terelakan dibanyak negara, termasuk sebagaimana amanat konstitusi, salah
Indonesia, sebagai konsekuensi dari satunya di sebabkan oleh korupsi yang
pemerintahan yang bersifat terbuka atau terjadi.
demokratis. Sistem pemerintahan yang Berbagai survei yang dilakukan oleh
demokratis membuka sirkulasi antara ranah lembaga asing seperti Global Corruption
suprastruktur dan infrastruktur dalam sistem Indeks atau Transparancy Internasional
politik yang memberikan peluang siapa saja Index menunjukkan bahwa Indonesia
bisa untuk menjadi policy maker, maka termasuk negara dengan ranking korupsi
ruang korup terbuka lebar. Faktor tersebut cukup tinggi3. Berdasarkan Indeks Persepsi
memang tidak menjamin sepenuhnya, Korupsi (IPK) di Indonesia, pada tahun
minimal dengan kualitas manusia yang 2015 Indonesia masih menduduki peringkat
sangat materialistik dalam berpolitik, maka 88 dengan skor 36, cukup berjarak dengan
generasi selanjutnya akan mewarisi prilaku Malaysia yang berada di posisi 54 dan
korup di masa yang akan datang. Maka dari Thailand di posisi 764. Berdasarkan data
itu tidak heran apabila praktek korupsi Tranparancy International Indonesia, pada
begitu merajalela sehingga disinyalir tindak semester I (Januari-Juni) tahun 2016 telah
pidana ini merambah baik disektor publik tercatat ada 210 kasus korupsi dengan
dan swasta, dari tingkat pusat hingga jumlah tersangka 500 orang. Dari kejadian
pelosok negeri.2 tersebut nilai kerugian negara mencapai
Korupsi menjadi hal yang kronis bagi Rp.890.5 miliar dan nilai suap mencapai
Indonsia saat ini. Semua bisa Rp.28 Miliar, Singapore Dollar (SGD)
membayangkan bahwa negeri ini cukup mencapai 1,6 Juta Dolar Singapore,
berlebih dalam Sumber Daya Alam yang sedangkan United State Dollar (USD)
ditunjung dengan bonus demografi dimana
angkatan kerja juga berlimpah. Namun satu
hal yang tidak bisa disangkal bahwa
Indonesia saat ini masih belum menjadi
2
Carolina, “Sistem Anti Korupsi: Suatu Studi Indonesia, dan Perilaku Politik, (Jakarta: Yayasan
Komparatif di Indonesia, Hongkong, Singapura, dan Obor Indonesia, 2008), hlm.81.
Thailand”. Jurnal In Festasi Vol. 8 No. 1 Juni 2012, 4
Satu data Indonesia, 2017, Infografis Hari anti
hlm.108 Korupsi, <Online> http://data.go.id/
3
Mansur Semma, Negara dan Korupsi: konten/visualization/infografis-hari-anti-ko rupsi/
Pemikiran Mochtar Lubis atas Negara, Manusia Diakses 27 Desember 2017.
Analisis Kontroversi Pencabutan Hak Politik Terpidana Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia,
Wiwik Utami 96
5 /6547/potret-buram-korupsi-indonesia/0/infografis
Corruption Perceptions Index 2016,
http://www.ti.or.id/index.php/publication/2 <online>, diakses dikases pada 27 Desember 2017.
8
Detik News, 2017, Corruption Perception
017/01/25/corruption-perceptions-index- Index 2016: Indonesia Dibawah Malaysia <Online>
2016 <online>, diakses pada 27 Desember < https://news.detik.com/ berita/3405348/corruption-
2017. perceptions-index-2016-indonesia-di-bawah-
6
Moch.Abd. Wachid, “Penegakan Hukum malaysia> Diakses Pada 27 Desember 2017.
Tindak Pidana Korupsi Oleh KPK”, Maksigama 9
Martahan Sohuturon, 2017, ICW: Koruptor
Jurnal Hukum Tahun 18 No. 1 periode Nov. 2015, Rata-rata Divonis 26 Bulan Penjara <online> <
hlm. 94 https://www.cnnindonesia.com
7 /nasional/20170304184616-12-197873/icw-
Kominfo, 2015, Potret Buram Korupsi
Indonesia, https://kominfo.go.id/content/detail koruptor-rata-rata-divonis-26-bulan-penjara>
diakses pada 27 Desember 2017.
97Analisis
JURNALKontroversi
ILMIAH HUKUM, Volume Hak
Pencabutan 12 Nomor
Politik2 Terpidana
Periode NovTindak
2018 Hal 94-103
Pidana Korupsi Di Indonesia,
Wiwik Utami 96
10
Encep Syarief Nurdin, “Membangun Tata
Kelola Pemerintah yang baik (Good Governance) 11
Dagmar. 2011. Pandangan Pancasila terhadap
dan Pemberantasan Korupsi”, Jurnal Negarawan No.
Korupsi. Jurnal Ilmiah Vol.7 No. 2
18 Edisi Januari-April 2010. Jakarta: Sekretariat
Negara RI, hlm. 108.)
Analisis Kontroversi Pencabutan Hak Politik Terpidana Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia,
Wiwik Utami 100
“Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”. rakyat dengan penyalahgunaan arti
Dagmar mendefinisikan menjadi 2 pokok jabatannya.14 Sebagaimana kita ketahui
dalam sila kedua Pancasila ini, yaitu:12 Sila bahwa para pejabat negara berperan sebagai
ke-dua pokok pertama, Kemanusiaan yang “wakil rakyat” yang seharusnya membela
adil mengatakan korupsi menyebabkan kepentingan rakyat, sejatinya harus
kemiskiann dimana-mana dan kerusakan memiliki martabat untuk mempertanggung
dimana-mana. Sehingga korupsi pantas jawabkan segala bentuk tanggungjawab
disebut sebagai penyakit sosial. Pada Sila yang diembannya.Namun pada praktiknya,
kedua pokok kedua, Kemanusiaan yang seiring berjalannya waktu, kegiatan korupsi
beradab. Menurut Kamus Besar Bahasa oleh oknum penyandang gelar wakil rakyat
Indonesia (KBBI), Beradab artinya berlaku tersebut kian marak dan terus merugikan
baik, sopan, serta perbuatannya selalu baik. masyarakat.Selalu muncul wajah-wajah
Korupsi merupakan tindakan yang hanya baru sebagai aktor korupsi yang jelas
mementingkan kepentingannya sendiri menodai faktor kepemimpinan berdasarkan
tanpa mau memperdulikan kepentingan hikmat kebijaksanaan dan permusya-
orang lain. Koruptor juga menyebabkan waratan perwakilan sebagaimana tercantum
kerugian untuk orang lain dengan pada sila ke lima Pancasila, sehingga citra
mengambil uang negara dan perbuatan yang wakil rakyat tersebut berujung pada
tidak mencerminkan sikap yang beradab.13 ketidakpercayaan publik sebagai pihak yang
Tindak pidana korupsi tentunya juga diwakilinya.
tidak selaras dengan nilai-nilai yang Sila kelima, “Keadilan sosial bagi
terkandung dalam Sila ke tiga Pancasila, seluruh rakyat Indonesia”. Sebagai mana
“Persatuan Indonesia,” dikarenakan dapat kita ketahui bahwa praktik korupsi yang
memecah belah bangsa.Praktik korupsi jika dilakukan pejabat negara tentu saja
terus dibiarkan dapat menyebabkan merugikan masyarakat umum, terutama
meningkatnya gejolak di masyarakat, masya-rakat miskin.Sebut saja kasus
terutama bagi mereka yang kepentingannya korupsi beras miskin (raskin) yang
dirugikan. Bukan hal mustahil jika gejolak- dilakukan oleh beberapa oknum kepala desa
gejolak ini akan terus meningkat di Pemekasan, Madura, Jawa Timur, pada
kedepannya seiring lemahnya upaya tahun 2015. Para kepala desa umumnya
terhadap pemberantasan tindak pidana tidak mencairkan bantuan raskin sesuai
korupsi tersebut, hingga berpotensi dengan ketentuan, yakni setiap bulan
menimbulkan kerusuhan besar-besaran, sebanyak 15 kilogram per rumah tangga
sebagaimana sejarah pernah mencatat sasaran penerima manfaat (RTS-PM). Ada
mengenai hal yang pernah terjadi pada masa kepala desa yang hanya menyerahkan
orde baru. bantuan raskin selama tiga bulan dalam
Sila kelima Pancasila, “Kerakyatan setahun, itupun jumlahnya tidak sesuai
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dengan ketentuan yakni 15 kilogram per
dalam permusyawaratan perwakilan,” bulan.15 Berdasarkan fakta dilapangan
mengajarkan bahwa seluruh warga tersebut, maka jelas bahwa korupsi
indonesia diajarkan untuk menjaga merupakan tindakan tercela yang merugikan
kedaulatan dan berdemokrasi bukan malah banayak sekali masyarakat kecil, dan
terlibat didalamnya. Artinya para koruptor tentunya bertentangan dengan nilai-nilai
telah melampaui batasnya sebagai wakil
12 15
Ibid. Eko Prasetya. 2015. 3 Kades dan Pejabat
13 Bulog Kompak Korupsi Beras Raskin <Online>
Ibid.
14
Khoirul. 2006. Korupsi menurut Tinjauan https://www.merdeka.com/peris tiwa/3-kades-dan-
Pancasila. Jurnal Ilmiah : Sekolah Tinggi pejabat-bulog-kompak -korupsi-beras-raskin.html
AkutansiNegara Diakses Pada 27 Desember 2017.
101 JURNAL ILMIAH HUKUM, Volume 12 Nomor 2 Periode Nov 2018 Hal 94-103
keadilan sosial yang terkandung dalam sila terdakwa kasus tipikor juga dapat dijatuhi
ke lima Pancasila. pidana tambahan. Pemba hasan lebih lanjut
c. Faktor Yuridis mengenai apa saja pidana tambahan tersebut
Ketentuan Pasal 10 Kitab Undang- tercantum pada Pasal 18 Undang-Undang
undang Hukum Pidana (KUHP) No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
menyatakan bahwa pidana terdiri atas (a) Tindak Pidana Korupsi. Mengenai
pidana pokok; dan (b) pidana tambahan. pencabutan hak-hak tertentu diatur dalam
Tercantum dalam Pasal 10 huruf b KUHP Pasal 18 huruf d Undang-Undang a quo
bahwa salah satu bentuk pidana tambahan, menyatakan bahwa:
yaitu: “pencabutan seluruh atau sebagian
1) Pencabutan hak-hak tertentu; hak-hak tertentu atau penghapusan
2) Perampasan barang-barang tertentu; seluruhatau sebagian keuntungan
3) Pengumuman putusan hakim. tertentu, yang telah atau dapat
Dalam hal pencabutan hak-hak tertentu diberikan olehPemerintah kepada
tersebut, lebih lanjut lagi diatur dalam Pasal terpidana.”
35 ayat (1) KUHP, beberapa diantaranya Pada penerapannya, penca-butan hak politik
pada butir (1) tertulis“pencabutan hak seringkali ditentang karena dianggap
politik berupa pencabutan terhadap hak berbenturan dengan aspek-aspek Hak Asasi
memegang jabatan pada umumnya atau Manusia (HAM).Namun yang perlu diper-
jabatan yang tertentu”serta pada butir (3) hatikan bahwa setiap perorangan yang
yaitu“hak memilih dan dipilih dalam memiliki HAM juga harus meng-hormati
pemilihan yang diadakan berdasarkan aspek-aspek yang menjadi HAM
aturan-aturan umum.”Mengenai lamanya perorangan lainnya. Hal ini diatur dalam
penerapan pencabutan hak-hak tertentu Pasal 28J Ayat (1) UUD NRI TAHUN 1945
tersebut juga diatur dalam Pasal 38 KUHP yang tertulis, “Setiap orang wajib meng-
ayat (1) dan (2)yang tertulis: hormati Hak Asasi Manusia orang lain
(1) Jika dilakukan pencabutan hak, hakim dalam tertib kehidupan bermasyarakat,
menentukan lamanya pencabutan berbangsa, dan bernegara.”
sebagai berikut: Maka dari itu sejatinya terdapat
1. Dalam hal pidana mati atau pidana batas-batas tertentu dalam menerapkan
seumur hidup, lamanya pencabutan HAM sehingga penera pannya tidak
seumur hidup; melampui batas dan ditakutkan justru akan
2. Dalam hal pidana penjara untuk menjadi tindakan sewenang-wenang dalam
waktu tertentu atau pidana kurungan, praktik kehidupan berbangsa dan bernegara.
lamanya pencabutan paling sedikit Hal ini tercantum pada UUD NRI TAHUN
dua tahun dan paling banyak lima 1945 Pasal 28J ayat (2) yang tertulis,
tahun lebih lama dari pidana “Dalam menjalankan hak dan kebebasan
pokoknya; nya, setiap orang wajib tunduk kepada
3. Dalam hal pidana denda, lamanya pembatasan yang ditetapkan dengan
pencabutan paling sedikit dua tahun Undang-Undang dengan maksud semata-
dan paling banyak lima tahun. mata untuk menjamin pengakuan serta
(2) Pencabutan hak mulai berlaku pada hari penghor matan atas hak dan kebebasan
putusan hakim dapat dijalankan. orang lain dan untuk memenuhi tuntutan
Undang-Undang khusus Tindak yang adil sesuai dengan pertimbangan
Pidana Korupsi (Tipikor) juga mengatur moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan
mengenai pidana tambahan selain pidana ketertiban umum dalam suatu masyarakat
pokok. Menurut Pasal 17 Undang-Undang demokratis”.
No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi yang menyatakan
bahwa selain dapat dijatuhi pidana pokok,
Analisis Kontroversi Pencabutan Hak Politik Terpidana Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia,
Wiwik Utami 102
B. Penutup Governance) dan Pemberantasan
Korupsi, Jurnal Negarawan No.18
Hak politik merupakan bagian dari Edisi Januari-April 2010. Jakarta:
HAM. HAM setiap perorangan dalam Sekretariat Negara RI, hlm. 108.
implementasinya memiliki batasan-batasan
tertentu, demi meng hormati HAM B. Internet:
perorangan lainnya. Pencabutan hak politik Prasetya, Eko. 2015. 3 Kades dan Pejabat
terhadap terpidana tindak korupsi Bulog Kompak Korupsi Beras
merupakan hal yang perlu diterapkan secara Raskin.https://www.merdeka.com/p
tegas, sebagai upaya pemberantasan korupsi eristiwa/3-kades-dan-pejabat-bulog-
secara maksimal, dan sebagai upaya kompak-korupsi-beras-
pembatasan terhadap penyalah gunaan hak raskin.html.(11 mei 2017)
tersebut. Perlu adanya revisi khusus Infografis Hari Anti Korupsi,
terhadap pencabutan hak politik berupa hak http://data.go.id/konten/visualizatio
memilih agar tidak dapat diganggu gugat, n/infografis-hari-anti-korupsi/
berasaskan keadilan dan kebebasan dalam <Online>, diakses pada 27
berpendapat. Perlu adanya peraturan Desember 2017
perundang-undangan khu-sus yang Kominfo, 2015, Potret Buram Korupsi
mengatur secara tegas mengenai pencabutan Indonesia,
hak politik bagi terpidana kasus tertentu, https://kominfo.go.id/content/detail/
terutama dalam kasus tindak pidana korupsi. 6547/potret-buram-korupsi-
indonesia/0/infografis <online>,
C. Daftar Rujukan diakses dikases pada 27 Desember
A. Artikel Jurnal: 2017.
Abd.Wachid, Moch, Penegakan Hukum Corruption Perceptions Index 2016,
Tindak Pidana Korupsi Oleh KPK, http://www.ti.or.id/index.php/public
Maksigama Jurnal Hukum Tahun 18 ation/2017/01/25/corruption-
No.1 periode Nov. 2015, hlm. 94 perceptions-index-2016 <online>,
Anjahari, Warih, 2015, Pencabutan Hak diakses pada 27 Desember 2017.
Politik Terpidana Korupsi Dalam Detik News, 2017, Corruption Perception
Perspektif Hak Asasi Manusia, Index 2016: Indonesia Dibawah
Jurnal Yudisial, Vol 8, No.1. Malaysia <Online> <
Dagmar. 2011,“Pandangan Pancasila https://news.detik.com/
terhadap Korupsi”, Jurnal Ilmiah berita/3405348 /corruption-
Vol.7 No.2 perceptions-index-2016-indo nesia-
Ibrahim, Aji Lukman, 2014, Analisis Yuridis di-bawah-malaysia> Diakses Pada
terhadap Penjatuhan Pidana 27 Desember 2017.
Tambahan Pencabutan Hak Memilih Martahan Sohuturon, 2017, ICW: Koruptor
dan Dipilih Dalam Jabatan Publik Rata-rata Divonis 26 Bulan Penjara
Djoko Susilo, Jurnal Supremasi <online> <https://www.cnn
Hukum, Vol.3, No.1. indonesia.com
Khoirul, 2006, Korupsi menurut Tinjauan /nasional/20170304184616-12-
Pancasila, Jurnal Ilmiah : Sekolah 197873/icw-koruptor-rata-rata-
Tinggi Akutansi Negara. divonis-26-bulan-penjara> diakses
Suharso, dkk, 2016, Pencabutan Hak Politik pada 27 Desember 2017.
terhadap Terpidana Korupsi Dalam
Perspektif Hukum Tata Negara, The C. Peraturan Perundang-undangan:
4th University Research Coloquium. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Syarief Nurdin, Encep, Membangun Tata (KUHP).
Kelola Pemerintah yang baik (Good
103JURNAL ILMIAH HUKUM, Volume 12 Nomor 2 Periode Nov 2018 Hal 94-103